You are on page 1of 9

Pilihan Kata (Diksi)

Pengertian, Manfaat, dan Syarat Diksi


Charmila Djafar
Ursilta Amal
Muhamad Khairun
Renaldhy Arieftya R

(02041412133)
(02041412125)
(02041412142)
(02041412144)

BAB I

1. Latar belakang

Pilihan kata sering disebut pula dengan diksi. Dalam menulis, pemilihan kata merupakan
salah satu unsur penting, demikian juga dalam bertutur sapa setiap hari. Dalam bahasa mana pun,
gagasan diwujudkan dalam bentuk kata atau rangkaian kata-kata. Oleh karena itu, untuk dapat
menguasai suatu bahasa, seseorang harus menguasai sejumlah kata di dalam bahasa tersebut.
Seseorang yang menguasai banyak kosa kata dapat menyampaikan gagasannya dengan baik.
Namun, akan lebih baik jika dalam mengungkapkan gagasannya, ia dapat memilih atau
menempatkan kata secara tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan
sebuah kata yang dapat menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengar.
Diksi atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk dipakai dalam
suatu tuturan bahasa. Diksi bukan hanya sekedar memilih yang tepat tetapi untuk menentukan kata
mana yang cocok digunakan dalam kalimat yang maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai
yang diakui masyarakat.

BAB II

1. Pengertian Diksi (Pilihan kata)

Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan Gaya ekspresi oleh
penulis atau pembicara. Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan
selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
seperti yang diharapkan.
Arti kedua, arti diksi yang lebih umum adalah seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat
didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini
membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Harimurti (1984) dalam
kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh
efek tertentu dalam berbicara di dalam karang mengarang. Diksi berhubungan dengan pengertian
teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

2. Manfaat

Manfaat diksi diantaranya:

Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal

Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat

Menciptakan komunikasi yang baik dan benar

Mencegah perbedaan penafsiran

Mengefektifkan pencapaian target komunikasi

3. Syarat ketepatan kata

Indikator ketepatan pemilihan kata antara lain :

Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia

Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah
makna

Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau
pembaca

Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan

3.1

Makna detonasi dan makna konotasi

Dilihat dari makna nya, kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kata bermakna detonasi
dan kata bermakna konotasi.
a) Kata bermakna detonasi
Kata bermakna detonasi adalah kata yang bersifat umum dan secara langsung menunjukan
makna yang sebenarnya berdasarkan kamus.
Contoh: Ita menanam bunga di halaman depan rumah.
Kata bunga artinya kembang atau bagian tumbuhan yang elok warnanya dan harum baunya.

b) Kata bermakna konotasi


Kata bermakna konotasi adalah kata yang bermakna kias (bukan sebenarnya) atau makna
ungkapan.
Contoh: Semua pemuda mengagumi bunga desa.
Kata bunga desa pada kalimat diatas mengandung makna tidak sebenarnya, karena arti
bunga desa pada kalimat diatas adalah gadis cantik.

Perhatikan beberapa contoh kalimat dibawah ini:


a) Budi memperbaiki kursi yang rusak. (bermakna detonasi)
Jokowi dan Prabowo memperebutkan kursi presiden. (bermakna konotasi)
b) Setelah makan kami cuci tangan. (makna detonasi)
Para pejabat berusaha cuci tangan dari masalah korupsi. (makna konotasi)
c) Untuk keperluan kurban kakek membeli kambing hitam. (bermakna denotasi)
Budi menjadi kambing hitam. (bermakna konotasi)

3.2

Kata umum dan kata khusus

Kata umum disebut hipernim atau superordinat adalah kata yang cakupan maknanya lebih
umum dan menyangkut aspek- aspek yang lebih luas. Contohnya, kata hewan. Cakupan makna
hewan meliputi sapi, kambing, ikan, kerbau, monyet, rusa. Jadi, kata hewan merupakan kata umum
karena maknaya lebih luas dari sapi, kambing, ikan, kerbau, monyet, dan rusa.
Kata khusus disebut hiponim atau subordinat adalah kata yang cakupan maknanya lebih
sempit atau hanya meliputi aspek- aspek tertentu. Contohnya, kata ikan lebih sempit cakupan
maknanya daripada hewan. Namun, bila kata ikan dihubungkan dengan kata lele, arwana, tenggiri,
gabus, maka kata tersebut menjadi kata umum
Perlu diperhatikan bahwa pengertian umum dan khusus itu tergantung dari acuannya dalam
konteks pembicaraan tersebut. Artinya, umum dan khusus merupakan sesuatu yang bersifat relatif.
Jika kita membicarakan tentang kata buah dan jambu, maka kata jambu jelas merupakan bentuk
khusus dari kata buah. Tetapi jika kita membicarakan tentang kata jambu dan kata jambu air, maka
kata jambu jelas merupakan bentuk umum dari kata jambu air, karena masih ada jenis jambu
lainnya.

Penggunaan kata umum dan kata khusus:


a) Binatang peliharaan Budi sangat banyak. (umum)
a. Budi memelihara sapi, ayam, dan domba. (umum)*
4

b. Budi memelihara sapi perah, ayam bangkok, dan domba garut. (khusus)
b) Saya kuliah di Universitas Khairun. (umum)
a. Saya kuliah di Faklutas Ekonomi. (umum)*
b. Saya kuliah di Jurusan Manajemen. (khusus)

3.3

Kata konkret dan kata abstrak

Kata yang acuannya semakin mudah diserap oleh panca indra disebut kata konkrit. Contoh:
lemari, kursi, mobil, meja, gedung. Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata
itu disebut kata abstrak. Contoh: kebijakan, usulan, khayalan, impian.
Contoh kalimat :
a) Pegawai Negri RI mendapatkan kenaikan sepuluh persen. (kata konkrit)
b) Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain. (tidak berwujud atau tidak berbentuk)
Kadang-kadang suatu uraian dimulai dengan konsep yang abstrak, kemudian dijelaskan dengan
kata-kata yang lebih konkret.
Contoh: Keadaan kesehatan (kata abstrak) anak-anak di desa sangat buruk. Banyak yang menderita
malaria, radang paru-paru, cacingan, dan kueskiorkor (kata konkret).

3.4

Sinonim, Homofon dan Homograf

Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip.
Contoh: kredit=cicil, haus=dahaga, berdusta=berbohong
Homofon adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan bunyi, tetapi tulisan berbeda dan
maknanya pun berbeda.

Contoh: Bank (tempat menyimpan uang), Bang (kakak)


Sangsi (ragu-ragu), Sanksi (hukuman)
Homograf adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan bunyi, tetapi tulisan berbeda
dan maknanya pun berbeda
Contoh :

Pak Bayu membeli buah Apel dari kota malang. (apel berarti buah buahan)
Komandan TNI AU mengadakan apel mendadak dilapangan. (apel berarti upacara)

Para polisi serang markas teroris di daerah Jakarta Barat. (serang adalah menyerbu)
Pamanku berlibur ke kota Serang Banten. (serang adalah nama kota)

3.5

Idiom dan ungkapan indiomatis

Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsurunsurnya, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok, tidak boleh dipertukarkan susunannya
menjadi tikar gulung, domba adu, tembok muka karena tiga kelompok kata yang terakhir bukan
idiom.
Kedua contoh kata dibawah ini belum idiomatik:
a) Polisi bertemu maling.
b) Berita selengkapnya dibacakan Tiara Indrian.
Seharusnya:
a) Polisi bertemu dengan maling.
b) Berita selengkapnya dibacakan oleh Tiara Indrian.
Dalam hal pemakaian kata ada kalanya kita perlu memperhatikan kata berpasangan karena kedua
kata itu secara bersama dapat menciptakan ungkapan indiomatik.

4. Syarat kesesuaian kata

Syarat kesesuaian kata, sebagai berikut :


a) Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampur adukan dengan kata tidak
baku yang digunakan dalam pergaulan.
Contoh: hakikat (baku) - hakekat (tidak baku).
b) Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
Contoh: kencing (kurang sopan) - buang air kecil (lebih sopan).
c) Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
Contoh: sesuai bagi (salah) - sesuai dengan (benar).
d) Menggunakan kata dengan suasana tertentu.
Contoh: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak .
e) Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karya ilmiah dan komunikasi non-ilmiah
menggunakan kata populer.
Contoh: argumentasi (ilmiah), pembuktian (populer).
f)

Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis.


Contoh: tulis, baca, kerja (bahasa lisan) - menulis, membaca, mengerjakan (bahasa tulis).

BAB III

1. Penutup

Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis gagasan atau
ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan
tulisan yang indah, dapat dibaca, serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan
baik.
Kata yang tepat akan membantu seseorang menungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya baik secara lisan maupun tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi
kondisi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

You might also like