Professional Documents
Culture Documents
1. Berdiri di atas alas dengan mata terbuka memandang titik tertentu, dalam pemeriksaan
ini ketiga input sensori bekerja sama.
2. Berdiri di atas alas dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input visual diganggu.
3. Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka, memandang titik tertentu, dalam
keadaan ini input proprioseptif diganggu
4. Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input
visual dan proprioseptif diganggu, jadi hanya organ vestibuler saja yang bekerja, bila
terdapat pemanjangan ayun tubuh berarti terjadi gangguan keseimbangan.1
C. Rangsangan Kalori
Rangsangan kalori adalah suatu tes yang menggunakan perbedaan temperatur untuk
mendiagnosa adanya kerusakan saraf ke delapan yang menyebabkan vertigo.(caloric stimulationinternet). Dengan tes ini dapat ditentukan adanya kanal paresis atau directional preponderance
ke kiri atau ke kanan. Kanal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik
setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika
abnormalitas pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Kanal paresis
menunjukkan lesi perifer di labirin atau N.VIII, sedangkan directional preponderance
menunjukkan lesi sentral. (vertigo, cermin dunia kedokteran). Pada tes ini, subyek ditempatkan
sedemikian rupa sehingga bidang salah satu kanalis semisirkularis (biasanya horisontal) menjadi
sejajar dengan suatu bidang yang vertikal terhadap bumi yaitu dengan cara posisi pasien tidur
terlentang, dengan kepala fleksi 30, atau duduk dengan kepala ekstensi 60. Tes ini terdiri dari
dua cara, yaitu tes kalori cara Kobrak dan tes kalori bitermal.
1. Tes Kobrak
Digunakan spuit 5 atau 10 mL, ujung jarum disambung dengan kateter.
Perangsangan dilakukan dengan mengalirkan air es (0C), sebanyak 5 mL selama 20 detik
ke dalam liang telinga. Sebagai akibatnya terjadi transfer panas dari telinga dalam yang
menimbulkan suatu arus konveksi dalam endolimfe. Hal ini menyebabkan defleksi kupula
dalam kanalis yang sebanding dengan gravitasi, dan rangsangan serabut-serabut aferennya.
Suatu cairan dingin yang dialirkan ke liang telinga kanan akan menimbulkan nistagmus
dengan fase lambat ke kanan. Kecepatan maksimum dari komponen lambat dan lamanya
nistagmus diukur bila tidak timbul penglihatan. Nilai dihitung dengan mengukur lama
nistagmus, sejak air mulai dialirkan sampai nistagmus berhenti. Harga normal 120-150
detik. Harga yang kurang dari 120 detik merupakan bukti defisit perifer atau adanya suatu
paresis kanal.
Telinga
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Suhu air
30C
30C
44 C
44 C
Arah Nistagmus
Kanan
Kanan
Kanan
Kanan
Kanan
Kanan
Kanan
Kanan
Waktu Nistagmus
a. . Detik
b. . Detik
c. . Detik
d. . Detik
maka kekuatan nistagmus itu sama dengan Nylen 1. Bila nistagmus timbul sewaktu mata
melihat ke depan, maka disebut Nylen 2, dan bila nistagmus tetap ada meskipun mata
melirik berlawanan arah nistagmus, maka kekuatannya disebut Nylen 3.
Bila terdapat nistagmus spontan, maka harus dilakukan tes hiperventilasi. Caranya
ialah pasien diminta mengambil nafas cepat dan dalam selama satu menit, dan sejak
mulai setengah menit terakhir direkam. Bila terdapat perbedaan 7 per detik maka berarti
tes hiperventilasi positif. Tes valsava caranya adalah dengan menahan nafas selama 30
detik, dan sejak mulai menahan nafas itu direkam, dan interpretasi sama dengan
hiperventilasi.
Pada posisi HL mungkin terjadi dua macam rangsangan, yaitu rangsangan yang
berasal dari debris (kotoran yang menempel pada kupula kss), kita sebut saja nistagmus
yang timbul adalah nistagmus debris (ND), dan nistagmus lain mungkin disebabkan oleh
putaran servikal, kita sebut saja nistagmus servikal (NS).
Dalam perhitungan:
Misal: HL = a perdetik
BL = b perdetik
Maka: A = NS+ND
ND adalah sama dengan harga
BL, yaitu besarnya sama dengan
B perdetik.
Jadi NS = A B perdetik
Dengan pemeriksaan yang telah kita lakukan seperti di atas maka kita harus
mampu menentukan apakah kelainan terdapat di sentral atau di perifer.fkui
Tabel 2.2 Macam Nistagmus
Tanda yang kita ketahui
1. Nistagmus spontan
2. Nistagmus posisi
3. Nistagmus kalori
Kelainan sentral
Vertikal
Tidak ada kelelahan
Normal/ Preponderance
Kelainan perifer
Horizontal/rotatoir
Ada kelelahan
Paresis
C. Elektronigtagmogram
Tes ENG merupakan gold standar untuk mendiagnosis gangguan telinga yang mengenai
satu telinga pada suatu waktu. Sebagai contoh, ENG sangat bagus untuk mendiagnosis vestibular
neuritis. ENG juga berguna untuk mendiagnosis BPPV dan gangguan keseimbangan bilateral.
ENG juga berguna untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya sederhana saja, yaitu
bahwa kornea mata itu bermuatan positif. Muatan positif ini sifatnya sama dengan muatan positif
listrik atau magnit yang selalu mengimbas daerah sekitarnya. Begitu pula muatan positif kornea
ini mengimbas kulit sekitar bola mata. Dengan meletakkan elektroda pada kulit kantus lateral
mata kanan dan kiri, maka kekuatan muatan kornea kanan dan kiri bisa direkam. Rekaman
muatan ini disalurkan pada sebuah galvanometer.
Bila muatan kornea mata kanan dan kiri sama, maka galvanometer akan meninjukkan
angka nol (di tengah). Bila mata bergerak ke kanan, maka elektroda kanan akan bertambah
muatannya, sedangkan elektroda kiri akan berkurang, jarum galvanometer akan bergerak ke satu
arah. Jadi kesimpulannya, jarum galvanometer akan bergerak sesuai dengan gerak bola mata.
Dengan demikian nistagmus yang terjadi bisa dipantau dengan baik. Bila gerak jarum
galvanometer diperkuat, maka akan mampu menggerakkan sebuah tuas, dan gerakan tuas ini
akan membentuk grafik pada kertas, yang disebut elektronistagmografi (ENG).
Dalam grafik ENG dapat mudah dikenal gerakan nistagmus fase lambat dan fase cepat,
arah nistagmus serta frekuensi dan bentuk grafiknya. Yang menjadi pegangan utama adalah
kecepatan fase lambat dari nistagmus yang dapat dihitung di dalam derajat perdetik.
Rumus perhitungan yang dipakai sama dengan rumus yang dianjurkan Dick dan Hallpike,
hanya parameter yang dipakai adalah kecepatan fase lambat yang dihitung dengan derajat
perdetik.
Rumus I.
Sensitivitas L-R : (a+c) (b+d) x 100% = (a+c+b+d)
Bila hasil rumus di atas kurang dari 20% maka kedua fungsi vestibuler dalam keadaan seimbang,
dan bila hasilnya melebihi 15 derajat perdetik, maka kedua fungsi vestibuler dalam keadaan
normal. Bila hasilnya lebih besar dari 20%, maka vestibular yang hasilnya kecil berarti
mengalami paresis kanal.
Rumus II.
Kuat Nist. R-L : (a+d) (b+c) x 100% = (a+d+b+c)
Bila hasil rumus lebih besar dari 20%, maka nistagmus berat ke kanan (directional
preponderance to the right), berarti kemungkinan terdapat lesi sentral di sebelah kanan, atau ada
fokus iritatif sentral di sebelah kiri.
disebabkan
oleh
kelainan
pada
telinga
dalam
atau
nervus
cranialis
Sakit kepala
Gejala neurologis
Tanda neurologis
Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan kronik. Vertigo akut
biasanya memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan vertigo kronik memiliki mekanisme
multifaktorial. Dizziness yang kronik lebih sering terjadi pada usia tua karena insiden penyakit
komorbid yang lebih besar.
Vertigo perifer
Vertigo sentral
Lesi
vertebrobasiler
dan
Penyebab
Vertigo
posisional
paroksismal iskemik
vestibuler,
batang
otak,
insufisiensi,
Gejala gangguan
Tidak ada
SSP
disartria,
gangguan
serebelar
Masa laten
3-40 detik
Tidak ada
Habituasi
Ya
Tidak
Jadi cape
Ya
Tidak
Intensitas vertigo
Berat
Ringan
Telinga
Kadang-kadang
Tidak ada
berdenging
dan
atau tuli
Nistagmus
spontan
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum.
Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas bagi
gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi
motorik, rasa lemah.
Vertigo perifer memiliki beberapa episode berdasarkan lama waktu berlangsungnya
serangan vertigo :
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan
posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering
penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di
kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik,
gejala menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada
penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah
mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik
mungkin dijumpai nistagmus.
Sentral
Bangkitan vertigo
Mendadak
Lambat
Derajat vertigo
Berat
Ringan
(+)
(-)
Gejala otonom
(++)
(-)
Gangguan pendengaran
(+)
(-)
Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan nystagmus.
Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya nvolunter, bolak balik, ritmis, dengan
frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks vestibulo oculer terhadap
aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan atau
dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola
mata posisi netral atau menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.
Nystagmus
1. Arah
Vertigo Sentral
Vertigo Perifer
Berubah-ubah
Horizontal
horizontal rotatoar
2. Sifat
Unilateral / bilateral
Bilateral
3. Test Posisional
-
Latensi
Singkat
Lebih lama
Durasi
Lama
Singkat
Intensitas
Sedang
Larut/sedang
Sifat
Susah ditimbulkan
Mudah
ditimbulkan
Sering ditemukan
jarang ditemukan
Tidak terpengaruh
Terhambat
Referemsi
1. Soepardi, EA dkk; Gangguan Keseimbangan dan Kelumpuhan Nervus Fasialis; Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, edisi keenam; Balai Penerbit
FK-UI; Jakarta, 2008; hal 94-101.
2. Adams, GL; Sistem Vestibularis; Boies: Buku Ajar Penyakit THT; penerbit buku kedokteran
EGC; Jakarta, 1997; hal 39-45.