Professional Documents
Culture Documents
ADMINISTRASI PROYEK
SEBUAH PENGANTAR
Prijambodo,
ST.,MT
1. Pendahuluan
a. Pengertian Hukum
1. Plato, dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah
sistem peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik
yang mengikat masyarakat.
2. Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang
tidak hanya mengikat masyarakat tetapi juga hakim. Undangundang adalah sesuatu yang berbeda dari bentuk dan isi
konstitusi; karena kedudukan itulah undang-undang
mengawasi hakim dalam melaksanakan jabatannya dalam
menghukum orang-orang yang bersalah.
3. J.T.C. Sumorangkir, S.H. dan Woerjo Sastropranoto, S.H.
bahwa hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat
memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi
yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturanperaturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukuman.
e. Sumber Hukum
Dalam praktek dikenal enam macam sumber hukum yang
konfensional, yaitu :
1. Undang-undang
2. Kebiasaan (misal jam kerja mulai jam 08 sd 16.00
shg menjadi kebiasaan)
3. Yurisprudensi (Putusan-putusan Hakim atau Pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap)
4. Perjanjian internasional munculnya konvensi jenewa
5. Doktrin pendapat para ahli hukum, sarjana hukum,
Doktor hukum dll
6. Perjanjian
f. Sistem Hukum
1. hukum anglo saxon atau common law (sistem yuri), kebiasaan
dan yurisprudensi merupakan sumber hukum yang utama.
hukum diproduksi, terutama, oleh hakim melalui putusan
pengadilan (judge-mode law). Dalam hal ini didasarkan atas
suatu asumsi bahwa hukum harus dapat merefleksikan secara
langsung tuntutan masyarakat yang tertanam dalam kebiasaan.
Oleh karena itu suatu yurisprudensi akan dijadikan dasar bagi
putusan selanjutnya (the binding force of prcedent).
2. sistem kontinental, hukum terutama dihasilkan melalui saluran
lembaga legislatip.
Hal ini didasarkan suatu asumsi bahwa lembaga tersebut cukup
representatip dalam menyalurkan tuntutan masyarakat. produk
dari lembaga legislatip tersebut dikenal dengan istilah undangundang. suatu putusan harus didasarkan, terutama atas
peraturan perundangan yang berlaku.
2. Tata Hukum
Indonesia
a. Klasifikasi Hukum
Penggolongan hukum di Indonesia pada dasrnya
menganut konsep Ulpianus . Pertama-tama hukum
berdasrkan sifatnya dibedakan menjadi dua yaitu Hukum
Publik dan Hukum privat. Kemudian yang tergolong
hukum tata negara, hukum administrasi, hukum pidana
dan hukum acara. Sedang yang tergolong hukum privat
adalah hukum perdata, hukum adat dan hukum islam.
Periode Kolonialisme
Periode kolonialisme terbagi ke dalam tiga tahapan besar,
yakni: periode VOC, Liberal Belanda dan Politik etis hingga
penjajahan Jepang.
a).
Periode VOC
2).
a).
Periode Revolusi Fisik
Pembaruan hukum yang sangat berpengaruh di masa
awal ini adalah pembaruan di dalam bidang peradilan,
yang bertujuan dekolonisasi dan nasionalisasi:
1) Meneruskan unfikasi badan-badan peradilan dengan
melakukan penyederhanaan;
2) Mengurangi dan membatasi peran badan-badan
pengadilan adat dan swapraja, kecuali badan-badan
pengadilan agama yang bahkan dikuatkan dengan
pendirian Mahkamah Islam Tinggi.
b).
Periode Demokrasi Liberal
UUDS 1950 yang telah mengakui hak asasi manusia.
Namun pada masa ini pembaharuan hukum dan tata
peradilan tidak banyak terjadi, yang ada adalah
dilema untuk mempertahankan hukum dan peradilan
adat atau mengkodifikasi dan mengunifikasinya
menjadi hukum nasional yang peka terhadap
perkembangan ekonomi dan tata hubungan
internasional. Kemudian yang berjalan hanyalah
unifikasi peradilan dengan menghapuskan seluruh
badan-badan dan mekanisme pengadilan atau
penyelesaian sengketa di luar pengadilan negara,
yang ditetapkan melalui UU No. 9/1950 tentang
Mahkamah Agung dan UU Darurat No. 1/1951
tentang Susunan dan Kekuasaan Pengadilan.
b).
Periode Orde Baru
Perkembangan dan dinamika hukum dan tata peradilan di
bawah Orde Baru justru diawali oleh penyingkiran hukum
dalam proses politik dan pemerintahan. Di bidang
perundang-undangan, rezim Orde Baru ?membekukan?
pelaksanaan UU Pokok Agraria, dan pada saat yang sama
membentuk beberapa undang-undang yang memudahkan
modal asing berinvestasi di Indonesia; di antaranya adalah
UU Penanaman Modal Asing, UU Kehutanan, dan UU
Pertambangan.
Selain itu, orde baru juga melakukan:
1) Penundukan lembaga-lembaga hukum di bawah
eksekutif;
2) Pengendalian sistem pendidikan dan penghancuran
pemikiran kritis, termasuk dalam pemikiran hukum;
Singkatnya, pada masa orde baru tak ada perkembangan
yang baik dalam hukum Nasional.
4).
Periode Pasca Orde Baru (1998 Sekarang)
Sejak pucuk eksekutif di pegang Presiden Habibie hingga sekarang, sudah
terjadi empat kali amandemen UUD RI. Di arah perundang-undangan dan
kelembagaan negara, beberapa pembaruan formal yang mengemuka
adalah:
1) Pembaruan sistem politik dan ketetanegaraan;
2) Pembaruan sistem hukum dan hak asasi manusia; dan
3) Pembaruan sistem ekonomi.
Penyakit lama orde baru, yaitu KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) masih
kokoh mengakar pada masa pasca orde baru, bahkan kian luas
jangkauannya. Selain itu, kemampuan perangkat hukum pun dinilai belum
memadai untuk dapat menjerat para pelaku semacam itu. Aparat penegak
hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim (kini ditambah advokat) dilihat
masih belum mampu mengartikulasikan tuntutan permbaruan hukum, hal
ini dapat dilihat dari ketidakmampuan Kejaksaan Agung meneruskan
proses peradilan mantan Presiden Soeharto, peradilan pelanggaran HAM,
serta peradilan para konglomerat hitam. Sisi baiknya, pemberdayaan
rakyat untuk menuntut hak-haknya dan mengembangkan sumber daya
hukumnya secara mandiri, semakin gencar dan luas dilaksanakan.
Walaupun begitu, pembaruan hukum tetap terasa lambat dan masih tak
tentu arahnya.
3. Pengantar Hukum
Konstruksi Indonesia