You are on page 1of 12

DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................. 1


Lembar Pengesahan................................................................................................ 2
Skenario ................................................................................................................... 3
BAB 1 ....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar belakang ........................................................................................... 4
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
BAB II ...................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 5
A. Landasan Teori .......................................................................................... 5
1. Selulitis ........................................................................................................ 5
2. Perbedaan Abses dan Selulitis .................................................................. 5
3. Etiologi ........................................................................................................ 5
4. Patofisiologi ................................................................................................ 5
5. Klasifikasi ................................................................................................... 6
6. Gejala Klinis ............................................................................................... 7
7. Penatalaksanaan ........................................................................................ 7
8. Diagnosis Banding...................................................................................... 8
B. Konsep Maping ........................................................................................ 10
BAB III................................................................................................................... 11
kesimpulan ............................................................................................................. 11
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 12

LAPORAN TUTORIAL
SGD 2 LBM 2

SELULITIS

Telah Disetujui oleh :

Tutor

drg.

22 Desember 2014

Skenario
Unit belajar 2 : infeksi Bakteri 2
Judul

: Gara-gara gigi, jadi demam dan lemas badanku....!

Pasien laki-laki 35 tahun, dengan keluhan utama terdapat pembengkakan


di bawah dagu yang terasa hangat dan keras, susah makan terutama
makanan padat, tetapi masih dapat minum. 9 hari sebelumnya penderita
mengeluh sakit pada gigi geraham kiri bawah, lalu berobat namun berobat
di puskesmas tetapi tidak ada perubahan. Pasien merasa ada cairan nanah
yang merembes keluar melalui akar giginya yang rusak. 2 hari sebelum
masuk rumah sakit penderita tidak dapat membuka mulut disertai uhu
badan yang agak tinggi, sakit kepala namun sesak belum ada.
Pemeriksaan objektif:
Tampak sisa gangren radix pada m3 kiri bawah, dengan kebersihan mulut
yang buruk.
Pmeriksaan objektif:

Keadaan umu: sedikit lemah/gizi cukup/sadar


Vital sign: tekanan darah (TD): 120/80 mHg, nadi (N): 100x/menit, suhu(S):
38,5%C, pernapasan (P): 28x/menit. Terlihat trismus kurang lebih cm,
hipersalivasi.

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perluasan infeksi odontogenik hingga ke regio bukal, fasial, dan subkutaneus servikal,
sehingga berkembang menjadi selulitis fasialis dapat menyebabkan kematian jika tidak segera
diberikan penanganan yang adekuat, Infeksi odontogenik biasanya disebabkan oleh Streptococcus sp
serta mikroorganisme anerob negatif lainya, namun pada dasarnya, infeksi odontogenik merupakan
infeksi campuran, baik dari bakteri anaerob, maupun bakteri aerob. Pada 88,4 % kasus selulitis
fasialis, penyebabnya adalah infeksi odontogenik yang berasal dari pulpa dan periodontal, yang
berusaha untuk mencari jalan keluar. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran ini antara lain :
mikroorganisme, asal infeksi, toksisitas yang dihasilkan dan dikeluarkan mikroorganisme, keadaan
umum pasien, serta faktor lokal.Terdapat beberapa klasifikasi selulitis, salah satunya adalah selulitis
difus akut (Ludwigs Angina, Selulitis yang berasal dari inframylohyoid, Selulitis senators difus
parapharingeal, Selulitis fasialis difus, serta fascitis necrotizing dan gambaran atipikal lainnya), serta
selulitis kronis. Selulitis fasial yang paling sering dijumpai adalah Ludwigs Angina, selulitis bilateral
yang mengenai 3 spasium, yaitu spasium submandibula, sublingual, dan submental. Gejala lokal
selulitis antara lain pembengkakan yang mengenai jaringan lunak/ikat longgar, sakit, panas,
kemerahan pada daerah pembengkakan, trismus, dan dasar mulut serta lidah terangkat. Sedangkan
gejala sistemiknya antara lain temperatur tinggi, nadi cepat dan tidak teratur, malaise, lymphadenistis,
peningkatan jumlah leukosit, dll. Dalam penanganannya, terdapat empat prinsip dasar, yaitu eliminasi
kausa, drainase, pemberian antibitiotik, serta perawatan pendukung (istirahat dan nutrisi yang cukup).
B. Learning Issue
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Apakah diagnosa pada keadaan pada skenario?


Perbedaan abses dan selulitis?
Apa etiologi dari selulitis?
Patofisiologi dari diagnosa di selulitis?
Klasifikasi dari diagnosa di selulitis?
Manisfestasi klinik/ gambaran klinis?
Diagnosis banding dari diagnosa di skelulitis?
Penatalaksanaan dari diagnosa pada selulitis?
Apa yg menyebabkan muncul pembengkakan dibwah dagu?
Kenapa pasien sulit makan?
Mengapa setelah pasien berobat ke puskemas tidak ada perubahan?
Apakah ada hubungan cairan nanah yg keluar dengan sakit kepala dan pembengkakan?
Kenapa pasien tidak bisa membuka mulut dan suhu badan yg tinggi?
.

hBAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI
1. SELULITIS
selulitis merupakan suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut pada permukaan jaringan
lunak dan bersifat difus. Selulitis dapat terjadi pada semua tempat dimana terdapat jaringan lunak dan
jaringan ikat longgar, terutama pada muka dan leher, karena biasanya pertahanan terhadap infeksi
pada daerah tersebut kurang sempurna.
2. PERBEDAAN ABSES DAN SELULITIS
Karakteristik
Durasi
Sakit
Ukuran
Palpasi
Lokasi
Kehadiran pus
Derajat keparahan
Bakteri
Enzim yang dihasilkan
Sifat

Selulitis
Akut
Berat dan merata
Besar
Indurasi jelas
Difus
Tidak ada
Lebih berbahaya
Aerob
Streptokinase/ fibrinolisin
Difus

Abses
Kronis
Terlokalisir
Kecil
Fluktuasi
Berbatas jelas
Ada
Tidak darurat
Anaerob
Coagulase
Terlokalisir

3. ETIOLOGI
Infeksi odontogenik pada umumnya merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, baik
bakteri aerob maupun anaerob mempunyai yang fungsi nya sinergis. Infeksi Primer selulitis dapat
berupa: perluasan infeksi/abses periapikal, osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan dengan
erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi periapikal/perikoronal,
penyuntikan dengan menggunakan jarum yang tidak steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis),
fraktur compound maksila / mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari oral
malignancy
4. PATOFISIOLOGI
Pada 88,4 % kasus selulitis fasialis disebabkan infeksi odontogenik yang berasal dari pulpa dan
periodontal. Periodontitis apikalis akut atau kelanjutan dari infeksi/abses periapikal, menyebar ke
segala arah waktu mencari jalan keluar. Biasanya periosteum ruptur dan infeksi menyebar ke sekitar
jaringan lunak intra /atau extra oral yang menyebabkan selulitis. Penyebaran ini dipengaruhi oleh
struktur anatomi lokal yang bertindak sebagai barrier pencegah penyebaran. Barrier tersebut dibentuk
oleh tulang rahang dan otot-otot yang berinsersi pada tulang tersebut.

5. KLASIFIKASI
1. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak jelas
batasnya. Infeksi ba kteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan spongius.
Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.

2. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut


Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi bakteri tersebut
juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika
terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi
dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi. Peterson beranggapan bahwa
selulitis dan abses sulit dibedakan, karena pada beberapa pasien dengan indurasi selulitis mempunyai
daerah pembentukan abses.
a. Selulitis Difus Akut
Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1) Ludwigs Angina
2) Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
3) Selulitis Senators Difus Peripharingeal
4) Selulitis Fasialis Difus
5) Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya

b. Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada
pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang
adekuat atau tanpa drainase.
3. Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina
Ludwigs . Angina Ludwigs merupakan suatu selulitis difus yang mengenai
spasia sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai
mengenai spasia pharingeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya
mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

Angina Ludwigs memerlukan penangganan sesegera mungkin, berupa: rujukan untuk mendapatkan
perawatan rumah sakit, antibiotik intravenous dosis tinggi, biasanya untuk terapi awal digunakan
Ampisillin dikombinasikan dengan metronidazole, penggantian cairan melalui infus, drainase through
and through, serta penangganan saluran nafas, seperti endotracheal intubasi atau tracheostomi.
6. GEJALA KLINIS
Gejala lokal antara lain pembengkakkan mengenai jaringan lunak/ikat longgar, sakit, panas
dan kemerahan pada daerah pembengkakkan, pembengkakan disebabkan oedem, infiltrasi selular dan
kadang karena adanya pus, pembengkakkan difus, konsistensi kenyal keras seperti papan, kadangkadang disertai trismus dan kadang-kadang dasar mulut dan lidah terangkat.

Gejala sistemik seperti temperatur tinggi, nadi cepat dan tidak teratur, malaise, lymphadenitis,
peningkatan jumlah leukosit, pernafasan cepat, muka kemerah-merahan, lidah kering, delirium
terutama malam hari, disfagia dan dispnoe, serta stridor.
7. Penatalaksanaan
Apabila terdapat tanda-tanda seperti kondisi sistemik seperti malaise dan demam tinggi,
adanya disfagia atau dispnoe, dehidrasi atau pasien kurang minum, diduga adanya penurunan
resistensi terhadap infeksi, toksis septikemia dan infiltrasi ke daerah anatomi yang berbahaya serta
memerlukan anestesi umum untuk drainase, diperlukan penanganan serius dan perawatan di rumah

sakit sesegera mungkin. Jalan nafas harus selalu dikontrol, intubasi endotracheal atau tracheostomi
jika diperlukan. Empat prinsip dasar perawatan infeksi, yaitu:
menghilangkan causa (Jika keadaan umum pasien mungkinkan segera dilakukan dengan cara
pencabutan gigi penyebab), drainase (Insisi drainase bisa dilakukan intra maupun extra oral, ataupun
bisa dilakukan bersamaan seperti kasus-kasus yang parah. Penentuan lokasi insisi berdasarkan
spasium yang terlibat).

Dalam pemberian antibiotik perlu diperhatikan apakah pasien mempunyai


riwayat alergi terhadap antibiotik tertentu, terutama bila diberikan secara
intravena untuk itu perlu dilakukan skin test terlebih dahulu. Antibiotik diberikan
selama 5-10 hari.
8. DIAGNOSIS BANDING

Angioedema

Angioedema paling sering dikaitkan dengan penyakit B-sel lymphoproliferative. Hingga saat
ini, hanya ada 2 laporan dari T-sel limfoma yang berhubungan dengan angioedema. Mengenai
angioedema, gejala biasanya terjadi pada 3 bagian tubuh : subkutan jaringan (misalnya, wajah, tangan,
lengan, kaki alat kelamin, pantat); organ-organ abdomen (misalnya, perut, usus, kandung kemih),
yang dapat bermanifestasi sebagai mual, muntah, dan / atau nyeri kolik yang seperti keadaan darurat
bedah; dan saluran pernafasan bagian atas (misalnya, laring), yang mungkin mengakibatkan laringeus
edema.

Erysipelas
Erisipelas merupakan infeksi bakteri pada kulit superfisial yang ciri khasnya meluas
ke kutaneus limfatik. Awalnya infeksi terjadi pada wajah dan disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes.

Erisipelas pada umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal, yaitu panas,menggigil, sakit
kepala, nyeri sendi, muntah dan rasa lemah. Pada kulit nampak kemerahan, berbatas tegas dengan
bagian tepi meninggi, nyeri dan teraba panas pada area tersebut. Di permukaan kulit adakalanya
dijumpai gelembung kulit (bula) yang berisi cairan kekuningan(seropurulen). Pada keadaan yang
berat, kulit nampak melepuh dan kadang timbul erosi (kulit mengelupas). Biasanya menyerang wajah,
ekstremitas atas atau bawah, badan dan genitalia.Kelenjar getah bening di sekitar daerah yang
terinfeksi, sering membesar dan terasa nyeri.

B. KONSEP MAPING

Pasien 35 tahun
Terdapa pembengkakan
dibawah dagu
Tidak dapat membuka mulut
Pernah berobat tetapi tidak
ada peruvbahan

Pemeriksaan objektif:

Pemeriksaan fisik:

Tampak sisa gangren


radix pada m3 kiri
bawah

Keadaan umum: sedikit


lemah/ gizi cukup/sadar

Diagnosis

Patofisiologis:
88,4 % disebabkan
infeksi odontogenik

Etiologi:

Selulitis

Infeksi bakteri aerob dan


anaerob
Gambaran klinis:

Berwarna merah di bagian


pembengakakan
Otot menegang
Dipegang terasa hangat
Nadi cepat dan tidak teratur
Disfagia

10

Diagnosis banding:

Klasifiksi:

Selulitis difus akut


Selulitis difus kronis
Selulitis yg sering
dijumpai

Erispelas
Abses perikoronal

BAB III
KESIMPULAN
Selulitis merupakan suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak terutama jaringan ikat
longgar, sifatnya akut, oedematus difus, meliputi ruang yang luas, indurasi tegas, biasanya disertai
kondisi sistemik yang buruk. Selulitis dapat mengakibatkan kematian jika tidak segera diberikan
perawatan yang adekuat dan sesegera mungkin. Selulitis fasial yang paling sering dijumpai adalah
Angina Ludwigs, selulitis bilateral yang mengenai 3 spasium yaitu spasium submandibula,
sublingual dan submental. Penanganan selulitis hampir sama seperti penanganan infeksi odontogenik
lainnya yaitu menghilangkan causa, insisi drainase, pemberian antibiotik dan perawatan suportif,
tetapi yang perlu diperhatikan adalah penangganan kedaruratan untuk keadaan umum pasien yang
buruk, seperti sulit bernafas, deman tinggi, dan sebagainya.

11

DAFTAR PUSTAKA
Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4,
(p337-50).
Dimitroulis, G, 1997, A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford (71-81)
Falace, DA, 1995, Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore (p
214-26)
Milloro, M., 2004, Petersons of Principles Oral and Maxillofacial Surgery, 2nd
edition, Canada: BC Decker Inc.

12

You might also like