Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
I Wayan Wahyu Sastra Wijaksana
12.11.125/B
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perhatian terhadap masalah kebisingan pada lingkungan hidup dan lingkungan kerja telah
dimunculkan sejak amandemen walsh-healy act pada tahun 1969. Undang undang ini membuat
regulasi pertama tentang tingkat kebisingan kerjan ational yang diijikan ( occupational safety and
health administration, 1983). Setiap industry diarahkan untuk menemukan efektivitas dan solusi
ekonomi untuk mengatasi masalah tentang kebisangan lingkungan ini. Seberapa minimkah
seharusnya tingkat kebisingan dari suatu mesin? Pertanyaan ini mungkin dijawab oleh beberapa
pertimbangan akan kriteria design untuk kebesingan, termasuk regulasi OSHA, EPA, dan HUD.
Dipetimbangkan juga beberapa kriteria atas perambatan kebisingan diluar dan didalam, sehingga
diharapan respon masyarakat akan kebisingan dapat dievaluasi. Sejak ditemuknnya internal
combustion engine di akhir abad ke sembilanbelas, Kebisingan dari saluran gas buang kendaraan
adalah salah satu polutan kebisingan dilingkungan. System gas buang dibangun untuk mengurangi
kebisingan dengan ketentuan dBA level dan sound quality berdasarkan keadaan lingkungan.
Design dari knalpot telah menjadi topic yang sangat menarik dalam bebebrapa tahun dan menjadi
persoalan besar akan pemahaman yang telah dicapai. Banyak kemajuan akan teori tentang acoustic
filter dan knalpot gas buang selama empat decade terakhir. Biasanya ketika medesign knalpot
dibangun dengan metode numeric seperti boundry element method atau finite element method.
Terdapat lima criteria berbeda dalam mendesign knalpot yaitu acoustical, aerodinamical,
mechanical, geometrical dan economical criteria. Kriteria acoustical artinya pengurangan
kebisingan seminimum mungkin yang harus dipenuhi oleh knalpot sebagai suatu fungi dari
frekuensi. Kriteria aerodinamikal yaitu pressure drop maksimum yang diijinkan terjadi pada
knalpot pada temperature dan aliran masa tertentu. Kriteria mekanikal yaitu material yang
digunakan untuk memproduksi knalpot yang mempengaruhi tingkat kualitas dan ketahanan
knalpot. Kriteria geometrical yaitu nilau maksimum dan hambatan oleh bentuk knalpot yang
diijinkan. Kriteria ekonomi sangat vital dalam situasi pasar. Sebuah biaya produksi knalpot harus
tidak terlalu mahal selama proses designing dan fabrication untuk menekan nilai jual dipasaran.
Knalpot telah dirancangselama lebih ari sembilan belas tahun belakangan berdasarkan analogi
elektro akustik dan percobaan trial and error. Beberapa tahun lalu Stewart menggunakan analogi
elektro-akustik dalam memperoleh teori dasar dan design dasar dari akustik filter. Kemudian Davis
mempublikasikan hasil dari penelitian sistematik pada knalpot. A Davis menggunakan solusi
rambat gelombang pada persamaan satu dimensi gelombang dan mengansumsikan bahwa tekanan
akustik dan kecepatan volume akustik berkelanjutan pada perubahan luas penampang. Sebuah
langkah penting selanjutnya dalam analisa performa akustikal knalpot adalah pengaplikasian teori
tow-port network dengan menggunakan four-pole parameter. Igarashi dan teman-temannya
mengkalkulasi karakteristik transmisi knalpot menggunakan circuit elektrikal ekuivalen. Parrot
kemudian mempublikasikan hasil elemen dasar yang menyakinkan seperti area expansion dan
contraction. Sreenath dan Dr. munjal memberikan rumus untuk pengurangan kebisingan knalpot
menggunakan pendekatan transverse matriks. Rumus yang mereka bangun berdasarkan konsep
ratio kecepatan. Kemudian Dr. munjal memodifikasi pendekatan rumus ini untuk memasukkan
convective effect dari alirannya. Young dan crocker menggunakan finite elemen method untuk
memprediksikan four pole parameter dan kemudian transmission loss dari bentuk kompleks
knalpot dalam kasus tanpa teradi aliran gas. Middlberg, J.M dan Barber T.J mempresentasikan
perbedaan konfigurasi knalpot dengan simple expansion chamber, meliputi perpanjangan pipa
masuk atau pipa keluar dan baffles telah dimodelkan secara numeric dengan CFD dengan tujuan
menentukan responnya terhadap akustik. Bagaimanapun seluruh riset yang dipelajari dan
dilakukan berdasarkan formulasi persamaan matematika dan metode trial and error
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. Merancang knalpot untuk sepeda motor Suzuki gixxer 150
2. Merancang pipa knalpot yang meliputi pabjang total, panjang pipa primer, panjang pipa
sekunder, diameter pipa primer dan diameter pipa sekunder.
3. Merancang design dari silencer dengan tingkat intensitas bunyi 90dB.
1.3 BATASAN MASALAH
1. Hanya membahas dimensi pipa knalpot dan silencer
2. Tidak membahas transmission loss, back pressure dan insertion loss yang terjadi
3. Tidak dilakukan pengujian terhadap intensitas bunyi , sound level, sound power level dan
daya bunyi.
4. Tidak membahas kekuatan rendam dan jenis bahan kanalpot yang digunakan pada kanalpot.
BAB II
LANDASAN TEORI
Antara pipa berlubang dan cansingnya ada sebuah lapisan penyerap suara yang
menyerap beberapa pulse tekanan gas buang.
dapat dilihat material absorbtive tidak hanya meniadakan gundukan-gundukan namun juga
meningkatkan transmission loss secara dramatis terutama untuk frekuensi tinggi.
2. Catalytic converter pada knalpot mobil berbentuk mrip sarang tawon. Di dalamnya
terdapat komponen yang berupa sensor. Fungsi utama komponen catalytic converter
adalah menyaring gas buang yang sesuai dengan kadar atau kandungan gas tersebut
yang berdasar pada hasil tangkapan sensor. Hal itu penting agar gas buang sesuai
dengan standar emisi.
3. Resonator berfungsi untuk menentukan dasar suara yang keluar dari system
pembuangan. Resonator di design untuk bekerja dengan baikpada range frekuensi
dimana mesin membuat sangat banyak kebisingan, walaupun jika frekuensi ini tidak
persis seperti apa yang ditune oleh resonator. Tetap saja akan menghasilkan ganguan
yang merusak.
4. Muffler berfungsi untuk mengurangi tekanan gas buang mobil. Bagain juga
bertanggung jawab untuk melenyapkan kebisingan pada mesin. Sekalipun juga
mengalirkan gas buang dengan lancar ke udara bebas secara berkelanjutan.
5. Pipa saluran gas buang berfungsi untuk menyalurkan gas buang dari mesin ke muffler
kemudian dibuang ke udara bebas.
Gas buang dan gelombang suara kemudian masuk kedalam muffler melalui piap yang berada
dibagian tengah muffler. Gas ini terpental pada bagian dinding belakang muffler dan
dipantulkan melalui lubang ke body utama muffler. Gas mengalir melalui sekumpulan lubang
pada bagian chamber laiinya, dimana mereka berbalik dan keluar pada pipa terakhir dan
meninggalkan muffler.
harus dijaga serendah mungkin unutk mgnhindari terjadinya loss power pada mesin
sehingga mampu menghasilkan performa mesin yang maksimal.
d. Biaya dan berat
Umumnya semakin besar ukuran knalpot, maka akan lebih berat dan lebih banyak biaya
dalam produksinya. Berat dari knalpot sendiri akan mempengaruhi performa dari
kendaraan begitu juga dengan mountingnya di chasis kendaraan. Mounting kanalpot
juga harus mampu meredam getaraan yang terjadi, sehingga tidak akan memnggangu
kenyamanan penumpang pada cabin kendaraan. Untuk meredam getaran ini biasanya
dipasang karet keras dan bracket untuk mengisolasi getaran yang terjadi pada knalpot.
e. Memilih grade dari knalpot
Berdasarkan ASHARE Technical committee 2.6 grade dari knalpot dikelompokan
sebagai berikut.
Industrial/commercial:
IL=15 to 25 dba
Body/pipe = 2-2.5 dba
Length/pipe=5 to 6.5
Residential grade
Il=20 to 30 dba
Body/pipe=2 to 2.5
Length/pipe=6 to 10
Critical grade
Il=25 to 35 dba
Body/pipe=3
Length/pipe=8 to 10
Octave band
Oktaf band didefinisikan sebagai range of frekuensi perpanjangan dari satu frekuensi
emnjadi tepatnya dua kali frekuensi sebelumnya. Sebagai contoh 1000 Hz oktaf band
ditengahkan pada 1000 Hz dan diperpanjang dari 707 Hz menjadi 1414 Hz. 9 oktof band paling
sering digunakan ketika mengukur suara.
Ketika menganalisa noise di dunia industrial sebuah noise spectrum dipelajari. Contohnya 3
jenis frekuesni yang biasa dianalisa adalah narrow band, one-third oktaveband dan octave
band.
Decibel and a weighted decibel (dBA) scale
Ukuran atau amplitude dari tekanan yang diukur dalam decibel atau dB. Satuan decibels
adalah pengukuran logaritmik yang menggunakan 2 x 10-5 Pa sebagai titik permulaan dari
0dB. Zero dB atau 2 x 10-5 Pa adalah tekanan terendah yang mampu dideteksi oleh orang
dewasa pada nada murni 1000 Hz. Banyak sumber noise memunculkan level tekanan suara
antara 0 sampai 150 dB. Pada level 150 dB ekuivalen dengan suara pesawat jet saat tinggal
landas.
Untuk menghitung sensitivitas manusi terhadap suara sebuah A-weighted decibel atau skala
dBA dibuat. Sebuah factor koreksi telah ditemukan untuk merubah unweight decibel, yang
juga diketahui sebagai linier scale, menjadi A-weighted decibels (dBA).
Sound pressure level (spl) and sound power level (PWL)
Tekanan suara adalah perubahan dalam tekanan udara diatas dan dibawah rata rata tekanan
atmosfer. Untuk menghitung seperti perubahan tekanan luas ( atau amplitude), tekanan suara
dikonversikan ke dalam decibel dan disebut juga dengan sound pressure level (SPL or Lp).
Skala pengukuran dimulai dair nol decibel dan standart internasionalnya untuk perubahan
tekanan adalah 2x10-4 Pa. Energy akustik yang terpancar dari mesin disebut dengan tenaga
suara (sound power). Tenaga suara (sound power) didefinisikan sebagai rata-rata tingkat yang
mana tenaga surya dipancarkan dari sumber suara. Diukur dalam watt. Sound power level,
disingkat PWL atau lw, adalah tenaga suara sesudah dikonversi ke decibel. Referensi dari
tenaga suara adalah 10-12 watt. Persamaan tenaga suara (soun power) adalh sebagai berikut.
PWL atau lw adalah constant pada sumber tertentu dan independent pada lingkungan kaustik.
PWL tidak dapat diukur secara langsung, tetapi harus dihitung dari sound pressure level. Ini
10
karena PWL dapat dikatakan sama dengan nilai daya pada lampu pijar. Disisi lain SPL seperti
jumlah cahaya yang dihasilkan dalam jarak tertentu dari lampu pada linkungan tertentu.
Tekanan suara relative lebih mudah diukur variasi tekanan dirasakan oleh gendang telinga
adalah variasi tekanan yang samase[rtiyangditerima oleh microphone untuk merekam suara.
11
12
BAB III
PERENCANAA KNALPOT
Data-data mesin kendaraan
a. Maksimum power = 16,40 hp
b. Putaran maksimum = 8100 rpm
c. Volume cylinder = 149.8 cc
d. Dimeter silinder = 57,0 mm
e. Langkah silinder = 58,7 mm
f. Derajat buka katup buang = 72o B.T.D.C
g. Derajat tutup katup buang = 48o B.T.D.C
= 129,15 (2/4)
= 128,65 dB
= 128,65 Db 10,9
= 117,75 dBA @ 200 Hz
Pada kondisi unsilenced menurut berbagai ekperimen didapat frekuensi teoritis untuk
exhaust noise berkisar 200 500 Hz ( Design And Construction Of A Muffler For Engine
Exhaust Reduction, ICME2006, hal 3).
2. Perhitungan exhaust noise criteria
ENC = RNC 5 dBA (Engine Exhaust Noise Control, ASHRAE technical board 2.6)
Dimana :
10 x 1.5 in L1 16 x 1.5
15 in L1 24 in
0.381 m L1 0.610
Dipilih panjang body knalpot L1 = 0.60 m
b. Diameter body knalpot
Diameter body knalpot = 3 x Dp
13
14
= 3 x 1.5 in
= 4.5 in 0.114 m
Panjang dari body knalpot dapat juga dicari berdasarkan temperature dan frekuensi
level pada saat kondisi unsilenced, dari journal hasil percobaan shubham pal dan timnya
pada mesin 3 cylinder SI engine didapat frekuensi exhaust yaitu 125 Hz, 253 Hz, 381
Hz, 509 Hz, 635 Hz, 758 Hz dan 882 Hz. Dengan temperature gas buang diasumsikan
300 oF atau 759,7 oR diperoleh dari journal penelitian M.Rahman dan timnya dari
Bangladesh University Of Engineering And Technology.
c. Panjang body knalpot :
0.5 (49.03 oR)/ 2f L 2.6(49.03 oR)/ 2f
oR = absolute temperature of exhaust gas = 759.7 oR
F = frequency of sound (Hz) = 253 hz
0.5 (49.03 759.7)/ 2253 L 2.6(49.03 759.7)/ 2253
0.43 ft L1 2.21 ft
0.13 m L1 0,674 m
Dari hasil perhitungan diatas nilai pangang knalpot L1 = 0.60 m memenuhi.
5. Panjang masing masing chamber pada knalpot
Pada knalpot dirancang memiliki 4 buah chamber, panjan, g dari masing masing chamber
dapat dicari dengan rumus resonance method. (M.Rahman, Bangladesh University Of
Engineering And Technology).
Frekuensi
Kecepatan
F (Hz)
suara
C
m/s2
N = 1, 3, 5, = /
= /4
(odd integers)
(m)
(m)
300oF
125
421.34
3.37
0.84
253
421.34
1.67
0.42
381
421.34
1.10
0.28
509
421.34
0.83
0.21
635
421.34
0.67
0.17
758
421.34
0.56
0.14
882
421.34
0.48
0.12
Dari table diatas didapat nilai range dari knalpot 0.84 L1 0.12 maka ditentukan untuk
15
/4x(Dinlet)2
= 3 x /4x(Dbuffle)2
/4x(1in)2
= 3 x /4x(Dbuffle)2
0.577 in
= Dbuffle
0.0146 m
= Dbuffle
7. Resonator design
Resonator berfungsi untuk meminimkan tingkat kebisisngan pada frekuensi rendah yang
terjadi pada knalpot. Prinsipnya adalah dengan membuat phase gelombang berlawan arah
untuk meniadakan atau menghapuskan gelombang antara satu dengan yang lainnya. Dalam
perancangan dipilih range frekuensi pada resonator 220 Hz sampai 280 Hz.
Frekuensi
Kecepatan
F (Hz)
suara
C
m/s2
N = 1, 3, 5, = /
= /4
(odd integers)
(m)
(m)
300oF
220
421.34
1.92
0.48
280
421.34
1.50
0.38
Dari table diatas diperoleh range panjang resonator 0.38 m L2 0.48 m, dipilih panjang
resonator L2 = 0.40 m.
16
850
3
850(180 + 72)
=
3
6200
= 31.6 ~ 801.3
17
850(180 + 72)
3
11000
Dari hasil diatas didapat panjang totl pipa knalpot berada diantara 418.4 mm s/d
801.3 mm, diinginkan agar torsi dan power motor merata pada putaran 6200 rpm
s/d 11000 rpm, oleh karena itu dipilih panjang pipa
(801.3 418.4)/2 + 418.4 = 609.85 mm
Ditetapkan nilai panjang total pipa knalpot adalah 610 mm
2. Panjang primary dan secondary pipe
panjang primary pipe ini didasarkan pada pengoptimalan range putaran 6200 rpm
s/d 11000 rpm. menentukan panjang primary dan secondary pipe dapat
menggunakan persaamaan empiris.
1 2
=
2
=
1 2
1
9800 6200
630
6200
= 365,8
9800 6200
=
630
9800
= 231.4
18
9900 6200
630
6200
= 375.96
9900 6200
=
630
9800
= 235.45
Dari data diatas didapat range peak power dan peak torsion motor berada pada
putaran 9800 rpm 9900 rpm sedangkan dari perhitungan panjang total pipa
didapat 610 mm sehingga ditetapkan panjang pipa primer dan sekunder adalah
= =
3. Diameter primary pipa
Untuk menghitung diameter pipa primer digunakan persamaan empiris.
Sehingga
=
( + 3)25
=
149.8
2.1
(24.8 + 3)25
= 0.98 ~ 24.9
Sehingga
= 12 2 0.93
= (0.98 )2 2 0.93
= 1.30 ~ 33.2
19
20
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan didapat hasil
Dimensi pipa knalpot:
= 630 mm
= 370 mm
= 240 mm
= 1 inch
= 1 inch
= 1.5 inch
Dimensi silencer
Panjang silencer
= 600 mm
Panjang chamber I
= 100 mm
Panjang chamber II
= 200 mm
= 200 mm
Panjang chamber IV
= 100 mm
Diameter silencer
= 114 mm
= 14.6 mm
Panjang resonator
= 400 mm
DAFTAR PUSTAKA
Barron, F Randall. 2001. Industrial Noise Control And Acoustic. New York : Marcel Dekker
Inc.
Environmental Noise Control. ATCO Structures And Logistics
Melinda Rachel Plank. 2005. Engine Optimation And Performance Characteristics For A
Formula SAE Race car. Dissertation University Of Southern Quennsland Faculty Of
Engineering And Surveying. Quennsland
Motogokil, Knalpot Racing Bener Nggak Disainya Buat Motor
Kita. http://motogokil.com/2013/10/05/knalpot-racing-bener-nggak-disainnya-buat-motor-kita/
diakses pada 10 november 2014
Motogokil, Mudah Bin Gampang Merancang Knalpot Racing
Caranya. http://motogokil.com/2013/10/12/mudah-bin-gampang-merancang-knalpot-racingcaranya/ diakses pada 10 November 2014
M. Rahman, T. Sharmin,, dkk. Design And Construction Of A Muffler For Engine Exhaust
Noise Reduction. Proceeding Of International Conference On Mechanical Engineering 2005.
Banglasdesh
Potente, Daniel. 2005. General Design Principles For An Automotive Muffler. Proceeding of
acoustic. Western australia
P.R. Dhamangaonkar, Vinod Sherekar. Design Principles For An Automotive Muffler.
International Journal Of Applied Engineering Research. ISSN 0973-4562 volume 9, number
4(2014) pp.483-489. Research india publications
Shital Shah, S. Hatti And D.G. Thombare. 2010. A Practical Approach Towards Muffler
Design, Development And Prototype Validation. SAE International. Chennai
Shubham Pal, Vinod Kumar, dkk. Design of a Muffler and Effect of Resonator Length For 3
Cylinder SI Engine. IOSR Journal of Menchanical and Civil Engineering, Volume 1 Issue 3.
India
PERINGATAN
SKALA
: 1:10
NAMA
UKURAN
: mm
TANGGAL : 22-11-2014
ITN MALANG
DIPERIKSA :
NO.
A4