Professional Documents
Culture Documents
NIM
: 11-2010-087
TandaTangan:
TandaTangan:
: Tn NA
Umur
: 60 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pensiunan
Alamat
No CM
: XXXXXX
Dirawat di ruang
: Cattleya B
Tanggal masuk RS
: 21 Mei 2012
Tanggal keluar RS
: 23 Mei 2012
II. SUBJEKTIF
Alloanamnesis (anak dan keponakkan pasien), pada tanggal 21 Mei 2012
Keluhan utama :
Tidak bisa bicara lancar sejak 2 hari SMRS.
dirawat di rumah sakit hampir satu minggu lebih dan dokter mengatakan terkena stroke dan
ada penyumbatan darah di otak , setelah dirawat pasien masih mengalami kelumpuhan badan
tangan kaki sebelah kiri namun bicara pelo-nya sudah membaik dan dapat berkomunikasi
dengan jelas , pasien juga sudah dapat berdiri dan berjalan namun seperti jalan bebek sedikitsedikit. Setelah pulang perawatan dari rumah sakit , pasien tidak pernah berobat kontrol dan
tidak pernah minum obat lagi setelah obatnya habis. Pasien juga tidak pernah melakukan
fisioterapi.
Anak pasien mengatakan bahwa sebelum stroke pada tahun 2005 , pasien mulai ke
tua-an yaitu berjalan dan dalam berkegiatan apapun menjadi lambat , namun tidak ada
tangan atau jari yang bergetar-getar saat sedang istirahat. Sejak stroke , terlihat bertambah
parah , pasien masih dapat berjalan namun dikatakan sepeti bebek , jalan sedikit-sedikit dengan
posisi kaki yang sejajar. Sejak tahun 2008 , pasien berjalan sangat lambat namun posisi kaki
seperti kereta-keretaan dan sering seperti mau jatuh. Pasien juga sering mengalami tidak
tidur saat malam sejak tahun 2005-an. Pasien juga sering terlihat sedih tiba-tiba , seperti
menangis.
Selain itu, pasien tidak pernah mengalami serangan sesak nafas, nyeri dada dan
perasaan berdebar-debar. Pasien merokok waktu muda dan sering minum kopi bahkan setelah
sakit pada tahun 2005. Riwayat sakit gula, jantung , alergi disangkal . Pasien pernah sakit
prostat pada tahun 2008 .
III. OBJEKTIF
1. Status presens (21 Mei 2012)
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran
TD
: 160/100 mmHg
Nadi
: 90 kali/menit
Pernafasan
: 24 kali/menit
Suhu
: 36.6 C
Kepala
: normosefali, simetris
Leher
Dada
Paru
Jantung
Perut
Kelamin
Ekstremitas
Berat badan
: 50,0 kg
Tinggi badan
: 165,0 cm
2. Status psikikus
Cara berpikir
Perasaan hati
: pasien sedih
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan
3. Status neurologikus
Kesadaran
Tonus
Wajah
a. Kepala
i. Bentuk
: normosefali
: (-)
iv. Pulsasi
: (+)
b. Leher
i. Sikap
: simetris
ii. Pergerakan
: bebas
c. Rangsang meningeal
i. Kaku kuduk
: (-)
ii. Kernig
: (-)
iii. Laseque
: (-)
iv. Brudzinski I
: (-)
v. Brudzinski II
: (-)
d. Saraf cranial
i. N. I
Subjektif
Dengan bahan
kanan
kiri
baik
baik
tidak dilakukan
ii. N. II
kanan
kiri
Tajam penglihatan
Lapangan penglihatan
Melihat warna
Fundus okuli
tidak dilakukan
iii. N. III
kanan
kiri
Ptosis
tidak ada
tidak ada
Pergerakan bulbus
Strabismus
(-)
(-)
Nistagmus
(-)
(-)
Eksoftalmus
(-)
(-)
Enoftalmus
(-)
(-)
Pupil - Besar
4 mm
4 mm
bulat, isokor
bulat, isokor
(+)
(+)
Melihat ganda
(-)
(-)
kanan
kiri
(ke bawah-medial)
normal
normal
Sikap bulbus
normal
normal
Melihat ganda
(-)
(-)
kanan
kiri
Membuka mulut
(-)
baik
Mengunyah
baik
baik
Menggigit
baik
baik
- Bentuk
iv. N.IV
Pergerakan mata
v. N.V
Refleks kornea
Sensibilitas
tidak dilakukan
baik
baik
vi. N.VI
kanan
kiri
normal
normal
Sikap bulbus
normal
normal
Melihat ganda
(-)
(-)
vii. N.VII
kanan
Sulcus nasolabialis
kiri
tidak simetris
Mengerutkan dahi
(+)
(+)
Menutup mata
(+)
(+)
Memperlihatkan gigi
(-)
(+)
Mengembungkan pipi
(-)
kuat
kanan
kiri
viii. N.VIII
Detik arloji
tidak dilakukan
Suara berisik
baik
baik
Weber
tidak dilakukan
Rinne
tidak dilakukan
ix. N.IX
Perasaan lidah 1/3 belakang
Arcus pharynx
tidak dilakukan
tidak dapat dinilai
x. N.X
Arcus pharynx
Menelan
Bicara
xi. N.XI
pelo (+)
kanan
kiri
Mengangkat bahu
baik
baik
Memalingkan kepala
baik
baik
eutrofi
eutrofi
xii. N.XII
Julur lidah
Tremor lidah
(-)
Fasikulasi
(-)
Atrofi
(-)
ii. Duduk
b. Sensibilitas
kanan
kiri
Taktil
Nyeri
Thermi
tidak dilakukan
Diskriminasi
c. Refleks
Refleks kulit perut atas
:+
:+
:+
Refleks kremaster
: tidak dilakukan
kanan
kiri
Pergerakan
Kekuatan
3-3-4-4
4-4-3-3
Tonus
Rigiditas
Rigiditas
(-)
(-)
kanan
kiri
Taktil
baik
baik
Nyeri
baik
baik
b. Sensibilitas
Thermi
Diskriminasi
tidak dilakukan
baik
baik
kanan
kiri
Biceps
Triceps
Brachioradialis
Tromner-hoffman
(-)
(-)
kanan
kiri
Pergerakan
Kekuatan
3-3-3-3
3-3-3-3
Tonus
normotoni
normotoni
Atrofi
(-)
(-)
kanan
kiri
Taktil
baik
baik
Nyeri
baik
baik
c. Refleks
b. Sensibilitas
Thermi
Diskriminasi
tidak dilakukan
baik
baik
kanan
kiri
Patella
Achilles
Babinski
(-)
(-)
c. Refleks
Chaddock
(-)
(-)
Rossolimo
(-)
(-)
Mendel-Bechterev
(-)
(-)
Schaefer
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Klonus kaki
(-)
(-)
b. Tes Romberg
5. Gerakan-gerakan abnormal
a. Tremor
: (-)
b. Miokloni
: (-)
c. Khorea
: (-)
f. Alat vegetatif
i. Miksi
ii. Defekasi
iii. Ereksi
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium (21 mei 2012) :
i. Hematologi
HbA1C
: 6,2 %
Lekosit
:9900sel/mm
Trombosit
:346.000sel/mm3
Hematokrit
: 41 %
LED
: 30 mm/jam
: 80 mg/dL
Ureum
: 38 mg/dL
Creatinine
: 1 mg/dL
SGOT
:18 U/L
SGPT
:10 U/L
Asam urat
: 7,5 mg/dL
: 122 mg/dl
HDL Cholesterol
: 42 mg/dl
LDL Cholesterol
: 70 mg/dl
Triglyceride
: 111 mg/dl
b) Pemeriksaan Radiologi
i.
Foto toraks AP
Kesan: Cor : tak tampak kardiomegali , elongatio Arcus Aorta
Pulmones : sesuai gambaran bronkitis
Nb: Klinis ada hipertensi ?
ii.
c) Elektrokardiografi
Kesan: LVH
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis klinik
1.
2.
3.
4.
5.
Hipertensi
Diagnosis topik
1.
Infark
2.
Gangguan dopaminergik
Diagnosis etiologik
1.
Tromboemboli
2.
Degeneratif
VII. PENATALAKSANAAN
i. Medikamentosa
1. Ivfd RL/12 jam
2. Neulin (Citicholine) 2 x 1000 mg iv
3. Captopril 2 x 12,5 mg peroral Kalau perlu (MAP >130 mmHg)
4. Levazide 3 x 1
5. Sohobion 1 x 1
6. Aspilet 1 x 2
ii. Non-medikamentosa
1. Diet Lunak
2. Fisioterapi bila kondisi medis stabil (sore)
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. STROKE
1.1
Latar belakang
Stroke sudah dikenal sejak dulu kala, bahkan sebelum zaman Hippocrates. Soranus dari
Ephesus (98-138) di Eropa telah mengamati beberapa faktor yang mempengaruhi stroke.
Hippocrates adalah Bapak Kedokteran asal Yunani, dan beliau mengetahui stroke sejak 2400
tahun silam. Kala itu, belum ada istilah stroke. Hippocrates menyebutnya dalam bahasa Yunani:
apopleksi. Artinya, tertubruk oleh pengabaian. Sampai saat ini, stroke masih merupakan salah
satu penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian.1
Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah otak, timbul
mendadak dan biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun. Umumnya laki-laki sedikit lebih
sering terkena dari pada perempuan. Biasanya tidak ada gejala prodromal atau gejala dini, dan
muncul mendadak.
1.2
Insiden
Stroke mengenai semua usia, termasuk anak-anak. Namun, sebagian besar kasus
dijumpai pada orang-orang yang berusia di atas 40 tahun. Makin tua umur, resiko terjangkit
stroke makin besar. Penyakit ini juga tidak mengenal jenis kelamin. Tetapi, stroke lebih banyak
mengenai laki-laki daripada perempuan. Lalu dari segi warna kulit, orang berkulit berwarna
berpeluang terkena stroke lebih besar daripada orang berkulit putih.1
1.3
Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga di
dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting,
dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang.2 Menurut
taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 15
stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit tekanan darah
tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia.1
Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang
menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun
terdapat laporan 700.000 kasus stroke. Sebanyak 500.000 diantaranya kasus serangan pertama,
sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke berulang. Sebanyak 75 % penderita stroke
menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan.1
Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak
28,5 % penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total.
Hanya 15 % saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.1
PEMBAHASAN
2.1
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan dan
pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh 3 selaput otak yang disebut meningen (duramater,
arachnoid, dan piamater) dan berada di dalam rongga tengkorak.
Otak mempunyai peranan yang berbeda antara bagian yang kanan maupun kiri. Otak
kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik
dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi kerusakan
otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu
adalah kemampuan visual dan emosi misalnya. Otak kiri berfungsi dalam hal perbedaan, angka,
urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek (short
term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal
fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.3
Hemisfer serebri
Kedua hemisfer serebri, yang membentuk bagian otak yang terbesar, dipisahkan oleh
fisura longitudinalis serebri yang dalam. Permukaan hemisfer serebri terdapat alur-alur atau
parit-parit yang dikenal sebagai fissura dan sulkus. Bagian otak yang terletak di antara alur-alur
ini dinamakan konvolusi atau gyrus. Fisura lateralis serebri (fissura Sylvii) memisahkan lobus
temporalis dari lobus frontalis.
Bagian-bagian serebri yang utama:3
1. Lobus Frontalis : sangat banyak berhubungan dengan fungsi luhur dan kognitif serta
pusat bicara motorik. Pada keadaan stroke, daerah yang sering terkena adalah pusat
bicara motorik (girus frontalis inferior) maka gejala yang didapat berupa gangguan bicara
motorik (afasi motorik/afasi broca).
2. Lobus Parietalis : merupakan pusat sensorik tubuh, pada stroke gejala yang terkena
adalah gangguan sensoris dan dapat timbul rasa nyeri (central pain).
3. Lobus Occipitalis : pusat penglihatan, bila daerah ini terkena pasien mengalami buta
sentral (central blindness).
4. Lobus Temporalis : berhubungan dengan pusat bicara sensorik (girus temporalis
superior/wernicke), gejala yang didapat adalah afasia sensorik.3
Diensefalon
Bagian ini mencakup talamus dengan korpus genikulatum, epitalamus, subtalamus dan
hipotalamus. Talamus merupakan struktur penentu bagi persepsi beberapa tipe sensasi.
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 17
Hipotalamus yang terletak di sebelah ventral talamus dan membentuk lantai serta dinding
inferior lateral dari ventrikel III. Kerusakan pada regio hipotalamus dapat menghasilkan berbagai
macam gejala termasuk diabetes insipidus, obesitas, distrofi seksual, somnolen, kehilangan nafsu
seks dan kehilangan pengendalian temperatur.3
Batang Otak
Mesensefalon
Merupakan bagian otak yang pendek dan terletak diantara pons dan hemisfer serebri. di
sisi terletak nukleus saraf kranialis okulomotorius (N.III) dan troklearis (N.IV) yang berperan
dalam gerakan bola mata.
Pons
Terletak di sebelah ventral serebelum dan anterior medula. Pada pons ini terletak inti dari
saraf kranialis trigeminus (N.V), abdusens (N.VI), fasialis (N.VII), dan vestibularis-koklearis
(N.VIII). Lesi di daerah batang otak dapat menyebabkan gejala yang dapat dihubungkan dengan
terlibatnya lintasan motorik dan sensorik yang melewati lesi tersebut, terutama dengan
terlibatnya nuklei saraf kranialis yang berada dalam daerah lesi.
Medula Oblongata
Merupakan bagian batang otak yang berbentuk piramid di antara medula spinalis dan
pons. Pada medula oblongata terletak nukleus saraf kranialis glossofaringeus (N.IX), vagus
(N.X), assesorius (N.XI), dan hipoglossus (N.XII).3
Serebelum
Terletak pada fossa posterior tengkorak di belakang pons dan medulla, dipisahkan dengan
serebrum yang berada dibagian superior oleh perluasan duramater yaitu tentorium serebeli.
Fungsi serebelum ini antara lain mempertahankan posisi tubuh, mengendalikan otot-otot anti
gravitasi dari tubuh, dan mengerem pada gerakan di bawah kemauan, terutama gerakan yang
memerlukan pengawasan dan penghentian serta gerakan halus dari tangan.3
2.2
Definisi Stroke
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah kumpulan gejala
klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak baik fokal atau global secara tiba-tiba, disertai
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain selain gangguan vaskuler.3-6
Stroke termasuk penyakit serebrovaskular (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan
oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan,
penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Stroke terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak
terganggu atau sangat berkurang, sehingga kurangnya oksigen dan makanan untuk jaringan
otak. Dalam waktu beberapa menit, sel-sel otak mulai mati.3,6
2.3
Klasifikasi Stroke
Banyak aspek yang dipertimbangkan dalam menetapkan pembagian stroke. Berdasarkan
pembuluh
arteri
otak
baik
intrakranial
maupun
ekstrakranial
atau
Cryptogenic stroke
Lain-lain
(kadar
protrombin,
dissections,
arteritis,
migrain/vasospasm,
ketergantungan obat)
2. Sistem vertebrobasiler
2.4
Etiologi Stroke
Fibrilasi atrium
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right sided circulation
(emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi valvular seperti
pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan, trombi mural (seperti infark miokard, atrial
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 22
fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3% stroke
emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85% diantaranya terjadi pada bulan pertama setelah
terjadinya infark miokard.
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk sistem
arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior).
Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral
utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat
menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan
trombus aterosklerosis atau ulserasi plak, dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisitemia, anemia sickle cell, defisiensi protein
C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat
gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat
menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contoh: trauma, diseksi aorta torasik, arteritis).4-7
2.5
2.6
Hemihipestesia kontralateral
Gangguan penglihatan pada 1 mata (amaurosis fugaks) atau pada 2 belahan mata
(hemianopsia homonim)
Inkontinensia urin
Gangguan penglihatan pada satu atau dua mata berupa sukar mengenal objek, wajah,
warna, simbol
Hemiparese kontralateral
Hemihipestesia
Ada suatu penilaian sederhana yang dikenal dengan singkatan FAST (Face, Arms drive,
Speech, dan Three of signs) yang merupakan gejala awal stroke yang harus diwaspadai.
F = Face (wajah)
Wajah tampak mencong sebelah atau tidak simetris. Sebelah sudut mulut tertarik ke
bawah dan lekukan antara hidung ke sudut mulut atas tampak mendatar.
A = Arms Drive (gerakan lengan)
Angkat tangan lurus sejajar kedepan (90 derajat) dengan telapak tangan terbuka ke atas
selama 30 detik. Apabila terdapat kelumpuhan lengan yang ringan dan tidak disadari penderita,
maka lengan yang lumpuh tersebut akan turun (menjadi tidak sejajar lagi). Pada kelumpuhan
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 25
yang berat, lengan yang lumpuh tersebut sudah tidak bisa diangkat lagi bahkan sampai tidak bisa
digerakkan sama sekali.
S = Speech (bicara)
Bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak dapat berkata-kata (gagu) atau dapat
bicara akan tetapi tidak mengerti pertanyaan orang lain sehingga komunikasi verbal tidak
nyambung.
T = Three of signs (ketiga tanda diatas)
Ada ketiga-tiga gejala yaitu perubahan wajah, kelumpuhan, dan bicara.
2.7
Orang tiba-tiba terlihat mengantuk berat atau kehilangan kesadaran atau pingsan
Pusing berputar
Diagnosis Stroke
Untuk menegakkan diagnosis stroke pencitraan CT scan (Computerised Tomography
Scanning) yang merupakan pemeriksaan baku emas (Gold Standard). Mengingat bahwa alat
tersebut saat ini hanya dijumpai di kota tertentu, maka dalam menghadapi kasus dengan
kecurigaan stroke, langkah pertama yang ditempuh adalah menentukan lebih dahulu apakah
benar kasus tersebut kasus stroke, karena abses otak, tumor otak, infeksi otak, trauma kepala,
juga dapat memberikan kelainan neurologis yang sama, kemudian menentukan jenis stroke yang
dialaminya. Dengan perjalanan waktu, gejala klinis stroke dapat mengalami perubahan. Untuk
membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragik atau non hemoragik atau keduanya, dapat
ditentukan berdasarkan pemeriksaan berikut:8
1. Anamnesis
Langkah ini tidak sulit karena, sekiranya memang stroke sebagai penyebab, maka sesuai
dengan definisinya, di mana kelainan saraf yang timbul adalah secara mendadak. Bila sudah
ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah menetapkan
stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragik atau stroke non hemoragik.2
PERDARAHAN
EMBOLI
TROMBOSIS
Gejala terjadi
akut
akut
subakut
Waktu
aktif
aktif
bangun pagi
Peringatan (TIA)
Nyeri kepala
Muntah
Kejang
Diabetes
Gangguan katup
PERDARAHAN
EMBOLI
TROMBOSIS
rendah
sedikit
sedikit
plegi
parese
parese
Kaku kuduk
Deviation conjugree
Bradikardi
hari ke-4
Papiledema
Stroke hemoragik
Mendadak
mendadak
sedang aktif
istirahat
+++
Kejang
Muntah
Penurunan kesadaran
Stroke Hemoragik
Stroke Infark
(dari awal)
(hari ke-4)
Edema papil
sering +
Kaku kuduk
++
Bradikardi
ya
Stroke perdarahan
intraserebral
tidak
ya
Stroke perdarahan
intraserebral
(samb.)
Penurunan kesadaran (-)
ya
Stroke perdarahan
intraserebral
tidak
Penurunan kesadaran (-)
ya
tidak
Penurunan kesadaran (-)
ya
Kesadaran
Penilaian
Indeks
Skor
X 2,5
X2
X2
X 10%
X (-3)
-12
-12
2.
Muntah
(0) Tidak
(1) Ya
3.
Nyeri kepala
(0) Tidak
(1) Ya
4.
Tekanan darah
5.
Ateroma
Diastolik
a. DM
(0) Tidak
b. Angina pectoris
(1) Ya
c. Klaudikasio
intermiten
6.
Konstanta
Stroke hemoragik
a. Funduskopi
Crossing phenomen
korpus vitreum
- Tekanan
Meningkat
Normal
- Warna
Merah
Jernih
c. Arteriografi
Ada shift
Oklusi
d. CT Scan
e. MRI
**
b. Pungsi lumbal
Infark
atau
penurunan
ringan
densitas
adanya
cytotoxic
edema
dan
mungkin
pemberian kontras
Hemoragik
11 hari 2 bulan
- Menjadi
hipodens
dengan
penyangatan
deposisi
hemosiderin
dan
defect hipodens)
Stroke infark
T 2 weighted image
hipointens (hitam)
hiperintens (putih)
Isointens
Hipointens
Hiperintens
Isointens
Hiperintens
Hiperintens
Hiperintens
Sangat hipointens
Derajat 2 : sakit kepala hebat, tanda rangsang meningeal, dan kemungkinan adanya
defisit saraf kranialis
2. TACI : Total Anterior Circulation Infarct, pada sistem sirkulasi karotis, dengan gambaran :
Hemiparesis dengan gangguan sensorik kontralateral sisi lesi
Hemianopia kontralateral sisi lesi
Gangguan fungsi luhur : misal afasia, gangguan visuospasial, hemineglect,
agnosia, apraxia.
3. LACI : Lacunar Infarct, disebabkan oleh infark pada arteri kecil dalam otak (small deep
infarct). Tanda-tanda klinisnya :
Tidak ada deficit visual
Tidak ada gangguan fungsi luhur
Tidak ada gangguan fungsi batang otak
Defisit maksimum pada satu cabang arteri kecil
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 33
STROKE ISKEMIK
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke
otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% dari stroke adalah stroke iskemik.
Patofisiologi
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :8-10
1. Stroke trombotik/ateriosklerotik fokal
Jenis stroke ini terjadi ketika gumpalan darah (trombus) terbentuk di salah satu arteri
yang memasok darah ke otak yang berangsur-angsur menyempit dan akhirnya
tersumbat. Bekuan biasanya terbentuk di kawasan yang rusak oleh aterosklerosis yaitu
penyakit di mana arteri tersumbat oleh timbunan lemak (plak). Proses ini dapat terjadi dalam
satu dari dua arteri karotis leher yang membawa darah ke otak, serta di arteri lain dari leher
atau otak. Trombosis (penyakit trombo-oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling
sering. Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama
trombosis serebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan
yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan
beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tibatiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteri besar.
Bagian intima arteri sereberi menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel sel ototnya
menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh
sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan
atau tempat-tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat-tempat khusus
tersebut. Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin
jarang adalah sebagai berikut: arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris
bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada
permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar.
Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme
koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap
tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
2. Stroke embolik
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 35
dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat
mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian-bagian
yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi
media, terutama bagian atas.
3. Hipoperfusi sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
Jika terjadi oklusi atau hipoperfusi otak yang aliran darah otak normal 15-20 % dari
cardiac output, jika CBF atau aliran darah otak 20 ml/menit/100gr otak maka otak akan berada
dalam keadaan iskemik, sehingga terjadi gangguan fungsi otak dan pada EEG akan timbul
perlambatan, namun bila CBF kembali normal, maka gangguan fungsi akan pulih kembali.8-10
Bila CBF 8-10 ml/menit/100gr otak, sel otak dalam keadaan infark dan bila tidak segera
diatasi akan timbul defisit neurologis sehingga timbul kecacatan dan kematian. Daerah sekeliling
yang terancam disebut daerah penumbra, di mana sel belum mati tapi fungsi berkurang dan
mengakibatkan defisit neurologik. Maka dari itu, sasaran terapi stroke iskemik akut agar daerah
penumbra dapat direperfusi dan sel otak dapat berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung
faktor waktu. Disekeliling daerah penumbra terdapat area hyperemik karena aliran darah
kolateral/luxury perfusion area.
- Nyeri talamik, suatu rasa nyeri yang terus menerus dan sukar dihilangkan.
- Terdapat rasa anastesi, tetapi pada tes tusukan timbul nyeri (anastesi dolorosa)
- Hemikhorea, disertaihemiparesis, disebut sindrom Dejerine Marie.
2. Gangguan sumbatan pada arteri vetebralis:
- Bila sumbatan pada sisi yang dominan dapat terjadi sindrom Wallenberg.
- Sumbatan pada sisi yang tidak dominan sering tidak menimbulkan gejala.
3. Sumbatan / gangguan pada arteri serebeli posterior inferior
- Sindroma Wallenberg berupa ataksia serebelar pada lengan dan tungkai di sisi yang
sama, gangguan N.II dan refleks kornea hilang pada sisi yang sama
- Hemihipestesi alternans
4. Sumbatan / gangguan pada cabang kecil arteri basilaris adalah paresis nervi kranialis yang
nukleusnya terletakdi tengah-tengah N.III, VI, XII, disertai hemiparesis kontralateral
serpihan kecil
dari endapan lemak dan kalsium pada dinding pembuluh darah (ateroma) dapat lepas, mengikuti
aliran darah dan menyumbat pembuluh darah kecil yang menuju ke otak, sehingga untuk
sementara waktu menyumbat aliran darah ke otak dan menyebabkan terjadinya TIA.10,11
aterosklerosis
diabetes
lebih dari 1-2 jam. Gejala-gejala yang sama akan ditemukan pada stroke, tetapi pada TIA gejala
ini bersifat sementara dan reversibel. Tetapi TIA cenderung kambuh; penderita bisa mengalami
beberapa kali serangan dalam 1 hari atau hanya 2-3 kali dalam beberapa tahun. Sekitar sepertiga
kasus TIA berakhir menjadi stroke dan secara kasar separuh dari stroke ini terjadi dalam waktu 1
tahun setelah TIA.
Gejalanya tergantung kepada bagian otak mana yang mengalami kekurangan darah:
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, maka yang paling sering ditemukan
adalah kebutaan pada salah satu mata atau kelainan rasa dan kelemahan
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri vertebralis, biasanya terjadi pusing,
penglihatan ganda dan kelemahan menyeluruh.
Hilangnya rasa atau kelainan sensasi pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
Pingsan
STROKE HEMORAGIK
Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70 % kasus stroke
hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan, dan
kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu
jaringan otak, sehingga menyebabkan pembengkakkan, atau mengumpul menjadi sebuah massa
yang disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang
tengkorak.7,8
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus GPDO
(Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini.
Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah
terjadi di daerah otak dan/atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan
tergeser dan tertekan. Darah ini mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme
pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan
sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan
mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat
membengkak dan mengalami nekrosis.
Berry aneurysm akibat hipertensi tidak terkontrol yang membuat titik lemah dalam
dinding arteri, mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah otak
karena kelainan kongenital pada pembuluh darah otak.
Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara, kulit,
dan tiroid.
Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri di
otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.
Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin), overdosis narkoba, seperti kokain.
(Charcot-
bourchat) akibat hipertensi lama dan paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum dan
pons. Perdarahan di korteks sering terjadi akibat tumor yang berdarah atau malformasi pembuluh
darah yang pecah. Faktor-faktor penyebab antaranya usia lanjut, arterosklerosis, hipertensi
kronis, tekanan darah naik mendadak, kejadian biasanya dalam keadaan sadar dan aktif.9
Gejala umum :
Gejala timbul mendadak berkembang dalam beberapa menit-jam, hematom membesar,
menekan, menembus, merusak daerah sekitarnya. Tekanan intrakranium meninggi sakit
kepala, muntah, kesadaran menurun. Darah masuk ke ruang subaraknoidal meningismus.
Darah masuk ke ventrikel deserebrasi (prognosa buruk), timbulnya tegang/kaku.
Gejala fokal :
Tergantung tempat hematom odem kolateral, pergeseran dan tekanan pada struktur lain
(herniasi). Diagnosa tepat pungsi lumbal (dulu), sekarang dengan CT scan. Perdarahan
intracerebral dapat disebabkan infark hemoragik, trauma, tumor, malformasi, pembuluh darah
(AVM), vaskulitis, koagulopati.
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat
kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun di mana
tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah
hasil dari aneurisma kongenital. Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan
subaraknoid dari pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam
atau di sekitar otak. Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya
hanya diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah pada katup
jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang memasok otak, dan
menyebabkan arteri menjadi meradang, arteri kemudian dapat melemah dan pecah.7-12
2.8
Sedangkan gangguan fungsi otak menyeluruh adalah pasien akan mengalami penurunan
kesadaran. Dinilai dengan pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif GCS. Jika tanda-tanda dan
gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack (TIA),
dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal stroke.
Prosedur ini memberikan pandangan, arteri di dalam otak tidak biasanya terlihat dalam
sinar-X. Tabung tipis dan fleksibel (kateter) dimasukkan melalui sayatan kecil, biasanya di
pangkal paha. Kateter dimanipulasi melalui arteri utama dan ke dalam arteri karotis atau
vertebralis. Kemudian suntikkan pewarna melalui kateter untuk menyediakan X-ray dari
arteri.
Echocardiography
Teknologi USG ini menciptakan gambar jantung, memungkinkan dokter untuk melihat
apakah bekuan (embolus) dari jantung meuju ke otak dan menyebabkan stroke. Prosedur
tambahan dengan menggunakan transesophageal echocardiography (TEE) untuk melihat
jantung dengan jelas dan memungkinkan pandangan yang lebih baik dari bekuan darah yang
mungkin tidak terlihat jelas dalam ujian ekokardiografi tradisional.
- Facial movement
- Arm movement
- Speech
- Test all three
2. Pengiriman pasien ke fasilitas yang tepat menangani stroke: amulans
3. Transportasi/ambulans (fasilitas SDM, alat-alat gawat darurat, EKG, resusitasi, obat
neuroprotektan, telemedisin)
4. Pelayanan stroke komprehensif: ICU, stroke unit
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 46
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa kontras, KGD, elektrolit darah, tes
fungsi ginjal, EKG, penanda iskemik jantung, darah rutin, PT/INR, aPTT, dan saturasi
oksigen.
2. Terapi umum
a) Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Observasi status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen
Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring/ETT, bila > dua minggu
dianjurkan trakeostomi
Pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia tidak perlu terapi O2
b) Stabilisasi hemodinamik
Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat
diberikan obat-obat vasopressor titrasi dengan target TD sistolik 140 mmHg
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang
mengalami penurunan kesadaran
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
Osmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama > 20 menit, diulangi
setiap 4-6 jam, kalau perlu diberikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV
e) Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti fenitoin loading
dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit. Pada stroke
perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi profilaksis, selama 1 bulan
dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada.
g) Pemeriksaan penunjang
EKG
Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis, KGD,
analisa urin, AGDA dan elektrolit
Berikan cairan isotonis seperti 0,9 % salin, CVP pertahankan antara 5-12 mmHg
Elektrolit (Na, K, Ca, Mg) harus selalu diperiksaa dan diganti bila terjadi kekurangan
2. Nutrisi
Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
menurun
Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas kuman
Hiperglikemia GD > 180 mg/dL pada stroke akut harus diobati, titrasi insulin, dan
terjaga normoglikemia. Hipoglikemia berat GD < 50 mg/dL, berikan dekstrosa 40 %
iv atau infus glukosa 10-20 %
2.9
Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya
Rehabilitasi
Edukasi keluarga
Discharge planning
Tidak direkomendasikan penderita stroke akut sedang sampai berat, karena resiko
komplikasi perdarahan intrakranial mengingkat
Heparin, LMWH, heparinoid untuk terapi stroke iskemik akut dan cegah
reembolisasi, diseksi arteri, stenosis berat arteri karotis pre bedah.
KI heparin: infark besar > 50%, hipertensi tak terkontrol, dan perubahan
mikrovaskuler otak yang luas
5. Antiplatelet Clopidrogel
Aspirin dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah awitan stroke iskemik akut
Tidak boleh diganti sebagai pengganti tindakan intervensi akut, yaitu rtPA intravena.
Clopidogrel sahaja atau kombinasi dengan aspirin tidak dianjurkan kecuali pada
pasien dengan indikasi spesifik seperti non-Q-wave MI, recent stenting, pengobatan
harus diberikan sampai 9 bulan pengobatan.
6. Citicoline 2x1000 mg 3 hari iv lanjut dengan 2x1000 mg 3 minggu oral. Pemakaian obatobatan neuroprotektan belum menunjukkan hasil yang efektif sehingga sampai saat ini
belum dianjurkan. Namun sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut.
7. Pengobatan terhadap hipertensi pada stroke akut
Apabilan TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg, disertai dengan gejala dan
tanda peningkatan tekanan intrakranial, dilakukan pemantauan tekanan intrakranial.
Tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara
kontinu atau intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi serebral 60mmHg.
Apabila TDS >180 mmHg atau MAP > 130 mmHg tanpa disertai gejala dan tanda
peningkatan tekanan intrakranial, tekanan darah diturunkan secara hati-hati dengan
menggunakan obat antihipertensi intravena kontinu atau intermiten dengan
pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP < 110 mmHg atau tekanan
darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan tekanan darah
hingga 140 mmHg masih diperbolehkan.
Hindari gula darah lebih 180 mg/dL, disarankan dengan infuse saline dan
menghindari larutan glukosa dalam 24 jam pertama setelah serangan stroke.
Syarat-syarat pemberian insulin adalah stroke hemoragik dan non hemoragik dengan
IDDM atau NIDDM. Bukan stroke lakunar dengan diabetes mellitus.
Kontrol gula darah selama fase akut stroke dengan pemberian insulin subkutan
mengikut sliding scale. Sasaran gula darah 80-180 mg/dL (80-110 untuk ICU).
Standard drip insulin 100 U/100mL 0.9% NaCl via infuse (1 U/mL). Infus insulin
harus dihentikan apabila penderita makan dan menerima dosis pertama dari insulin
subkutan.
Memantau gula darah dengan memeriksa gula darah kapiler tiap jam sampai pada
target gula darah selama 4 jam, kemudian diturunkan tiap 2 jam. Bila gula darah
tetap stabil, infuse insulin dapat dikurangi tiap 4 jam. Pemantauan tiap jam untuk
penderita sakit kritis walaupun gula darah stabil.
9. Hemodiluasi dengan atau tanpa venaseksi dan ekspansi volume tidak dianjurkan dalam
terapi stroke iskemik akut.
10. Pemakaian vasodilator seperti pentoksifilin tidak dianjurkan dalam terapi iskemik akut.
11. Dalam keadaan tertentu vasopressor terkadang digunakan untuk memperbaiki aliran
darah ke otak. Pada keadaan tersebut, pemantauan kondisi neurologis dan jantung harus
dilakukan secara ketat.
12. Tindakan endarterektomi carotid pada stroke iskemik akut dapat mengakibatkan risiko
serius dan keluaran yang tidak menyenangkan. Tindakan endovascular belum
menunjukkan hasilyang bermanfaat, sehingga tidak dianjurkan.6-12
Angiografi CT Scan atau CT Scan dengan kontras, membantu identifikasi pasien resiko
perluasan hematom
Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi berat atau trombositopenia berat: terapi
penggantian faktor koagulasi atau trombosit
Pasien dengan perdarahan intrakranial dan peningkatan INR terkait obat antikoagulan
oral, sebaikanya jangan diberikan warfarin. Terapi diganti Vitamin K, pemberian
Konsentrat Kompleks Protrombin untuk mengurangi komplikasi, FFP.
Faktor VIIa
LMWH dan UFH ssubkutan dosis rendah dapat dipertimbangkan untuk mencegah
tromboemboli vena setelah perdarahan berhenti.
3. Tekanan darah
Glukosa darah
Penanganan dan pemantauan: TIK, GCS < 8, tanda klinis herniasi transtentorial,
perdarahan intraventrikuler luas, hidrosefalus. Drainase ventrikuler dengan stroke
iskemik dengan hidrosefalus yang disertai penurunan kesadaran
Perdarahan intraventrikuler
Evakuasi hematom
Gejala kadang tidak khas, patut curiga PSA bila nyeri kepala hebat yang paling sakit
semasa hidup dan muncul tiba-tiba
CT scan kepala, bila hasil PSA () namun klinis curiga PSA, punksi lumbal dan analisis
LCS
Angiografi cerebral untuk memastikan aneurisma pada pasien PSA. MRA, CT angiografi
- ABC
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 54
Anti fibrinolitik
Clipping atau endovaskuler coilling untuk mengurangi perdarahan ulang (bedah saraf,
dokter endovaskuler)
Nimodipin
2.10
Komplikasi Stroke
2.11
Olahraga yang cukup dan teratur dengan melakukan aktivitas fisik yang punya nilai
aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang, dan lain-lain) secara teratur minimal 30
menit dan minimal 3 kali per minggu.
Kadar lemak (kolesterol) dalam darah kurang dari 200 mg% (hasil laboratorium)
Kadar gula darah puasa kurang dari 100 mg/dl (hasil laboratorium)
2. Pencegahan sekunder
Adalah upaya pencegahan agar tidak terkena stroke berulang caranya adalah dengan:
Mengendalikan faktor resiko yang telah ada seperti mengontrol darah tinggi, kadar
kolesterol, gula darah, asam urat
2.12
Prognosis
1. Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume perdarahan
2. Semakin rendah nilai GCS maka prognosis semakin buruk dan tingkat mortalitasnya
tinggi
3. Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk, dan adanya darah di
dalam ventrikel berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi
4. Adanya darah di dalam ventrikel meningkatkan angka kematian sebanyak 2 kali lipat
(Nassisi, 2009). Hal ini mungkin diakibatkan oleh obstructive hydrocephalus atau efek
massa langsung dari darah ventrikular pada struktur periventrikular, yang mana
berhubungan dengan hipoperfusi global korteks yang didasarinya. Darah ventrikular juga
mengganggu fungsi normal dari CSF dengan mengakibatkan asidosis laktat lokal.
5. Prognosis ad vitam tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul, sementara
prognosis ad functionam dapat dinilai dengan parameter Activity Daily Living (Barthel
Index) dan
KESIMPULAN
sehingga dana yang diperlukan untuk perawatan, pengobatan, dan rehabilitasi pasien stroke dapat
ditekan seminimum mungkin.
Sistem manajemen stroke yang didasarkan oleh ketatnya waktu tidak selalu dapat
diterapkan secara umum, salah satu penyebabnya adalah keterbatasan dan kesadaran pasien
untuk tiba ke rumah sakit lebih awal. Maka dari itu, pentingnya manajemen prahospital dan
penanganan manajemen stroke akut di ruang gawat darurat dan di ruang rawat inap, agar dapat
mendiagnosa cepat dan melakukan terapi efektif sehingga mencegah komplikasi stroke yang
lebih jauh dan mencegah berulangnya serangan stroke sesuai dengan manajemen stroke akut,
ditambah dengan peran fisioterapi dan rehabilitasi medis agar dapat memaksimalkan kembalinya
fungsi-fungsi neurologik dan terapi psikologi pasien guna mencegah terjadinya depresi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutrisno, Alfred. Stroke. You Must Know Before you Get It. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta; 2007.hal.1-13.
2. Feigin, Valery. Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. PT. Bhuana
Ilmu Populer: Jakarta; 2006.
3. Baehr M, Frotscher M. Suplai darah dan gangguan vaskular sistem darah pusat. Dalam:
Diagnosis Topik Neurologi DUUS: Anatomi, fisiologi, Tanda, Gejala). Edisi 4. EGC,
Jakarta. 2005;371438.
4. Rasyid Al, Soertidewi L. Unit Stroke Manajemen Stroke secara Komprehensif. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2011.
5. Soetjipto H, Muhibbi S. Stroke: Pengenalan & Penatalaksanaan Kasus-kasus Neurologi. Ed
II. Departemen Saraf RSPAD GS Ditkesad, Jakarta. 2007;1834.
6. Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline
Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
7. Misbach J, Hamid AB, Mayza A, Saleh K (editor). Stroke: Buku Pedoman SPM & SPO
Neurologi. PERDOSSI, Jakarta. 2006;1924.
8. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf: Neurologi Klinis
Dasar. Cetakan ke-14. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. 2009;267292.
9. Furie KL, Kasner SE, Adams RJ, Albers GW, Bush RL, Fagan SC, et al. Guidelines for the
prevention of stroke in patients with stroke or transient ischemic attack: a guideline for
healthcare professionals from the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke. 2011;42:227276.
10. Barnett HJM, Bogousslavsky J, Meldrum H. Ischemic Stroke: Advances in Neurology. Vol
92. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. 2003.
11. Greenberg DA, Aminoff MJ. Simon RP. Stroke: Clinical Neurology Lange. Ed 6th.
McGraw Hill, USA. 2005; 285318.
12. Ropper AH, Samuels MA.Cerebrovascular Diseases: Adams and Vistors Principles of
Neurology. Ed 9th. McGraw Hill, USA. 2009;746837.
B.PARKINSON
DEFINISI
Terdapat dua istilah berkaitan yang perlu dibedakan yaitu Penyakit Parkinson dan Parkinsonism.
Penyakit Parkinson adalah bagian dari Parkinsonism yang secara patologi ditandai oleh
degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta (SNC) yang disertai
adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies).
Parkinsonism adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin dengan berbagai
macam sebab.1
EPIDEMIOLOGI
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita hampir
seimbang. 5-10% orang yang terjangkit Penyakit Parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia
40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh
usia pada umumnya mencapai 1% di seluruh dunia dan 1,6% di Eropa, meningkat dari 0,6%
pada usia 60-64 tahun sampai 3,5% pada usia 85-89 tahun.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita Parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan
jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata
usia penderita di atas usia 50 tahun dengan rentan usia sesuai dengan penelitian yang dilakukan
di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa yaitu 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan,
baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena disbanding perempuan
(3:2) dengan alas an yang belum diketahui.1,2
ETIOLOGI
Sejauh ini etiologi Penyakit Parkinson tidak diketahui (idiopatik), namun ada beberapa teori
mengemukakan bahwa usia lanjut, keturunan (genetik), dan lingkungan merupakan faktor risiko
yang tidak dapat diabaikan.
a) Usia: meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia di bawah 30 tahun.
b) Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika.
c) Genetik: diduga ada peran faktor genetik.
Telah dibuktikan mutasi yang khas tiga gen terpisah (alpha-Synuclein, Parkin, UCHL 1)
dan empat lokus tambahan (Park3, Park4, Park6, Park7) yang berhubungan dengan faktor
risiko Parkinson keturunan. Kebanyakan kasus idiopatik Parkinson diperkirakan akibat
faktor-faktor genetik dan lingkungan. Etiologi yang dikemukan oleh Jankovics (1992)
adalah sebagai berikut:
Genetik predispositions
+
Environmental Factor (exogenous and endogenous)
+
Trigger factor (stress, infection , trauma , drugs , toxins)
+
Age related neuronal attrition and loss of anti-oxidative mechanism
Parkinsons Disease
Bagan 1. Etiologi dari Parkinsons disease (Jankovic 1992)
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 60
d) Lingkungan:
Infeksi
e) Cedera kranio serebral: peranan cedera kranio serebral masih belum jelas.
f) Stress emosional: diduga juga merupakan faktor risiko.2
Ganglia
basalis
terdiri
dari
extrapiramidal.
berfungsi
untuk
Struktur
modulasi
ini
gerakan
khusus
secara
dalam
halus.
gerakan
Kerusakan
Ganglia basalis sering ikut terlibat di dalam proses degeneratif dan mengakibatkan gangguan
gerakan, yang dapat berupa gerakan menjadi lamban atau gerakan menjadi berlebihan. Gerak
lamban disebut sebagai gerak involunteer yang abnormal, hiperkinesia atau diskinesia. Ganglia
basalis itu sendiri terdiri dari (Gambar 1):
1. Korpus striatum: nucleus kaudatus, putamen, dan globus palidus.
2. Substansia nigra.
3. Nucleus subtalamik.
Jika otak memerintahkan suatu aktifitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di
dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan
sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke thalamus, yang akan
menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks serebri. Keseluruhan sinyal
tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmitter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur
saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmitter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
KLASIFIKASI
1. Parkinsonismus primer/idiopatik/paralisis agitans
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum
jelas.
Kira-kira 7 dari 8 kasus Parkinson termasuk jenis ini.
Penyakit Parkinson.
2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain: tuberculosis, sifilis
meningovaskuler.
Iatrogenic atau drug induced, misalnya neuroleptik (antipsikotik) golongan
fenotiazin, anti emetik, reserpin, tetrabenazin.
Lain-lain, misalnya perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulangulang pada petinju, infark lakunar, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
Toksin: MPTP, CO, Mn, Mg, methanol, etanol, sianid.
PATOFISIOLOGI
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar
dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia nigra sebesar 40 50% yang
disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies). Ehringer dan Hornykiewiez
mengungkapkan bahwa kemusnahan neuron di pars kompakta substansia nigra yang
dopaminergik itu merupakan lesi utama yang mendasari penyakit Parkinson. Lesi primer pada
penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang mengandung neuromelanin di dalam batang
otak, khususnya di substansia nigra pars kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata
telanjang. Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamin dari ujung saraf nigrostriatum
akan merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2 (inhibitorik) yang berada di dendrit
output neuron striatum. Output striatum disalurkan ke globus palidus segmen interna atau
substansia nigra pars retikularis lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek
berkaitan dengan reseptor D2. Maka bila masukan direk dan indirek seimbang, maka tidak ada
kelainan gerakan.
Pada penderita penyakit Parkinson, terjadi degenerasi kerusakan substansia nigra pars kompakta
dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga tidak ada rangsangan terhadap reseptor D1
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 63
maupun D2. Gejala Penyakit Parkinson belum muncul sampai lebih dari 50% sel saraf
dopaminergik rusak dan dopamin berkurang 80%. Reseptor D1 yang eksitatorik tidak terangsang
sehingga jalur direk dengan neurotransmitter GABA (inhibitorik) tidak teraktifasi. Reseptor D2
yang inhibitorik tidak terangsang, sehingga jalur indirek dari putamen ke globus palidus segmen
eksterna yang GABAergik tidak ada yang menghambat sehingga fungsi inhibitorik terhadap
globus palidus segmen eksterna berlebihan. Fungsi inhibisi dari saraf GABAergik dari globus
palidus segmen ekstena ke nucleus subtalamikus melemah dan kegiatan neuron nukleus
subtalamikus meningkat akibat inhibisi.
Saraf eferen dari globus palidus segmen interna ke talamus adalah GABAnergik sehingga
kegiatan talamus akan tertekan dan selanjutnya rangsangan dari talamus ke korteks lewat saraf
glutamatergik akan menurun dan output korteks motorik ke neuron motorik medulla spinalis
melemah terjadi hipokinesia.2,4
Dengan mikroskop elektron terlihat neuron yang bertahan hidup mengandung inklusi eosinofilik
sitoplasmik disertai halo ditepinya yang dikenal sebagai Lewy Body. Lewy body ditemukan di
nucleus batang otak tertentu biasanya mempunyai diameter > 15 cm, berbentuk sferis dan inti
hialin yang padat. Komponen struktural yang predominan pada Lewy body terlihat berupa bahan
filamen yang tersusun dalam pola sirkuler dan linear, kadang terjulur kearah dari inti yang padat
elektron. Lewy body bukan gambaran yang spesifik pada penyakit Parkinson karena juga
ditemukan pada beberapa penyakit neurodegeneratif lain yang langka.1
GAMBARAN KLINIS
Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik, yang didapat dari
anamnesis yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegal-pegal atau kram otot, distonia
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 65
fokal, gangguan ketrampilan, kegelisahan, gejala sensorik (parestesia) dan gejala psikiatrik
(ansietas atau depresi). Gambaran klinis penderita Parkinson (Gambar 3):
1. Tremor
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangeal, kadang
kadang tremor seperti menghitung uang logam (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi ekstensi
atau pronasi supinasi, pada kaki fleksi ekstensi, pada kepala fleksi ekstensi atau menggeleng,
mulut membuka menutup, lidah terjulur tertarik tarik. Tremor terjadi pada saat istirahat
dengan frekuensi 4-5 Hz dan menghilang pada saat tidur. Tremor disebabkan oleh hambatan
pada aktivitas gamma motoneuron. Inhibisi ini mengakibatkan hilangnya sensitivitas sirkuit
gamma yang mengakibatkan menurunnya kontrol dari gerakan motorik halus. Berkurangnya
kontrol ini akan menimbulkan gerakan involunter yang dipicu dari tingkat lain pada susunan
saraf pusat. Tremor pada penyakit Parkinson mungkin dicetuskan oleh ritmik dari alfa motor
neuron dibawah pengaruh impuls yang berasal dari nukleus ventro-lateral talamus. Pada
keadaan normal, aktivitas ini ditekan oleh aksi dari sirkuit gamma motoneuron, dan akan
timbul tremor bila sirkuit ini dihambat.
2. Rigiditas
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot protagonis dan
terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot protagonis dan otot antagonis
sewaktu gerakan. Meningkatnya aktivitas alfa motoneuron pada otot protagonis dan otot
antagonis menghasilkan rigiditas yang terdapat pada seluruh luas gerakan dari ekstremitas
yang terlibat.
3. Bradikinesia
Gerakan volunter menjadi lamban sehingga gerak asosiatif menjadi berkurang misalnya: sulit
bangun dari kursi, sulit mulai berjalan, lamban mengenakan pakaian atau mengkancingkan
baju, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak bibir dan lidah menjadi lamban.
Bradikinesia menyebabkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan
berkurang sehingga wajah mirip topeng, kedipan mata berkurang, menelan ludah berkurang
sehingga ludah keluar dari mulut. Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi
dari impuls optik sensorik, labirin , propioseptik dan impuls sensorik lainnya di ganglia
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 66
basalis. Hal ini mengakibatkan perubahan pada aktivitas refleks yang mempengaruhi alfa dan
gamma motoneuron.
5. Wajah Parkinson
Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimik.
Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang, disamping itu kulit muka seperti
berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.
6. Mikrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan secara graduasi menjadi kecil dan
rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
7. Sikap Parkinson
Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit Parkinson. Pada
stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala difleksikan ke dada, bahu
membongkok ke depan, punggung melengkung kedepan, dan lengan tidak melenggang bila
berjalan.
8. Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan bibir
mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume yang
kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa kasus suara mengurang sampai
berbentuk suara bisikan yang lamban.
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 67
9. Disfungsi otonom
Disfungsi otonom mungkin disebabkan oleh menghilangnya secara progresif neuron di
ganglia simpatetik. Ini mengakibatkan berkeringat yang berlebihan, air liur banyak
(sialorrhea), gangguan sfingter terutama inkontinensia dan adanya hipotensi ortostatik yang
mengganggu.
12. Demensia
Demensia relatif sering dijumpai pada penyakit Parkinson. Penderita banyak yang
menunjukan perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi visuospatial
merupakan defisit kognitif yang sering dilaporkan. Degenerasi jalur dopaminergik termasuk
nigrostriatal, mesokortikal dan mesolimbik berpengaruh terhadap gangguan intelektual.
13. Depresi
Sekitar 40 % penderita terdapat gejala depresi. Hal ini dapat terjadi disebabkan kondisi fisik
penderita yang mengakibatkan keadaan yang menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan,
kehilangan harga diri dan merasa dikucilkan. Tetapi hal ini dapat terjadi juga walaupun
penderita tidak merasa tertekan oleh keadaan fisiknya. Hal ini disebabkan keadaan depresi
yang sifatnya endogen. Secara anatomi keadaan ini dapat dijelaskan bahwa pada penderita
Parkinson terjadi degenerasi neuron dopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 68
norepineprin yang letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi neuron asetilkolin
yang letaknya diatas substansia nigra.4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada hasil klinis, karena tidak memiliki
sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk penyakit Parkinson. Pengukuran kadar NT
dopamin atau metabolitnya dalam air kencing, darah maupun cairan otak akan menurun pada
penyakit Parkinson dibandingkan kontrol.Lebih lanjut, dalam keadaan tidak ada penanda
biologis yang spesifik penyakit, maka diagnosis definitif terhadap penyakit Parkinson hanya
ditegakkan dengan otopsi. Dua penelitian patologis terpisah berkesimpulan bahwa hanya
76% dari penderita memenuhi kriteria patologis aktual, sedangkan yang 24% mempunyai
penyebab lain untuk parkinsonisme tersebut.
Neuroimaging :
a) Magnetik Resonance Imaging ( MRI )
Baru-baru ini dalam sebuah artikel tentang MRI, didapati bahwa hanya pasien yang
dianggap mempunyai atropi multi sistem memperlihatkan signal di striatum.
b) Positron Emission Tomography ( PET )
Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah memberi kontribusi yang
signifikan untuk melihat kedalam sistem dopamin nigrostriatal dan peranannya dalam
patofisiologi penyakit Parkinson. Penurunan karakteristik pada pengambilan fluorodopa,
khususnya di putamen, dapat diperlihatkan hampir pada semua penderita penyakit
Parkinson, bahkan pada tahap dini. Pada saat awitan gejala, penderita penyakit Parkinson
telah memperlihatkan penurunan 30% pada pengambilan fluorodopa putamen. Tetapi
sayangnya PET tidak dapat membedakan antara penyakit Parkinson dengan
parkinsonisme atipikal. PET juga merupakan suatu alat untuk secara obyektif memonitor
progresi penyakit, maupun secara obyektif memperlihatkan fungsi implantasi jaringan
mesensefalon fetus.
penderita
hemiparkinson.
Penempelan
juga
berkurang secara
signifikan
dibandingkan dengan nilai yang diharapkan sesuai umur yang berkisar antara 36% pada
tahap I Hoehn dan Yahr sampai 71% pada tahap V. Marek dan yang lainnya telah
melaporkan rata-rata penurunan tahunan sebesar 11% pada pengambilan [123]beta-CIT
striatum pada 34 penderita penyakit Parkinson dini yang dipantau selama 2 tahun.
Sekarang telah memungkinkan untuk memvisualisasi dan menghitung degenerasi sel
saraf nigrostriatal pada penyakit Parkinson.
DIAGNOSIS
Possible
Terdapat salah satu gejala utama; tremor istirahat, rigiditas, bradikinesia, kegagalan
refleks postural.
Probable
Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan refleks postural) atau satu
dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda motorik)
Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain
yang tidak simetris (tiga tanda kardinal). Bila semua tanda-tanda tidak jelas sebaiknya
dilakukan pemeriksaan ulangan beberapa bulan kemudian.
Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit dalam hal ini
digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu (Gambar 5):
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala
yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu
anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman)
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu,
rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang
dibandingkan stadium sebelumnya
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan
berjalan walaupun dibantu.3
PENATALAKSANAAN
Pengobatan Penyakit Parkinson dapat dikelompokkan sebagai berikut:
I. Farmakologik
1. Bekerja pada sistem dopaminergik
2. Bekerja pada sistem kolinergik
3. Bekerja pada Glutamatergik
4. Bekerja sebagai pelindung neuron
5. Lain-lain
II. Non Farmakologik
1. Perawatan
2. Pembedahan
3. Deep-Brain Stimulasi
4. Transplantasi
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 72
I. Farmakologik
1) Bekerja pada sistem dopaminergik
a. L-dopa
Penemuan terapi L-dopa pada tahun 1960 merupakan terobosan baru pengetahuan
tentang penyakit degenerasi. Meskipun sampai sekarang L-dopa masih merupakan obat
paling menjanjikan respon terbaik untuk Penyakit Parkinson, namun masa kerjanya yang
singkat, respon yang fluktuatif dan efek stress oksidatif dan metabolitnya menyebabkan
para peneliti mencari bahan alternatif. Cara kerja obat kelompok ini dapat dijelaskan
lewat alur metabolisme dari dopamin sebagai berikut. Tirosin yang berasal dari makanan
akan diubah secara beruntun menjadi L-dopa dan dopamin oleh enzimnya masingmasing. Kedua jenis enzim ini terdapat diberbagai jaringan tubuh, disamping dijaringan
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 73
saraf. Dopamin yang terbentuk di luar jaringan saraf otak, tidak dapat melewati sawar
darah otak. Untuk mencegah jangan sampai dopamin tersintesis diluar otak maka L-dopa
diberikan bersama dopa-decarboxylase inhibitor dalam bentuk carbidopa dengan
perbandingan carbidopa : L-dopa = 1 : 10 ( Sinemet ) atau benzerazide : L-dopa = 1 : 4
(Madopar). Efek terapi preparat L-dopa baru muncul sesudah 2 minggu pengobatan oleh
karena itu perubahan dosis seyogyanya setelah 2 minggu. Mulailah dosis rendah dan
secara berangsur ditingkatkan. Akan tetapi perlu diketahui bahwa penatalaksanaan
farmakologi pada penderita Parkinson tersebut menimbulkan efek samping panjang yang
harus diperhatikan. Salah satunya adalah L-Dopa atau Levodopa yang berfungsi
meningkatkan kegiatan striatal dopaminergik. Levodopa adalah agen paling efektif dan
utama. Tetapi efek terapeutik levodopa yang paling menonjol hanya terjadi pada tahun
pertama pengobatan. Manfaat mulai berkurang dan efek samping menjadi lebih parah
dari waktu ke waktu. Kebingungan, halusinasi, depresi, dan perubahan tidur merupakan
gambaran efek samping penggunaan jangka panjang.
Efek penggunaan jangka panjang:
Wearing-off: timbul gejala penyakit Parkinson sebelum pasien menelan dosis
berikutnya
On-off: fluktuasi efek obat dalam waktu singkat
Freezing: pasien sedang berjalan, mendadak tidak bisa bergerak
c. Agonis Dopamin
Preparat lain yang juga dapat menghemat pemakaian L-dopa adalah golongan dopamin
agonis. Golongan ini bekerja langsung pada reseptor dopamin, jadi mengambil alih tugas
dopamin dan memiliki durasi kerja lebih lama dibandingkan dopamin. Sampai saat ini
ada 2 kelompok dopamin agonis, yaitu derivat ergot dan non ergot. Secara singkat
reseptor yang bisa dipengaruhi oleh preparat dopamin agonis adalah sebagai berikut:
Keuntungan terapi dengan agonis dopamin dibandingkan L-dopa antara lain:
-
Dapat dipilih agonis dopamin yang lebih spesifik terhadap reseptor dopamin
tertentu disesuaikan kondisi penderita Penyakit Parkinson.
Kerugian terapi agonis dopamin adalah onset terapeutiknya rata-rata lebih lama
dibandingkan DAergik.
dan
procyclidine
(kamadrin).
Golongan
antikolinergik
terutama
untuk
menghilangkan gejala tremor dan efek samping yang paling ditakuti adalah kemunduran
memori.
menghambat reuptake dan menstimulasi reseptor dopamin. Obat ini lebih efektif untuk
akinesia dan rigiditas daripada antikolinergik.
5) Bahan lain yang masih belum jelas cara kerjanya diduga bermanfaat untuk penyakit
parkinson, yaitu hormon estrogen dan nikotin. Pada dasawarsa terakhir, banyak peneliti
menaruh perhatian dan harapan terhadap nikotin berkaitan dengan potensinya sebagai
neuroprotektan. Pada umumnya bahan yang berinteraksi dengan R nikotinik memiliki potensi
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 76
b. Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah
sebagai berikut:
- Abnormalitas gerakan
- Kecenderungan postur tubuh yang salah
- Gejala otonom
- Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living ADL)
- Perubahan psikologik
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
(i) Terapi fisik : ROM (range of motion)
- Peregangan
- Koreksi postur tubuh
- Latihan koordinasi
- Latihan jalan (gait training)
- Latihan buli-buli dan rectum
- Latihan kebugaran kardiopulmonar
- Edukasi dan program latihan di rumah
(ii) Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal pelaksanaan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
(iii)Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan program latihan pernapasan
diafragma, evaluasi menelan, latihan disartria, latihan bernapas dalam sebelum
bicara. Latihan ini dapat membantu memperbaiki volume berbicara, irama dan
artikulasi.
(iv) Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan intervensi psikoterapi setelah melakukan
asesmen mengenai fungsi kognitif, kepribadian, status mental, keluarga dan
perilaku.
c. Diet
Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah diperlukan suatu diet yang khusus, akan
tetapi diet penderita ini yang diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi kekurangan gizi,
penurunan berat badan, dan pengurangan jumlah massa otot, serta tidak terjadinya
konstipasi. Penderita dianjurkan untuk memakan makanan yang berimbang antara
komposisi serat dan air untuk mencegah terjadinya konstipasi, serta cukup kalsium untuk
mempertahankan struktur tulang agar tetap baik. Apabila didapatkan penurunan motilitas
usus dapat dipertimbangkan pemberian laksan setiap beberapa hari sekali. Hindari
makanan yang mengandung alkohol atau berkalori tinggi.
2) Pembedahan:
Tindakan pembedahan untuk penyakit Parkinson dilakukan bila penderita tidak lagi
memberikan respon terhadap pengobatan/intractable, yaitu masih adanya gejala dua dari
gejala utama penyakit Parkinson (tremor, rigiditas, bradi/akinesia, gait/postural instability),
fluktuasi motorik, fenomena on-off, diskinesia karena obat, juga memberi respons baik
terhadap pembedahan.
Ada 2 jenis pembedahan yang bisa dilakukan:
(i) Pallidotomi, yang hasilnya cukup baik untuk menekan gejala:
- Akinesia / bradi kinesia
- Gangguan jalan / postural
- Gangguan bicara
4) Transplantasi
Percobaan transplantasi pada penderita penyakit Parkinson dimulai 1982 oleh Lindvall dan
kawannya, menggunakan jaringan medula adrenalis yang menghasilkan dopamin. Jaringan
transplan (graft) lain yang pernah digunakan antara lain dari jaringan embrio ventral
mesensefalon yang menggunakan jaringan premordial steam atau progenitor cells, non neural
cells (biasanya fibroblast atau astrosytes), testis-derived sertoli cells dan carotid body
epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan jaringan diberikan obat
immunosupressant cyclosporin A yang menghambat proliferasi T cells sehingga masa idup
graft jadi lebih panjang.
Transplantasi yang berhasil baik dapat mengurangi gejala penyakit parkinson selama 4 tahun
kemudian efeknya menurun 4 6 tahun sesudah transplantasi. Sampai saat ini, diseluruh
dunia ada 300 penderita penyakit Parkinson memperoleh pengobatan transplantasi dari
jaringan embrio ventral mesensefalon.4,5
PROGNOSIS
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala Parkinson, sedangkan perjalanan
penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena Parkinson, maka penyakit ini
akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 80
progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak
general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien
berbeda-beda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan
lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat
parah.
PD sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan dengan waktu.
Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak
menderita PD. Pada tahap akhir, PD dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak,
pneumonia, dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian. Progresifitas gejala pada PD
dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih
singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masingmasing individu. Dengan penatalaksanaan yang tepat, kebanyakan pasien PD dapat hidup
produktif beberapa tahun setelah diagnosis.6
KESIMPULAN
Penilaian dan
penanganan pasien Parkinson yang disertai gejala neuropsikiatri membutuhkan perhatian yang
lebih besar bagi kita untuk lebih memperhatikan lagi berbagai faktor penyebab timbulnya gejala
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 81
DAFTAR PUSTAKA
1. Robert Silitongga. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita
penyakit
Parkinson.
Diunduh
dari
http://eprints.undip.ac.id/19152/1/ROBERT_
SILITONGA.pdf
2. Zullies Ikawati. Penyakit Parkinson. Diunduh dari http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/
wp-content/uploads/parkinsons-disease.pdf
3. Anatomi sistem saraf pusat. Diunduh dari http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/
psikologi_faal/bab4_anatomi_sistem_saraf_pusat.pdf
4. Aris Purnomo. Konsep penyakit Parkinson. Diunduh dari http://www.itokindo.org/?
wpfb_dl=190
5. Zulkarnain. Penggunaan obat pada pasien geriatri. Diunduh dari http://www.scribd.com/
doc/35151274/Obat-Obat-Pada-Pasien-Geriatri
6. Yuda
Turana.
Lebih
jauh
mengenal
penyakit
Parkinson.
Diunduh
dari
http://www.medikaholistik.com/medika.html?xmodule=document_detail&xid=208&ts=1
326821904&qs=health
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini didapatkan adanya gejala tubuh sebelah kiri lemas, bicara pelo, dan mulut
mencong yang sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik neurologi didapatkan kekuatan motorik
ektremitas atas dan bawah bagian kiri yang menurun serta terdapat kelumpuhan dari NVII dan
NXII. Defisit neurologis fokal ini digolongkan dalam kelainan UMN karena tidak ditemukan
atrofi otot. Walaupun pada pasien ini tidak ditemukan hiperefleks, hipertonus dan juga klonus,
namun ini tidak menyingkirkan diagnosis kelainan UMN karena pasien masih berada dalam fase
cerebral shock yang berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada fase ini
tonus otot menurun disertai dengan kesulitan dalam menggerakkan otot-otot pada sisi yang
mengalami paresis.
Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis lateralis (traktus
piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla
oblongata sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya.
Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat persarafan dari
korteks motorik kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah bagian atas mendapat persarafan
dari kedua sisi korteks motorik (bilateral). Karenanya kerusakan sesisi pada upper motor neuron
dari N VII (lesi pada traktus kortikobulbar) akan mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot
wajah bagian bawah, sedangkan bagian atas wajah tidak lumpuh. Hal ini dapat dijumpai pada
stroke yang mengenai korteks motorik, kapsula interna, thalamus, mesensefalon, dan pons di atas
inti N VII. Inti NXII juga menerima serabut motorik dari korteks traktus piramidalis sisi
kontralateral, sehingga terjadi kelumpuhan otot lidah pada sisi kontralateral dari lesi dari traktus
kortikobulbar diatas dari inti NXII di medulla oblongata.
Pada kasus ini, lokasi lesi adalah di subkorteks (capsula interna) hemisferium serebri
sinistra, sehingga menimbulkan kelumpuhan wajah, lengan dan tungkai sebelah kanan.
Walaupun pada hasil interpretasi CT scan kepala nonkontras sesuai infark di putamen
sinistra dan kedua ganglia basalis namun hasil interpretasi tersebut tidak sesuai dengan klinis
stroke yang diderita pada pasien ini namun lebih mendukung ke kondisi penyakit parkinson
pasien dimana ditemukan adanya gejala ekstrapiramidal pasien ini. Selain itu CT scan kurang
sensitif untuk infark otak fase akut, dimana tujuan utama CT scan kepala nonkontras pada fase
Stroke Iskemik Berulang Dengan Penyakit Parkinson | Marshell T H - 112010087 83
akut stroke adalah untuk menyingkirkan adanya perdarahan intraserebral atau subarachnoid
sebelum dimulai terapi.
Selain itu, pada pasien ini hanya ditemukan defisit motorik murni tanpa gangguan
sensorik kortikal (position, point localization, graphesthesia, stereognosis), afasia, serta eye
deviation (penyimpangan penglihatan).
Defisit neurologis pada pasien ini disebabkan infark serebri karena berdasarkan klinis
pasien didapatkan kesadaran tidak menurun, tidak ada nyeri kepala, muntah dan kejang serta
pada pemeriksaan fisik tidak ada gangguan N. III, IV, VI, tanda rangsang meningeal (-),
bradikardi (-). Ini dapat menyingkirkan adanya perdarahan intraserebral maupun subarachnoid.
Selain itu hasil Siriraj Stroke Score (-2) mendukung kearah stroke nonhemoragik.
Infark serebri pada pasien ini diduga akibat tromboemboli pada percabangan arteri
cerebri media (arteri lentikulostriata). Ini karena secara klinis serangan timbul mendadak. Jika
etiologinya adalah trombus maka gejala akan lebih bertahap, biasanya terdapat gejala prodormal
yang minor dan biasanya terjadi pada saat tidur.
Emboli ini diduga akibat tromboemboli bukan kardioemboli karena dari klinis pasien
tidak menunjukkan manifestasi kelainan jantung, EKG tidak menunjukan fibrilasi atrium.
Pada pasien ini didapatkan faktor risiko hipertensi kronis, kurang olahraga, tidak menjaga
pola makan dengan baik dan merokok yang mendukung diagnosis infark serebral akibat
gangguan vaskularisasi sistem carotis.
Pada pasien ini juga ditemukan gejala yang khas dari stroke berulang, yaitu gangguan
pseudobulbar , dimana pasien mengalami kesulitan untuk minum (tersedak) sedangkan untuk
makan makanan yang keras , tidak di temui kesulitan yang berarti . Gejala sisa yaitu kelumpuhan
pada sisi tubuh ekstremitas kanan merupakan akibat dari penatalaksanaan yang inadekuat pada
pasien ini, yang terutama di pengaruhi oleh ketaatan pasien dalam melakukan terapi , baik secara
medika mentosa maupun non medika mentosa.
Penyakit parkinson pada pasien ini sebenarnya sudah lama di derita bahkan sebelum
mengalami serangan stroke yang pertama pada tahun 2005. Namun gejala awal yaitu resting
tremor pada pasien ini tidak disadari , dikarena kan pasien sendiri dalam gangguan akibat stroke
dan memang keluarga yang tidak terlalu memperhatikan kondisi kesehatan pasien. Pada saat ini
jelas ditemukan rigiditas dengan cogwheel phenomen , bradikinesia , dan gangguan
keseimbangan. Dan stadium parkinson pada pasien ini sudah mencapai stadium dimana tremor
saat istirahat justru sudah menurun.
Pada pasien diberikan antihipertensi captopril 2 x 12,5 mg jika nilai MAP > 130 mmHg
dinilai tepat . Ini bertujuan untuk mencegah perluasan infark dengan mempertahankan tekanan
darah tetap tinggi pada kasus stroke iskemik akut.Pasien juga diberikan citicholine 2 x 1000 mg
iv sebagai neuroprotektan yang terbukti efektif pada fase akut stroke iskemik. Pemberian
sohobion 1x1 juga diperlukan yaitu vitamin yang berfungsi mendukung neuroprotektor yang
terbukti efektif pada fase akut stroke iskemik. Pemberian aspilet 1x2, Jika berdasarkan protap
penatalaksanaan stroke iskemik sebenarnya antikoagulan tidak direkomendasikan dalam
pengobatan stroke iskemik akut karena bukti-bukti menunjukkan terapi ini tidak efektif dan
meningkatkan resiko perdarahan. Trombolisis menggunakan trombolitik rt-PA intravena
merupakan pengobatan pilihan pada stroke iskemik akut yang harus diberikan dalam waktu 3
jam setelah onset.
Pada kasus ini pasien mendapatkan dopaminergik yang diberikan sesuai dengan gejala
yang dikeluhkan oleh penderita. Hal dapat dilihat dari penatalaksanaan Parkinson yang dibagi
menjadi dua yaitu medikamentosa dan non medikamentosa (Dewanto, 2009). Medikamentosa
adalah Dopaminergik (levodopa). Sedangkan terapi non medika mentosa pada pasien ini adalah
stimulasi otak, rehabilitasi medis, dan Psikoterapi. Operasi tidak dianjurkan karena pasien
berusia lanjut.
Pada pasien ini ditegakkan prognosis ad vitam bonam karena kesadaran tidak terganggu,
tekanan darah dapat diturunkan dan dipertahankan sesuai target penurunan TD pada stroke
iskemik akut , sedangkan untuk keadaan parkinsonnya tidak mengancam nyawa. Ad fungsionam
dubia karena pada pasien ini peran keluarga sebenarnya sangat penting untuk menunjang
keadaan pasien terutama dalam pengobatan dan fisioterapi yang harus dilakukan secara berkala.
Dan ad sanationam dubia, karena stroke pada pasien ini merupakan yang kedua kali serta
terdapat faktor risiko hipertensi yang meningkatkan resiko berulangnya serangan ditambah lagi
terapi yang tidak inadekuat , sedangkan untuk penyakit parkinsonnya diduga akan jatuh ke
stadium akhir (kakekhsia) jika tidak diberikan pengobatan yang inadekuat.