Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin yang utama. DM
merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Frekuensi yang
nyata sangat sulit untuk ditentukan karena kemungkinan disebabkan perbedaan
standar diagnosis antara 1-2% .Karakteristik penyakit ini disebabkan suatu
abnormalitas metabolik, komplikasi jangka panjang dapat mengenai mata, ginjal,
persarafan, dan pembuluh darah dan suatu lesi pada membran basal. Diabetes
melitus dapat menyerang segala lapisan umur dan sosial ekonomi. Di Indonesia
saat ini penyakit DM belum menempati prioritas utama pelayanan kesehatan
walaupun sudah jelas dampak negatifnya ,yaitu berupa penurunan kualitas SDM,
terutama akibat penyulit menahun yang ditimbulkan.
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia.
Berdasarkan data badan pusat statistik Indonesia (2003) diperkirakan penduduk
Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa. Dengan prevalensi
DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural 7,2% maka diperkirakan
pada tahun 2003 terdapat diabetisi sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan 5,5juta di
daerah rural. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan
pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta yang berusia diatas 20 tahun dan dengan
asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan
terdapat 12 juta diabetisi didaerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. Suatu jumlah
yang sangat besar,dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani
sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis bahkan oleh semua tenaga kesehatan
yang ada. Mengingat bahwa DM akan memberikan dampak terhadap kualitas
sumberdaya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, semua
pihak, baik masyarakat maupun pemerintah sebaiknya ikut serta dalam usaha
penanggulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan.
1
I.2 Tujuan
Presentasi Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik
Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Margono Soekardjo, dimana didalamnya
berisi tentang definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana dan prognosis
dari penyakit Diabetes Melitus.
BAB II
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.D
Umur
: 65 tahun
Pekerjaan
: IRT
Alamat
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
No. CM
: 881966
Ruang rawat
: Dahlia KL 1
Tanggal masuk
: 30 Maret 2013
Tanggal periksa
: 8 April 2013
B. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesa pada tanggal 8 April 2013
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
panas, dalam sehari pasien buang air kecil lebih dari 10 kali meningkat terutama
malam hari. Keluhan serupa pernah dialami pasien pada kaki kanan pada tahun
2011 dan sudah diamputasi. Pasien mengatakan mempunyai riwayat Diabetes
Melitus sejak tahun 2004 saat usia pasien 55 tahun. Awalnya pasien sering
mengeluh banyak makan dan minum dan sering pipis tapi tidak pernah periksa
kedokter sebelumnya. Atas anjuran keluarganya pasien memeriksakan diri ke
dokter dan dokter mendiagnosis bahwa pasien menderita Diabetes Melitus. Pasien
mengatakan bahwa ada riwayat pada keluarga pasien yang menderita diabetes.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat dengan keluhan yang sama : terdapat
Riwayat Hipertensi
: Ada
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Rokok
: disangkal
Riwayat OAT
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
: Sakit sedang
- Kesadaran
: Compos mentis
- Berat Badan
: 70 kg
- Tinggi Badan
: 160 cm
- IMT
: 27.3 kg/ m2
- Tanda Vital
: - Tekanan darah
: 140/80 mmHg
- Nadi
: 78x/menit, reguler
- Pernapasan
: 18 x/menit
- Suhu
: 36.3 C
Status generalis
Pemeriksaan kepala
-
Bentuk kepala
: Normochepal, simetris
Rambut
Pemeriksaan mata
-
Palpebra
: Edema (-/-)
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Pemeriksaan telinga
-
Letak
: Simetris
Bentuk
: Normal
Discharge
: Tidak ada
Benjolan
: Tidak ada
Pemeriksaan hidung
-
Discharge
: Tidak ada
Deviasi septum
: Tidak ada
Pemeriksaan mulut
Sianosis
: Tidak ada
Lidah kotor
: Tidak ada
Pemeriksaan leher
-
Inspeksi
Palpasi
Pemeriksaan dada
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Datar
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Kulit
Turgor kulit normal
Ekstremitas
-
Superior
tremor (-/-),
edema (-/-), kesemutan (-/-), sensorik dan motorik baik,
eutrofi (-/-), reflek fisiologis (+/+) normal, reflek patologis
(-/-)
-
Inferior
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Lab tanggal 31 Maret 2013
Hemoglobin (Hb)
: 11.2 g/dl
Leukosit
: 11.350 /ul
Normal : 4800-10800/ul
Hematokrit (Ht)
: 34
Normal : 37-47
Eritrosit
: 4.2 jt/ul
Normal : 4.2-5.4
Trombosit
: 562.000/uI
Normal :150.000-450.000/ul
MCV
: 79.5 fl
Normal : 79.0-90.0 fl
MCH
: 26.5 pg
MCHC
: 33
Normal : 31-36
RDW
: 12.6
Normal :11.5-14.5
MPV
: 8.6
Basofil
: 0.4
Normal : 0.0-1.0
Eosinofil
: 1.9
Normal : 2.0-4.0
Batang
: 0.00
Normal : 2.00-5.00
Segmen
: 71.7
Normal : 40.0-70.0
Monosit
: 10.9
Normal : 2.0-8.0
Limfosit
: 15.1
Normal : 25.0-40.0
: 35.1 mg/ dl
Normal : 14.8-38.52
Hitung Jenis :
: 0.00 mg/ dl
Normal : 0.00-1.00
Glukosa Sewaktu
: 500 mg/ dl
Glukosa Puasa
: 257 mg/ dl
Normal : 74-106
Glukosa 2 jam PP
: 353 mg/ dl
HBA1C
: > 14
Normal : 4.7-7.5
Kalium
: 3.4
Normal : 3.4-5.1
: Kuning
Kejernihan
: Jernih
Normal : Jernih
Bau
: Khas
Normal : Khas
Berat Jenis
: 1.015
Normal : 1.010-1.015
PH
: 5.0
Normal : 4.6-7.8
Leukosit
: 25
Negatif
Nitrit
: Negatif
Negatif
Protein
: Negatif
Negatif
Glukosa
: 300
Negatif
Keton
: Negatif
Negatif
Urobilinogen
: Normal
Normal
Bilirubin
: Negatif
Negatif
Eritrosit
: Negatif
Negatif
Bakteri
: Negatif
Negatif
Trikomonas
: Negatif
Negatif
Jamur
: Negatif
Negatif
: 255 mg/ dl
: 355 mg/dl
: 245 mg/ dl
: 130
Glukosa 2 jam PP
: 161
: 10.3 g/dl
Leukosit
: 8840/ul
Normal : 4800-10800/ul
Hematokrit (Ht)
: 32
Normal : 37-47
Eritrosit
: 3.9 jt/ul
Normal : 4.2-5.4
Trombosit
MCV
: 82.0 fl
Normal : 79.00-99.0 fl
MCH
: 26.5 pg
Normal : 27.0.-31.0 pg
MCHC
: 32.4
Normal : 33.0-37.0
RDW
: 13.3
Normal :11.5-14.5
MPV
: 8.3 fl
Basofil
: 0.6
Normal : 0.0-1.0
Eosinofil
: 3.5
Normal : 2.4-4.0
Batang
: 0.0
Normal : 2.00-5.00
Segmen
: 46.3.
Normal : 40.0-70.0
Monosit
: 9.4
Normal : 2.0-8.0
Limfosit
: 4.02
Normal : 25.0-40.0
Hitung Jenis :
: 7.05 g/dl
Normal : 6.40-8.20 g/ dl
Albumin
: 3.14 g/dl
Normal : 3.40-5.00 g/ dl
Globulin
: 3.91 g/dl
Normal : 2.70-3.20 g/ dl
Glukosa Sewaktu
: 254 g/ dl
: 97 g/ dl
Elektrolit
: 136 mmol/ L
Normal :136-145
Kalium
: 3.9 mmol/ L
Klorida
: 96 mmol/L
Kalsium
: 8.9 mg/ dl
Pemeriksaan elektrolit:
Natrium
: 140 mmol/dl
Kalium
: 3.6 mmol/dl
Klorida
: 97 mmol/dl
Normal:100-106 mmol/dl
: 420 mg/ dl
: 343 mg/ dl
Glukosa sewaktu
: 198 mg/ dl
: 178 mg/ dl
Glukosa sewaktu
: 162 mg/ dl
10
Pemeriksaan EKG
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
NY. D Mengeluh nyeri di kaki kirinya, keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu. Awalnya pasien mengeluh bengkak pada kakinya yang kemudian
bernanah dan mengeluarkan bau, pasien sudah membersihkan lukanya dengan
betadine namun gejalanya tidak kunjung sembuh dan semakin parah. Keluhan
serupa pernah dialami pasien pada kaki kanan dan pernah diamputasi.
RPD : Riwayat keluhan serupa : Terdapat
11
RPK : DM (+)
2. Pemeriksaan fisik
Tanda Vital
: - Tekanan darah
: 140/80 mmHg
- Nadi
: 78x/menit, reguler
- Pernapasan
: 18 x/menit
- Suhu
: 36.3 C
3. Pemeriksaan penunjang :
-
6 April 2013
Normal : 4800-10800/uL
Leukosit : 8840
I. DIAGNOSIS KERJA :
J. DAFTAR MASALAH
DM tipe II
K. TERAPI :
1.
Non Medikamentosa
Bed rest, diet DM : karbohidrat 60 70 %, protein 10 15 %, dan lemak
20 25 %.
BB Ideal : = (TB dalam cm 100) - 10 %
= ( 160 cm 100) 6
= 54 kg
Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai makna dan
perlunya pengendalian serta pemantauan penyakit DM, penyulit DM,
intervensi farmakologis dan nonfarmakologis, pentingnya latihan jasmani
yang teratur.
12
2.
Medikamentosa :
1. IVFD Nacl 20 tpm
2. Inj Ceftazidine 2x 1gr
3. Inj Metronidazole 3x500 mg
4. Lantus 0-0-6
5. Analsix 3x1 tab
6. Sliding scale/ 6 jam
GD
RI
(mg/dL)
(Unit, subkutan)
< 200
200.250
250.300
10
300.350
15
>350
20
L. PROGNOSIS
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Diabetes Melitus
Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya.
Klasifikasi
1. Diabetes melitus tipe 1
Terjadi destruksi sel , umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut.
Terjadi melalui proses imunologik atau idiopatik. Kekerapan di negara barat
10%, di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran klinik biasanya timbul
pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Tetapi ada juga
yang timbul pada masa dewasa.
2. Diabetes melitus tipe 2
Jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering
setelah umur 40 tahun.
3. Diabetes melitus tipe lain
Defek genetik fungsi sel , defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi
yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM (Sindrom
Down, Sindrom Klinefelter, chorea Hungtinton, porfiria, dan lain-lain).
4. Diabetes melitus gestasional
Diabetes yang mulai timbul atau mulai diketahui selama kehamilan.
14
DM tipe 1
DM Juvenil
DM tipe 2
DM dewasa
Umur (th)
Berat
Ringan
Kadar insulin
Berat badan
Biasanya kurus
Terapi
Etiologi
DM tipe 2 disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Sel tidak mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya,
artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan
glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis. Sel
pankreas masih dapat mengkompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia, kadar
glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah
terjadi kelelahan sel pankreas, baru terjadi diabetes melitus klinis, yang ditandai
dengan adanya kadar glukosa darah yang meningkat, memenuhi kriteria diagnosis
diabetes melitus.
Patofisiologi
Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak.
Tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.
15
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam
sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat.
Gejala klinis
Lemas
Gatal-gatal
Penglihatan kabur
Faktor Resiko DM
Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :
Riwayat keluarga dengan DM
16
Riwayat lahir dengan BB rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir
dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding bayi
yang lahir dengan BB normal.
Hipertensi
Dislipidemia
Diet tak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan
meningkatkan risiko menderita prediabetes dan DM tipe 2.
Diagnosis
17
Tujuan penatalaksanaan
A. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
B. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroaniopati, makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan
adalah turunnya morbiditas dan maortalitas dini DM.
Pilar penatalaksanaan DM
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama
beberapa waktu ( 2 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral
(OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera
diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam
keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis berat, stres
berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin
dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tanda dan
gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan pada pasien,
sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri,
setelah mendapat pelatihan khusus.
Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :
Perjalanan penyakit DM
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau
urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak
tersedia).
19
Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan TGM dan latihan jasmani.
Penyulit DM
I. Penyulit akut
1. Ketoasidosis diabetik
2. Hiperosmoral nonketotik
3. Hipoglikemia
II. Penyulit menahun
1. Makroangiopati :
Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi
Pembuluh darah otak
2. Mikroangiopati :
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
3. Neuropati diabetik
4. Ulkus diabetikum
Insulin
Farmakokinetik
Berbagai jenis insulin mulai dari human insulin sampai insulin analog.
Kebutuhan insulin basal dan prandial/setelah makan terdapat jenis insulin
yang digunakan, yang pada akhirnya akan tercapai kendali kadar glukosa
darah sesui sasaran terapi. Untuk memenuhi kebutuhan insulin basal dapat
digunakan insulin kerja menengah (intermediate-acting insulin) atau kerja
panjang (long-acting insulin). Sementara untuk memenuhi insulin prandial
(setelah makan) digunakan insulin kerja cepat (sering disebut insulin
20
Ketoasidosis diabetik
21
Generik: Glibenklamid,
Produk: Daonil , 2,5 mg, 5 mg
Dosis harian: 2,5 - 15 mg
Lama kerja: 12 24 jam
Frekuensi: 1-2 x/hari
Pemberian sebelum makan
Biguanid :
Contoh:
Generik: Acarbose
Produk: Glucobay ,50 mg, 100 mg
Dosis harian: 100-300 mg
Frekuensi: 3 x/hari
Pemberian bersama suapan pertama
22
Contoh :
Generik: Pioglitazon
Produk: Actos , 15 mg, 30 mg
Dosis harian: 15 30 mg
Frekuensi: 1 x/hari
Pemberiannya tidak tergantung jadwal makan
Awitan
Efek puncak
Durasi efektif
Regular
0,5-1,0
23
36
46
NPH
2-3
4 10
10 16
14 18
Lente
3-4
4 10
12 18
16 20
Insulin
Awitan
Efek puncak
Durasi efektif
Durasi maksimum
Lispro
0,25
12
34
Aspart
0,25
12
34
Glargine
4-5
Tanpa
24
24
puncak
Durasi maksimum
Insulin di Indonesia
Lama kerja
Cepat
Efek Puncak
2 4 jam
6 8 jam
Pendek
2 4 jam
6 8 jam
Menengah
18-24 jam
23
4 12 jam
Macam
Buatan
Novo-Rapid
Humalog
Actrapid
Humulin-R
Insulatard Human
Monotard Humad
Humulin-N
Campuran
1 8 jam
14 - 15 jam
Panjang
Tanpa puncak
Mixtard 30/70
Humulin 30/70
Lantus
Aventis
24 jam
Insulin kerja menengah: 1-2 kali sehari, 15-30 menit sebelum makan
Dosis koreksi:
(glukosa darah aktual glukosa darah sasaran) : faktor koreksi
24
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara berahap sesuai
respon kadar glukosa darah bisa sampai dosis mendekati maksimal atau
maksimal.
Hindari penggunaan OHO kerja panjang pada usia lanjut dengan DM.
25
Terapi kombinasi
GANGREN DIABETIKUM
Gangren diabetik adalah merupakan suatu bentuk dari kematian jaringan
pada penderita diabetes mellitus oleh karena berkurangnya atau terhentinya aliran
darah kejaringan tersebut. Kelainan ini didasarkan atas gangguan aliran darah
perifer (angiopati diabetic perifer), gangguan saraf perifer (Neurophaty diabetic
perifer), dan infeksi. Berbagai kuman yang sering menjadi penyebab infeksi
gangren diabetik adalah gabungan bakteri aerob (gram positif dan gram negatif)
dan bakteri anaerob.
Infeksi sering menjadi penyulit dari gangren. Gangren ini merupakan
penyebab masuknya bakteri dan sering polimikrobial yang menyebar dengan
cepat dan dapat menyebabkan kerusakan berat dari jaringan. Pada suatu keadaan
infeksi gangren biasanya disebabkan oleh suatu organisme dari sekitar kulit yang
pada umumnya adalah Staphylococcus aureus ataupun Streptococcus.
Jika drainase tidak adekuat maka perkembangan sellulitis yang dapat
menyebabkan sepsis untuk menginfeksi tendon, tulang dan sendi dibawahnya.
Kadang kadang Staphylococcus dan Streptococcus dijumpai bersamaan dan ini
dapat bergabung mengakibatkan sellulitis yang meluas dan cepat. Streptococcus
26
27
- Wound control
- Microbiological control infection control
Klasifikasi gangren diabetik menurut Wagner
Grade 0
Grade 1
Grade 2
Ulkus yang lebih dalam sampai ketendon dan tulang tetapi terdapat
infeksi
yang minimal
Grade 3
Grade 4
Ulkus dan menimbulkan gangren local pada jari jari kaki atau kaki
bagian depan.
Grade 5
0
Tidak ada luka
I
Luka
II
III
Luka sampai Luka
superficial
tendon,
dengan
abses,sellulitis,atau
Infeksi
Infeksi
Infeksi
Infeksi
Iskemik
Iskemik
Iskemik
Iskemik
Infeksi
iskemik
ETIOLOGI
28
dan Infeksi
iskemik
dan Infeksi
iskemik
dan Infeksi
iskemik
dan
Dari kultur pus pada gangren diabetik yang telah dilakukan pada pasien
rawat inap dari Departemen Penyakit Dalam pada tahun 2000 didapatkan data
mengenai pola kuman bakteri, kuman Gram negatif aerob sama seperti kuman
anaerob tumbuh dengan subur pada infeksi. Kuman aerob dan anaerob dapat cepat
menginfeksi aliran darah dan kadang-kadang dapat mengakibatkan bakteriemia
yang dapat mengancam kehidupan. Pada ulkus yang dalam biasanya dianggap
karena infeksi campuran.
Infeksi bakteri anaerob umumnya dihubungkan dengan adanya nekrosis
jaringan dan osteomyelitis. Infeksi ini sering menjadi penyulit ulkus pada kaki
neuropati dan iskemik. Ulkus menjadi pintu gerbang masuknya bakteri dan sering
polimikrobial yang meliputi bakteri gram positif ataupun gram negatif. Jika
pembuluh darah kaki mengalami trombosis yang kemudian menjadi nekrotik dan
gangren ini menjadi dasar terjadinya gangren diabetik. Kuman Gram negatif
tumbuh dengan subur pada infeksi yang terletak lebih dalam dari permukaan kulit
dimana kuman ini dengan cepat dapat menginfeksi aliran darah dan kadang
kadang dapat mengakibatkan bakteriemia yang dapat mengancam jiwa dari
penderita tersebut.
Berbagai kuman yang sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada
gangren diabetik adalah gabungan antara bakteri gram positif dan gram negatif.
Leicter dkk pada tahun 1988 melaporkan penyebab kuman gangren diabetik 72%
adalah gram positif (Staphylococcus auerius 45%, Streptococcus sp 27%) dan
49% adalah disebabkan oleh bakteri gram negatif (Proteus sp 23%, Pseudomonas
sp 26%).
PATOGENESA
1. Faktor Metabolik
Tingginya kadar gula darah dalam jangka pendek pada luka kaki akan
sangat menyulitkan penyembuhan, sementara luka yang disertai dengan infeksi
juga akan meningkatkan gula darah dalam jangka panjang. Tingginya kadar gula
darah merupakan hal yang paling mendasari terjadinya berbagai kelainan pada
jaringan tubuh penderita diabetes secara umum seperti arterosklerosis, gangguan
29
3. Faktor Neuropati
Neuropati yang terjadi merupakan kombinasi otonomik dengan sensorik yang
berat. Hal ini menyebabkan berkurangnya sensasi nyeri yang sangat penting
dalam reflek menghindar terhadap trauma. Neuropati otonomik pada kaki
menyebabkan fungsi kelenjar keringat berkurang sehingga kulit kering, elastisitas
menurun, dan sering menimbulkan retak dengan infeksi. Selain itu neuropati
otonomik juga dapat menyebabkan edema dan bertambahnya shunting
arterovenosus sehingga memudahkan timbulnya lesi. Neuropati motoris yang
sering mengenai bagian ujung pada kaki menyebabkan atropi otot dan hal ini
selanjutnya akan menyebabkan deformitas telapak kaki sehingga juga berperanan
dalam timbulnya lesi pada kaki.
4. Faktor Mekanis
Tekanan ringan secara terus menerus akan menyebabkan nekrosis iskemik seperti
pemakaian kaus kaki atau sepatu yang ketat yang cukup lama. Nekrosis iskemik
selanjutnya akan menjadi ganggren atau jaringan tersebut digantikan dengan
jaringan tersebut digantikan dengan jaringan ikat dan pembentukan kallus yang
merupakan salah satu predisposisi terjadinya ulserasi. Tekanan yang sedang terjadi
pada waktu berjalan tampa alas kaki dapat menyebabkan autolisis. Bila hal ini
terjadi pada satu tempat secara kronis maka akan terjadi pelepasan enzim
lisosomal yang selanjutnya terjadi pecah jaringan dan ulserasi. Tekana berat
secara langsung akan menyebabkan perlukaan jaringan misalnya terpijak benda
tajam . Hal ini dapat terjadi karena berkurangnya sensori nyeri dan baru
menyadari kalau sudah disertai dengan infeksi yang agak berat.
5. Faktor Infeksi
Kurangnya perasaan sakit menyebabkan pasien tidak menyadari kalau ada
luka dan dengan luka terbuka tampa perawatan akan mengundang infeksi, baru
akan disadari kalau infeksi cukup berat seperti sellulitis yan luas bahkan kadang
sampai terjadi osteomielitis. Pada penderita diabetes luka sedikit saja dikaki harus
mendapat perhatian besar bahkan dikatakan ini merupakan suatu hal yang darurat.
Sering hal ini tidak diperhatikan bahkan dokterpun sering tidak memeriksa kaki
31
terjadinya
ulkus.
Adanya
kerentanan
terhadap
infeksi
menyebabkan infeksi akan mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan
gangren diabetes. Penderita diabetes mellitus yang kadar gulanya tidak terkontrol
akan lebih mudah untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri bakteri dari pada
penderita yang kadar gula darahnya terkontrol dan pada orang yang non diabetes.
Penderita dari diabetes ini harus lebih hati hati dan perlu pencegahan infeksi yang
lebih ketat.
Terjadinya gangren dikaki baik yang mengenai jari kaki maupun yang
sudah meluas sampai telapak dan punggung kaki pada umumnya dapat
disebabkan oleh karena suatu proses dari iskemik, neuropati, dan infeksi. Ketiga
penyebab ini dapat terjadi secara bersamaan ataupun sendiri. Infeksi pada kaki
diabetik dapat terjadi pada kulit, otot dan tulang yang pada umumnya disebabkan
32
oleh karena kerusakan dari pembuluh saraf dan aliran darah kedaerah luka .
Infeksi dan ulkus pada kaki diabetes akan bermacam macam manifestasinya.
Literatur melaporkan bahwa hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
perobahan patologi pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan terjadinya
penebalan pada tunika intima hyperplasia membrana basalis arteria, oklusi
(penyumbatan) arteri dan abnormalitas trombosit sehingga menghantarkan
perlekatan (adhesi) dan pembekuan. Selain itu hiperglikemia juga dapat
menyebabkan leukosit menjadi tidak normal sehingga bila ada infeksi
mikroorganisme (bakteri) akan sulit untuk dimusnahkan oleh sistem fagositosis
bakterisit intra sel. Hal tersebut akan diperoleh lagi oleh tidak saja kekakuan dari
arteri namun juga diperberat oleh rheologi darah yang tidak normal. Menurut
kepustakaan adanya peningkatan dari kadar fibrinogen dan bertambahnya
reaktifitas trombosit akan menyebabkan tingginya agregasi dari sel darah merah
sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan akan mempermudah terbentuknya
trombosit pada dinding pembuluh arteria yang sudah kaku sehingga akhirnya akan
terjadi gangguan sirkulasi.
Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita diabetes mellitus
antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan daerah perifer (yang utama),
sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki) akibatnya perfusi jaringan dari
bagian distal dan tungkai akan menjadi kurang baik dan akan timbul ulkus yang
kemidian akan berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit untuk
diatasi dan hal ini tidak jarang memerlukan suatu tindakan amputasi. Gangguan
mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan hantaran
oksigen pada serabut saraf yang kemudian akan menyebabkan degenerasi dari
serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan suatu neuropati. Disamping itu
dari kasus ulkus/gangren diabetik, kaki diabetik 50% akan mengalami infeksi
akibat munculnya lingkungan darah yang subur untuk berkembangnya bakteri
yang patogen karena berkurangnya suplai oksigen, bakteri bakteri yang akan
tumbuh subur.
PENGOBATAN
33
memastikan
diagnosa
bakteriologik
penyakit
infeksi
yang
menimbulkan pembentukan dari pus. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk
mendapatkan spesimen pus yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan
bakteriologik, pengambilan dari pada pemeriksaan ini dapat diambil setiap saat
tetapi sebaiknya sebelum pemberian dari antibiotik.
Prosedur dari pengambilan sampel ini dapat dilakukan dalam 2 cara yaitu:
a. luka/ulkus
- Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan NaCl fisiologis
sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran dan lapisan eksudat atau pus yang
mengering
- Tanpa menyentuh bagian kapas usapkan bagian kapas pada daerah ulkus tampa
menyentuh bagian tepi ulkus
- Kemudian kapas lidi dapat terus dilakukan inokulasi pada agar untuk dilakukan
pemeriksaan mikrobiologi.
b. Abses
- Dilakukan pemeriksaan disinfeksi dengan povidone iodine 10% diatas abses atau
bagian yang akan ditusuk/insisi. Bersihkan sisa povidone iodine dengan kapas
alkohol 70%
- Tusukkan jarum dan hisap dengan spuit steril cairan pus
- Cabut jarum dan kemudian tutup dengan kapas lidi
- Teteskan cairan aspirasi pus pada lidi kapas steril. Kapas lidi dapat langsung
diinokulasi pada agar atau dapat juga kedalam
media transport. Sisa pus pada spuit dapat dimasukkan kedalam wadah steril dan
dikirim ke laboratorium.
Pengobatan pada gangren diabetik meliputi :
34
1. Konservatif
Pengobatan konservatif gangren diabetik pada dasarnya sama dengan pengobatan
ulkus oleh sebab apapun, yaitu meliputi :
a. Perawatan luka
Ulkus yang terjadi pada kaki dievaluasi dengan teliti, termasuk dalamnya luka
harus ditelusuri denga peralatan tumpul yang steril sehingga dapat diketahui persis
kedalaman dari luka tersebut, jaringan nekrotik dibuang dan permukaan luka
harus cukup lebar untuk memudahkan masuknya oksigen kemudian luka
dibersihkan dengan menggunakan antiseptik seperti yodium povidon setelah
menggunakan larutan perhidrol. Bila luka agak dalam maka dilakukan tampon
untuk menyerap debris. Drainase pus harus menyeluruh dan ekstensif kemudian
dilakukan kompres luka dengan larutan NaCl 0,9% hangat untuk merangsang
pertumbuhan granulasi dari jaringan.
b. Antibiotika
Pemberian antibiotika lokal harus dihindari oleh karena dapat menimbulkan
alergi, disamping dapat merusak jaringan yang sehat disekitarnya. Pemberian
antibiotika sistemik dianjurkan sesuai dengan hasil dari kultur dan tes sensitifiti,
Sebelum didapatkan hasil tes sensitifiti dapat diberikan gabungan dari Penicillin
dan Streptomycin atau Ampisillin.
Penyakit menular pada diabetes
Pasien penderita diabetes lebih mudah terjangkit infeksi karena hiperglikemi
mengganggu fungsi sel darah putih dan mencegah pembunuhan bakteri. Dengan
tambahan, ada beberapa infeksi terkait dengan diabetes, diantaranya:
-
pyelonephritis.
Papillary necrosis peluruhan renal papillae menyebabkan gagal ginjal
baik.
Mucromycosis sebuah infeksi saprophytic, biasanya rhinocerebral dan
hadir dengan keterlibatan nasal sinuses. Ada resiko penyebaran
intracranial, atau pulmonary. Pengobatan dengan operasi debridement dan
amphotericin B, tetapi kedua metode mempunyai resiko kematian yang
tinggi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Daftar masalah pada pasien ini yaitu, DM tipe 2 ditegakkan dari anamnesis
terdapat keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan terdapat juga
keluhan tidak khas DM berupa kesemutan, cepat lelah, mudah mengantuk,
Minum obat DM tidak teratur dan tidak pernah olahraga. Hasil laboratorium
menunjukkan hiperglikemia.
Daftar masalah ulkus diabetikum plantar pedis sinistra ditegakkan dari
anamnesis terdapat luka 1 bulan SMRS, terasa nyeri. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan ulkus dengan status lokalis ulkus pedis regio pedis sinistra. Hasil
laboratorium menunjukkan leukositosis yang menandakan adanya proses infeksi
yang bisa saja berasal dari ulkus tersebut.
Daftar masalah hipertensi grade I didapatkan dari hasil pemeriksaan tanda
vital tekanan darah mencapai 140/80, hipertensi juga merupakan salah satu
komplikasi kronis dari DM. Hipertensi sendiri dapat menimbulkan komplikasi
pada organ target seperti jantung : hipertropi vntrikel kiri, angina, infark miokard.
Otak seperti stroke, juga penyakit ginjal kronik dan retinopati.
Ny. D
Usia 65
Obesitas
Akitivitas terbatas
36
37
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini
dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan ,sehingga pasien tidak menyadari
akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih
sering ataupun berat badan yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama
sampai orang tersebut pergi ke dokter. Terkadang pula gambaran klinisnya tidak jelas,
asimtomatik dan diabetes baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaring atau
pemeriksaan untuk penyakit lain
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Sylvia A. Price, Loraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Prosesproses
Penyakit, edisi IV, buku II, alih bahasa dr. Peter Anugrah, Penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta, 1995
2. Mansjoer Arif, dkk. Kapita selekta kedokteran, edisi III, buku I, Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 2001
3. Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, Jilid III,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 2006
4. Rully Roesli,Endang Susalit,Jusman Djafar. Nefropati Diabetik. Dalam :
Slamet Suyono,dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,Edisi 3,
Jakarta, BP FKUI,2001 p.356-363
5. Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di
Indonesia 2006, Perkumpulan endokrinologi : 2006
39