Professional Documents
Culture Documents
Asuhan Keperawatan
Berita Unik
Lifestyle
Mata Sejarah
News Android
News PC
Peluang Bisnis
PSIK 08'
1.
PENDAHULUAN
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman traumatik,
khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control,
dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif
atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada anak
yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan
secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang
dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan
fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk
belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu,
jarak serta suara.
Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress yang dialami akan terlepas
karena dengan melakukan permainan rasa sakit akan dapat dialihkan (distraksi) pada
permainannya dan terjadi proses relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode
bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anakanak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan
emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga
emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka
mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup
untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya
sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain
2.
TUJUAN
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak 3-5 tahun selama 60 menit, anak diharapkan bisa
mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya, merasa tenang selama
perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa
nyaman selama dirawat dirumah sakit, serta dapat melanjutkan tumbuh kembang anak yang
normal atau sehat.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
1. Bisa merasa tenang selama dirawat.
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4. Gerakan motorik halus pada anak lebih terarah
5. Kognitifnya berkembang dengan mengetahui cara menggosok gigi dan mencuci tangan dengan
teknik yang benar, dan mengetahui cara mengelompokkan sampah untuk dibuang pada tempat
sampah yang tepat.
6. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat diruang yang sama
7. Ketakutan dan kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi berkurang.
8. Mengembangkan nilai dan moral anak dengan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
9. Mengembangkan bahasa, anak mengenal kata-kata baru.
10. Melatih sosial emosi anak.
3.
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang
lain.
10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).
4.
Peserta kooperatif
Waktu
Tempat
5. Metode
Menonton video, demonstrasi, praktik
6. Alat-alat yang digunakan (Media)
a.
Laptop
Infokus
Sabun
1) Struktur organisasi
a. Leader
: Rijma Nugraha
1. Dewi Rahmawati
2. Hayya Nurhadiyati
3. Prayogi Agung Pangestu
4. Gustiar
5. Rizka Ariesta Ridwan
6. Winda Rosdianti
d. Observer
: Jamil
2) Uraian Tugas
(a) Leader
STRATEGI PELAKSANAAN
No
Terapis
Waktu
Subjek Terapi
5 menit
Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c.
sudah siap
Pembukaan (Orientasi)
a.
Ruangan, alat-alat,
5 menit
Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
anak saling
c.
berkenalan, anak
berkenalan
dan keluarga
memperhatikan
Kegiatan (Kerja)
a.
terapis
45 menit
memperhatikan
penjelasan terapis,
anak melakukan
akan dilakukan
kegiatan yang
diberikan oleh
terapis, anak dan
keluarga
memberikan respon
yang baik
b.
a.
Ditampilkan
c.
tangan
mengaplikasikan
cuci
Penutup (Terminasi)
a.
5 menit
tampak senang,
menjawab salam
7.
Mengucapkan salam
1) Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat di lantai menggunakan tikar
c. Adik-adik sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
2) Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi
masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi
sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3) Evaluasi Hasil
a. Diharapkan anak dan mampu menjelaskan , mempraktikkan apa yang sudah diajarkan.
b. Menyampaikan perasaan setelah melakukan kegiatan
c. Anak menyatakan rasa senangnya
Mengetahui,
Kelompok Mahasiswa
Pembimbing Praktek,
(.)
(...)
LAMPIRAN MATERI
A. DEFINISI
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun tidak pernah
dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak
dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al, 1991)
bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang
penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain berguna untuk
mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan
atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan
kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan
dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi
manfaat lainnya (Martin, 2008). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan
apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah
kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster,
1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: Kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang
dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan
mental serta sosial anak.
B.
FUNGSI BERMAIN
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada
sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang di
bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak
bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu
memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan
kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang
digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak
akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah
mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main
berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang
ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
MANFAAT BERMAIN
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1.
Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang
pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar :
sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola,
balok, lilin, dll.
2.
Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh alat
permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
3.
Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll.
Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4.
Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak,
keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama,
misal kotak pasir, bola, tali, dan lain-lain.
F.
pisang manis."
Anak mulai kenal sopan santun saat bicara. Misalnya, ketika menjawab
pertanyaan guru atau orang dewasa, ia sudah bisa memilih kata yang
4-6 tahun
lebih santun.
Memberi informasi.
b.
Memicu normalisasi.
c.
d.
b.
c.
d.
e.
2) Permainan akan lebih efektif apabila dilaksanakan dalam kelompok umur yang sama agar jenis
permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak.
3) Pertimbangan keamanan dan infeksi silang
4) Permainan yang digunakan hendaknya yang mudah dicuci agar infeksi silang dapat dihindari
5) Tidak banyak energi serta permainan singkat
6) Anak yang sakit biasanya tidak memiliki energi yang cukup untuk bermain sehingga permainan
yang diberikan harus merupakan permainan yang tidak menguras tenaga energi yang besar
7) Waktu bermain perlu melibatkan orang tua
8)
Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tua, maka hubungan orang tua dengan anak
akan lebih akrab dan kelainan atau perkembangan penyakit dapat segera diketahui secara dini.
REFERENSI
Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada Tanggal
11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Ruangan
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Dewi Rahmawati
Erwan Hidayatullah
Gustiar
Hayya Nurhadiati
Jamil
Prayogi Agung P
Rijma Nugraha
Rizka Aresta R
Winda Rosdianti
No
BOBOT
NILAI
0
A.
ALAT
sistematis
2
dan tujuan
B
Mencuci tangan
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
melakukan kegiatan
5
dilakukan/dibuatnya
7
tentang permainan
E
Tahap terminasi
semula
4
Mencuci tangan
50
., 2012
Penilai,
Like Us Facebook
whos.amung.us
Follow Twitter
Cari Blog Ini
Posting Blog
2012 (137)
o Maret (48)
o April (9)
o Mei (51)
o Juni (8)
o Juli (4)
o Oktober (2)
o Desember (15)
Des 13 (1)
Des 16 (2)
Des 19 (1)
Des 21 (1)
Des 22 (6)
Des 30 (4)
Satuan Acara Penyuluhan : Terapi Aktivitas Bermain...
Asuhan Keperawatan Malformasi Anorektal
Trik Memaksa Aplikasi Pindah Ke SD Card dengan Mov...
Tips Menghubungkan Keyboard Lengkap Dengan Mouse d...
2013 (6)
2014 (2)
Mengenai Saya
Tranding Topic
http://cholate-gustiar.blogspot.com/2012/12/satuan-acara-penyuluhan-terapi.html
Blog Ini
My Nursing Blog
Kumpulan askep - askep
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia toddler (1-3 tahun) di
Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan
tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan mewarnai gambar
menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan
pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk
mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu yang
menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan membantu anak untuk
menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat
pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara mewarnai
gambar
1.2 TUJUAN
a. TUJUAN UMUM
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak
b. TUJUAN KHUSUS
1. Anak dapat lebih mengenali warna
2. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
3. Mengembangkan imajinasi pada anak
BAB 2
TINJAUAN TEORI
KATEGORI BERMAIN
1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan aktivitas (hanya
melihat)
CIRI-CIRI BERMAIN
1.
2.
3.
Selalu dinamis
4.
5.
1.
2.
3.
Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan
secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4.
1.
Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain
disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.
2.
Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama
tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan
oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok
3.
Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi
dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4.
Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan
tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
2.6
FUNGSI BERMAIN
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1.
2.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3.
KREATIFITAS
PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam kelompok.
5.
6.
PERKEMBANGAN MORAL
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan dengan aturan
kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7.
TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak, misalnya : marah,
takut, benci.
8.
KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal,
misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.
2.7
1.
2.
3.
Jenis kelamin
4.
5.
6.
1.
Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2.
Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3.
4.
Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
2.9
1.
TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK USIA TOODLER (1-3 TAHUN)
Tahap Pertumbuhan
Perhitungan berat badan
: Umur (tahun) x 2 8 : 2
: Umur 1 tahun : 75 cm
: Umur 2 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77
2.
Tahap Perkembangan
a.
Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan bahasa meniru dan mengulang
kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain
dengan anak lain.
b.
c.
a)
Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil benda kecil dengan jari telunjuk,
mengungkapkan keinginan secara sedehana, minum sendiri dari gelas tidak tumpah.
Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan anak melempar dan menangkap bola
besar kemudian kecil, melatih anak menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh, memberi
kesempatan anak melepas pakaian sendiri.
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak bergerak, tidak bias diam
dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam
melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih
mainan maupun dalam aktivitas bermiannya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena
itu seringkali mainannya di bongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan
dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan
perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah sollitary play dan parallel
play. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan
mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan
permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum
begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancer. Jenis alat permainan yang tepat
diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda macammacam.
2.
3.
B. PRINSIP
1.
2.
3.
4.
Melibatkan keluarga/orangtua
2.
Alat bermain
2.
Tempat bermain
Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan keluarga
2.
Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain
3) Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan media kertas gambar dan
crayon.
4)
Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk
berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
5)
Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi, karena pada
keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negative.
6) Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosinal anak,
termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.
7)
Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode penyuluhan kesehatan
untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit.
Add caption
Judul
Tanggal pelaksanaan
Waktu
: 10.00 WIB
Tempat
: Di Ruang Anggrek
SASARAN
1. Anak usia toddler (1-3 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang Anggrek
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi proses terapi
bermain
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Anak yang dapat memegang crayon
6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar
MEDIA
1. Crayon
2. Tissue
3. Karpet
4. Kertas bergambar
5. Lembar penilaian
SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Fasilitator
: Peserta
: Observer
STRATEGI PELAKSANAAN
No.
Waktu
Kegiatan
5 menit
Pembukaan :
Peserta
1.
Mendengarkan
salam.
2. Memperkenalkan diri
Memperhatikan
2.
Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan terapi Memperhatikan
bermain mewarnai kepada anak
2. Memberikan kesempatan kepada anak
Bertanya
Antusias saat
menerima peralatan
Memulai untuk
mewarnai gambar
Mendengarkan
Memperhatikan
10 menit
Evaluasi :
1. Memotivasi anak untuk menyebutkan
Menceritakan
Gembira
peserta
4.
5 menit
Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian kepada Memperhatikan
seluruh anak yang telah mengikuti
Gembira
Mendengarkan
Menjawab salam
KRITERIA EVALUASI
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 6 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang hematologi BONA lantai 2.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai
PENGORGANISASIAN
1. Pembimbing Pendidikan
2. Pembimbing Ruangan
3. Leader
4. Co Leader
: M. Saiful
5. Fasilitator
: Yolla Maisusni
Alsyad Diki
Gatot Suparman
Eka Handayani
Devy Paskariz
Intan Jiwati
Nurasiah
6. Observer
7. Anak
TUGAS MASING-MASING
1. Leader
2. Fasilitator
3. Observer
4. Anak
PERKIRAAN HAMBATAN :
1.
Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan)
2.
ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH
1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada : http://info.
balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Desember 2009
Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company, Philadelpia
USA
Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta
L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC : Jakarta www.Pediatrik.com
Selasa 21 Desember 2009. Jam 15.25
Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta
Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta
Whaley and Wong, 1991, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition. Mosby Year Book. Toronto
Canada
didukung oleh
Followers
Total Pageviews
64,297
Digital clock
My Blog List
Ganool.com
Northern Soul (2014) BluRay 1080p
10 hours ago
Free Download Softwares | Tips n Trik | Review | Tips Blogger | Free Software
Cara Install Windows 8.1 Via USB Flashdisk
4 weeks ago
Berita Terbaru
Translate
Diberdayakan oleh
Subscribe To
Terjemahan
Posts
Comments
Tentang Ku
tulus dwi
View my complete profile
Arsip Blog
2014 (3)
2013 (98)
o December (1)
Dec 28 (1)
Proposal Terapi Bermain : Mewarnai Gambar ( KEPERA...
o November (3)
o October (1)
o July (2)
o May (2)
o April (89)
Popular Posts
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya...
LATAR BELAKANG
Aktivitas bermain
KONSEP DASAR 1.
Pengertian a
Fraktur Adalah
Teori
Share It
Travel template. Powered by Blogger.
IRVAN GUSNADI
DI SUSUN OLEH
IRVAN GUSNADI
1014201785
DOSEN PEMBIMBING
A. KONSEP BERMAIN.
1. PENGERTIAN.
Bemain
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
secara
sukarela
untuk
memperoleh
mengenal
waktu,
jarak
serta
suara(Wong,2000).
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif
untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional
anak.(Champbell dan Glaser,1995).
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa
yang dapat menurunkan stress anak, media yang baik bagi anak untuk belajar berkomunikasi dengan
lingkungannya, menyesuaikan diri terhadap lingkungan, belajar mengenal dunia sekitar kehidupannya
dan
penting
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
mental
serta
social
anak.
perkembangan
perkembangan
social,
moral,
perkembangan
dan
kreatifitas,perkembangan
bermain
sebagai
kesadaran
diri,
terapi.
orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memesahkan
masalah dari hubungan tersebut. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun
demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya di luar lingkungan keluarga.
4. Perkembangan kreatifitas Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain
anak akan belajar dan mencoba merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan kesadaran diri Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya
dalam
mengatur
tingkah
laku.
Anak
juga
akan
belajar
mengenal
kemampuannya
dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru
dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral Anak mempelajari nilai dasar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Denagan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk
menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga
akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta
belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
7. Bermain sebagai terapi Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresorr
yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permaianan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenanganya
melakukan permainan. Dengan demkian permainan adalah media komunikasi antara anak dengan orang
lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan di rumah sakit. Perawat dapat mengkaji
perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan
atau melalui interaksi yang ditunjukan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.
3. TUJUAN BERMAIN.
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak
dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap
dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya. Seperti yang telah di
uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat mengekspresikannya.
c. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan
menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam
pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah dalam konteks
permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat menyelesaikannya
dengan baik.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit.
Stress yang dialami anak dirawat di rumah sakit tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang dialami
orang tua. Untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat
beradaptasi dengan stressor yang dialaminya di rumah sakit secara efeAKTORktif. Permainan adalah
media yang efektif untuk beradaptasi karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri
dan marah.
dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan
jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energy. Walaupun
demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain pada anak
sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang terpenting pada saat kondisi anak
sedang menurun atau anak terkena sakit bahkan dirawat di rumah sakit orang tua dan perawat harus jeli
memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang
sedang di rawat di rumah sakit.
c. Jenis kelamin anak Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dlm kaitannya dengan
permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau
perempuan.untuk mengembangkan daya piker, imajinatif, kreativitas, dan kemampuan social anak.
Akan tetapi ada pendapat lain yang meyakini bahwa permainan adalah salah satu untuk membantu anak
mengenal identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk
digunakan oleh anak laki-laki.
d. Lingkungan yang mendukung Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk
perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah.
Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak
untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat, dan bermain dengan teman
sekelompoknya.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat
permainan untuk anak. Label yang tertera pada permainan harus di baca terlebih dahulu sebelum
membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang
dibeli di took atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulasi imajinasi dan
kreativitas anak, bahkan sering kali disekitar kehidupan anak , akan lebih merangsang anak untuk kreatif.
Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan mengajarkan anak untuk dapat
mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interkasi social dengan orang lain.
5. KLASIFIKASI BERMAIN
a. Berdasarkan isi permainan
1) Social affective play Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenagan dan kepuasan
dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain.permainan yang biasa
dilakukan adalah ciluk ba berbicara sambil tersenyum/tertawa, atau sekedar memberikan tangan pada
bayi dan menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa.
2) Sense of pleasure play Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan membuat
gunung-gunung atau benda-benda apasaja yang dapat dibentuknya dengan pasir. Bias juga dengan
menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya memindahkan air ke botol,
bak atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin asyik bersentuhan
dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukan sehingga susah dihentikkan.
3) Skill play Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak,
khususnya motorik kasar dan halus. Misalkan bayi akan trampil memegang benda-benda kecil,
memindahkan benda dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dan anak trampil naik sepeda.
4) Games atau permainan Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan
alat tertentu yang menggunakan perhitungan dan/skor. Permainan ini bias dilakukan oleh anak sendiri
dan/ atau temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang
modern. Misalnya : ular tangga, congkla, puzzle,dll.
5) Unoccupied behavior Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada disekelilingnya.
Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau objek yang ada
disekelilingnya yang digunakannnya sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira dan asyik
dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
6) Dramatic play Sesuai dengan sebutannya pada permainan ini anak memainkan peran sebagai
orang lain melalui permainan. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu
guru, ibunya, ayahnya, kakanya, dan sebagainya yang ia tiru.
berwarna
terang
dan
bunyi
music
yang
menarik.
Bayi usia 4-6 bulan. Untuk menstimulasi penglihatan dapat dilakukan permainan seperti mengajak bayi
menonton TV, member mainan yang mudah dipeganggnya dan berwarna terang, serrta dapat pula
dengan cara member cermin dan meletakkan bayi di depannya sehingga memungkinkan bayi dapat
melihat bayangan di cermin.stimulasi pendengaran dapat dilakukan dengan cara selalu membiasakan
memanggil namaya. Untuk stimulasi taktil berikan mainan yang dapat digenggamnya lembut dan lentur,
atau pada saat memandikan biar bayi bermain air di dalam bak mandi. Bayi usia 7-9 bulan. Untuk
stimulasi penglihatan dapat dilakukan dengan memberikan mainan yang berwarna terang atau berikan
kepadanya kertas dan alat tulis biarkan ia mencoret-coret sesuai keinginannya.
2) Anak usia toddler(>1 tahun-3tahun) Anak usia toddler kegiatan belajar menunjukan
karakteristik yang khas yaitu banyak bergerak, tidak bias diam, dan mulai mengembangkan otonomi dan
kemampuannya untuk dapat mandiri.jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah
solitary play dan parallel play.
3) Anak usia pra sekolah (>3 tahun-6 tahun) Sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih
matang daripada anak usia toddler.anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga
kemampuan berbicara dan berhubungan social dengan temannya semakin meningkat. Oleh karena itu
jenis permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic play, dan skill play.
4) Anak usia sekolah(6-12tahun) Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan
menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan
menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki misalnya mobilmobilan. Ank perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapt menstimulasi untuk
mengembangkan perasaan, pikiran, dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang
perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.
5) Anak usia remaja (13-18 tahun) Melihat karakteristik ank remaja demikian, mereka perlu
mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olahraga,
mendengar, dan atau bermain music serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif serta
kelompok basket, sepak bola, karang taruna dan lain-lain.prinsipnya, kegiatan bermain bagi anak remaja
tidak hanya sekedar mencari kesenagan dan meningkatkan perkembangan fisiemosional, tetapi juga
lebih kearah menyalurkan minat. Bakat, aspirasi, serta membantu remaja untuk menemukan identitas
pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias berupa berbagai macam alat olahraga, alat music,
dan alat gambar atau lukis.
f. Teman bermain Dalam bermain, anak memerlukan bisa teman sebaya, saudara, atau orang
tuanya. Ada saat saat tertentu dimana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya
sendiri. Bermain yang dilakukan bersama dengan orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan
sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami
oleh anaknya.
aspek
fisik,
bahasa,
kognitif,
dan
social
anak
(soetjningsih,
1995)
Agar orang tua dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat syarat berikut
ini yang perlu diperhatikan adalah :
a. Keamanan Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak terlalu kecil,
cat tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak mudah pecah, karena pada usia ini anak
kadang kadang suka memasukkan benda kedalam mulut.
b. Ukuran dan berat Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia anak.
Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar menjangkau atau memindahkannya.
Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan akan mudah tertelan.
c. Desain APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran, susunan, ukuran
dan warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk
menghindari kebingungan anak.
d. Fungsi yang jelas APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli
perkembangan anak.
e. Variasi APE APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar pasang),
namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan.
f. Universal APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa. Jadi,
dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua orang.
g.
Tidak
mudah
rusak,
mudah
didapat
dan
terjangkau
oleh
masyarakat
luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka setiap lapisan masyarakat, baik
yang dengan tingkat social ekonomi tinggi maupun rendah, hendaknya dapat menyediakannya. APE bias
didesain sendiri asal memenuhi persyaratan.
kesehatan
anak
dirumah
sakit
(Brennan,
1994).
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan memberikan keuntungan
sebagai berikut :
1) Meningkatkan hubungan antara klien ( anak keluaarga ) dan perawat karena dengan
melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan yang baik
dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi yang elektif
antara perawat dank klien.
2) Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain
yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3) Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak,
tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang,
dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal
dan/ atau pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau
melukis akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.
4) Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai
tingkah laku yang positif.
5) Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara
sehat,
akan
dapat
menurunkan
ketegangan
pada
anak
dan
keluarganya.
bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi oleh
perawat orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak dari awal permainan sampai
mengevaluasi permainan anak bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.
A.
TUJUAN
1.
TIU (Tujuan Instruksional Umum) Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi
efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat
2.
TIK (Tujuan Instruksional Khusus) Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak diharapkan:
Berkembang kognitifnya
B.
PERENCANAAN
1.
Jenis Program Bermain Mewarnai gambar dengan pensil warna/spidol/pantel pada kertas gambar yang
telah tersedia
2.
Karakteristik bermain
Karakteristik peserta
a. Usia 3 6 tahun
b. Jumalah peserta: 2 4 anak dan didampingi orang tua
c. Keadaan umum mulai membaik
d. Klien dapat duduk
e. Peserta kooperatif
4.
Metode: Demontrasi
5.
C.
a.
STRATEGI PELAKSANAAN
Persiapan: 5 Menit
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat
c. Menyiapkan peserta
b.
Pembukaan: 5 Menit
3.
Kegiatan: 20 Menit
a. Anak diminta untuk memilih gambar yang ingin diwarnai yang sudah tersedia
b. Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai gambar dengan warna yang disukai
c. Setelah selesai mewarnai gambar, anak dibantu untuk melubangi bagian atas kertas gambar
d. Dipasang benang sepanjang 10 cm pada bagian atas yang dilubangi
e. Gantungkan hasil mewarnai gambar di dekat tempat tidur anak
4.
D.
1.
Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar yang diwarnai,
kemudian digantung
2.
3.
4.
5.
6.
Mengetahui
Pembimbing Praktek
Nama Mahasiswa
(..)
(.)
NILAI
No
BOBOT
0
ALAT
Menyaiapkan alat
Mencuci tangan
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
Tahap Terminasi
Mencuci tangan
Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga kegiatan dalam
lembar catatan keperawatan dan kesimpulan hasil bermain meliputi emosional, 3
hubungan inter-personal, psikomotor dan anjuran untuk anak dan keluarga
TOTAL
50
NILAI
No
BOBOT
0
ALAT
Mencuci tangan
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
Tahap Terminasi
Mencuci tangan
TOTAL
50
1 komentar:
1.
irvan gusnadi10 November 2013 06.36
:)
Balas
Muat yang lain...
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2013 (1)
o Agustus (1)
sop terapi bermain.mewarnai gambar
2012 (2)
Mengenai Saya
irvan gusnadi
Lihat profil lengkapku
Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.