You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Panas dan radioaktivitas bumi merupakan mata kuliah yang mempelajari system
panas dan radioaktivitas pada bumi dengan pendekatan pendekatan fisika, dan
menggunakan metode metode geofisika. Sumber panas yang berada di bumi
diperkirakan ada dua sebeb menurut Eri Prasetyo dalam bukunya dasar Fisika Energi,
pertama disebabkan adanya tekanan yang begitu besar karena gravitasi bumi mencoba
mengkompres atau menekan materi sehingga bagian tengah menjadi paling terdesak dan
kepadatan bumi menjadi lebih besar disebelah dalam. Sebab kedua bahwa bumi
mengandung banyak bahan radioaktif seperti uranium-238, uranium-235, uranium-232.
Bahan bahan radioaktif ini membangkitkan jumlah panas yang tinggi.
Panas bumi saat ini menjadi topik hangat, dikarenan akibat adanya gradien panas
yang dihasilkan mengakibatkan dapat dimanfaatkannya sebagai sumber energi
terbaharukan dan ramah lingkungan renewable. Untuk mengetahui persebaran panas
bumi dapat dilakukan dengan menggunakan metode metoge geofisika. Adapun fungsi
metode geofisika yakni untuk mencari persebaran panas bumi dan juga untuk
memonitoring reservoir panas bumi yang sedang dalam proses eksploitasi. Metode
geofisika yang biasa digunakan untuk mencari panas bumi maupun monitoring reservoir
ini yakni metode Magnetotelluri, Gravity, microgravity, microseismik, dll.
Pada praktikum Panas dan Radioaktifitas bumi kali ini menggunakan metode
gravity. Panas didalam permukaan dapat mempengaruhi karakteristik dari batuan yang
berbeda ditempat tersebut, perubahan karateristik batuan menyebabkan perubahan nilai
densitas bawah permukaan yang menjadikan nilai gravitasi observasi terukur
dipermukaan juga berbeda. Pada kasus panas bumi perbedaan densitas batuan merupakan
acuan dalam penyelidikan metode gravitasi. Dimana, daerah sumber panas dan
akumulasinya di bawah permukaan bumi dapat menyebabkan perbedaan densitas dengan
massa batuan disekitarnya. Pada lapangan panas bumi, massa reservoir dapat berubah
setiap waktu akibat perubahan dipermukaan yakni adanya perubahan topografi, ataupun
adannya dinamika fluida. Prinsip prinsip dari metode gravitasi adalah pencarian
perbedaan kecil medan gravitasi akibat adanya perbedaan nilai rapat massa material pada
bawah permukaan. Selain dipengaruhi oleh perbedaan nilai densitas bawah permukaan,
1

perbedaan nilai gravity juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain posisi bumi
dalam pergerakan tata surya, perbedaan lintang dipermukaan bumi, perbedaan ketinggian
permukaan bumi, dan efek topografi. Karena hal tersebut maka dalam pengolahan data
gravitasi diperlukan beberapa koreksi.

1.2. Rumusan Masalah


Pada praktikum Panas dan Radioktifitas Bumi yang dilakukan di Tiris, Probolinggo
memiliki beberapa batasan masalah dalam penjelasan laporan ini, yakni :
1. Bagaimana perkiraan densitas bawah permukaan berdasarkan metode gravitasi di
wilayah Tiris, Probolinggo ?
2. Bagaimana pola anomaly Bouger dilapangan survey di wilayah Tiris, Probolinggo ?
3. Bagaimana struktur geologi bawah permukaan dan potensi panas bumi di wilayah
Tiris, Probolinggo ?
4. Jenis batuan apa saja yang menyusun di wilayah Tiris, Probolinggo?

1.3. Tujuan
Praktikum panas dan radioaktivitas bumi dengan metode gravity memiliki tujuan
antara lain :
1. memperkirakan densitas bahwa permukaan bumi berdasarkan metode gravitasi
2. Menentukan pola anomaly bouger di lapangan survey dengan melakukan
pengolahan gravitasi
3. Mengetahui struktur geologi bawah permukaan serta panas bumi di daerah survey
4. mengetahui jenis batuan penyusun panas bumi daerah survey

1.4. Batasan Masalah


Batasan masalah yang digunakan dalam laporan panas dan radioaktivitas bumi
dengan metode gravity sebagai berikut :
1. Data pengukuran survey gravitasi didapatkan dari pengukuran lingkup wilayah
Tiris, Probolinggo
2. pengolahan data yang digunakan menggunakan Ms. Excel, tidelongmen, surver.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam ilmu geofisika eksplorasi, metode gaya berat (gravity) memanfaatkan medan
yang telah ada di bumi tanpa harus membuat sumber sendiri atau sering disebut juga sebagai
metode geofisika pasif. Metode gaya berat pada prinsipnya adalah mengukur kecepatan
gravitasi karena gaya tarik-menarik antara dua benda. Besarnya gaya tarik-menarik antara alat
gravitimeter yang diletakkan di atas permukaan sangat bergantung pada kepadatan
(densitas/massa jenis) batuan di bawah permukaan bumi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa nilai percepatan gravitasi di permukaan tanah berbeda di masing-masing tempat
sebagai akibat dari variasi densitas struktur bawah pemukaan.
Nilai rata-rata percepatan gravitasi di atas permukaan bumi adalah 9,8 m/s2. Namun
terdapat perbedaan nilai gravitasi akibat pengaruh batuan di bawahnya. Perbedaan tersebut
sangat kecil, sehingga untuk bisa memetakan kondisi bawah permukaan berdasar perbedaan
nilai percepatan gravitasi, diperlukan sebuah peralatan gravitimeter yang sangat sensitif. Saat
ini sudah ada peralatan gravitimeter yang sanggup mengukur perubahan nilai percepatan
gravitasi dalam orde 0,01-0,001 miliGal (mGal) dimana 1 Gal = 1 cm/s2.
Prinsip dari metode gaya berat didasarkan pada hukum Newton mengenai gravitasi.
Gaya gravitasi awalnya dikenalkan oleh Isaac Newton yang disebut dengan Hukum Newton
yang merupakan gaya yang terjadi antara dua partikel bermassa m1 dan m2 yang berbanding
lurus ke arah produk massa dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar massa tersebut
(Blakely, 1996).
Persamaan berikut menunjukkan hukum Newton mengenai gravitasi. F merupakan
gaya yang bekerja pada m2, r1 merupakan vektor satuan dari m2 ke m1, r merupakan jarak
antara m1 dan m2, dan adalah nilai konstanta gravitasi yang bernilai 6,672 x 10-11 Nm2/kg2
dalam SI atau dan 6,672 x 10-8 dyne cm2/g2 dalam cgs.

Percepatan benda m2 karena adanya m1 dapat ditentukan dengan membagi F dengan m2 pada
persamaan diatas, sehingga diperoleh persamaan berikut.

Dalam akuisisi data gaya berat, pada data yang didapatkan, dilakukan beberapa
koreksi data untuk menghilangkan pengaruh yang bukan berasal dari objek geologi yang
diamati. Dalam Telford (1990), terdapat beberapa koreksi yang digunakan dalam pengolahan
data gaya berat, yaitu:
1. Koreksi Skala Pembacaan.

Harga pembacaan skala gravitimeter harus dikonversikan ke nilai satuan percepatan


gravitasi dalam satuan mGal. Perumusan dapat digunakan melakukan konversi pembacaan
skala adalah persamaan 3 berikut.
mGal = [{(bacaan counter) x faktor interval} + mGal] x CCF

2. Koreksi Tidal (Pasang Surut).

Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek pengaruh pasang surut air laut akiba
benda-benda langit di sekitar bumi. Gaya pasang-surut akan maksimum bila bulan dan
matahari terletak pada satu arah dan berlawanan, dan akan minimum jika keduanya tegak
lurus. Selain itu, penarikan bulan dan matahari juga memberikan efek pasang-surut
terhadap benda-padat bumi. Gejala ini menjadi suatu ukuran tentang kekerasan bagian
dalam bumi. Menurut Heiland, komponen tegak gaya pasang-surut gTDL dirumuskan
pada persamaan berikut (Untung, M., 2001).

3. Koreksi Apungan (Drift Correction).

Nilai pengukuran gayaberat pada suatu titik dan diulang kembali pengukurannya
secara teoritis nilai gayaberat akan tetap atau konstan. Namun dalam kenyataannya
nilainya akan berubah. Selain diakibatkan kondisi pasang surut, perubahan tersebut juga
dapat dipengaruhi oleh mekanisme alat. Goncangan pada saat transportasi dapat
mempengaruhi mekanisme alat, ini disebut dengan apungan (Hadipandoyo, S., 2004)

4. Koreksi Lintang (Normal Correction).

Bumi berotasi pada porosnya, sehingga menyebabkan sebaran massa bumi berbeda.
Sebaran massa bumi tidak sempurna, tetapi massa bumi terkumpul pada porosnya.
Sehingga nilai perkiraan gayaberat rata-rata diberikan oleh fungsi lintang. Terdapat
rumusan untuk mencari koreksi lintang antara lain Potsdam 1930, ISGN 1971
(International Standardizaton Geodetic Network 1971) dan yang terbaru WGS 84 (Word
4

Geodetic System 1984). WGS 84 dituliskan pada persamaan berikut (Hadipandoyo, S.,
2004)

5. Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction).

Pengukuran gayaberat di mean sea level dan di ketinggian tertentu pasti memiliki hasil
yang berbeda. Setiap perubahan ketinggian terhadap mean sea level nilai gayaberatnya
akan berubah. Rata-rata perubahan gayaberat terhadap ketinggian sebesar 0.3086 mGal/m
(Sleep and Fujita, 1997). Titik pengamatan tidak selamanya berada pada mean sea level,
sehingga perlu dilakukan koreksi. Koreksi ini disebut dengan koreksi udara bebas.
Menurut Reynolds (1997) nilai yang didapatkan untuk koreksi udara bebas adalah :

FAC = 0,3086 x h

Gambar 2.1 Koreksi Udara Bebas (Reynolds, 1997)

Sedangkan anomali udara bebasnya atau Free Air Anomaly (FAA), dapat dituliskan
sebagai berikut :
FAA = g g + 0.3086 h

6. Koreksi Bouger

Bouguer seorang Perancis pada tahun 1749 melakukan pengamatan di pegunungan


Andes, Peru. Dia menyadari adanya ketergantungan ketinggian dan rapat massa. Dia
menemukan hubungan analitis rapat massa di pegunungan Andes dan rapat massa rata-rata.
Sehingga koreksi Bouguer dapat dirumuskan pada persamaan berikut (Untung, M., 2001.)
KB 0.1491h

Gambar 2.2 Koreksi Bouger (a) di Plateau dan (b) di stasiun bawah tanah (Telford, 1990)

7. Koreksi Terrain (Koreksi Medan)

Adanya efek medan akibat terdapat bukit ataupun lembah disekitar titik pengukuran
yang dapat menyebabkan efek penambahan ataupun pengurangan nilai gayaberat
pengukuran. Oleh karena itu dilakukan koreksi medan. Koreksi medan didapatkan dengan
Hammer Chart (Telford, 1990). Maka dari itu, koreksi terrain diperlukan dalam
pengukuran dengan perumusan yang diberikan oleh persamaan berikut:

dimana R1 merupakan jari-jari bagian dalam, R2 merupakan jari-jari bagian luar, dan h
merupakan beda ketinggian dari titik pengamatan.

Gambar 2.3 Koreksi Topografi (Zhou, 1990)

BAB III
METODOLOGI

3.1

Waktu dan Tempat


Praktikum Metode Panas dan Radiasi Bumi tentang pengolahan data graviti, praktikan

menggunakan data yang didapat dari praktikum sebelumnya pada daerah Tiris. Praktikan
mengolah data pada tanggal 26 november 2014 di ruang S-2, gedung Biomol, FMIPA,
Universitas Brawijaya maupun rumah praktikan.

3.2

Data Sekunder dan Software


Praktikum pengolahan data gravity ini menggunakan data sekunder survei gravity di

daerah Tiris, Probolinggo (terlampir), serta beberapa software sebagai berikut:


1.

Microsoft Excel
Software awal untuk mencatat data akuisisi yang diperoleh. Selain itu digunakan untuk
menghitung koreksi-koreksi pada pengolahan data gravity.

2.

Tidelongman
Untuk mengetahui nilai koreksi pasang-surut (tidal).

3.

Surfer
Digunakan untuk membuat peta kontur dua/ tiga dimensi. Peta yang diperoleh dari
pengolahan berupa peta kontur untuk anomali Bouguer lengkap.

3.3

Pengolahan Data
Pengolahan data adalah langkah untuk mengolah data yang telah diperoleh melalui

akuisisi data menjadi informasi keluaran berupa barang jadi. Pengolahan data software
membutuhkan perangkat lunak dalam pemrosesannya. Software yang digunakan pada
praktikum ini telah disebutkan sebelumnya (Ms. Excel, Tidelongman, dan Surfer). Data
sekunder yang digunakan sudah dalam bentuk Ms. Excel. Kemudian, dibuat beberapa tabel
keterangan tentang koreksi yang digunakan pada pengolahan tersebut, seperti koreksi tidal,
drift, nilai g absolut, koreksi udara bebas, anomali udara bebas, Bouguer sederhana hingga
lengkap.
Langkah selanjutnya, mengisi tiap-tiap kolom dengan rumus pada Ms. Excel sesuai
koreksi yang dilakukan. Konversi pembacaan merupakan hal utama untuk penanganan awal
dalam pengolahan data. Perhitungan konversi tersebut menggunakan tabel konversi mGal
(terlampir). Kemudian, dilakukan koreksi tidal yang mana membutuhkan software
Tidelongman. Berikut adalah tampilan awal dari software Tidelongman:
7

Gambar 3.3.1. Tampilan awal software Tidelongman

Pada software ini, diperlukan beberapa informasi sebagai input data. Data tersebut yakni
nama teks file, selisih waktu survei gravity dengan GMT (jam), koordinat garis lintang dan
bujur dalam satuan derajat, waktu awal serta akhir survei dilakukan. Apabila posisi survei
berada di bawah garis ekuator (derajat lintang selatan), maka pada pengetikan koordinat harus
diberi tanda negatif (-). Berikut ini adalah tampilan pada saat melakukan input, sebagai contoh
koreksi tidal pada tanggal 22 Maret 2014, pukul 06.00 hingga 06.30:

Gambar 3.3.2 Peng-input-an data pada software Tidelongman

Output yang diperoleh dari software ini akan tersimpan satu file dengan software
tersebut, dan sesuai dengan nama yang diketik (pada gambar di atas, nama teks file adalah

F1). Kemudian, teks file tersebut dibuka dengan aplikasi notepad sehingga diperoleh tampilan
sebagai berikut:

Gambar 3.3.3 Contoh data output software Tidelongman

Pada gambar di atas, tampak variasi nilai koreksi tidal terhadap variasi waktu pula.
Akan tetapi, kita hanya memilih salah satu nilai koreksi tidal sesuai kapan pengambilan data
dilakukan. Sebagai contoh, praktikan melakukan pengambilan data pertama tepat pukul 06.19.
Sehingga nilai koreksi tidal-nya yakni 0.024 mGal. Apabila pada output data tersebut tidak
mencantumkan waktu pengambilan data, maka waktu yang dipilih harus lebih dekat dengan
waktu tersebut. Setelah dimasukkan nilai koreksi tidal untuk masing-masing data, dilakukan
perhitungan berikutnya. Pada tahapan koreksi lintang, koordinat yang diperlukan yakni
radian. Sehingga koordinat awal (derajat) harus diubah ke radian dengan menggunakan
formula Ms. Excel, yakni ketik =RADIANS ( ) pada kolom tersebut.
Pengolahan data untuk perhitungan seluruh koreksi gravity dapat dilakukan dengan
software Ms. Excel karena telah tersedianya berbagai formula untuk mempermudah
perhitungan yang rumit. Perhitungan koreksi ini dilakukan hingga memperoleh nilai anomali
Bouguer lengkap.

Apabila telah diperoleh nilai anomali Boguer lengkap, langkah selanjutnya membuat
peta kontur anomali Bouguer lengkap dengan menggunakan software Surfer. Berikut adalah
tampilan awal dari software Surfer:

Gambar 3.3.4 Tampilan awal software Surfer

Kemudian, pilih menu File New Worksheet. Pada menu akan tampak tabel dengan
keterangan A(x), B(y) dan C(z). Masukkan koordinat garis bujur berupa derajat (jam) pada
kolom x, garis lintang pada kolom y, dan nilai anomali Bouguer lengkap pada kolom z.
Berikut tampilan dari worksheet tersebut:

Gambar 3.3.5 Tampilan worksheet pada software Surfer

Kemudian, dilakukan gridding terhadap data worksheet tersebut yakni dengan cara klik
menu Grid Data, lalu pilih data worksheet yang telah disimpan sebelumnya. Apabila telah
dilakukan, tampilkan peta kontur 2D untuk data tesebut, dengan cara klik menu Map New
10

Countur Map, lalu pilih data hasil gridding dengan format/ ekstensi .grd. Dan untuk
menampilkan peta kontur yang 3D maka pilih menu Map New 3D Surface. Sehingga
diperoleh peta kontur sebagai berikut:

Gambar 3.3.6 Peta kontur anomali Bouguer lengkap 2D

Gambar 3.3.7 Peta kontur anomali Bouguer lengkap 3D

11

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Hasil


Dari nilai akuisisi data yang didapat dimana data awal yang di dapat berupa waktu,
elevasi, longitude latitude, nilai terain dan nilai gravitasi awal. Seperta pada gambar 4.1
dibawah ini.

Gambar 4.1 data akuisisi

Koreksi yang pertama kali dilakukan merupakan koreksi tidal dimana koreksi ini
dilakukan karena koreksi ini berhubungan dengan time atau waktu pengukuran. Lalu
dilakukan koreksi-koreksi yang lainnya. Dan berikut merupakan nilai hasil setelah melalui
berbagai macam koreksi, dari koreksi tidal, hingga koreksi Bouger pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 data hasil perhitungan nilai koreksi

Data table diatas merupakan nilai data pengolahan yang dilakukan pada processing
data secara bersama pada praktikum akhir. Dimana nilai CBA bernilai negative dan nilai CBA
12

di tiap laporan tidak pernah ditemukan nilai negatif. Namun, setelah penulis berdiskusi
dengan beberapa teman, penulis merasa bahwa nilai CBA yang negative mungkin disebabkan
karena nilai lintang dalam bentuk radian yang berbeda. Atau yang ada penyebab yang lainnya.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai koreksi tidalnya berkisar antara 1630
hingga 1650. Sedangkan untuk nilai koreksi drift berkisar antara 0 hingga 0,3. Hingga data
yang dicari terakhir yaitu nilai anomali Bouguer lengkap diperoleh nilai yang tidak menentu,
dari nilai -5511 hingga 5513. Dari hasil pengolahan Surfer diperoleh hasil permodelan kontur
anomali Bouguer secara 2D. Permodelan kontur anomali Bouguer secara 2D dapat dilihat
pada gambar 4.3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa terdapat garis kontur yang rapat dan
yang renggang. Dimana jika garis konturnya renggang maka persebaran nilai anomali
Bouguer cukup luas. Dimana itu memungkinkan bahwa terdapat persebaran tipe lapisan
batuan yang sama. Dan juga dapat menggambarkan kecenderungan wilayah manivestasi
panas bumi yang nilai CBA ini dapat digunakan untuk analisa tipe batuan di wilayah
manivestasi panas bumi maupun patahannya. Berikut data hasil surfer 2D.

Gambar 4.3 Hasil kontur dari Surfer

Pada gambar 4.4 dimana merupakan gambar hasil pengolahan dalam bentuk 3D

13

Gambar 4.4 Hasil kontur dari Surfer

Dari data atau hasil intepretasi data nilai CBA dengan menggunakan surfer, pada
gambar 4.5 merupakan gambar perbandingan nilai CBA dengan nilai elevasi pada koordinat
dan luasan yang sama.

Gambar 4.5 gambar A adalah kontur elevasi data Tiris, gambar B adalah gambar kontur nilai
CBA atau gravitasi data Tiris.

Gambar diatas memperlihatkan bahwa pengaruh elevasi tidak berpengaruh dengan


nilai CBA, dimana pada ketinggian yang relatif sama, terdapat perbedaan nilai anomali
bouger atau nilai CBA yang berbeda, jadi dapat disimpulkan bahwa nilai CBA dipengaruhi
oleh ketinggian.

14

Gambar 4.6 Gambar 3D dari elevasi di daerah Tiris

Gambar 4.7 Gambar 3D persebaran gravity

Lebih jelas terlihat bahwa pada anomali gravity pada gambar 4.7 dan dikorelasikan
dengan gembar 4.6 pada ketinggian yang relatif besar, nilai anomalinya semakin kecil karena
pada keadaan daerah yang tinggi, secara otomatis jauh dengan permukaan bumi sehingga nilai
gravitasi menjadi lebih kecil dan nilai panas bumi pun semakin kecil. Dari hasil kontur di
15

atas, ada tiga pola yang terdapat di lokasi penelitian, yaitu pola tinggian, pola rendahan dan
pola sedang. Pola sedang dan tinggian berada di utara-barat lokasi penelitian, sedangkan pola
rendahan ada di arah selatan-tenggara lokasi penelitian. Dari kontur tersebut pola cekungan
dan tinggian dapat kita lihat dari warna nila (cekungan) dan merah hingga putih untuk
tinggian.
Dapat diindikasikan manifestasi air panas di daerah tiris ini tersebar di bagian kanan
atas pada peta kontur 2D dan 3D nya. Artinya tidak semua bagian pada daerah penelitian yang
merupakan sumber air panas yang bisa dimanifestasikan.

BAB V
PENUTUP
16

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data dan interpretasi yang telah dilakukan, berdasarkan
penampang 3D Software Surfer 10 terdapat suatu bentuk anomali seperti bentuk bukit, hal ini
dikarenakan nilai anomali bouger yang besar. Sedangkan, nilai anomali bouger yang kecil,
pada penampang 3D Software Surfer 10 terlihat dengan adanya bentuk suatu cekungan.
Berdasarkan hasil pemodelan horizontal, perbedaan nilai anomali bouger dikarenakan
perbedaan jenis penyusun batuan pada lokasi akuisisi. Nilai anomali berdasarkan hasil
pengolahan seluruhnya menunjukkan nilai negative, dan nilai negative yang kecil (cenderung
ke positif) dikarenakan adanya tingkat temperature yang lebih tinggi pada daerah tersebut.

5.2 Saran
Sebaiknya para asisten menerangkan lebih detail tentang cara pengolahan data, dan
menerangkan dengan cara yang mudah dipahami agar praktikan dapat mengetahui maksud
dan tujuan dari setiap langkah dan rumus-rumus yang digunakan dalam pengolahan data
melalui Ms. Excel.

17

DAFTAR PUSTAKA

Blakely, Richard J. 1996. Potential Theory in Gravity and Magnetic Application. UK:
Cambridge University Press.
Hadipandoyo, S., 2004. In House Training Gravity. Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral Pusdiklat Migas Cepu. Blora
Reynold, J. M., 1997, An Introduction to Applied and Environmental Geophysics, John Wiley
and Sons Inc., England.
Sleep, N.H. and Fujita, K., 1997. Principles of Geophysics. Blackwell Science, Inc. USA
Telford, W. 1990. Applied Geophysics Second Edition. Cambridge: Cambridge University
Press.
Untung, M., 2001. Dasar - Dasar Magnet dan Gayaberat Serta Beberapa Penerapannya
(Seri Geofisika). Himpunan Ahli Geofisika Indonesia.
Zhou X., Zhong B., Li X., 1990, Gravimetric Terrain Correction by Triangular Element
Method, Geophysics, vol. 55, pp. 232-238

18

You might also like