You are on page 1of 18

ANATOMI RONGGA MULUT

A. Rongga Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri atas dua
bagian. Bagian luar yang sempit (vesibuka) yaitu ruang diantara gusi serta gigi dengan
bibir dan pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh
tulang maxilaris dan semua gigi, dan disebelah belakang bersambung dengan awal faring.
(Pearce, 1979)
Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring. Atap
mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Dibagian posterior palatum mole berakhir
pada uvula. Lidah membentuk dasar mulut. Pada bagian paling posterior dari rongga
mulut terletak tonsil diantara kolumna anterior dan posterior. (Swartz, 1989)

Rongga Mulut (Swartz, 1989)


Mulut merupakan jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori
yang berperan dalam proses awal pencernaan. Secara umum terdiri dari 2 bagian , yaitu:
1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2. Bagian rongga mulut bagian dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang bersambung dengan faring.

Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak


kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh
darah dan jga memuat banyak ujung akhir syaraf sensoris .(Pearce, 1979)
Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput
lendir mukosa. Ada beberapa bagian yang perlu diketahui,yaitu:
1. Palatum
a. durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris.
Palatum durum adalah struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian anteriornya mempunyai
lipatan-lipatan yang menonjol (rugae) .(Swartz, 1989)
b. Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergerak , terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir. Palatum mole adalah suatu
daerah fleksibel muscular disebelah posterior palatum durum. Tepi posterior berakhir
pada uvula. Uvula membantu menutup nasofaring selama menelan. (Swartz, 1989)

2. Rongga Mulut
a. bagian gigi terdapat gigi anterior yang sangat kuat yang tugasnya memotong dan gigi
posterior yang tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi
oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Proses pengunyahan dipersarafi oleh nucleus
dalam batang otak. Perangsangan formasi retikularis dekat pusat batang otak untuk
pengecapan dapat menimbulkan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu.

Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk
sebagian besar buah dan sayuran-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membran
selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus diuraikan
sebelum dapat digunakan.
b. tulang alveolar
terdiri atas tulang spons diantara dua lapis tulang kortikal. Pembuluh darah dan saraf gigi
menembus tulang alveolar ke foramen apial untuk memasuki rongga pulpa. Tulang
alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai sumber kalsium siap pakai untuk
mempertahankan kadar darah ion ini. Setelah hilangnya gigi permanen atau setelah
periodontitis dapat terjadai resorbsi tulang alveolar. (Fawcett, 2002)
c. Gingiva
adalah membran mukosa yang melapisi vestibulum dari rongga mulut dan melipat diatas
permukaan luar tulang alveolar. Saat mendekati gigi, ia menyatu dengan tepian bawah lapis
merah muda yang lebih kuat disebut gusi atau gingiva yang merupakan bagian membran
mukosa yang terikat erat pada periosteum krista tulang alveolar. Ia dilapisi epitel berlapis
gepeng dengan banyak papila jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Epitel ini berkeratin
,tetapi dalam lingkungan basah ini ia tidak memiliki stratum granulosum dan sel sel gepeng
lapis superfisialnya tetap berinti piknotik. (Fawcett, 2002)
d. Ligamen Periodontal.
Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk membran periodontal
atau ligament periodontal atau ligament periodontal diantara sementum dan tulang alveolar
disekitarnya. Serat-seratnya berjalan miring keatas dari sementum ke tulang hingga tekanan
pada gigi menekan serat-serat yang tertanam dalam tulang. Ligamen periodontal menahan
gigi pada soketnya dan masih memungkinkan sedikit gerak .(Fawcett, 2002)
e. Pulpa.
Pulpa , yang memenuhi rongga gigi berasal dari jaringan yang membentuk papila dentis
selama perkembangan embrional. Arteriol kecil memasuki pulpa melalui foramen apical
dan cabang kapilernya pecah dekat dasar odontoblas dan sebagian terdapat diantaranya.
Mereka ini berlanjut kedalam vena kecil yang letaknya lebih kepusat pulpa. (Fawcett, 2002)

f. Lidah
lidah manusia sebenarnya dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2 kelompok, yaitu otototot yang hanya terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan otot-otot ekstrinsik yang salah satu
ujungnya mempunyai perlekatan diluar lidah, yaitu pada tulang rahang bawah didasar mulut
dan tulang lidah. Otot intrinsik mempunyai serat lebih halus daripada otot ekstrinsik. Otototot ini penting dalam proses mengunyah dan mengucapkan kata-kata. (Wibowo, 2005)
permukaan belakang lidah yang terlihat saat seseorang membuka mulut ditutupi oleh
selaput lendir yang mempunyai tonjolan-tonjolan (papila). Pada pailla ini terdapat alat
pengecap (taste bud) untuk mengenal rasa manis , asin, asam (diujung depan), dan pahit
(dipangkal lidah) disamping itu , lidah juga mempunyai ujung saraf perasa yang dapat
menangkap sensasi panas dan dingin. Rasa pedas tidak termasuk salah satu bentuk sensasi
pengecapan, tetapi suatu rasa panas yang termasuk sensasi umum. (Wibowo, 2005)
Apabila lidah diangkat keatas, suatu perlekatan mukosa, frenulum , dapat terlihat dibawah
lidah digaris tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut. (Swartz, 1989)

g. kelenjar ludah. Terdiri dari :


1. kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan
kanan mandibularis.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Nervus fasial berjalan melalui
kelenjar ini. (Swartz, 1989)

Parotid gland terletak dibelakang tulang rahang bawah dibawah daun telinga dan
mempunyai saluran yang bermuara di depan gigi geraham ke-2 atas. Gondongeun atau
parotitis epidemica merupakan penyakit infeksi virus yang mengenai kelenjar ini.
(Wibowo, 2005)
2. kelenjar submaksilaris terletak dibawah rongga mulut bagian belakang.
3. kelenjar sublingualis, dibawah selaput lendir , bermuara di dasar rongga mulut

B. Gigi Dan Komponenya


Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi mmenjulang ndiatas
gusi lehernya dikelilingi gusi dan akarnya berada dibawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang
sangat keras yaitu dentin. Didalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa. (Pearce, 1979)

Orang dewasa memiliki 32 gigi, 16 tertanam didalam prosesus alveolaris maksila dan
16 didalam mandibula. Yang disebut gigi permanen ini didahului oleh satu set sebanyak 20
gigi desidui, yang mulai muncul sekitar 7 bulan setelah lahir dan lengkap pada umur 6-tahun.
Gigi ini akan tanggal antara umur 6-13 tahun, dan diganti secara berangsur oleh gigi
permanen. Proses penggantian gigi ini berlangsung sekitar 12 tahun sampai gigi geligi
lengkap, umumnya pada umur 18 tahun, dengan munculnya molar ketiga. (Fawcett,2002)
Semua gigi terdiri atas sebuah mahkota yang menonjol diatas gusi atau gingival, dan
satu atau lebih akar gigi meruncing yang tertanam didalam lubang atau alveolus didalam
tulang maksila atau mandibula. Batas antara mahkota dan akar gigi disebut leher atau serviks.
(Fawcett, 2002)
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder, yaitu :
1.gigi primer, dimulai dari dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri , 1 gigi taring, 3 gigi
geraham dan untuk total keseluruhan 20 gigi.
2. gigi sekunder , terdiri dari 2 gigi seri, 2 gigi premolar dan 3 geraham untuk total
keseluruhan 32 gigi.
Fungsi gigi adalah dalam proses mastikasi (pengunyahan). Mengunyah gigi adalah
menggigit dan menggiling makanan diantara gigi atas dan bawah . gerakan lidah dan pipi
membantu dengan memindah-mindahkan makanan ke palatum keras . (Pearce, 1979)
Makanan yang masuk kedalam mulut di potong menjadi bagian-bagian kecil dan
bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
Komponen-komponen gigi, antara lain:
a. Email
adalah substansi gigi paling keras di tubuh. Ia berwarna putih kebiruan dan hampir
transparan. Hampir 99% terdiri dari mineral kristal hidroksi apatit besar. Matriks organik
hanya merupakan tidak lebih dari 1% massanya. (Fawcett, 2002)

b. Dentin
terletak di bawah email terdiri atas rongga berisi cairan. Apabila lubang telah
mencapai dentin , cairan ini akan menghantarkan sinyal rasa sakit itu ke otak. (Maulani,
2005)
Dentin bersifat semitranslusen dalam keadaan segar, dan berwarna agak kekuningan.
Komposisi kimianya mirip tulang namun lebih keras . bahannya 20% organik dan 80%
anorganik. (Fawcett, 2002)
c. Pulpa
merupakan bagian yang lunak dari gigi. Bagian atap pulpa merupakan bentuk kecil
dari benyuk oklusal permukaan gigi. Pulpa mempunyai hubungan dengan jaringan peri
atau interradikular gigi. Dengan demikian juga dengan keseluruhan jaringan tubuh. Oleh
karena itu, jika ada penyakit pada pulpa, jaringan periodontium juga akan terlibat.
Demikian juga dengan perawatan pulpa yang dilakukan, akan mempengaruhi jaringan
disekitar gigi. (Tarigan, 2002)
Bentuk kamar pulpa hampir menyerupai bentuk luar dari mahkota gigi, misalnya
tanduk pulpa terletak dibawah tonjol gigi. Pada gigi dengan akar lebih dari satu, akan
terbentuk lantai kamar pulpa yang mempunyai pintu masuk ke saluran akar disebut
orifisum.. dan orifisum ke foramen apical disebut saluran akar. Bentuk saluran akar ini
sangat bervariasi dengan kanal samping yang beragam, selain kadang juga ditemukan
kanal tambahan (aksesori) yang ujungnya buntu tidak bermuara ke jaringan periodontal.
(Tarigan, 2002)
Bahan dasar pulpa terdiri atas 75% air dan sisanya

glukosaminoglikan,

glikoprotein,proteoglikan, fibroblas sebagai sintesis dari kondroitin sulfat dan dermatan


sulfat. (Trigan, 2002)
Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. (Pearce, 1979)
Pada saluran akar ditemui pembuluh darah ,jaringan limfe, juga jaringan saraf, yang
masuk ke rongga pulpa dan membentuk percabangan jaringan yang teratur serta menarik.
Jaringan yang memasok darah dari pulpa, masuk dari foramen apikal, tempat arteri dan
vena masuk serta keluar. Selain pembuluh darah dan jaringan limfe, jaringan saraf masuk
juga ke pulpa melalui foramen. (Tarigan, 2002)

d. sementum
Akar gigi ditutupi lapisan sementum tipis, yaitu jaringan bermineral yang sangat mirip
tulang. Melihat sifat fisik dan kimiawinya, sementum lebih mirip tulang dari jaringan
keras lain dari gigi. Ia terdiri atas matriks serat kolagen, glikoprotein, dan
mukopolisakarida yang telah mengapur. Bagian servikal dan lapis tipis dekat dentin adalah
sementum aselular. Sisanya adalah sementum selular, dimana terkurung sel mirip osteosit,
yaitu sementosit dalam matriks. (Fawcett, 2002)
C. Jringan Sekitar Rongga Mulut (Harshanur, 1991) :
1. Bibir dan bagian-bagiannya:
a. bibir atas
b. bibir bawah
c. tepi bibir
d. sudut bibir (commisure) dimana bibir atas dan bawah bertemu
e. tuberkel yaitu tonjolan bulat bibir atas tengah bawah
2. Filtrum
Yaitu lekukan atara tuberkel dan hidung.
3. Labiomental groove
Yaitu groove yang berjalan horizontal dibawah bibir bawah yang membatasi dagu
4. Nasolabial groove
Yaitu lekukkan antara hidung /nasal dan bibir /labial
5. Dagu
Disebelah depan, mulut dibatasi oleh bibir dan otot-otot yang melingkarinya. Bibir ini
merupakan peralihan dari kulit dan selaput lendir. Perbedaanya dengan kulit adalah
bahwa bibir tidak mempunyai lapisan tanduk dan lapisan epidermisnya tipis. Warna
merah pada bibir disebabkan oleh warna merah darah dalam kapiler dibawahnya.

Karena kulitnya tipis, bibir juga merupakan bagian yang sensitiv pada manusia
.(Wibowo, 2005)
Pada orang yang kurang daranh (anemia) warnanya pucat, sedangkan pada mereka
yang darahnya mengalami gangguan oksigenasi dan karbonasi, darah dapat menjadi
kebiru-biruan. (Wibowo, 2005)

KEBIASAAN MENGGUNAKAN TUSUK GIGI TERHADAP RONGGA MULUT


Tusuk gigi merupakan benda yang paling dicari setelah mengkonsumsi makanan yang
berserat seperti sayur-sayuran dan daging. Benda kecil yang berfungsi untuk membersihkan
sela-sela gigi ini memang sudah dikenal dari era prasejarah. Banyak bukti menunjukkan saat
itu, manusia menggunakan ranting untuk membersihkan gigi. Pada era perunggu, menurut
situs nucleartoothpicks.com, tusuk gigi dibuat lebih rapi dengan bahan logam, tapi prosesnya
masih manual dan belum dikomersialkan. Tusuk gigi sejatinya bisa berasal dari kayu atau
bambu telah mengalami banyak modifikasi. Batang korek api, ranting pohon sampai peniti
telah menggantikan fungsinya disaat benda ini tidak tersedia.
Tusuk gigi merupakan alat bantu untuk membersihkan gigi sebelum ditemukannya
sikat gigi. Seiring ditemukannya sikat gigi dan benang gigi, penggunaan tusuk gigi lambat
laun mulai ditinggalkan, sebab penggunaan tusuk gigi memang kurang tepat bagi gusi.
Efek positif yang terasa mungkin gigi menjadi nyaman dan bersih, karena sisa
makanan yang sebelumnya ada menghilang terangkat oleh benda ini. Tetapi dibalik
fungsinya yang membersihkan ada efek negatif yang ditimbulkan yang belum banyak
diketahui masyarakat. Tetapi, dengan bentuk tusuk gigi yang tidak sesuai dengan anatomis
gusi dan gigi, justru akan menyebabkan luka dan perdarahan bagi gusi. Ditinjau dari
kebersihannya, tusuk gigi yang tidak steril juga dapat menimbulkan infeksi pada rongga
mulut.
Penggunaan tusuk gigi yang tidak tepat dapat melukai jaringan lunak sekitar gigi. Hal
itu bisa menyebabkan peradangan pada jaringan lunak mukosa rongga mulut. Selain itu jarak
interdental antar gigi sebelah menyebelah menjadi bertambah karena diameter ukuran tusuk
gigi cukup besar. Iritasi dan trauma yang terjadi terus-menerus akibat penggunaan tusuk gigi
dapat menyebabkan benjolan pada gingiva (gusi) yang dikenal dengan nama epulis.
Epulis fibromatosa merupakan epulis yang diakibatkan pemakaian tusuk gigi yang
berlebihan dan tidak steril. Epulis ini mempunyai gambaran klinis benjolan bertangkai
(terpisah dari jaringan lunak gingiva), lunak, berwarna pucat, sebenarnya tidak mudah
berdarah, dan tidak sakit. Epulis ini dapat ditangani dengan eksisi (pemotongan) dan kuretage
(kuret jaringan lunak). Epulis dapat kambuh jika kebiasaan menggunakan tusuk gigi yang
berlebihan dan tidak steril tetap dilakukan.

Tusuk gigi dipakai dengan cara mencolok/ menusuk dan mengungkit.Gerakan menusuk
atau mencolok tusuk gigi ini dapat mengganggu jaringan pendukung gigi. Jaringan
pendukung gigi (jaringan periodontal) adalah jaringan disekitar gigi yang berfungsi menahan
gigi pada tempatnya [ soket].
Gerakan menusuk tersebut menimbulkan trauma pada jaringan periodontal, yang
mengakibatkannya mengalami peradangan.
Bila jaringan pendukung gigi ini rusak maka dapat dipastikan gigi lama-lama akan goyah
karena tidak ada lagi yang mendukungnya.
Dan kerusakan jaringan periodontal merupakan salah satu penyebab timbulnya Bau Mulut
Kemudian gerakan mengungkit.
Gerakan mengungkit yang kita lakukan dapat menyebabkan gigi bergeser dari tempatnya.
Apabila ada ruang kosong di salah satu sisi gigi yang diungkit, maka akan tercipta jarak
antara gigi.

Apabila tidak ada ruangan kosong, maka gigi


yang diungkit akan mengalami pergeseran tempat. Pergeseran gigi akan menyebabkan
gigitan gigi atas dan bawah berubah.
Bila gigitan gigi berubah, maka akan timbul keluhan di sendi rahang. Keluhan yang
umumnya nyeri atau sakit ini akan timbul pada saat kita membuka dan atau menutup mulut.
Saat makan dan bicara hingga menguap.

Sebaiknya untuk mengambil sisa makanan pada gigi dan gusi lebih aman jika
menggunakan sikat gigi. Dalam penggunaannya tentukanlah ukuran sikat gigi yang tepat.
Jangan samapi salah memilih ukuran sikat karena pengunaan sikat gigi dengan ukuran yang
terlalu keras dapat menyebabkan abrasi (pengikisan) pada gigi. Sedangkan ukuran yang
terlalu soft, dapat menyebabkan pembersihan gigi menjadi kurang . Gunakanlah sikat gigi
dengan arah yang tepat. Untuk gigi atas, arah menyikat satu arah dari atas ke bawah
sedangkan untuk gigi bawah sikatlah satu arah dari bawah ke atas supaya kotoran yang sudah
terambil tidak kembali. Selanjutnya sikatlah bidang oklusal gigi.
Selain itu, Anda dapat mengganti kebiasaan menggunakan tusuk gigi dengan benang
gigi (dental floss). Ada 2 macam benang gigi, ada yang berupa gulungan, serta ada benang
gigi yang disertai dengan pegangan untuk tangan. Cara penggunaan benang gigi yang berupa
gulungan adalah dengan memotong benang sepanjang kurang lebih 15 cm, kemudian
dililitkan di kedua jari telunjuk anda, lalu bersihkan sela-sela gigi Anda hingga ke sela gusi
dengan gerakan berulang ke atas dan ke bawah. Begitu pula dengan benang gigi yang sudah
ada pegangannya, akan lebih mudah penggunaannya, yaitu hanya dengan menggerakkan
berulang ke atas dan ke bawah pada sela-sela gigi dan gusi anda.

PERBEDAAN LESI KARIES (ICDAS)

ICDAS

KRITERTIA DESKRIPSI KLINIS

CODE
0

Sound tooth surface : tidak bukti karies setelah dikeringkan dengan semprotan udara
(5 detik)

Perubahan visual pertama di enamel : opacity atau diskolorisasi (putih atau coklat)
yang terlihat pada pit dan fissura stelah dikeringkan dengan semprotan udara,
dimana tidak atau hampir tidak terlihat di permukaan yg basah

Perubahan visual yang jelas di enamel : opacity atau diskolorisasi yang jelas terlihat
pada pit dan fissura ketika basah, lesi tetap terlihat ketika kering

Kerusakan enamel localized karena karies dengan dentin tidak terlibat atau bayangan
pada dasarnya : opacity atau diskolorisasi lebih lebar dari fissura/fossa natural ketika
basah dan setelah dikeringkan dengan udara

Bayangan gelap pada dasar dentin dengan atau tanpa kerusakan enamel localized

Kavitas jelas dengan dentin terlihat : bukti jelas dari demineralisasi dan dentin
terekspos

Kavitas luas jelas dengan dentin terlihat dan lebih dari setengah permukaan terlibat

Kolom 1: t tahap n keparahan karies untuk orang awam

Kolom 2: penampilan visual untuk tahap keparahan karies untuk para profesional

Kolom 3 : skor untuk kolom 2

Kolom 4: aktivitas lesi

Kolom 5: Skor untuk klasifikasi radiografi untuk keparahan lesi:

0 = tidak ada radiolusensi

1 = radiolusensi dalam luar enamel

2 = radiolusensi dalam bagian dalam enamel EDJ

3 = radiolusensi terbatas pada 1 terluar / 3 dari dentin

4 = radiolusensi mencapai 1 tengah / 3 dari dentin

5 = radiolusensi mencapai 1 batin / 3 dari dentin

6 = radiolusensi dalam pulp

Kolom 6: Skor untuk Fibre Optic translumination (Foti), klasifikasi keparahan lesi: proksimal dan
oklusal

0 = tidak ada bayangan atau daerah bernoda

1 = bayangan berwarna abu-abu tipis ke enamel


2 = bayangan lebar berwarna abu-abu ke enamel
3 = bayangan lebar berwarna abu-abu ke enamel tanpa adana bayangan dentin

4 = Orange / cokelat atau kebiruan / hitam bayangan dengan lebar < 2mm

5 = Bayangan seperti dijelaskan di atas dengan lebar > 2mm

6 = kavitas besar terang yang telah melibatkan pulpa

Kolom 7: Penilaian risiko: h = tinggi, m = sedang, rendah= l

Kolom 8: PTO = pilihan pengobatan preventif,


OTO = pilihan pengobatan Operative

Kolom 9: p (progressing) = kemajuan/berkembang,


a(arrested),

= berhenti

r (regressing) = kemunduran/menurun

REFERENSI

Harshanur, Itjingningsih Wangidjaja. 1991. Anatomi Gigi. EGC : Jakarta


MaLou C. Sabino DDS, Emily G. Smythe, DDS. Dental Anatomy and Occlusion :
Chapter 53.
Sehatkah Menggunakan Tusuk Gigi : 1 - 10 2012 (www.doktersehat.com)
Clinical Practice (www.ICDAS.org)

You might also like