Professional Documents
Culture Documents
1. SIKAP
1.1. PENGERTIAN SIKAP
Sikap adalah perilaku yang di miliki oleh seseorang dan tertanam sejak dini, yang
mana perilaku tersebut berbeda-beda. Ada yang baik, ada juga yang buruk. Itu
tergantung dari individu masing-masing. Secara harfiah sikap adalah hasil dari pola
piker. Pola pikir tersebut terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dengan pola
pikir yang dimiliki, orang tersebut kemudian bereaksi dengan lingkungannya dan
menghasilkan sikap. Sikap adalah perilaku seseorang atau dapat diartikan sebagai
penampilan dari tingkah laku seseorang yang cenderung ke arah penilaian dari
masyarakat berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat tersebut.
Melalui tindakan dan proses pembelajaran, orang akan mendapatkan kepercayaan dan
sikap yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan adalah
suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Suatu sikap
menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi dan proses
kognitif kepada suatu aspek. Lebih lanjut sikap adalah cara kita berpikir, merasa dan
bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail, program televisi atau
produk. Sikap menuntun orang untuk berperilaku relatif konsisten terhadap objek
yang sama.
Menurut Gordon Allpor dalam Hartono Sastro Wijoyo (2005), Sikap adalah
mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek baik disenangi
maupun tidak disenangi secara konsisten. Menurut Hawkins (1980), sikap dapat di
definisikan sebagai cara kita berfikir, merasakan dan bertindak terhadap beberapa
aspek. Kinner dan Taylor (1987) menyatakan bahwa sikap adalah pemandangan
individu berdasarkan pengetahuan penilaian dan proses orientasi tindakan terhadap
suatu obyek atau gejala. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1992), sikap sebagai
suatu evaluasi menyeluruh yang menunjukan orang berespon dengan cara
menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek
atau alternatif yang diberikan. Sikap dalam kamus marketing (1995) juga di
definisikan sebagai kondisi mental atau akal budi tertentu yang mencerminkan suatu
pandangan pribadi yang negatif atau positif mengenai suatu obyek atau konsep, atau
suatu keadaan acuh tak acuh yang menunjukan titik tengah (mid point) diantara dua
titik ataupun dua pokok yang saling berlawanan.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif
tertentu (Notoatmodjo, 2007).
1.
2.
3.
4.
Arah
Intensitas
Keluasan
Konsistensi dan spontanitas (Assael, 1984 dan Hawkins dkk, 1986)
Karakteristik dan arah menunjukkan bahwa sikap dapat mengarah pada persetujuan
atau tidaknya individu, mendukung atau menolak terhadap objek sikap. Karakteristik
intensitas menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan yang pada setiap
individu bisa berbeda tingkatannya. Karakteristik keluasan sikap menunjuk pada
cakupan luas mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan sikapnya
secara spontan. Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial
untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan
konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan, dan berperilaku
terhadap suatu objek.
1.4. PENGGUNAAN MULTIATRIBUTE
MEMAHAMI SIKAP KONSUMEN
ATTITUDE
MODEL
UNTUK
Pengukuran sikap yang paling populer digunakan oleh para peneliti konsumen adalah
model multi atribut yang terdiri dari tiga model :
The attittude toward-object model
Digunakan khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau
merk spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.
Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan sebuah
objek. Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
The attitude-toward-behavior model
Lebih digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada
sikap terhadap objek. Pembentukan sikap konsumen akan ditunjukan berupa tingkah
laku konsumen yang berupa pembelian ditempat itu.
Theory of-reasoned-action model
Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada tindakan
pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merek itu sendiri tindakan
pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat
kepuasan.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Individu pada umumnya cenderung
memiliki sifat yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting
yang didorong oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik.
Pengaruh kebudayaan. Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat
menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi
seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhan dalam Azwar,
1995). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu
masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis pengarah sikap individu
terhadap berbagai masalah.
Media massa. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Faktor emosional. Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu
frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan
bertahan lama.
2. MOTIVASI
2.1. PENGERTIAN MOTIVASI
Pengertian motivasi menurut para ahli motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya
penggerak" yang ada dalam diri seseorang. Menurut Weiner (1990) yang dikutip
Elliot et al. (2000), motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang
membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan
membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi
dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang
diindikasikan dengan adanya : hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan
dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu yang membuat
seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa
motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya
(Siagian, 2004).
Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang
kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan
tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003). Motivasi seseorang
dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari
lingkungan-ekstrinsik (Elliot et al., 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi intrinsik
bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya
rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan
memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi
yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut
(Sue Howard, 1999). Elliott et al. (2000), mencontohkannya dengan nilai, hadiah, dan
atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.
Motivasi menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang
merupakan pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan
dan tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya
dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan
dengan kepuasaan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk
membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam
konteks perilaku konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks
perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena
adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai. Kebutuhan
menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu.
Kebutuhan di pandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika
kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha
motivasi para konsumen.
Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang
menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi konsumen
adalah keadaaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu
Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa
yang ia miliki dan yang ia harapkan. Moslow membagi kebutuhan menjadi
lima tingkatan, yakni :
a) kebutuhan fisiologis
b) kebutuhan akan rasa aman
c) kebutuhan social
d) kebutuhan akan penghargaan diri
e) kebutuhan aktualisasi.
Dorongan
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan.
Tujuan
Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut
mengarahkan perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau
kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Interaksi
kekuatan mental dan pengaruh dari luar ditentukan oleh responden prakarsa
pribadi pelaku.
3. KONSEP DIRI
3.1. PENGERTIAN KONSEP DIRI
Menurut
Stuart dan Sudeen (1988), konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini termasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya.
3.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception
(persepsi diri sendiri), untuk lebih jelasnya mari kita baca lebih lanjut tentang Faktor
yang mempengaruhi Konsep Diri berikut ini :
1. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak
lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam
melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan
berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman
atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan
interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau
masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri
merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep
merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan
konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih
efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang terganggu.