Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum Status Asmatikus adalah penyakit asma yang berat disebabkan oleh
peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam macam stimuli yang ditandai
dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih lebihan dari kelenjar
kelenjar di mukosa bronchus.Hal tersebut dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi, baik
dari faktor ekstrinsik dan instrinsik.
Di dalam Faktor Ekstrinsik memperlihatkan Asma yang timbul karena reaksi
hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat
di udara ( antigen inhalasi ), seperti debu rumah, serbuk serbuk dan bulu binatang, sedangkan
pada faktor instrinsik nya memperlihatkan bahwa asma timbul akibat infeksi baik itu virus,
bakteri dan jamur, cuaca iritan, bahan kimia, emosional, dan aktifitas yang berlebihan. Penyakit
asma ini berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan
perbaikan pada pengobatan yang lazim. Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat
berakibat kematian.
Asma diklasifikasikan sebagai penyakit, intermiten reversibel, obstruktif dari paru-paru.Ini
adalah berkembang masalah kesehatan di Amerika Serikat, dengan sekitar 20 juta orang terkena
dampak.Dalam 20 tahun terakhir, jumlah anak dengan asma telah meningkat nyata, dan tidak
terkemuka serius penyakit kronis pada anak-anak.Sayangnya, sekitar 75% anak dengan asma
terus memiliki masalah kronis di masa dewasa.Jumlah kematian setiap tahunnya dari asma telah
meningkat lebih dari 100% sejak tahun 1979 di Amerika Serikat.
Asma adalah penyakit saluran udara yang ditandai oleh peradangan saluran napas dan
hyperreactivity (Meningkat tanggap terhadap berbagai pemicu).Hyper-reaktivitas mengarah ke
saluran napas karena onset akut kejang otot pada otot polos dari tracheobronchial obstruksi
pohon, sehingga mengarah ke lumen menyempit.Selain kejang otot, terdapat pembengkakan
mukosa, yang menyebabkan edema.Terakhir, kelenjar lendir peningkatan jumlah, hipertrofi, dan
mengeluarkan lendir tebal.Pada asma, kapasitas total paru (TLC), kapasitas residu fungsional
(FRC), dan sisa volume (RV) meningkat, tetapi tanda penyumbatan saluran napas adalah
pengurangan rasio paksa expiratory volume dalam 1 detik (FEV1) dan FEV1 dengan kapasitas
vital paksa (FVC). Meskipun asma dapat disebabkan oleh infeksi (khususnya virus) dan iritasi
dihirup, hal itu sering terjadi hasil reaksi alergi.
Sebuah alergen (antigen) diperkenalkan untuk tubuh, dan kepekaan seperti antibodi
imunoglobulin E (IgE) terbentuk.LgE antibodi mengikat untuk sel mast jaringan dan basofil di
mukosa bronkiolus, jaringan paru-paru, dan nasofaring.Antigen-antibodi reaksi melepaskan zat
mediator primer seperti histamin dan zat bereaksi lambat dari anaphylaxis (SRS-A) dan lainlain.Ini menyebabkan mediator kontraksi kelancaran otot dan edema jaringan.Selain itu, sel
goblet mengeluarkan lendir tebal ke saluran udara yang menyebabkan obstruksi.Asma intrinsik
hasil dari semua penyebab lain kecuali alergi, seperti infeksi (Khususnya virus), menghirup
iritasi, dan penyebab lainnya atau etiologi.
The parasimpatis sistem saraf menjadi terangsang, yang meningkatkan nada bronchomotor,
mengakibatkan bronkokonstriksi.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa Keperawatan A6.1 Universitas Respati
yogyakarta dapat mengetahui tentang penyakit asma tikus dan asuhan keperawatan terhadap
klien dengan penyakit asmatikus.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
maka sebaiknya keluarga memutuskan dengan cepat tindakan yang harus dilakukan
untuk kesembuhan anggota keluarganya dengan segera membawanya ke petugas
kesehatan.
c. Memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat fisik. Pada penderita asma adakalanya tidak
mampu untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan aktivitas hidupnya.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
fisik anggota keluarga. Keluarga membuat iklim yang kondusif bagi penderita asma
dilingkungan rumah yang bersih agar merasa nyaman dan tentram.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada. Untuk kesembuhan penderita asma, keluarga harus memilki banyak informasi
mengenai kesehatan fisik anggota keluarganya dari lembaga petugas kesehatan yang
ada.
f. Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan terdiri atas:
1. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga karena:
Rasa takut akibat masalah yang dihadapi sehingga membuat keluarga tidak fokus
dalam mengenal masalah penyakit asma yang dihadapi anggota keluarganya.
Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah penyakit asma yang
dihadapi keluarga
Fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau terutama bagi keluarga yang ada
dipedesaan.
Konflik individu dalam keluarga, keluarga tidak peduli dan lebih menyalahkan
satu dengan lainnya mengenai keadaan anggota keluarganya
Rasa asing dan sedikitnya dukungan dari masyarakat, adanya anggapan dan
pemahaman masyarakat yang negatif terhadap penyakit asma membuat keluarga
merasa menyerah.
b. Status asmatikus, yakni asma yang tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang
konvensional.
c. Total obtruksi asmatikus, yakni asma yang dapat menimbulkan kematian karena
terdapatnya mucus plug yang dapat menimbulkan obstruksi total pada paru.
d. Complicated asthmatic, yakni asma yang dapat menimbulkan komplikasi pada bagian
respirasi sehingga menimbulkan perubahan asam basa.
e. Repetitive asthmatic, yakni asma dengan intensitas frekuensi serangan yang bertubi-tubi
dan tinggi. Pada umumnya penderita tidak mendapat pengobatan yang adekuat.
berkembang
menjadi
asma,
menyebabkan
terjadinya
eksaserbasi
dan/atau
menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen,
sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status
ekonomi dan besarnya keluarga (Hariadi, 2006)Menurut Mahdi (2006), interaksi faktor
genetik atau pejamu dengan lingkungan kemungkinan, yaitu:
a. Pajanan lingkungan hanya meningkatkan resiko asma pada individu dengan genetik asma
b. Baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan resiko penyakit asma
2.4.3 Patofisiologi
Kelainan utama dari asma diduga disebabkan karena adanya hipersensitifitas dari
cabang-cabang bronkus. Yang sering terserang adalah bronkus yang berukuran 3-5 mm
dengan distribusi yang luas. Pada individu-individu yang rentan, lapisan dari cabang-cabang
bronkhial tersebut akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan yang diberikan.
Kerentanan dari seorang individu kemungkinan diturunkan secara genetik. Hal ini
disebabkan karena adanya perubahan terhadap atau rangsangan yang berlebih-lebihan.
Walaupun asma pada prinsipnya merupakan kelainan pada bagian jalan udara, akan tetapi
dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan pada bagian fungsionil paru (Rab, 1992). Baik
orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang berkualitas dan
komposisinya sama. Udara umumnya mengandung 3 juta partikel/mm. Partikel-partikel itu
terdiri dari debu, tungau, bulu-bulu bintang, bakteri, jamur, virus dan lain-lainnya. Oleh
karena adanya ekspos dari partikel-partikel ini secara terus-menerus, maka timbul
mekanisme pertahanan dari tubuh, untuk melindungi diri dari partikel-partikel asing. Partikel
yang berukuran lebih dari 10 um, diendapkan dimukosa hidung dan pharyng bagian atas.
Partikel yang berukuran 0,3 sampai dengan 2 umsampai di alveolus dapat menetap di mukosa
dan di fagositosis oleh sel-sel limfosit. Partikel yang berukuran 2 umsampai dengan 10um,
akan diendapkan diberbagai tempat di bronki dan bronkhiolus terminalis (Weiss, 1975,
dikutip dari Mahdi, 1999).Hidung dan nasopharyng mempunyai fungsi untuk memproteksi
saluran nafas trakeabronkial dan alveoli dengan cara mekanis, menyaring partikel-partikel
besar dan menyesuaikan suhu dan humiditas dari udara yang masuk selama respirasi, karena
banyakmengandung pembuluh darah. Mulut dan pharyng juga dapat berfungsi sebagai air
condition.
Partikel-partikel asing yang masuk bersama udara inspirasi ke dalam trakea dan
bronkus, terperangkap dalam lapisan di atas mukosa yang lengket sekali seperti gel (sol)
(Bookman, 1984 dikutip dari Mahdi, 1999).Rambut getar dari sel epitel saluran napas
bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke daerah subglotis, yang
seterusnya dikeluarkan dengan batuk. Banyak faktor yang mempengaruhi produksi dan ciri
dari mukus tersebut, karena aktivitas dan kelenjar mukus dirangsang oleh aksi saraf
kolinergik dan juga mediator farmakologik seperti histamin. Ini dapat disebabkan oleh
stimilasin vagus, zat-zat kimia, maupun iritasi mekanis (Knapp, 1976 dikutip dariMahdi,
1999). Mekanisme pertahanan lainnya terletak di dalam alveoli. Sel-sel alveoli ditutup oleh
selaput tipis, yang berbentuk seperti film dan bergerak kearah bronkiolus, selaput ini
membantu membersihkan alveoli, terhadap partikel-partikel yang masuk. Adakalanya
partikel tersebut tinggal di dalam alveoli dan menembus dinding alveoli sampai jaringan
interstitial, disini terjadi fagositosis oleh histiosit. Bila partikel tersebut tidak dapat
difagositer, maka akan timbul reaksi radang, fibrosis paru, atau reaksi alergi seperti alveolotis
alergika (Weiss, 1975, dikutip dari Mahdi, 1999).
2.4.4 WOC
Allergen masuk ke dalam tubuh
Ig E
Abnormalitas ventilasi perfusi
Respirasi asidosis
(Brunner & Suddart. 2002. hal 614).
2.4.6 Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan oleh status asmatikus adalah
a. Atelaktasis
b. Hipoksemia
c. Pneumothoraks Ventil
d. Emfisema
e. Gagal napas.
2.4.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum pada penderita
asma akan didapati :
1.
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
b. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
1. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
2. Bila terdapat
komplikasi
empisema
(COPD), maka
gambaran
radiolusen
akansemakin bertambah.
3. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
4. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
c. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
d. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1. perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock
wise rotation
2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block).
3. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
e. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
f. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%.Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan.Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.
2.4.8 Terapi/Pengobatan
a. Bronchodilator Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai
secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan
simpatomimetik (obat yang efeknya serupa perangsangan saraf ortosimpatik), maka
sebaiknya diberikan aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan,
demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral
maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau
parenteral.
Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap
adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol )
mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil
dibandingkan dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin). Obatobat Bronkhodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping sistemik
lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak dan dewasa.
Mula-mula diberikan 2 sedotan dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen metered
aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak ada
perbaikan sampai 10-15 menit berikan aminofilin intrvena. Obat-obat
Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping takhikardi, penggunaan
perentral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi,
kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan
epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg per
mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan. Pemberian
Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB dewasa/anak-anak,
disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg
BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.
b. Kortikosteroid Jika pemberian obat-obat bronkhodilator tidak menunjukkan
perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid 200 mg hidrokortison atau
dengan dosis 3-4 mg/kg BB intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2-4
jam secara parenteral sampai serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian
30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis
terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
Sirkulasi
a) Adanya peningkatan tekanan darah.
b) Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c) Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
d) Kemerahan atau berkeringat.
5. Integritas ego
a) Ansietas
b) Ketakutan
c) Peka rangsangan
d) Gelisah
6. Asupan nutrisi
a) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
b) Penurunan berat badan karena anoreksia.
7. Hubungan social
a) Keterbatasan mobilitas fisik.
b) Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c) Adanya ketergantungan pada orang lain.
8. Seksualitas
a) Penurunan libido
b. Diagnosa Keperawatan
1. Perumusan diagnose
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada
pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan
etiologi yang berasal dan pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa
keperawatan mengacu pada rumusan PES dimana untuk problem dapat
menggunakan rumusan NANDA.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari : actual (terjadi defisit
atau gangguan kesehatan), resiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera
(Wellness).
2. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
Menurut A Carpenito (2000). Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan
yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan) dari
individu
atau
kelompok,
dimana
perawat
secara
akuntabilitas
dapat
namun demikian bukan berarti bahwa diagnosa keperawatan pada klien ini terbatas
hanya pada yang disebutkan disisni saja.
3. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah
menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Faktor yang
dapat mempengaruhi peentuan prioritas masalah adalah :
a) Sifat masalah, bobot yang paling berat diberikan pada tidak/ kurang sehat yang
pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari, dirasakan oleh
keluarga.
b) Kemungkinan
masalah
dapat
diubah,
perawat
perlu
memperhatikan
Tabel 2.5
Menentukan skala Prioritas
No
1
Kriteria
Skore
Bobot
Sifat masalah
Skala :
-
Ancaman kesehatan
Sejahtera
Mudah
Sebagian
Tinggi
Sedang
Rendah
Menonjolnya masalah
-
Tujuan jangka pendek (tujuan khusus) sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat
dimotivasi atau member kepercayaan pada keluarga bahwa kemajuan sedang
dalam proses dan membingbing keluarga kearah tujuan yang jangka panjang
atau umum.
diri, sumber pendukung atau bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga.
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga meliputi kegiatan yang
bertujuan :
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan.
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat.
c) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga.
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya.
PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN MASALAH STATUS ASMATIKUS
A. Data Biografi
Nama
: Ny. S
Pendidikan terakhir
: SLTP
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Kawin
TB /BB
: 150 cm / 40 kg
Penampilan
: rapi
Ciri-ciri tubuh
Alamat
B. Komposisi Keluarga
No Nama
L/P
Umur
Hub. Klg
Pekerjaan
1.
50 tahun
Kepela
Wiraswasta Tamat
Tn. M
Keluarga
2.
Ny. S
3.
An. C
45 tahun
2 tahun
Istri
Anak
Pendidikan
SLTP
Ibu rumah Tamat
tangga
SLTP
3.
C. Genogram
: PASIEN
: MENINGGAL
: LAKI-LAKI
: PEREMPUAN
: TINGGAL 1 RUMAH
D. TYPE KELUARGA
Jenis Type keluarga : keluarga nuclear family
Masalah yang terjadi dengan type tersebut : keluarga saat ini dalam keadaan ekonomi
rendah sehingga cakupan gizi yang didapat belum maksimal (kurang)
E. SUKU BANGSA
a. Asal suku bangsa : Tn. M dan Ny. S berbeda suku karena antara jawa dan madura.
Mereka biasa menerima kebiasaan mereka satusama lain dan mempunyai kebiasaan
yang hampir sama, jadi tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok untuk memicu
perselisihan.
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: ketika sakit keluarga percaya bahwa
tidak boleh menyapu rumah pada saat malam hari dan tidak boleh memotong kuku
saat sedang haid.
F. Agama dan Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:
Tn. M dan Ny. S beragama islam dan jika ada anggota keluarga yang gatal-gatal biasanya
mengkonsumsi daging Biawak tapi dalam batas wajar.
G. Status Sosial Ekonomi Keluarga
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Kepala Keluarga
b. Penghasilan : rata-rata Rp. 300.000-400.000,00 / bulan
c. Upaya Lain : Tidak ada
d. Harta benda yang dimiliki (perabotan, transportasi, dll) : Tv 14 inch, Motor
Honda grand, kipas angin meja, lemari
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Listrik : 50.000/bulan, Belanja
bulanan: 50.000/bulan, arisan: 50.000/bulan, sisanya dikelola semampunya.
Nama
BB
Umur
Keadaan
kesehatan
Imunisasi
Masalah
Kesehatan
Tindakan Yang
Telah
Dilakukan
Makan teratur,
DPT/POLIO/BCG/
Tn. M
60kg
50th
Baik
CAMPAK/HB
Tidak terkaji
istirahat cukup
Ny. S
40kg
45th
Cukup
Tidak terkaji
Baik
An. C
15kg
2th
Baik
Makan teratur,
istirahat cukup
Lengkap
Makan teratur,
istrahat cukup
4. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan: Menurut Ny. Y jika dirinya sakit
dan keluarga sakit, mereka langsung berobat ke Puskesmas yang tidak jauh dari
rumah.
5. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Tn. M : Menurutnya selama ini dirinya jarang sakit dan hanya lelah saja
Ny. S : Pernah menderita sakit TB Paru selama 3 tahun dan sekarang sudah
dinyatakan sembuh
An. C : Pernah menderita Suspect TB dan sekarang sudah sembuh
J. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
1. Luas rumah : 7 x 3 meter
2. Type rumah : permanen
3. Kepemilikan : pribadi
4. Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 3 buah kamar tidur
5. Ventilasi/jendela : Ada 3 ventilasi yang terdapat di dalam rumah, 1 ruang tamu
dan 2 di dapur dan kamar mandi
6. Pemanfaatan ruangan : Ruang tamu dan ruang tengah/ keluarga jadi satu, dapur,
wc/toilet, 3 kamar tidur.
7. Septic tank : ada, letak dibelakang rumah berjarak 1 meter dari rumah
8. Sumber air minum : air sumur yang dimasak sebelum dikonsumsi
9. Kamar Mandi/ WC : memiliki satu buah kamar mandi yang bersatu dengan WC,
dengan kloset jongkok.
10. Sampah limbah RT : dibuang ditempat pembuangan sampah sejauh 600 meter
11. Kebersihan lingkungan : keadaan kebersihan lingkungan kurang terjaga karena
depan rumah ada Home industry yang menggunakan bahan kapur dan
lingkungan kotor agak kumuh
12. Keadaan didalam rumah : Rumah Keluarga Tn. M dan Ny. S tinggal dirumah
sendiri. Rumah yang mereka tempati merupakan rumah permanen dengan status
kepemilikan milik pribadi Tn. S. Luas rumah kurang lebih 21 m. Lantai rumah
menggunakan semen. Rumah memiliki ventilasi tetapi jarang dibuka. Pada
ruangan dalam rumah seperti kamar, dapur, ruang tamu cukup terang.
Penerangan di malam hari menggunakan lampu listrik. Secara umum kebersihan
rumah cukup baik, hanya penataan perabotan rumah yang kurang teratur
terutama untuk bagian dalam rumah dan dapur.
13. Keadaan diluar rumah : Keluarga memanfaatkan sumur untuk sumber air bersih.
Keluarga memiliki kamar mandi dengan saluran pembuangan ke selokan
perumahan yang mengalir diparit. Keluarga juga telah memiliki jamban jenis
leher angsa yang dipergunakan setiap hari dengan septic tank di ujung rumah
dengan jarak lebih dari 10 m dari sumur gali. Kebersihan kamar mandi dan
jamban cukup. Dalam pengelolaan sampah rumah tangga keluarganya selalu
dibuang di tempat pembuangan sampah yang setiap minggunya diambil oleh
tukang sampah. Secara umum kebersihan rumah cukup.
STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara
komunikasi
keluarga
Menurut
Ny.
dalam
keluarganya
islam keluarga memiliki nilai-nilai dan norma yang dianut seperti sopan santun
terhadap orang tua, suami terhadap isteri.
L. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif :Tn. M dan Ny. S , juga anaknya, sudah melakukan peran mereka
masing masing secara sempurna,Tn. M dan Ny. S bisa membagi waktu untuk
peran sebagai orang tua dengan anak usia balita.
: Ny. S
Umur
: 45 tahun
L/P
: Perempuan
Pendidikan
: Tamat SLTP
Pekerjaan
NO
DATA
PROBLEM
1.
Ds :
Ny.
mengatakan
ETIOLOGI
keluarga
memodifikasi
mempengaruhi kesehatan
jendela
dan
Ds :
-
Ny.
mengatakan
jika
Pemanfaatan lingkungan
jendela
dan
Tampak
jendela
yang
C. PRIORITAS MASALAH
Diagnosa 1 : Resiko terjadi kekambuhan ulang b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan
KRITERIA
SKOR
Hasil Skoring
BOBOT
SIFAT MASALAH
Pembenaran
Sifat
o Tidak sehat
o Ancaman kesehatan
masalah
termasuk
2/3 x 1 = 2/3
ini
situasi
mengancam kesehatan,
sejahtera
terus
menerus
maka
MASALAH DAPAT
mencari
DIUBAH
solusi
o Dengan Mudah
o Hanya Sebagian
o Tidak dapat
POTENSIAL
MASALAH DAPAT
perangkat
3/3 x 1 = 1
desa
DICEGAH
o Tinggi
mengontrol
o Cukup
o Rendah
setempat
dalam
kondisi
pasien
dan
MASALAH
Masalah berat, 2
2/2x 1 = 1
bertahap
agar
tidak
memunculkan masalah
yang
tidak
perlu
segera
ditangani
o
baru
mengenai
lingkungan
0
Masalah tidak
dirasakan
Total Skor 11/3
KRITERIA
SKOR
Hasil Skoring
BOBOT
SIFAT MASALAH
Pembenaran
Sifat
o Tidak sehat
o Ancaman kesehatan
masalah
termasuk
2/3 x 1 = 2/3
ini
situasi
mengancam kesehatan,
sejahtera
terus
menerus
maka
akibat
penularan
KEMUNGKINAN
MASALAH DAPAT
mencari
DIUBAH
solusi
o Dengan Mudah
o Hanya Sebagian
o Tidak dapat
POTENSIAL
Peran
MASALAH DAPAT
tenaga
2/3 x 1 = 2/3
keluarga
dan
kesehatan
DICEGAH
o Tinggi
mengontrol
o Cukup
o Rendah
setempat
dalam
kondisi
pasien
dan
MASALAH
Masalah berat, 2
2/2x 1 = 1
bertahap
agar
tidak
memunculkan masalah
yang
tidak
perlu
segera
baru
mengenai
lingkungan
sehingga
ditangani
o
meminimalisir
Masalah tidak
penularan
dirasakan
tersebut
terjadi
penyakit
Diagnosa
Tujuan
keperawatan
Umum
Tujuan Khusus
Evaluasi
Kriteria
Intervensi
Keperawatan
Standart
Keluarga
1.
b/d kunjungan
ketidakmampu
an
dilakukan
rumah
keluarga diharapkan
1. Keluarga
Verbal
Dapat
1. Jelaskan
mampu
menyebu
pada
memberikan
tkan
keluarga
asupan
daftar
tentang
makanan
makanan
pentingnya
memodifikasi
keluarga
yang bergizi
yang
dan cara
lingkungan
mampu
terutama
bergizi
merawat
Mampu
rumah sehat
yang
dapat memodifikasi
yang banyak
mempengaruhi
lingkungan
dibutuhkan
menyebu
kesehatan
yang sehat
oleh
tkan
tubuh
2. Jelaskan
kepada
tinggi kalori
makanan
keluarga
tinggi
yang
tentang hal-
protein
tinggi
hal
(TKTP)
kalori
yangdapat
dan
terjadi
2. Keluarga
tinggi
akibat
mampu
protein
rumah yang
menyebutkan
ciri-ciri
rumah sehat
kurang
Verbal
Mampu
sehat
menyebu
(lembab,
tkan
kurang
syarat-
cahaya,
syarat
banyak lalat
3. Keluarga
rumah
dan
mampu
sehat
perabotan
menyebutka
dapur yang
kembali Verbal
syaratsyarat
Keluarga
tidak
mampu
dan
terpakai)
menyebu
dampak dari
tkan
lingkungan
dari
rumah yang
syarat
tidak sehat
rumah
yang
bersih
4. Keluarga
dapat
Non
Verbal
menjaga
lingkungan
sekitar
rumah
5. Keluarga
Members 3. Diskusikan
dapat
ihkan
dengan anggota
membersihk
rumah
keluarga tentang
an
setiap
pembagian tugas
hari
dalam
Members
membersihkan
ihkan
rumah
rumah
secara
teratur
kamar
4. Anjurkan untuk
mandi
selalu membuka
dan
dapur
secara
teratur
baju yang
bergantungan
5. Anjurkan kepada
keluarga untuk
menjaga
kebersihan
lingkungan rumah
TANG
NO.
GAL/J
PRIORI
AM
TAS DX
28-Jan-
TUJUAN
KHUSUS
Keluarga
IMPLEMENTASI
1. Mengkaji
EVALUASI FORMATIF
S : Ny. S mengatakan
2014/
dapat
pengetahuan
13.30
mengenal
masalah
penyakit TB paru
2008,
klien
kesehatan
nyeri
seperti
salah
satu
anggota
diperiksakan
keluarganya
Puskesmas
dianjurkan
RS.
mengalami
ditusuk-
di
dan
periksa
Karang
ke
Tembok
penyakit
yang
Klien
kooperatif
dan
tampak
fokus
Keluarga
2. Mengkaji
S : Ny. S mengatakan
dapat
keadaan
menjaga
lingkungan
dengan
lingkungan
rumah
biaya
minimal
PARAF
runah
sekitar
klien
S memperbolehkan untuk
melihat
sekeliling
rumahnya.
O : Ada beberapa jendela
tapi
jarang
jumlah
dibuka,
ventilasi
terdapat
<
baju
bergantungan,
4,
yang
penataan
Keluarga
3. Mengajukan
S : Ny. S mengatakan
dapat
pertanyaan
menyebutka
mengenai
syarat
rumah sehat
15.30
Keluarga
4. Memberi
dapat
syarat
menyebutka
yang sehat
syarat
jarang
dibuka
depan
rumah
rumah yang
sangat mengganggu
sehat
rumah
Ny.
oleh
bertingkat
tetangga
rumah
ukiran
rumah
2
milik
dan
depan
rumah
industri
kapur
lalu
warga.
namun
Jendela
jarang
Keluarga
5. Memberikan
S : Ny. S mengatakan
dapat
motivasi
menjaga
keluarga
kebersihan
lingkungan
tiap
rumah
membersihkan
pagi
rumah
pada kalau
untuk
menyapu
dan jendela
tidak
dibuka.
pernah
Ny.
rutin mengucapkan
S
terima
debu
dan
koopertif
dan
selalu
menjaga
ahasa
komunikasi
17.00
Keluarga
6. Memberitahukan
S : Ny. S mengatakan
dapat
menyebutka
untuk
terserang
selalu
kembali
merubah
membuka
dampak
penyakit
dari
mempengaruhi
merapikan
lingkungan
kesehatan
yang
keluarga
sehat
tidak
paham
dan
menjawab
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta kedokteran Jilid I, edisi 3. Jakarta. Media
Aesculapcius FKUI
Lynda Juall, Carpenito. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta.
EGC
H, Suparman. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II. Edisi 4. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI