You are on page 1of 12

SIKAP, MOTIVASI, DAN KONSEP DIRI

NAMA : KARTIKA SANDI UTAMI


KELAS : 3EA19
NPM : 14212035
DOSEN : LINDA SULISTIAWATI
TUGAS 4 SOFTSKILL

Program Sarjana Ekonomi


Universitas Gunadarma
2015

1. SIKAP
1.1. PENGERTIAN SIKAP
Sikap adalah perilaku yang di miliki oleh seseorang dan tertanam sejak dini, yang
mana perilaku tersebut berbeda-beda. Ada yang baik, ada juga yang buruk. Itu
tergantung dari individu masing-masing. Secara harfiah sikap adalah hasil dari pola
piker. Pola pikir tersebut terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dengan pola
pikir yang dimiliki, orang tersebut kemudian bereaksi dengan lingkungannya dan
menghasilkan sikap. Sikap adalah perilaku seseorang atau dapat diartikan sebagai
penampilan dari tingkah laku seseorang yang cenderung ke arah penilaian dari
masyarakat berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat tersebut.
Melalui tindakan dan proses pembelajaran, orang akan mendapatkan kepercayaan dan
sikap yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan adalah
suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Suatu sikap
menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi dan proses
kognitif kepada suatu aspek. Lebih lanjut sikap adalah cara kita berpikir, merasa dan
bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail, program televisi atau
produk. Sikap menuntun orang untuk berperilaku relatif konsisten terhadap objek
yang sama.
Menurut Gordon Allpor dalam Hartono Sastro Wijoyo (2005), Sikap adalah
mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek baik disenangi
maupun tidak disenangi secara konsisten. Menurut Hawkins (1980), sikap dapat di
definisikan sebagai cara kita berfikir, merasakan dan bertindak terhadap beberapa
aspek. Kinner dan Taylor (1987) menyatakan bahwa sikap adalah pemandangan
individu berdasarkan pengetahuan penilaian dan proses orientasi tindakan terhadap
suatu obyek atau gejala. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1992), sikap sebagai
suatu evaluasi menyeluruh yang menunjukan orang berespon dengan cara
menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek
atau alternatif yang diberikan. Sikap dalam kamus marketing (1995) juga di
definisikan sebagai kondisi mental atau akal budi tertentu yang mencerminkan suatu
pandangan pribadi yang negatif atau positif mengenai suatu obyek atau konsep, atau
suatu keadaan acuh tak acuh yang menunjukan titik tengah (mid point) diantara dua
titik ataupun dua pokok yang saling berlawanan.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif
tertentu (Notoatmodjo, 2007).

1.2. KOMPONEN SIKAP


Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude), yaitu :
a. Kognitif (cognitive)
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar
bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi
dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
b. Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap.
Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek
tertentu.
c. Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.
1.3. SIFAT-SIFAT SIKAP
Sifat dari perilaku konsumen, yaitu:
1. Consumer Behavior Is Dynamic. Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena
proses berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap individu konsumen, kelompok
konsumen, dan perhimpunan besar konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat
yang dinamis demikian menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi
sangat menantang sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat dan
tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain. Karena itu suatu perusahaan
harus senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih
konsumennya.
2. Consumer Behavior Involves Interactions. Dalam perilaku konsumen terdapat
interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia, serta lingkungan.
Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana interaksi tersebut
mempengaruhi konsumen semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi
konsumen.
3. Consumer Behavior Involves Exchange. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran
antara manusia. Dalam kata lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan
menerima sesuatu sebagai gantinya.
Sikap memiliki beberapa karakteristik, antara lain :

1.
2.
3.
4.

Arah
Intensitas
Keluasan
Konsistensi dan spontanitas (Assael, 1984 dan Hawkins dkk, 1986)

Karakteristik dan arah menunjukkan bahwa sikap dapat mengarah pada persetujuan
atau tidaknya individu, mendukung atau menolak terhadap objek sikap. Karakteristik
intensitas menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan yang pada setiap
individu bisa berbeda tingkatannya. Karakteristik keluasan sikap menunjuk pada
cakupan luas mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan sikapnya
secara spontan. Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial
untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan
konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan, dan berperilaku
terhadap suatu objek.
1.4. PENGGUNAAN MULTIATRIBUTE
MEMAHAMI SIKAP KONSUMEN

ATTITUDE

MODEL

UNTUK

Pengukuran sikap yang paling populer digunakan oleh para peneliti konsumen adalah
model multi atribut yang terdiri dari tiga model :
The attittude toward-object model
Digunakan khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau
merk spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.
Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan sebuah
objek. Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
The attitude-toward-behavior model
Lebih digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada
sikap terhadap objek. Pembentukan sikap konsumen akan ditunjukan berupa tingkah
laku konsumen yang berupa pembelian ditempat itu.
Theory of-reasoned-action model
Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada tindakan
pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merek itu sendiri tindakan
pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat
kepuasan.

Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut memiliki


atribut adalah akibat dari pengetahuan konsumen. Menurut Mowen dan Minor
kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsmen mengenai suatu objek,
atributnya, manfaatnya. Pengetahuan tersebut berguna dalam mengkomunikasikan
suatu produk dan atributnya kepada konsumen. Sikap menggambarkan kepercayaan
konsumen terhadap berbagai atribut tersebut. Berikut adalah beberapa karakteristik
sikap antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Sikap positif, negatif, netral.


Keyakinan sikap.
Sikap memiliki objek.
Konsistensi sikap.
Resistensi sikap.

1.5. PENTINGNYA FEELING DALAM MEMAHAMI SIKAP KONSUMEN


Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap tersebut
terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam interaksi sosialnya, individu
bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya (Azwar, 1995). Loudon dan Bitta (1984) menulis bahwa sumber
pembentuk sikap ada empat, yakni pengalaman pribadi, interaksi dengan orang lain
atau kelompok , pengaruh media massa dan pengaruh dari figur yang dianggap
penting. Swastha dan Handoko (1982) menambahkan bahwa tradisi, kebiasaan,
kebudayaan dan tingkat pendidikan ikut mempengaruhi pembentukan sikap. Dari
beberapa pendapat di atas, Azwar (1995) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang
lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan
lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Sikap mulai menjadi fokus
merupakan pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Secara bahasa,
Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan bahwa sikap
(attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu Manner of placing or holding the
body, and Way of feeling.

Pengalaman pribadi. Middlebrook (dalam Azwar, 1995) mengatakan bahwa tidak


adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis,
cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih
mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan
emosi, karena penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama
membekas.

Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Individu pada umumnya cenderung
memiliki sifat yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting
yang didorong oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik.

Pengaruh kebudayaan. Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat
menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi
seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhan dalam Azwar,
1995). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu
masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis pengarah sikap individu
terhadap berbagai masalah.

Media massa. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan serta lembaga


agama sebagai sesuatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan
sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian
konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu
hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang
akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga
orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral
yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi
determinan tunggal yang menentukan sikap.

Faktor emosional. Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu
frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan
bertahan lama.

1.6. PENGGUNAAN SIKAP DAN MAKSUD UNTUK MEMPERKIRAKAN


PERILAKU KONSUMEN
Werner dan Pefleur (Azwar, 1995) mengemukakan 3 postulat guna
mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu
postulat of consistency, postulat of independent variation, dan postulate of contigent
consistency. Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut :
a. Postulat Konsistensi

Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang


cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila
dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumikan adanya
hubungan langsung antara sikap dan perilaku.
b. Postulat Variasi Independen
Postulat ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi
perilaku karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu
yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.
c. Postulat Konsistensi Kontigensi
Postulat konsistensi kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku
sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan,
keanggotaan kelompok dan lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan
yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana
prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu
dan dari satu situasi kesituasi lainnya.
1.7. MEMAHAMI KEBUTUHAN KONSUMEN
Kebutuhan konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Fisiologis
Dasar-dasar kelangsungan hidup, termasuk rasa lapar, haus dan kebutuhan
hidup lainnya.
Keamanan
Berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik dan keamanan.
Filiasi dan Pemilikan
Kebutuhan untuk diterima oleh orang lain, menjadi orang penting bagi
mereka.
Prestasi
Keinginan dasar akan keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi.
Kekuasaaan
Keinginan untuk mendapat kendali atas nasib sendiri dan juga nasib orang
lain.
Ekspresi diri
Kebutuhan mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri dipandang
penting oleh orang lain.

Urutan dan Pengertian.


Keinginan untuk mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan, pengertian,
sistematisasi dan pembangunan system lain.
Pencarian Variasi
Pemeliharaan tingkat kegairahan fisiologis dan stimulasi yang dipilih kerap
diekspresikan sebagai pencarian variasi
Atribusi Sebab-Akibat
Estimasi atau atribusi sebab-akibat dari kejadian dan tindakan.
Kebutuhan konsumen merupakan faktor yang dipengaruhi oleh beberapa
kriteria sebagai berikut :
Kebutuhan yang dimaksud adalah keinginan yang dilandasi oleh
kebutuhan yang tidak dapat dihindari antara lain : kebutuhan fisik
seperti makanan, pakaian, kenyamanan, keamanan dimana satu sama
lain konsumen memiliki perbedaan kebutuhan sosial seperti
aktualisasi diri, harga diri, perhatian orang lain sangat ditentukan oleh
strata sosial yang dimiliki konsumen misalnya tingkat pernghasilan,
lingkungan. Kebutuhan individual seperti pendidikan, penampilan dll.
Keinginan (wants) merupakan kebutuhan yang dibentuk oleh kultur
dan kepribadian konsumen yang akan membentuk permintaan
(demand) yang akan memberikan kepuasan bagi konsumen
bersangkutan.
Kebutuhan psikologis. Jenis kebutuhan seperti ini dilatarbelakangi
oleh kemampuan daya beli konsumen yang melebihi tingkat
kebutuhannya. Artinya kelompok konsumen yang berpenghasilan
tinggi secara psikolgis mereka ingin tampil beda dengan konsumen
lainnya. Keinginan terhadap suatu produk tidak mempertimbangkan
harga tetapi produk yang mampu mengangkat harga dari konsumen
seperti mobil, arloji, lukisan atau benda seni dan produk bermerk
lainnya .

2. MOTIVASI
2.1. PENGERTIAN MOTIVASI
Pengertian motivasi menurut para ahli motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya
penggerak" yang ada dalam diri seseorang. Menurut Weiner (1990) yang dikutip
Elliot et al. (2000), motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang
membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan
membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi
dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang
diindikasikan dengan adanya : hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan
dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu yang membuat
seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa
motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya
(Siagian, 2004).
Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang
kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan
tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003). Motivasi seseorang
dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari
lingkungan-ekstrinsik (Elliot et al., 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi intrinsik
bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya
rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan
memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi
yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut
(Sue Howard, 1999). Elliott et al. (2000), mencontohkannya dengan nilai, hadiah, dan
atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.
Motivasi menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang
merupakan pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan
dan tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya
dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan
dengan kepuasaan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk
membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam
konteks perilaku konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks
perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena
adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai. Kebutuhan
menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu.
Kebutuhan di pandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika
kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha
motivasi para konsumen.
Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang
menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi konsumen
adalah keadaaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu

untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya


motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada
suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi adalah proses untuk
mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.
2.2. DINAMIKA PROSES MOTIVASI
Kata motivasi berasal dari Bahasa Inggris adalah Motivation. Perkataan asalnya
ialah Motive yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu atau Bahasa Malaysia
kepada Motif yang artinya tujuan. Jadi, motivasi adalah sesuatu yang menggerakan
atau mengarahkan tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya secara negatif atau
positif untuk mencapai tujuannya.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu :

Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa
yang ia miliki dan yang ia harapkan. Moslow membagi kebutuhan menjadi
lima tingkatan, yakni :
a) kebutuhan fisiologis
b) kebutuhan akan rasa aman
c) kebutuhan social
d) kebutuhan akan penghargaan diri
e) kebutuhan aktualisasi.
Dorongan
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan.
Tujuan
Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut
mengarahkan perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau
kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Interaksi
kekuatan mental dan pengaruh dari luar ditentukan oleh responden prakarsa
pribadi pelaku.

2.3. PROSES MOTIVASI


a) Tujuan. Perusahaan harus biasa menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin
dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke arah itu
b) Mengetahui kepentingan. Perusahaan harus bisa mengetahui keinginan
konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan perusahaan semata
c) Komunikasi efektif. Melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen
agar konsumen dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa
yang bisa mereka dapatkan.
d) Integrasi tujuan. Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan
dan tujuan kepentingan konsumen, Tujuan perusahaan adalah untuk mencari
laba serta perluasan besar. Tujuan individu konsumen adalah pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan. Kedua kepentingan di atas harus disatukan dan
untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
e) Fasilitas. Perusahaan memberikan fasilitas agar konsumen mudah
mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
2.4. KEGUNAAN DAN STABILITAS POLA MOTIVASI
Motivasi merupakan dorongan atau tenaga pendorong pada diri individu atau
seseorang untuk melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhannya yang belum
terpenuhi. Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik
yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu
produk.
Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang
diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi adalah
proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan
dengan kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun
kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku
konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya
kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai. Kebutuhan
menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu.
Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika
kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha
motivasi para konsumen.

3. KONSEP DIRI
3.1. PENGERTIAN KONSEP DIRI
Menurut
Stuart dan Sudeen (1988), konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan

mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini termasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya.
3.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception
(persepsi diri sendiri), untuk lebih jelasnya mari kita baca lebih lanjut tentang Faktor
yang mempengaruhi Konsep Diri berikut ini :
1. Teori perkembangan

Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak
lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam
melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan
berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman
atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan
interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau
masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)

Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri
merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception (persepsi diri sendiri)

Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep
merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan
konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih
efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang terganggu.

You might also like