You are on page 1of 12

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA ILEUS OBSTRUKTIF RAWAT

INAP DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI


Laysa Kasminata1, Dennison2, Hendra Herman2
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
2
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi

Abstrak
Latar Belakang : Ileus obstruktif merupakan salah satu penyebab akut abdomen, dimana
penderita dengan keluhan nyeri pada abdomen disertai mual, muntah, perut distensi dan
obstipasi, penderita biasa berobat ke dokter pada saat kondisinya semakin buruk. pada
periode tahun 2010-2012 tercatat 95 orang penderita ileus obstruktif yang dirawat inap di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
karakteristik penderita ileus obstruktif yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi
tahun 2010-2012.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel 95 data penderita
metode total sampling. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Raden Mattaher Jambi
bagian rekam medis, pengumpulan data dengan pengambilan data sekunder berupa rekam
medis penderita kemudian melakukan pencatatan pada lembar observasi sesuai dengan
variabel yang di teliti.
Hasil : Prevalensi penderita ileus obstruktif yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher
adalah 16/10.000 pasien. terdiri dari 95 orang penderita ileus obstruktif. Berdasarkan data
karakteristik yang tercatat, didapatkan sebagian besar penderita berusia 15-49 tahun 51
orang (54.8%), berjenis kelamin laki-laki 61 orang (65.6%), berstatus kawin 61 (73,5%),
tidak sekolah 25 orang (58.1%), memiliki pekerjaan wiraswasta 40 orang (44%), bersuku
melayu 74 orang (89.4%), beragama islam 85 orang (97.7%), tidak pernah operasi
saluran cerna 59 orang (71.1%), penyebab tersering adalah adhesi 20 orang (40%), ileus
obstruktif letak rendah 23 orang (56,1%), tanpa komplikasi 40 orang (61.5%), komplikasi
peritonitis 10 orang (43.5%), lama rawatan rata-rata 7 hari, penderita sebagian besar
berobat dengan bukan biaya sendiri 69 orang (77.5%), tatalaksana medis tidak operasi 54
orang (77.5%), dan pulang berobat jalan 45 orang (51.8%).
Kesimpulan : Penderita ileus osbtruktif rawat inap RSUD Raden Mattaher, prevalensi
16/10.000 pasien. sebagian besar pada usia 15-49 tahun, laki-laki, berstatus kawin, tidak
sekolah, pekerjaan wiraswasta, bersuku melayu, beragama islam, tidak pernah operasi
saluran cerna sebelumnya, adhesi sebagai penyebab tersering, komplikasi peritonitis,
lama rawatan 7 hari, berobat bukan dengan biaya sendiri, tatalaksana medis tidak operasi,
dan pulang berobat jalan.

PENDAHULUAN
Ileus Obstruktif Merupakan salah satu penyebab akut abdomen, dimana penderita
dengan keluhan nyeri pada abdomen disertai mual, muntah, perut distensi dan obstipasi.
Penderita biasa baru datang untuk memeriksakan diri pada dokter setelah keadaan ileus
obstruksi semakin parah. Obstruksi usus disebabkan berbagai penyebab sehingga
mengakibatkan gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Terdapat 2
jenis obstruksi usus: (1) non mekanis (ileus paralitik atau ileus adinamik), peristaltik usus

dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi pengendalian otonom
motilitas usus; (2) Mekanis, yaitu terjadinya obstruksi di dalam lumen usus.1
Ileus Obstruktif atau juga dikenal dengan obstruksi usus mekanis merupakan
kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai dibandingkan dengan ileus
paralitik. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk segala usia didiagnosa ileus obstruktif. 2
penyebab ileus obstruktif berkaitan pada kelompok usia yang terserang dan letak
obstruksi, 50% terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua akibat perlekatan oleh
pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering
obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan orang tua, Kanker kolon merupakan
penyebab dari 90% ileus obstruktif yang terjadi. Volvulus adalah usus yang terpelintir,
paling sering terjadi pada pria usia tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid. Inkarserasi
lengkung usus pada hernia inguinalis atau femoralis sangat sering menyebabkan
terjadinya obstruksi usus halus. Intususepsi adalah invaginasi salah satu bagian usus ke
dalam bagian berikutnya dan merupakan penyebab obstruksi yang hampir selalu
ditemukan pada bayi dan balita. Intususepsi sering terjadi pada ileum terminalis yang
masuk ke dalam sekum. Benda asing dan kelainan kongenital merupakan penyebab lain
obstruksi yang terjadi pada anak dan bayi.1
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2008, diperkirakan penyakit
saluran cerna tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia. indonesia
menempati urutan ke 107 jumlah kematian diakibatkan penyakit saluran cerna dunia
tahun 2004, dengan 39.3 jiwa per 100.000 jiwa.3
Dan Menurut data DINKES 2008 angka kunjungan penderita penyakit saluran
cerna rumah sakit di Indonesia mencapai 360,247 menempati urutan ke tiga setelah faktor
yang mempengaruhi keadaan kesehatan dan faktor yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan.4
Sebuah Penelitian bersifat deskriptif yang dilakukan sebelumnya oleh Nelly
Pasaribu mendapatkan data dari RSUD dr. Pirngadi Medan 2007-2010 sebagai berikut
kelompok umur 45-55 tahun 19,8%, jenis kelamin laki-laki 56,8%, sex ratio 131%, suku
jawa 41,7%, agama Islam 78,2%, status kawin 73,1%, pendidikan SMA 45,4%,
wiraswasta 33,3%, kota Medan 68,5%, komplikasi 16,2%, lama rawatan rata-rata 8,14
hari (8 hari), biaya jamkesmas 52,3%, operasi 42,3% meninggal 27,1% dan pulang atas
permintaan sendiri 16,7%.
Survei awal rekam medis didapatkan bahwa terdapat 42 orang pasien periode
2011-2012 didiagnosis ileus obstruktif di RSUD Raden Mattaher Jambi. Berdasarkan
uraian tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran karakteristik
penderita ileus obstruktif yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi 2010-2012.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif yang ditujukan untuk
memberikan gambaran karakteristik penderita ileus obstruktif. 5 Penelitian ini
dilaksanakan di RSUD Raden Mataher Jambi pada 29 Mei 10 Juni 2013, yaitu Bagian
Rekam Medis dengan pertimbangan tersedianya rekam medis ileus obstruktif yang
dirawat di RSU Raden Mataher Jambi 2010-2012. Populasi Penelitian ini adalah semua
data pasien rawat inap RSUD Raden Mattaher Jambi Periode 2010-2012. Sampel pada
penelitian ini adalah data pasien ileus obstruktif di bangsal bedah RSUD Raden Mataher
Jambi 2010-2012. Besar sampel dalam penelitian ini Total sampling yaitu sama dengan

seluruh populasi.6 Kriteria Inklusi Semua data Rekam Medis pasien yang didiagnosis
menderita ileus obstruktif 2010-2012, kriteria ekslusi Data rekam medis pasien ileus
obstruktif yang dirawat lebih dari satu kali di RSUD Raden Mattaher Jambi.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder pasien ileus obstruktif
dari kartu status bagian rekam medis RSUD Raden Mataher Jambi 2010-2012, kemudian
data tersebut dicatat ke dalam lembar observasi sesuai dengan variabel yang di teliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini dengan jumlah 95 data penderita ileus obstruktif
prevalensi penderita ileus obstruktif yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi
2010-2012 adalah 1.6/1000 pasien
Tabel 1. Penderita ileus obstruktif berdasarkan usia
Usia (Tahun)

Frekuensi

<1

2.2

1-14

9.7

15-49

51

54.8

>49

31

33.3

Tercatat

93

100

Tidak Tercatat

Total

95

Tabel 2. Berdasarkan jenis kelamin


Jenis Kelamin

Frekuensi

Laki-laki

61

65.6

Perempuan

32

34.4

Tercatat

93

100.0

Tidak tercatat

Total

95

Tabel 3. Berdasarkan status perkawinan


Status Perkawinan

Frekuensi

Kawin

61

73.5

Tidak Kawin

22

26.5

Tercatat

83

100.0

Tidak tercatat

12

Total

95

Tabel 4. Berdasarkan tingkat pendidikan


Tingkat Pendidikan

Frekuensi

Tidak Sekolah

25

58.1

SD

14

SMA

9.3

Perguruan Tinggi

18.6

Tercatat

43

100.0

Tidak tercatat

52

Total

95

Tabel 5. Berdasarkan pekerjaan


Pekerjaan

Frekuensi

PNS, TNI, POLRI, BUMN

6.6

Wiraswasta

40

44.0

Petani

14

15.4

Ibu Rumah Tangga

10

11.0

Pelajar/Mahasiswa

10

11.0

Danlainnya

11

12.1

Tercatat

91

100.0

Tidak tercatat

Total

95

Tabel 6. Berdasarkan suku


Suku

Frekuensi

Jawa

10.6

Melayu

76

89.4

Tercatat

85

100.0

Tidak tercatat

10

Total

95

Tabel 7. Berdasarkan agama


Agama
Islam

Frekuensi

85

97.7

Kristen

2.3

Tercatat

87

100.0

Tidak tercatat

Total

95

Tabel 8. Berdasarkan riwayat operasi saluran cerna


Riwayat Operasi Saluran
Cerna

Frekuensi

Pernah

24

28.9

Tidak Pernah

59

71.1

Tercatat

83

100.0

Tidak tercatat

12

Total

95

Tabel 9. Berdasarkan penyebab ileus obstruktif


Penyebab Ileus Obstruktif

Frekuensi

Benda Asing

4.0

Intususepsi

8.0

Adhesi

20

40.0

Hernia

8.0

Massa

16.0

Inflamasi

10

20.0

Dan lainnya

4.0

Tercatat

50

100.0

Tidak tercatat

45

Total

95

Tabel 10. Berdasarkan letak ileus obstruktif


Letak Ileus Obstruktif

Frekuensi

Tinggi

18

43.9

Rendah

23

56.1

Tercatat

41

100.0

Tidak tercatat

54

Total

95

Tabel 11. Berdasarkan status komplikasi


Status Komplikasi

Frekuensi

Ada

23

35.4

Tidak Ada

42

64.6

Tercatat

65

100.0

Tidak tercatat

30

Total

95

Tabel 12. Berdasarkan jenis komplikasi


Jenis Komplikasi

Frekuensi

Perforasi

17.4

Peritonitis

10

43.5

Syok Septik

13.0

Syok Hipovolemia

8.7

Abses

8.7

Pneumonia Aspirasi

8.7

Tercatat

23

100.0

Tidak tercatat

72

Total

95

lama rawatan rata-rata penderita ileus obstruktif rawat inap di RSUD Raden
Mattaher Jambi 2010-2012 adalah 6.54 hari (7 hari )
Tabel 13. Berdasarkan sumber biaya
Sumber Biaya

Frekuensi

Biaya Sendiri

20

22.5

Bukan Biaya Sendiri

69

72.6

Tercatat

89

Tidak tercatat

Total

100.0

95

Tabel 14. Berdasarkan penatalaksanaan medis


Penalatalaksanaan Medis

Frekuensi

Operasi

33

37.9

Tidak Operasi

54

62.1

Tercatat

87

100.0

Tidak tercatat

Total

95

Tabel 15. Berdasarkan keadaan sewaktu pulang


Keadaan Sewaktu Pulang

Frekuensi

Sembuh Pulang Berobat Jalan

45

51.8

Pulang Atas Permintaan Sendiri

11

12.6

Meninggal

31

35.6

Tercatat

87

100.0

Tidak tercatat

8
Total

95

Dalam tahun 2010-2012 ini terdapat 95 penderita ileus obstruktif yang tercatat
dirawat inap di RSUD Raden Mattaher. Jumlah penderita ileus obstruktif ini kecil bila di
bandingkan dengan keseluruhan pasien yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher
Jambi pada periode tahun 2010 sampai 2012 yang mencapai 56.520 orang pasien.
Sehingga dapat dihitung prevalensi penderita ileus obstruktif 1.6/1000 pasien, berarti
setiap 10000 pasien yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher ada 16 penderita Ileus
Obstruktif yang dirawat inap.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia penderita ileus obstruktif paling
banyak pada rentang usia 15-49 tahun yaitu 51 orang (54,8%), kemudian diikuti rentang
usia >49 tahun berjumlah 31 orang (33.3%), usia 1-14 tahun 9 orang (9.7%) dan paling
sedikit usia <1 tahun yaitu 2 orang (2.2%),
Hasil yang telah didapatkan ini sama dengan penelitian yang dilakukan Nelly
Pasaribu di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2010 dengan hasil rentang usia 15-49
dengan jumlah penderita ileus obstruktif terbanyak, dan untuk rentang usia lainnya
dengan hasil yang bervariasi sesuai dengan subjek penelitian. Namun berbeda dengan

penelitian Safir Ullah Dkk, di Hayatabad Medical Complex Peshawar, Pakistan tahun
2004-2008, yang menemukan bahwa semakin tinggi usia semakin tinggi pula angka
kejadian ileus obstruktif.
Sehingga disimpulkan hal ini tidak membuktikan bahwa usia 15-49 tahun lebih
beresiko untuk menderita ileus obstruktif namun hanya menunjukkan bahwa penderita
ileus obstruktif yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher mayoritas berusia 15-49
tahun.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar penderita ileus obstruktif
yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher tahun 2010-2012 adalah Laki-laki dengan
jumlah 61 orang (65.6%), sedangkan perempuan 32 orang (34.4%)
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nelly, dengan 111 pasien RSU
Pirngadi, didapatkan penderita ileus obstruktif rawat inap 64 orang (56.8%) berjenis
kelamin laki-laki, sedangkan perempuan 48 (43.2%).7
Hal ini juga sesuai dengan Safir Ullah, pada 576 pasien dimana penderita ileus
obstruktif cenderung lebih banyak terjadi pada laki-laki dengan jumlah dibanding
perempuan.8
Namun belum bisa membuktikan bahwa laki-laki lebih beresiko menderita ileus
obstruktif dari pada wanita, hasil penelitian ini hanya menunjukkan bahwa penderita ileus
obstruktif yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher mayoritas laki-laki.
Pada hasil penelitian ini tercatat penderita ileus obstruktif yang dirawat di inap di
RSUD Raden Mattaher tahun 2010-2012 sebagian besar berstatus kawin 61 orang
(73.5%), dan jumlah kecil yang tidak kawin 22 orang (26.5%). Hasil ini sesuai dengan
penelitian Nelly, P. yaitu jumlah penderita dengan status kawin 79 orang (73.1%), dan
tidak kawin 29 orang (26.9%).7
Berdasarkan hasil penelitian diketahui penderita Ileus obstruktif yang dirawat inap
sebagian besar tidak sekolah 25 orang (58.1%), di ikuti perguruan tinggi 8 orang (18.6%),
SD 6 orang (14%), dan SMA 4 orang (9.3%) hasil ini berbeda dengan penelitian Nelly, P.
yang menemukan bahwa pendidikan SMA dengan jumlah pasien terbanyak 44 orang
(45.4%).7
Hasil penelitian ini bukan berarti tidak sekolah menyebabkan tingginya resiko
untuk menderita ileus obstruktif namun hanya menunjukkan bahwa jumlah penderita
yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi mayoritas dengan tidak sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan penderita ileus obstruktif terbanyak
memiliki pekerjaan wiraswasta, 40 orang (44%), di ikuti petani 14 orang (15.4%), Ibu
Rumah Tangga 10 orang (11%), pelajar/mahasiswa 10 orang (11%), PNS, TNI, POLRI,
BUMN 6 orang (6.6%), dan lainnya 11 orang (12.1%). Nelly,P. pun mendapatkan hasil
yang sama yaitu dengan wiraswasta pada jumlah paling tinggi yaitu 33.3%, namun
terdapat perbedaan Ibu Rumah Tangga menepati urutan kedua terbanyak pekerjaan
penderita ileus obstruktif dengan 19.3%, diikuti lain-lain 17.2%. PNS, TNI,POLRI,
BUMN 14%, Pelajar/Mahasiswa 14%, dan petani paling sedikit dengan 2%.
Hal ini tidak menunjukkan bahwa pekerjaan wiraswasta memiliki resiko lebih
tinggi untuk menderita ileus namun ini hanya menggambarkan bahwa penderita ileus
obstruktif yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher sebagian besar bekerja
wiraswasta.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa penderita ileus obstruktif yang
dirawat inap di RSUD Raden Mattaher mayoritas melayu 76 orang (89%), dan minoritas

Jawa 9 orang (10.6%). Berbeda dengan hasil penelitian Nelly, P. yang menunjukkan hasil
bahwa penderita ileus obstruktif yang dirawat di RSUD dr. Pirngadi tertinggi adalah suku
jawa 29.41%.7
Ini tidak menunjukkan bahwa suku melayu lebih beresiko untuk menderita ileus
namun hanya menunjukkan mayoritas penderita ileus obstruktif yang dirawat inap di
RSUD Raden Mattaher adalah suku melayu, dan diketahui mayoritas penduduk jambi
yang merupakan suku melayu 37.87%.9
Berdasarkan hasil penelitian penderita ileus obstruktif mayoritas beragama islam
85 orang (97.7%) di ikuti Kristen 2 orang (2.3%) hal ini kemungkinan berhubungan
dengan mayoritas penduduk kota jambi yang beragama islam 464.233 jiwa sedangkan
Kristen 30.623 jiwa pada tahun 2010.10
Hasil ini menunjukkan adanya kesamaan dengan hasil penelitian Nelly, P. dengan
mayoritas penderita ileus obstruktif beragama islam 78.2%. Namun ini tidak
membuktikan bahwa agama islam lebih beresiko untuk menderita ileus obstruktif, hanya
menunjukkan bahwa penderita ileus obstruktif yang dirawat di RSUD Raden Mattaher
Jambi mayoritas islam. 7
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan penderita ileus obstruktif mayoritas
tidak pernah operasi saluran cerna sebelumnya dengan jumlah 59 orang (71.1%)
dibanding yang pernah operasi saluran cerna 24 orang (28.9%). Penting untuk
mengetahui adanya riwayat operasi saluran cerna, saat anamnesis. Dengan demikian
dapat memperkuat kecurigaan terhadap adanya adhesi sebagai penyebab dari ileus
obstruktif.11 Terdapat perbedaan dengan hasil penelitian J.Kossi dkk pada VarsinaisSuomi Hospital district, dengan hasil bahwa 73.1% dari keseluruhan pasien yang di teliti
terkena adhesi postoperative yang menyebabkan ileus obstruktif.12
Hasil ini hanya menggambarkan bahwa sebagian besar penderita ileus obstruktif
yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi tidak pernah operasi saluran cerna
sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa penyebab terbanyak ileus
obstruktif adalah adhesi 20 orang 40%, diikuti inflamasi sebanyak 10 orang (20%), massa
8 orang (16%), hernia 4 orang (8%), intususepsi 4 orang (8%), benda asing dan lainnya
masing-masing 2 orang (4%). Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa 50%
ileus obstruktif disebabkan oleh perlekatan.1 kemudian juga sesuai dengan penelitian
Muhammad tahun 2002 di quetta dan Ahmad tahun 2004 di Lahore yang menunjukkan
bahwa adhesi merupakan penyebab terbanyak dari ileus obstruktif.8
Penyebab Ileus obstruktif adalah adhesi 20 orang jika di hubungkan terhadap
penderita yang pernah mengalami operasi saluran cerna sebelumnya berjumlah 24 orang,
berarti adhesi terjadi pada 83 % dari penderita yang pernah operasi sebelumnya.
Diasumsikan tidak semua pasien postoperatif saluran cerna mengalami adhesi yang
mengakibatkan ileus obstruktif, namun dapat juga disebabkan misalnya neoplasma, benda
asing, crohn disease, dan penyebab lain yang recuren, ataupun dalam status pasien yang
pernah operasi sebelumnya tidak dicantumkan penyebab ileus obstruktifnya.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ileus obstruktif letak rendah pada
sebagian besar penderita yaitu 23 orang (56.1%), dan letak tinggi 18 orang (43.9%). Hal
ini berbeda dengan penelitian epidemiologi oleh Drozdz W, dan Budzynsky P. yang
menyatakan bahwa frekuensi Small bowel Obstruction / ileus obstruktif letak tinggi 75%
sedangkan Large Bowel Obstruction 25%. Pada Second Clinic of Surgery of Jagiellonian

University Medical College di Polandia 2011.


Hal ini tidak menunjukkan bahwa ileus obstruktif letak rendah lebih beresiko
terjadi dari pada letak tinggi, namun hanya menggambarkan bahwa penderita ileus
obstruktif yang dirawat inap di RSUD Raden Mattaher mayoritas terkena ileus obstruktif
letak rendah.13
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan penderita ileus obstruktif di RSUD Raden
Mattaher mayoritas tanpa komplikasi 42 orang (64.6%) sedangkan dengan komplikasi 23
orang (35.4%). Penderita ileus obstruktif yang mengalami komplikasi dikarenakan
adanya keterlambatan dalam mendapatkan pengobatan. Hal ini tidak akan terjadi jika
dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi ileus obstruktif secara dini sehingga dapat di
tatalaksana dengan cepat dan tepat.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa komplikasi penderita ileus
obstruktif paling banyak adalah peritonitis 10 orang (43%), diikuti Perforasi 4 orang
(17.4%) syok septik 3 orang (13%), syok hypovolemia, abses dan pneumonia aspirasi
masing-masing 2 orang (8.7%). Hal ini sama penelitian yang dilakukan Adhikari Souvik,
dkk, pada 367 pasien di india timur tahun 2010.14
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lama rawatan rata-rata 6.54 hari (7 hari).
Menurut Depkes lama rawatan rata-rata penderita yang ideal adalah antara 6-9 hari
dimana indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan. Hasil ini dalam rentang yang sama pada penelitian Nelly,P.
yaitu rata-rata 8 hari rawatan.15
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan penderita ileus obstruktif kebanyakan
berobat menggunakan bukan biaya sendiri 69 orang (77.5%) sedangkan biaya sendiri 20
orang (22.5%), hal memiliki kesamaan dengan penelitian Nelly, P. pada rumah sakit
pemerintah di Medan.
RSUD Raden Mattaher merupakan rumah sakit pemerintah yang melayani pasien
dari seluruh lapisan masyarakat baik dengan jaminan social, maupun biaya sendiri.
Diasumsikan bahwa hasil penelitian ini demikian karena biaya berobat di sini lebih
murah dibandingkan dengan rumah sakit swasta yang ada.
Berdasarkan hasil penelian yang dilakukan didapatkan penderita ileus obstruktif
sebagian besar tidak di operasi 54 orang (62.1%), sedangkan yang dioperasi hanya 33
orang (37.9%). Hasil ini berbeda dengan penelitian Nelly, P. dimana penderita ileus
obstruktif di RSU dr. Pirngadi Medan lebih banyak di operasi 57.7% dibanding tidak
operasi 42.3%. Penatalaksanaan medis untuk penderita ileus obstruktif tergantung pada
letak dan penyebabnya.
Jumlah penderita yang tidak dioperasi ini lebih dominan diasumsikan bahwa
pasien meninggal sebelum proses operasi dikarenakan keadaan yang sudah sangat buruk,
ataupun setelah dirujuk untuk operasi pasien beserta keluarga menolak dan lebih memilih
melakukan pengobatan sendiri, biasa dengan pengobatan alternatif, hal ini ditunjang
dengan data survey sosial ekonomi nasional 2004. 72.44% penduduk Indonesia
melakukan pengobatan sendiri. Konsep berpikir masyarakat bahwa pengobatan oleh
dokter terutama untuk tindakan operasi lebih mahal dan beresiko jika dibandingkan
dengan pengobatan alternatif, yang biasa di gembar-gemborkan dapat mengobati semua
penyakit tanpa operasi, tanpa efek samping dan penderita dapat sembuh dengan cepat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan mayoritas penderita ileus
obstruktif sembuh berobat jalan 45 orang (51.8%), diikuti meninggal dengan 31 orang

(35.6%), jumlah penderita Pulang atas permintaan sendiri 11 orang (12.6%).


Sedangkan hasil penelitian Nelly, P. berdasarkan keadaan sewaktu pulang sembuh
13,5%, pulang berobat jalan 42,7%, pulang atas permintaan sendiri 16,7%, dan Case
Fatality rate atau angka rata-rata kematian 27,1%.
Jumlah penderita ileus obstruktif rawat inap yang meninggal di RSUD Raden
Mattaher tinggi jika dibandingkan dengan keseluruhan penderita ileus obstruktif yang
diketahui keadaan sewaktu pulangnya, 1/3 berarti setiap 3 orang penderita ileus obstruktif
yang dirawat inap ada 1 orang penderita yang meninggal dunia.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sesuai dengan
analisa tentang Gambaran Karakteristik Penderita Ileus Obtruktif yang dirawat Inap di
RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2010-2012 dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Prevalensi Penderita Ileus Obstruktif yang dirawat Inap di RSUD Raden Mattaher
Jambi 2010-2012 adalah 16 / 10.000 pasien
b. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar penderita ileus obstruktif yang
dirawat inap berusia 15-49 tahun dengan jumlah 51 orang (54.8%), berjenis
kelamin laki-laki 61 orang (65.6%), berstatus kawin 61 orang (73.5%), tidak
sekolah 25 orang (58.1%), memiliki pekerjaan wiraswasta 40 orang (44%),
bersuku melayu 76 orang (89.4%), beragama Islam 85 orang (97.7%), tidak
pernah operasi saluran cerna 59 orang (71.1%),
c. Berdasarkan hasil penelitian adhesi diketahui sebagai penyebab sebagian besar
penderita ileus obstruktif 20 orang (40%), penderita Ileus obstruktif dengan letak
rendah 23 orang (56.1%), tanpa komplikasi 40 orang (61.5%), komplikasi
peritonitis 10 orang (43.5%),
d. Berdasarkan hasil penelitian penderita ileus obstruktif rata-rata lama masa
rawatannya 7 hari,
e. Berdasarkan hasil penelitian penderita ileus obstruktif yang dirawat inap bukan
biaya sendiri 69 orang (77.5%), tatalaksana medis tidak dioperasi 54 orang
(62.1%), dan sembuh pulang berobat jalan 45 orang (51.8%).
SARAN
a. Kepada pihak RSUD Raden Mattaher Jambi di harapkan lebih meningkatkan lagi
kinerja pelayanan kesehatan bagi penderita ileus obstruktif untuk meningkatkan
angka kesembuhan pasien, dan menurunkan angka kematian pasien.
b. Kepada pihak RSUD Raden Mattaher Jambi diharapkan untuk melengkapi
pencatatan pada kartu status rekam medis pasien, tidak hanya pada nama
penderita saja. sehingga dapat dimanfaatkan dengan lebih baik untuk masa yang
akan datang pada penelitian lainnya.
c. Kepada Peneliti lain agar dapat meneliti lebih dalam mengenai ileus obstruktif.
Dapat dengan melakukan penelitian yang sama, dengan sumber data di lokasi
lainnya, ataupun dengan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor resiko
terhadap kejadian ileus obstruktif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Price, S. A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.


2006. Hal 437-450
2. Davidson, Tish, Dionne Stephanie. 2006. Diunduh dari URL :
http://www.healthline.com (diakses 19 Februari 2013)
3. WHO. Causes of Death in 2008. Diunduh dari URL : http://www.who.int (diakses
19 Februari 2013)
4. Dinas Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Diunduh dari URL :
http://www.dinkes.go.id (diakses 19 Februari 2013)
5. Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka
Cipta; 2010. Hal 138-144
6. Sarwono, Jonathan. Pintar Menulis Karya Ilmiah-Kunci Sukses dalam Menulis
Ilmiah. Jogyakarta : Andi Offset.
7. Pasaribu, Nelly. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif yang dirawat Inap di
RSUD dr. Pirngadi Medan 2007-2010, 2012.
8. Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A.. Intestinal Obstruction : A Spectrum of
causes. JPMI. 2009.
9. Anonim, Jambi. URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Jambi (diakses tanggal 12 Juli
2013)
10. BPS. 2010. URL : http://sp2010.bps.go.id/ (diakses tanggal 12 Juli 2013)
11. Faradilla, Nova. Ileus Obstruksi. Pekanbaru : FK UNRI. 2009.
12. J.Kossi, P. Salminen, M. Laato. The Epidemiology And Treatment Patterns Of
Postoperative Adhesion Induced Intestinal Obstruction In Varsinais-Suomi
Hospital District. 2004.
13. Drozdz, W. Budzynski, P. Change in mechanical bowel obstruction demographic
and etiological patterns during the past century: observations from one health care
institution. 2011.
14. Souvik, Adhikari, Zahid Mohammed, dkk. Etiology and Outcome of Acute
Intestinal Obstruction: A Review of 367 Patients in Eastern India. 2010.
15. Depkes, 2005. Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2005. URL :
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Peta%20Kesehatan%20 2005.pdf
(diunduh tanggal 12 Juli 2013)

You might also like