You are on page 1of 28

PENCEGAHAN SCALE (KERAK) PADA INDUSTRI

PERMINYAKAN DENGAN MENGGUNAKAN JENIS SCALE


INHIBITOR
MAKALAH
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah perawatan
Oleh
1. Ely Nurlaily

NIM.111411039

2. Fachrudin

NIM.111411040

3. Muhamad Lazuardi H

NIM.111411048

4. Nadita Yuliandini

NIM.111411050

5. Ryan Febryanto H

NIM.111411054

KELOMPOK V (Lima)
3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Minyak bumi adalah suatu senyawa hidrokarbon yang terdiri dari karbon (8387%),hidrogen (11-14%), nitrogen (0,2-0,5%), sulfur (0-6%), dan oksigen (0-3,5%).
Prosesproduksi minyak dari formasi tersebut mempunyai kandungan air yang sangat besar,
bahkanbisa mencapai kadar lebih dari 90%.
Proses produksi minyak dari formasi tersebut mempunyai kandungan air yang sangat
besar, bahkanbisa mencapai kadar lebih dari 90%. Selain air, juga terdapat komponenkomponen lainberupa pasir, garam-garam mineral, aspal, gas CO2 dan H2S. Komponenkomponen yang terbawa bersama minyak ini menimbulkan permasalahan tersendiri pada
proses produksi minyak bumi. (Halimatuddahliana. 2003).
Dalam air terdapat logam baik logam berat mapun logam ringan, jarang sekali
dalambentuk atom tersendiri tetapi biasanya terikat olah senyawa lain sehingga berbentuk
molekul. Salah satunya kalsium karbonat (CaCO3) merupakan molekul yang banyak
ditemukan dalamair dan kalsium karbonat merupakan unsur terpenting di dalam
kesadahan (hardness). Ion-ionyang larut dalam air seperti kalsium, karbonat, dan sulfat
dapat membentuk kerak (scale). Scale dapat menyebabkan penyempitan pada sistem
perpipaan, tubing, dan casing sehingga dapat menurunkan produksi.
Kerak (scale) merupakan masalah yang cukup kompleks dan selalu terjadi diladang-ladang
minyak. Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang
terendapkan dan membentuk timbunan Kristal pada permukaan suatu subtansi. Kerak yang
terbentuk pada pipa-pipa akan memperkecil diameter dan menghambat aliran fluidapada
sistem pipa tersebut. (Aritonang, Clara Derlismawan. 2009).
1.2

Rumusan Masalah

Pembentukan kerak pada dinding pipa dan unit-unit operasi akibat kesadahan air
yangtinggi merupakan masalah serius. Komponen kerak yang utama adalah kalsium
karbonat(CaCO3) dan kalsium sulfat (CaSO4) yang membentuk timbunan keras pada
dinding-dindingpipa. Akibat penumpukan kerak tersebut berdampak kepada kerusakan
instalasi pipa danpenghentian operasi secara mendadak. Apabila scale terbentuk pada pipa

maka akan terjadipengurangan diameter pipa sehingga menurunkan debit air yang melalui
pipa tersebut.Terganggunya aliran fluida menyebabkan suhu semakin naik dan tekanan
semakin tinggimaka kemungkinan pipa akan pecah dan rusak. Oleh sebab itu diperlukan
inhibitor kerak untuk mencegah terjadinya kerusakan pipa produksi minyak bumi.
1.3

Tujuan Penulisan

1. Mengetahui penyebab kerusakan pipa pada produksi minyak bumi yang disebabkan
olehscale (kerak).
2. Mengetahui proses pembentukan scale (kerak) pada pipa produksi minyak bumi dan
carapenanggulangannya

BAB II
MINYAK BUMI DAN KERAK
3.1

Minyak Bumi

Resevoir minyak dan gas bumi merupakan batuan berpori dan permeabel tempat minyak
dan atau gas bergerak serta berakumulasi. Melalui batuan reservoii ini fluida dapat
bergerak ke arah titik serap (sumur-sumur produksi) dibawah pengaruh tekanan yang
dimilikinya ataun tekanan yang diberikan dari luar. Seperti gambar 1, suatu reservoir dapat
mengandung minyak dan atau gas bumi harus memiliki beberapa syarat terdiri dari :
a. Batuan Resevoir
b. Lapisan Penutup
c. Batuan Asal

Gambar 1. Reservoir Minyak dan Gas Bumi


Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa
organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung di
dalam minyaak bumi dan gas alam. Gas alam terdiri dari alkana suku rendah, yaitu
metana, etana, propana, dan butana. Selain alkana juga terdapat berbagai gas lain seperti
karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), beberapa sumur gas juga mengandung
helium.
Sedangkan hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi terutama adalah alkana dan
sikloalkana, senyawa lain yang terkandung didalam minyak bumi diantaranya adalah

Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam


terutama Nikel, Besi dan Tembaga. Komposisi minyak bumi sangat bervariasi dari satu
sumur ke sumur lainnya dan dari daerah ke daerah lainnya.
Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi.
Berdasarkan hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Kadar Minyak bumi
Unsur

Kadar (%)

Karbon (C)

83 87

Hidrogen (H)

10 14

Nitrogen (N)

0,1 2

Oksigen (O)

0,05-1,5

Sulfur (S)

0,05 6

Sumber : kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/
Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah:
1. Alkana (parafin) panah

CnH2n + 2 , alkana ini memiliki rantai lurus dan

bercabang, fraksi ini merupakan yang terbesar di dalam minyak mentah.


2. Sikloalkana (napten) panah

CnH2n , Sikloalkana ada yang memiliki cincin 5 (lima)

yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu sikloheksana.

Gambar 2. Gugus Fungsi Siklopentana, Sikloheksana, dan Benzene


3. Aromatik CnH2n-6
Aromatik hanya terdapat dalam jumlah kecil, tetapi sangat diperlukan dalam bensin
karena :
Memiliki harga anti knock yang tinggi.

Stabilitas penyimpanan yang baik.


Dan kegunaannya yang lain sebagai bahan bakar (fuels).
Proporsi dari ketiga tipe hidrokarbon sangat tergantung pada sumber dari minyak
bumi. Pada umumnya alkana merupakan hidrokarbon yang terbanyak tetapi kadangkadang (disebut sebagai crude napthenic) mengandung sikloalkana sebagai komponen
yang terbesar, sedangkan aromatik selalu merupakan komponen yang paling sedikit.
Zat-Zat Pengotor yang sering terdapat dalam minyak bumi:
1. Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggu
pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat,
misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin
atau berair), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil
pembakaran gasoline) dan air.
2. Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan menaik
dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik apabila produk itu
lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk
ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan
disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik)
dan asam alifatik.
3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-0,9 %.
Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun
terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen
terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai
berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer,
sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan
asam mineral encer.
4. Konstituen Metalik

Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic
cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk gasoline,
menghasilkan banyak gas dan pembentukkan coke. Pada power generator temperatur
tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium
dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel
yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory
furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga
merusakkan refractory itu.
3.2

Kerak (Scale)

2.2.1

Pengertian Kerak dan Bagaimana terbentuknya kerak

Kerak (scale) dapat didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa anoganik
yang dapat mengendap atau terendapkan pada permukaan yang terjadi dengan kontak
dengan fluida dan membentuk timbunan kristal pada permukaan subtansi. Timbunan
kristal tersbut terjadi akibat perubahan fisik atau kimia dari senyawa anorganik
tersebut.
Terbentuknya scale atau kerak yang terjadi didalam pipa ini akan menghambat aliran
fluida pada pipa dan memperkecil diameter pada pipa tersebut. Dan pada matriks
formasi endapan sxale akan menyumbat aliran dan menurunkan permeabiliras batuan,
seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 3. Ilustrasi Endapan Scale


Dalam operasi produksi minyak bumi sering ditemui mineral scale (kerak) seperti
CaSO4, FeCO3,CaCO3, dan MgSO4. Senyawa-senyawa ini dapat larut dalam air. Jenis

scale kerak CaCO3 dan CaSO4 paling sering ditemui pada operasi produksi minyak
bumi. Akibat dari pembentukan scale pada operasi produksi minyak bumi adalah
berkurangnya produktivitas sumur akibat tersumbatnya aliran pada pipa. Penyebab
terbentuknya deposit scale adalah terdapatnya senyawa-senyawa tersebut dalam air
dengan jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan.
2.2.2

Mekanisme Terbentuknya Scale

Faktor utama yang berpengaruh terhadap pembentukan, pertumbuhan kristal serta


pengendapan scale antara lain adalah perubahan kondisi reservoir (penurunan tekanan
dan perubahan suhu), pencampuran dua jenis fluida yang mempunyai susunan mineral
tidak sesuai, serta perubahan pH.
Mekanisme pembentukan endapan scale berkaitan erat dengan komposisi dalam air
formasi. Secara umum, air mengandung ion-ion terlarut, baik itu berupa katian (Na+,
Ca2+, Mg2+, Ba2+, Sr2+, Fe2+, dan Fe3+), maupun anion (Cl-, HCO3-, SO42-, dan CO32-).
Kation dan anion yang terlarut dalam air akan mengakibatkan terjadinya proses
kelarutan (solubility). Kelarutan didefinisikan sebagai batas/limi suatu zat yang dapat
dilarutkan pada kondisi fisik tertentu.
Dalam proses produksi, perubahan kelarutan dapat terjadi seiring dengan perubahan
suhu dan tekanan selama produksi. Perubahan tersebut akan menyebabkan
terganggunya keseimbangan dalam air formasi sehingga akan terjadi reaksi kimia
anatara anion dan kation membentuk senyawa endapan berupa kristal. Proses
pembentukan scale dapat dikategorikan menjadi tiga tahapan pokok, yaitu :
1. Tahapan Pembentukan Inti (Nukleasi)
Pada tahap ini ion-ion yang terkandung dalam air formasi akan mengalami reaksi
kimia untuk membentuk ini kristal.
2. Tahap Pertumbuhan Inti
Pada tahap pertumbuhan kristal akan menarik molekul-molekul yang lain, sehingga
ini akan tumbu menjadi butiran yang lebih besar.
3. Tahap Pengendapan

Kecepatan pengendapan kristaal dipengaaruhi oleh ukuran dan berat jenis kristal
yang membesar pada tahap sebelumnya. Selain itu proses pengendapan dipengaruhi
oleh aliran fluida pembawa, diman kristal akan mengendapa apabila kecepatan
pengendapan kristal lebih besar dari kecepatan aliran fluida.
Sedangkan berdasarkan metode pembentukannya, pembentukan scale dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu secara homgen (homogeneus nucletion) dan heterogen
(heteroneus nucletion), seperti terlihat pada gambar 4.

Gambar 4. Metode Pembentukan dan Pengedapan Scale


2.2.3

Jenis Scale (kerak) dan Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pembentukkannya

Senyawa-senyawa yang berbentuk padatan dan mempunyai kecenderungan untuk


membentuk endapan scale pada industri minyak bumi adalah kalsium karbonat, gipsum
(kalsium sulfat), barium sulfat. Endapan scale lain adalah stronsium sulfat, besi (III)
karbonat, besi sulfida, dan besi oksida.
Scale berdasarkan komposisinya dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi yang
membentuk scale, dan jenis pengendapan. Berdasarkan komposisinya, secara umum
dibedakan menjadi scale karbonat dan scale sufat, serta campuran keduanya.
Sedangkan berdasarkan jenis pengedapannya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Scale Berdasarkan Jenis Pengendapan
Jenis

Sifat Utama

Komponen

Reaksi Kimia

Hard Scale

Umumnya berwarna terang,

BaSO4, SrSO4, CaSO4,

BaCl2 + Na2SO4

dan apabila terdapat pengotor

dan 2H2O ataupun

BaSO4

(minyak atau oksida besi)

kombinasi keempatnya

+ 2NaCl

akan menjadi gelat. Hampir

tidak larut dalam asam.


Soft Scale

Umumnya berwarna terang,

CaCO3 dengan sedikit

Ca(HCO3)2

dan apabila terdapat pengotor

kandungan MgCO3,

CaCO3 + CO2 +

akan menjadi gelap. Larut

FeCO3, SiO2,

H2O

dalam asam mengandung

CaSO4.2H2O FeS.

CO2.
Misc

Tidak Mudah Larut dalam

Fe + H2S

FeS, Fe2O3

asam, mengandung H2S, dan

FeS + H

berwarna cokelat sampai


hitam.
Sumber : Ratna, 2011
Di lapangan operasi masalah scale dan kemungkinan penyebabnya dapat dilihat dari
dan dapat di klasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Scale yang berwarna terang atau putih
Scale yang berwarna putih terang ini dapat dikelompokkan kembali menjadi 3 buah
adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Jenis Scale (kerak) Berwarna Putih
Jensi
Scale

Bentuk Fisik

Fisik

Dengan Penambahan
HCl 15%

Keras, padat, dan


gambar halus

BaSO4, SrSO4, CaSO4 dalam air


yang terkontaminasi.

Tidak Larut

Panjang, padat
kristalnya seperti
mutiara

Gipsum, CaSO4 ,2H2O dalam air


terkontaminasi dari dalam air
super saturation.

Padat, halus,
berbentuk kristal

CaCO3, campuran CaCO3 dan


MgCO3.

Larut tanpa ada


gelembung gas, larutan
menunjukkan adanya
SO4 dengan BaCl2
Mudah
larut dan ada
gelembung gas.

Sumber : Halimatuddahliana
b. Scale yang berwarna gelap dari coklat sampai dengan hitam
Scale yang berwarna gelap dari coklat sampai dengan hitam ini dapat
dikelompokkan kembali menjadi 2 buah adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jenis Scale (Kerak) Berwarna Gelap dari Cokelat sampa Hitam

Jensi
Scale
A

Bentuk Fisik

Fisik

Padat dan
coklat

Sama dengan 1a dan 1b untuk


residu warna putih, yang
berwarna coklat adalah besi
oksida yang merupakan
produk korosi atau
pengendapan yang disebabkan
oleh
Oksigen
Padat
Sama dengan 1a. dan 1b. diatas
berwarna
untuk residunya warna
putih
hitam adalah besi sulfida yang
merupakan produk
korosi.
Sumber : Halimatuddahliana

Dengan Penambahan HCl


15%
Residu berwarna putih, pada
pemanasan berwarna coklat

Logam hitam larut perlahanlahan dengan perubahan


pada H2S, putih, residu yang
tidak larut

Berikut ini adalah kerak (scale) yang sering dijumpai pada ladang minyak beserta
penyebab terbentuknya kerak.
Tabel 4. Scale (kerak) Yang sering dijumpai di Ladang
Nama

Rumus Kimia

Kalsium Karbonat

CaCO3

Calsium Sulfat (host


Common)
Gypsum Hemi-Hydrate
Calsium Sulfat
Anhydrite

Penyebab Terbentuknya Kerak


Tekanan parsial dari CO2, suhu, dan total pada
garam terlarut

CaSO4.H2O
CaSO4.1/2H2O

suhu, dan total pada garam terlarut

CaSO4

Barium Sulfat

BaSO4

Strontium Sulfat

SrSO4

suhu, dan total pada garam terlarut, tekanan

Iron Compound
Ferrous Carbonat

FeCO3

Ferrous Sulfite

Fe2S

Ferrous Hydroxide

Fe(OH)2

Ferric Hydroxide

Fe(OH)2

Ferric Oxide

Fe2O3

Korosi, pH, kelarutan gas

4.1

Kalsium Karbonat

Gambar 5. Kerak kalsium Karbonat


Scale kalsium karbonat merupakan endapan kerak yang terbentuk karena kondisi
operasi yang berubah, yang mengakibatkan kesetimbangan gas CO2 berubah menjadi
ion HCO3- dan CO32-. Ion-ion tersebut kemudian bereaksi dengan ion kalsium dan
berubah menjadi kerak berikut ini adalah reaksinya :
2HCO3- CO2 (g) + CO32- + H2O..............(1)
Ion CO32- ini bereaksi dengan ion Ca untuk membentuk scale CaCO3 yang relatif
tidak larut. Dan persamaan reaksinya akan menjadi seperti di bawah ini :
Ca2+ + CO32- CaCO3 (s)......................(2)
Dengan bertambahnya waktu, scale CaCO3 semakin keras. Pada temperatur yang
lebih tinggi lagi, karbonat mengalami dekomposisi menjadi seperti persamaan reaksi
(3) :
CO32- + H2O 2OH-.......................(3)
Ion OH- bergabung dengan ion Mg2+ membentuk endapan Mg(OH)2
Mg2+ + 2OH- Mg(OH)2...........................(4)
Jenis scale (kerak) Mg(OH)2 dominan pada temperature di atas 82oC dan jenis scale
(kerak) CaCO3 di bawah 80oC.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan scale kalsium
karbonat, antara lain :
a. Pengaruh Tekanan Parsial CO2
Tekanan mempengaruhi terbentuknya scale, dengan meningkatnya tekanan maka
nilai kelarutan akan semakin meningkat, pada sumur produksi minyak biasanya

terjadi penurunan tekanan yang mengakibatkan kelarutan menurun dan membentuk


endapan.
Untuk scale kalsium karbonat (CaCO3) banyaknya CO2 yang terlarut dalam air
tergantung pada tekanan parsialnya, yaitu apabila tekanan parsial tinggi gas CO2
yang terlarut juga meningkat. Dengan demikian apabila jumlah CO2 meningkat
persamaan reaksi akan bergeser ke kiri dan kelarutan CaCO3 akan meningkat,
dengan perkataan lain jumlan scale CaCO3 berkurang. Sebaliknya apabila terjadi
penurunan tekanan, seperti yang terjadi pada aliran fluida dalam tubing, CO2 akan
keluar daricairan/air formasi, dan mengakibatkan reaksi bergeser ke kanan dan scale
CaCO3 akan terbentuk.

Gambar 6. Kurva Hubungan Kelarutan Dengan Tekanan Parsial CO2


b. Pengaruh Temperatur
Makin tinggi temperatur formasi minyak bumi, kecenderungan pembentukan scale
CaCO3 meningkat. Kelarutan CaCO3 berbeda dari kebanyakan zat-zat lain, dimana
kelarutannyaakan menurun seiring dengan naiknya temperatur. Perubahan
temperatur menyebabkanperubahan mobilitas ion-ion dalam larutan dimana semakin
tinggi temperaturnya, makasemakin tinggi pula mobilitas ion-ion tersebut, sehingga
kemungkinan terjadinya interaksiantara ion Ca2+ dan HCO3- akan semakin besar
pula. Hal ini berarti, semakin tinggitemperatur maka kecenderungan terbentuknya
endapan CaCO3 semakin meningkat pula ataumengindikasikan semakin rendahnya
harga kelarutan CaCO3.

Gambar 7. Kurva Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan CaCO3


c. Pengaruh pH
Kandungan CO2 dalam minyak bumi akan berpengaruh terhadap kadar kelarutan
CaCO3. Apabila pH meningkat, maka semakin besar kecenderungan terbentuknya
scale kalsium karbonat.
d. Pengaruh Garam Terlarut
Kadar Kelarutan CaCO3 akan meningkat dengan bertambahnya kandungan garam
telarut dalam air, tetapi apabila garam-garam tersebut sudah mencapai bats
kelarutannya yaitu diman hasil kali kelartuan zat-zat semula sama dengan hasil kali
kelarutna zat-zat tebentuk.
4.2

Kalsium Sulfat

Gambar 7. Kerak Kalsium Sulfat


Jenis scale kalsium sulfat pada umumnya berupa gypsum atau hydrous calsium
sulfat (CaSO4.2H2O) yang bersifat stabil pada kondisi 40oC dan tekanan atmosfer.

Pada kodisi suhu yang lebih tinggi akan terbentuk CaSO4 anyhidrate ataupun
hemihydrate. Berikut ini adalah persaamn reaksi terbentuknya kalsium sulfat :
Ca2+ + SO42- CaSO4...................... (5)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan scale kalsium sulfat adalah
perubahan suhu dan tekanan.
a. Pengaruh Suhu
kadar kelarutan gypsum, dan anyhidrite kalsium karbonat mempunyai perbedaan,
seperti terlihat pada gambar 8.

Gambar 8. Kadar Kelarutan Kalsium Sulfat


Pada gypsum kadar kelarutannya akan meningkat dengan bertambahnya suhu 40oC,
setelah melewati batas kadar kelarutan gypsum akan menurun. Sedangkan untuk
anyhidrite kadar kelarutannya akan menurun dengan bertambahnya temperatur.
b. Pengaruh Tekanan
Kadar kelarutan kalsium sulfat akan bertambah dengan kenaikan tekanan. Hal
ini dapat terjadi karena molekul kalsium sulfat akan menjadi semakin kecil.
Oleh karena itu kerak kalsium sulfar sering kali terbentuk pada zona-zaona yang
mengalami pressure drop yang berlebihan. Pengaruh tekanan terhadap kelarutan
kalsium dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Pengaruh Tekanan terhadap Kelarutan Kalsium Sulfat


4.3

Senyawa Besi

Gambar 10. Kerak Senyawa Besi (Besi Sulfida)


Pengaruh terbentuknya kerak senyawa besi dipengaruhi oleh keberadaan CO2, H2S,
dan O2.
a. Pengaruh CO2
Keberadaan CO2 akan bereaksi dengan membentuk padatan scale besi karbonat.
Pembentukan scale besi karbonat ini dipengaruhi pH sistem, dimana scale akan
terbentuk jika pH sistem lebih dari 7.
b. Pengaruh H2S
Gas H2S akan membentuk besi sulfida berdasarkan reaksi, dengan besi yang
terkandung dalam komposisi fluida (baik minyak bumi atau pun air). Persamaan
reaksinya sebagai berikut :

Fe + H2S FeS + H2 ................... (6).


Besi sulfida yang terbentuk dari reaksi diatas akan sangat sulit larut yang
biasanya membentuk lapisan scale yang relatif tipis. Gambar 11, berikut ini
merupakan diagram stabilitas senyawa besi sulfida, yang menunjukan konsentrasi
ion ferro (Fe2+) pada berbagai pH larutan dan konsentrasi H2S dalam larutan.

Gambar 11. Diagram Stabilitas Senyawa Besi Sulfida


c. Pengaruh O2
Pengaruh reaksi antara besi dengan oksigen dapat menghasilkan beberapa
senyawa besi, antara lain adalah ferro hidroksida (Fe(OH)2) dan ferri hidroksida
(Fe2O3). Reaksi yang terjadi adalah :
2Fe2+ + 4HCO3- + H2O 2Fe(OH)2 + 4CO2.................... (7)
Selain dari reaksi di atas, senyawa besi juga dapat terbentik dari kinerja bakteri
(galllionella ferruginea) yang hidup dalam air mengandung udara. Bakteri
tersebut akan memisahkan ion ferro (Fe2+)dari air dan membentuk senyawa ferri
hydroxide.
4.4

Stronsium Sulfat

Stronsium sulfat berbentuk karena dipengaruhi oleh suhu dan besarnya garam yang
telarut.

BAB III
SCALE INHIBITOR
3.1 Scale Inhibitor
3.1.1

Pengertian dan Tujuan Scale inhibitor


Scale inhibitor adalah bahan kimia yang menghentikan atau mencegah terbentuknya

scale bila ditambahkan pada konsentrasi yang kecil pada air. Penggunaan bahwa bahan
kimia ini sangat menarik, karena dengan dosis yang sangat rendah dapat mencukupi
untuk mencegah scale dalam periode waktu yang lama.
Scale inhibitor juga merupakan upaya pengolahan secara kimia guna mencegah dan
mengendalikan kerak. Bahan scale inhibitor dapat diinjeksikan melalui titik downhole
atau dibuat matriks pada medium yang akan dilindungi untuk perawatan secara berkala.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis inhibitor untuk
mendapatkan efektifitas kerja inhibitor yang baik adalah sebagai berikut:
a. Jenis scale, dengan diketahuinya komposisi scale (kerak) dapat dilakukan pemilihan
scale inhibitor yang tepat.
b. Kekerasan scale.
c. Temperatur
secara umum, inhibitor berkurang keefektifannya apabila temperatur meningkat.
Setiap inhibitor mempunyai batas maksimum temperatur operasi agar dapat
berfungsi dengan baik.
d. pH
Kebanyakan scale inhibitor konvensional tidak efektif pada pH rendah.
e. Kesesuaian bahan kimia
scale inhibitor yang digunakan harus sesuai dengan bahan kimia lain yang juga
digunakan untuk kepentingan operasi seperti corrosion inhibitor. Beberapa scale
inhibitor ada yang bereaksi dengan kalsium, magnesium atau barium membentuk
scale pada konsentrasi yang tinggi.

f. Padatan terlarut
semakin banyak padatan terlarut maka semakin tinggi konsentrasi inhibitor yang
digunakan.
g. Kesesuaian dengan kondisi air
Kandungan ion-ion kalsium, barium, dan magnesium yang ada dalam air akan
menyebabkan terjadinya reaksi dengan beberapa jenis inhibitor sehingga
menimbulkan masalah baru yaitu terbentuknya endapan. Sehingga jenis inhibitor
harus dipilih sesesuai mungkin.
h. Iklim
Setiap inhibitor mempunyai titik lebur tertentu dan cara menginjeksikan ke dalam
sistem, sehingga untuk menghindari terjadinya pembekuan ataupun perubahan
komposisi dari inhibitor.
3.1.2

Mekanisme Kerja Scale Inhibitor

Prinsip kerja dari scale inhibitor yaitu pembentukan senyawa kompleks (chelat) antara
scale inhibitor dengan unsur-unsur pembentuk kerak. Senyawa kompleks yang
terbentuk larut dalam air sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang
besar. Disamping itu dapat mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa
(Patton, 1981).
Mekanisme kerja scale inhibitor ada dua, yaitu:
a. Scale inhibitor dapat teradsorpsi pada permukaan kristal scale pada saat mulai
terbentuk. Inhibitor merupakan kristal yang besar yang dapat menutupi kristal yang
kecil dan menghalangi pertumbuhan selanjutnya.
b. Dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah menempelnya suatu
partikel-partikel pada permukaan padatan.
Salah satu metoda yang sering digunakan dalam pencegahan scala adalah metode
Downhole Scale Squeeze Treatment (DSST).

Metode Downhole Scale Squeeze

treatment adalah mencampurkan senyawa inhibitor kerak secara langsung ke dalam


resevoir (sumur) dengan cara di injeksikan ke dalam. Inhibitor scale dilarutkan dalam

fluida pembawa disertai dengan zat akitf permukaan untuk memperbaiki keabsahan
batuan formasi.
Dengan cara tersebut diharapkan scale inhibitor dapat teradsorpsi ke dalam batuan.
Dengan metode Downhole Scale Squeeze Treatment (DSST) cukup effektif vertical
well, akan tetapi untuk horizontal well agak sedikit sulit terutama untuk membuat
inhibtor terserap. Dengan adanya inhibitor ini maka terbentuknya lapisan film yang
mengandung inhibitor untuk melindunfi pipa dari kerak. Gambar 12, menunjukkan
Proses penginjeksian scale inhibitor dengan metode Downhole Scale Squeeze
Treatment (DSST).

Gambar 12. Penginjeksian Scale Inhibitor dengan Metode


Downhole Scale Squeeze Treatment
Fungsi scale inhibtor adalah sebagai pencegah pembentukan kerak pada rentang
temperatur, tekanan, dan brine tertentu serta memiliki kestabilan termal pada
temperatur operasi dan waktu tinggal (residence time) dan sebagai pencegah
terbentuknya padatan atau suspense pada pipa atau peralatan lainnya.
Scale Inhibitor harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Bisa

mencegah

dan brine tertentu.

pembentukan

kerak

pada

rentang

temperatur,

tekanan,

Mesti compatible dengan air terproduksi untuk mencegah pembentukan padatan


dan/atau

suspensi.

Beberapa scale

inhibitorbereaksi

dengan

ion

kalsium,

magnesium, atau barium membentuk senyawa yang dapat terpresipitasi membentuk


kerak, sehingga menimbulkan masalah baru.
Mesti compatible dengan material valve, wellbore, dan flowline, yaitu korosivitasnya
rendah
Mesti memiliki kestabilan termal pada temperatur operasi dan waktu tinggal
(residence time)..
Mesti compatible dengan

bahan

kimia

lain,

seperti corrosion

inhibitor, wax inhibitor, dan hydrate inhibitor, sehingga tidak ada padatan yang
terbentuk
3.1.3

Jenis-Jenis Inhibitor dan Mekanisme kerja (reaksi)

Scale inhibitor yang digunakan di ladang-ladang minyak dibagi atas dua tipe yaitu scale
inhibitor anorganik dan scale inhibitor organik. Senyawa anorganik fosfat yang umum
digunakan sebagai inhibitor adalah kondesat fosfat dan dehidrat fosfat. Anorganik
fosfat banyak digunakan sebagai scale inhibitor sebelum berkembangnya fosfonat,
fosfat ester dan polimer. Pada dasarnya bahan-bahan kimia ini mengandung group P-OP dan cendrung untuk melekat pada permukaan kristal. Ikatan oksigenfosfor ini sangat
tidak stabil dalam larutan encer dan akan terhidrolisa (bereaksi dengan air)
menghasilkan ortofosfat yang tidak aktif atau tidak berfungsi sebagai scale inhibitor.
Reaksi ini biasa disebut sebagai reversi (Cowan, 1976).
Scale inhibitor organik yang biasa digunakan: organo fosfonat, organo fosfat ester dan
polimer-polimer organik. Organo fosfat ester efektif untuk kerak CaSO4, organo
fosfonat efektif untuk kerak CaCO3 dan polimer-polimer organik efektif untuk kerak
CaCO3, CaSO4 dan BaSO4.
Sifat dari scale inhibitor yang sangat diharapkan stabil dalam air pada waktu yang
panjang dan temperatur yang tinggi. Organo fosfor lebih stabil dari anorganik
polifosfat. Ikatan langsung antara karbon-fosfor menyebabkan organo fosfat lebih stabil
melawan reversi terhadap waktu, temperatur dan pH (Cowan, 1976).

a. Inorganic Poliphospate

Gambar 13. Gugus Fungsi dari Inorganic Poliphospate


Inorganik poliphospat adalah padatan inorganik non-kristalin. Senyawa ini jarang
digunakan dalam operasi perminyakan. Inhibitor polifosfat yang sering digunakan
adalah hexametaphosphate dimana akan membentuk orthophosphate yang tidak
diinginkan di atas temperatur 140F (59,5C). selain, hexametaphosphate contoh
lain inorganik polifosat adalah Sodium Trypolyphospate (STTP) (Na5P3O10).
Kerugiannya adalah merupakan padatan dan bahan kimia ini mudah terdegradasi
dengan cepat pada pH rendah atau pada temperatur-tinggi.
Inorganic Polyphosphate merupakan inhibitor yang mudah larut dalam air , tidak
beracun dan efektif pada konsentrasi rendah (biasanya 0,5 sampai 20 ppm). Namun,
untuk aplikasi ladang minyak inhibitor ini terbatas kegunaannya karena pada suhu
yang tidak terlalu tinggi , senyawa ini menghidrolisis dalam air untuk membentuk
ortofosfat yang memiliki sedikit aktivitas inhibitor scale digunakan untuk mencegah
scale Alkaline Phosphatase dan Kalsium Karbonat.
Inorganik polifosfat diperoleh dari dalam rantai puluhan hingga ratusan residu
fosfat, dihubungkan oleh ikatan energi tinggi. Senyawa ini terdapat di lingkungan
dan berlimpah. Polimer ini dihasilkan hanya dengan dehidrasi ortofosfat pada
temperatur tinggi, yang ditemukan dalam kondensat vulkanik dan steam air laut
yang dalam. Pada eukariota, ditemukan dalam organel subselular dan vakuola ragi
pada tingkat setinggi 20 % dari berat kering sel. Pada masa kini Poli P bisa
diproduksi dalam setiap sel di alam : bakteri, jamur, tumbuhan, dan hewan. Berikut
sintesis poli P pada proses biologis:
ATP + Arp

ADP + Arp (F) + poli P

Selain itu polifosfat (poli P) dapat disintesis dengan polimerisasi turunan asam
posfat. Dengan reaksi sebagai berikut:

2 HPO42

P2O74 + H2O

Kinerja dari inhibitor ini akan dipengaruhi oleh konsentrasi dan pH lingkungannya.
Konsentrasi optimum untuk inorganic polyphosphate untuk sebesar 100 M dan pH
optimal untuk inhibitor inorganic polyphosphate sebesar 9.19.
b. Organic Poliphospate
Organic Poliphospate merupakan inhibitor menghambat terjadinya kerak dengan
cara teradsorpsi kimiawi pada permukaan logam, melalui ikatan logam-heteroato.
Inhibitor ini terbuat dari bahan organik. Contohnya adalah : organofosfat, organo
fosfat ester dan aminotrimethylene phosphoric acid.
Inhbitor organik poliphospate biasanya di kemas dalam bentuk cairan konsentrat dan
tidak dapat dipisahkan sebagai bahan kimia stabil. Inhibitor organik polifosfat cocok
untuk jenis kerak kalsium sulfat (CaSO4).
c. Phosponates

Gambar 14. Gugus Fungsi dari Phosponates


Phosponate atau asam fosfonat adalah senyawa organo fosfat yang mengandung CPO-(OH)2 atau C-PO(OR)2 kelompok (di mana R = alkil , aril ). Asam fosfonat dan
garam fosfonat biasanya putih, padatan nonvolatile yang kurang larut dalam pelarut
organik, tetapi larut dalam air dan alkohol umum.
Phosponates merupakan salah satu scale inhibitor yang sering digunakan dalam
industri perminyakan. Hal tersebut dikarenakan pada saat phosponates dilarutkan
digunakan dalam larutan encer akan tetap dapat melindungi dari kerak. Berbeda
dengan anorganik dan organik fosfor yang akan terhidrolisa oleh air dan tidak
mengakitfkan organofosor yang tidak berfungsi sebagai scale inhibitor. Selain itu,
phosponates mempunyai suhu yang optimal dalam penggunaannya sebagia scale

inhibitor jika dibandingkan dengan jenis scale inhibitor lain. Phosponates


merupakan scale inhibitor yang bisa digunakan hingga pada temperatur diatas 350oF.
Phosponates

pada

suhu

210oF,

akan

terurai

menjadi

fosfat,

Menurut

Koesoemadinata dan Lalicker (1959) air formasi mengandung ion-ion seperti


kalsium, magnesium, aluminium, silika, tembaga, vanadium dan lain-lain.
Kemungkinan diantara ion-ion tersebut ada yang bersifat katalis untuk reaksi ini
sehingga mempengaruhi perubahan fosfonat menjadi fosfat.
Phosponates yang berubah menjadi ion fosfat ini akan mengikat senyawa-senyawa
yang akan menyebabkan kerak seperti ion Ca2+. Inhibitor Phosponates ini sangat
cocok untuk jenis kerak Kalsiun Karbonat (CaCO3).
Di bawah ini adalah beberapa contoh inhibitor phosponates :
Tabel 5. Jenis Inhibitor Phosponates
Jenis Inhibitor
Phosponates

Komposisi

35-45% active sodium salt of a modified diamine phosphonate


concentrate
48-52% active bishexamethylene triamine pentamethylene
Alpha 2801
phosphonic acid
48-52% active diethylenetriamine penta methylene phosphonic
Alpha 2803
acid
48-52% active concentrate of phosphonate and ether diamines,
Alpha 2807
triamines, and tetramines
38-42% active ammonium salt of ether diamine, triamine, and
Alpha 2867
tetramine phosphonate
Sumber : http://www.weatherford.com
d. Ester Phospates
Alpha 2408

Gambar 15. Gugus Fungsi dari Ester Phospates


Phosphate ester (R-O-PO3-HO) merupakan inhibitor yang ramah lingkungan.
Inhibitor ini akan menghambat scale kalsium karbonat dan kalsium sulfat, selain itu
inhibitor ini juga bisa menghambat barium sulfat dengan kondisi yang tidak terlalu
asam. Ester phosphate merupakan inhibitor dengan ketahanan yang kuat. Inhibitor

ini dibuat dengan mereaksikan asam phosphoric dengan alcohol. Berikut reaksi
pembentukannya:
OP(OH)3 + ROH OP(OH)2(OR) + H2O
OP(OH)2(OR) + R'OH OP(OH)(OR)(OR') + H2O
OP(OH)(OR)(OR') + R"OH OP(OR)(OR')(OR") + H2O
Ester fosfat lebih toleran terhadap kondisi asam dari polifosfat . Stabil pada suhu
150F - 160F ( 65-71C ), mereka dapat menahan suhu 180F (82C) - 200F
(93C) selama beberapa jam.
Dalam keterbatasan suhu ini, ester fosfat umumnya sangat efektif kalsium karbonat
(CaCO3) dan kalsium sulfat (CaSO4) inhibitor. Kecuali dalam lingkungan asam (pH
<5,5), mereka juga memberikan kontrol yang sangat baik dari strontium sulfat
(SrSO4) dan barium sulfat (BaSO4) presipitasi. Secara umum, ester fosfat yang larut
dalam air asin dan kompatibel dengan tinggi kalsium.
Ester phospat merupakan scale inhibitor yang sangat efektif tetapi pada temperatur
diatas 175C dapat menyebabkan proses hidrolisa dalam waktu singkat. Pada 6.
Jenis Inhibitor Ester Fosfat :
Tabel 6. Jenis Inhibitor Ester Phospate
Jenis Inhibitor
Ester Phospates
Alpha 2003 dan
Alpha 2004

Komposisi

terkonsentrasi 95 - untuk 100-persen aktif alkil-nonilfenol-fosfat ester


asam surfaktan anionik dengan kemampuan multifungsi.
40 - 45 persen bishexamethylenetriamine aktif pentametilen asam
fosfonat
Alpha 2401
konsentrat garam natrium
70 - 80 persen ester hydroxyamino aktif fosfat konsentrat.
Alpha 2240
57 - untuk 61-persen ester hydroxyamino aktif fosfat konsentrat
Alpha 2240-70
63 - untuk 67-persen konsentrat ester hydroxyamino aktif fosfat
Alpha 2247
natrium garam
adalah 90 - 100 persen korosi asam ester alkil fosfat
Alpha 2290
Sumber : http://www.weatherford.com
e. Polimer
Asam akrilat digunakan sebagai bahan baku untuk ester akrilik akrilat metil, etilakrilat, butil akrilat dan akrilat 2-ethylhexyl yang pada awalnya digunakan untuk
memproduksi resin akrilik berbasis pelarut akan tetapi kepedulian terhadap
lingkungan menyebabkan perkembangan akrilik berbasis air. Penggunaan asam
akrilat yang utama lainnya yaitu dalam pembuatan polyakrilat yang digunakan
sebagai pengental, dispersan dan pengontrol reologi. Yang dimaksud dengan

pengontrol reologi adalah tentang bagaimana suatu fluida mengalir apabila diberikan
gaya.
polimer seperti akrilat dapat digunakan sebagai inhibitor kerak pada temperatur
diatas 150C. Berikut ini adalah contoh polimer yang sering digunakan sebagai scale
inhibitor pada tabel 7.
Tabel 7. Jenis Inhibitor Polimer
Jenis Inhibitor Polimer
Komposisi
50-55% garam natrium aktif poliaklrilat kompleks
Alpha 2771
50% Aktif poliakrilat
J-Poly 101A
Sumber : http://www.weatherford.com

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Pembentukan kerak pada pipa produksi minyak bumi disebabkan oleh adanya
kesadahan dalam air yang terbawa bersama-sama minyak pada waktu pengeboran minyak
bumi. Kesadahan pada air ini dapat menyebabkan pengendapan mineral berupa kerak,
yang menyumbat saluran pipa sehingga mengganggu aliran fluida dan menyebabkan suhu
semakin naik dan tekanan semakin tinggi maka kemungkinan pipa akan pecah dan rusak.
Sedangkan kerak yang terbentuk dapat dihilangkan dengan scale inhibitor. Scale
inhibitor adalah bahan kimia yang menghentikan atau mencegah terbentuknya scale bila
ditambahkan pada konsentrasi yang kecil pada air. Scale inhibitor dapat teradsorpsi pada
permukaan kristal scale pada saat mulai terbentuk. Inhibitor merupakan kristal yang besar
yang dapat menutupi kristal yang kecil dan menghalangi pertumbuhan selanjutnya dan
dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah menempelnya suatu
partikel-partikel pada permukaan padatan.
Scale inhibitor yang biasa digunakan pada aliran perpipaan adalah inorganik
poliphospate,organik poliphospate,ester phospates, phosponates, polimer.
4.2 Saran
Dalam penggunaan pipa harus memilih pipa yang cocok dan sesuai dengan spesifikasi
aliran yang digunakan. Dalam instalasi perpipaan kita diharapkan untuk mengecek
keadaan pipa dalam jangka waktu tertentu, seperti adanya kerak pada dinding pipa agar
pipa yang di gunakan selalu dalam keadaan baik dan dapat melakukan fungsinya dengan
maksimum. Hal ini juga akan membantu kita dalam pemeliharaan pipa, karena apabila
kerak telah menumpuk pada dinding pipa akan membutuhkan biaya yang besar untuk
membersihkannya. Sehingga pipa dapat digunakan dengan rentang waktu yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA
Halimahtuddahliana. 2003. Pencegahan Scale dan Korosi Pada Produksi Minyak Bumi.
Medan : Fakultas Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara.
Asnawati. 2001. Pengaruh Temperatur Terhadap Reaksi Fosfonat dalam Inhibitor Kerak
pada Sumur Minyak. Jember : Fakultas MIPA Universitas Jember.
Permata Sari, Ratna. 2011. Studi Penanggulangan Problem Scale Dari Near-Well Bore
Hingga Flowline di Lapangan Minyak Limau. Jakarta. : Fakultas Teknik Kimia
Univesitas Indonesia.
Angraini, Wiwit. 2011. Kerak (scale) Penyebab Kerusakan pada Pipa Produksi Minyak
Bumi. Padang : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Padang.
Anonim. 2009. Kegiatan Industri Migas : Pipa Flow Assurance
http://kegiatan-migas.blogspot.com/2009/04/pipa-flow-assurance-6.html. (2 januari 2014)
Zulfikar. 2011. Downhole Scale Squeeze Treatment
http://zulfikariseorengineer.blogspot.com/2011/06/downhole-scale-squeezetreatment.html.
(8 Januari 2014)

You might also like