Professional Documents
Culture Documents
Dokter Pembimbing:
Dr. H. M. Saleh, Sp.OG
Disusun Oleh:
Rizky Fauzi
030.09.212
M. Fachri Ibrahim
030.09.156
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya referat dengan judul Anatomi Jalan Lahir dan
Diagnosis Kehamilan. Penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
1
tugas kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RSUD Karawang periode 27 Oktober
2014 2 Januari 2015.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit untuk
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dr. H. M. Saleh, Sp.OG selaku pembimbing yang telah membantu dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, dan kepada semua pihak yang turut serta
membantu penyusunan makalah ini.
Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya selama proses kemajuan pendidikan
selanjutnya.
Karawang, Desember 2014
Penulis
LEMBAR PERSETUJUAN
BAB II.5
Tinjauan Pustaka.....5
Anatomi Jalan Lahir.....5
Tulang Pelvis..6
Artikulasio pada Tulang Pelvis6
Bidang Imajiner Pelvis..8
Bentuk-bentuk Pelvis...16
Indikasi Pelvimetri Radiologis19
Bidang Hodge...20
Dinding Pelvis...21
Bagian Lunak Jalan Lahir..25
Diagnosis Kehamilan...37
Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Kehamilan37
Tanda Gejala Kehamilan38
Diagnosis Banding Kehamilan44
BAB III..51
Kesimpulan.51
BAB IV..52
Daftar Pustaka...52
BAB I
PENDAHULUAN
Pada setiap persalinan, terdapat 3 faktor penting yang harus diperhatikan, yaitu jalan lahir
(passage), janin (passanger) dan kekuatan (power) yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas
bagian tulang dan bagian lunak. Bagian tulang terdiri dari tulang-tulang panggul dengan sendisendinya (artikulasio), sedangkan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan
ligamen-ligamen. 1
4
Penting untuk mengetahui karakterisitik secara anatomis jalan lahir seorang ibu. Hal ini
ditujukan untuk mencegah terjadinya kesulitan dalam proses persalinan. Tiga faktor yang telah
disebutkan di atas harus terpenuhi sebagai syarat menjalani proses kehamilan secara normal.
Diagnosis kehamilan sangat penting dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk
mengetahui semua hal yang terjadi pada masa kehamilan. Diagnosis kehamilan juga sangat
berguna bagi ibu hamil, karena dengan mengetahui diagnosis kehamilannya, ibu hamil akan
lebih baik dalam menjaga kehamilannya sehingga dapat meminimalkan risiko buruk yang terjadi
pada kehamilan. Diagnosis kehamilan dapat ditegakkan dengan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan klinis berdasarkan tanda dan gejala kehamilan.1
Untuk melakukan asuhan antenatal yang baik, diperlukan pengetahuan dan kemampuan untuk
mengenali perubahan anatomi dan fisiologi yang terkait dengan proses kehamilan. Pengenalan
dan pemahaman tentang perubahan-perubahan tersebut menjadi modal dasar dalam mengenali
kondisi patologi yang dapat menganggu status kesehatan ibu dan bayi. Dengan kemampuan
tersebut, penolong atau petugas kesehatan dapat mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk
memperoleh kondisi yang optimal dari kehamilan dan persalinan.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI JALAN LAHIR
Anatomi Pelvis
Pada setiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting, yaitu jalan lahir (passage), janin
(passanger) dan kekuatan (power) yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang dan
bagian lunak. Bagian tulang terdiri dari tulang-tulang panggul dengan sendi-sendinya
(artikulasio), sedangkan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen5
ligamen. Tulang-tulang ini satu dengan yang lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan
antara kedua os pubis kanan dan kiri yang disebut simfisis. Di belakang terdapat artikulasio
sakro iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Diluar kehamilan artikulasio ini
hanya memungkinkan bergeser sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat
bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung os koksigeus dapat bergerak ke belakang
sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm.1
1. Bagian tulang
Os. Sakrum
Os. Koksigis
2. Bagian lunak
-
Otot
Jaringan ikat
Ligamen
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis, disebut pula false pelvis.
Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Bentuk
pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan
(sumbu carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan
antara diameter transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis
di Hodge II,III dan IV. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum untuk
selanjutnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.1
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas panggul (pelvic inlet).
Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul, akan tetapi
terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu ini
terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas
dibawah pintu atas panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah, untuk kemudian menjadi
luas lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina iskiadika yang
kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul.1
Tulang Pelvis
Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh tulang, ligamentum dan otot. Kavitas pelvis yang
berbentuk seperti corong, memberi tempat kepada vesica urinaria, alat kelamin pelvik, rectum,
pembuluh darah dan limfe serta saraf.
Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu, Os koksae (disebut juga tulang inominata)
2 buah kiri dan kanan, os sakrum dan os koksigis. 1,2,3,4,5 Os koksae merupakan fusi dari os ilium,
os iskium dan os pubis.1 Tulang-tulang inominata bersendi dengan sakrum pada sinkondrosis
sakroiliaka dan bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di simfisis pubis.4
Artikulasio pada Tulang Pelvis
Tulang-tulang pelvis dihubungkan oleh tiga artikulasio;1,2
1. Simfisis pubis
Terdiri atas jaringan fibrokartilago dan ligamentum pubikum superior di bagian atas serta
ligamentum pubikum inferior di bagian bawah. Kedua ligamnetum ini sering disebut
ligamentum arkuata. Simfisis mempunyai tingkat pergerakan tertentu yang dalam kehamilan
tingkat pergerakan semakin dipermudah.1,2 Artikulasio ini bersifat kondral sekunder, terjadi
melalui persatuan corpus kedua os pubis di bidang median. Discus interpubicus symphysis
yang bersifat kondrofibrotik umumnya lebih tebal pada wanita dibanding pada laki-laki. 1
Simfisis mempunyai tingkat pergerakan tertentu, yang dalam kehamilan tingkat pergerakan
semakin dipermudah. Selama kehamilan, ligamentum-ligamentum vertebropelvik mengendur
akibat pengaruh-pengaruh hormon kehamilan, sehingga memungkinkan gerak antara kaudal
columna vertebralis dan pelvis secara lebih bebas. Discus interpubicus pun melonggar dan
menyebabkan bertambahnya jarak antara kedua os pubis. Os coccygis juga bergerak ke arah
dorsal pada kelahiran bayi.2 Semua perubahan ini memudahkan lewatnya janin melalui
pelvis. Relaksasi simfisis pubis bermula dari trimester pertama kehamilan dan terjadi
peningkatan relaksasi pada 3 bulan.4
2. Artikulasio sakro koksigea
Menghubungkan os sacrum dengan os koksigis. Di luar kehamilan, artikulasio ini hanya
memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi dalam kehamilan persendian ini mengalami
7
relaksasi akibat perubahan hormonal, sehingga pada waktu persalinan dapat digeser lebih
jauh dan lebih longgar hanya apabila os koksigis menonjol ke depan. Akibat relaksasi
persendian ini maka diameter PBP (pintu bawah panggul) bertambah 1,5 2 cm sehingga
menjadi dasar pertimbangan untuk menempatkan perempuan bersalin dalam posisi dorso
litotomi. Penambahan diameter pintu bawah panggul hanya dimungkinkan apabila os sacrum
dimungkinkan untuk bergerak ke belakang yaitu dengan mengurangi tekanan alas tempat
tidur terhadap os sacrum 1,2
3. Artikulasio sakro iliaka
Menghubungkan antara os sacrum dan os ilium. 1,2
Gambar 1. Os koksae
Secara fungsional, panggul dibagi menjadi dua regio oleh bidang imajiner yang ditarik dari
promontorium sakrum ke pinggir atas simfisis pubis, yaitu:
a. Panggul palsu (pelvis major)
Terletak di atas bidang, berfungsi untuk menyokong intestinum
b. Panggul sejati (pelvis minor)
Terletak di bawah bidang, memiliki dua bukaan yaitu: arpertura pelvis superior (pintu
atas panggul) dan arpetura pelvis inferior (pintu bawah panggul)
Selama proses kelahiran pervaginam, bayi harus dapat melewati kedua pembukaan panggul sejati
ini.
Bentuk pelvis minor menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan
( Sumbu Carus). Sumbu ini adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II, III,
dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum, untuk seterusnya
melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.1
8
panggul wanita, dibandingkan dengan pria, cenderung lebih bulat daripada lonjong. Untuk
menilai pelvis wanita untuk jalan lahir anak, diameter pelvis minor atau batasnya yaitu pintu
atas panggul dinilai secara manual saat pemeriksaan pelvis dengan pemeriksaan dalam atau
dinilai dengan cara radiografi.1,3 Terdapat empat diameter pintu atas panggul yang biasa
digunakan: diameter anteroposterior, diameter transversal, dan diameter oblik.
Diameter anteroposterior
1. Konjugata obstetrika
Adalah jarak terpendek antara promontorium sakrum dan simfisis pubis. Normalnya,
berukuran 10 cm atau lebih, namun dapat sangat pendek pada pasien abnormal. Tidak
dapat diukur secara langsung dengan pemeriksaan jari karena terhalang vesica urinaria,
sehingga berbagai instrumen dirancang untuk mengukur panjangnya konjugata ini.
Sayangnya, tidak ada satupun instrumen yang terbukti dapat diandalkan sehingga
pengukuran konjugata obstetrik dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur jarak
tepi bawah simfisis pubis ke promontorium sacrum (konjugata diagonalis) dikurang 1,5
2 cm, sesuai dengan tinggi dan kemiringan simfisis pubis.1,2
2. Konjugata vera
Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium (normal: 11 cm). Cara
mengukur konjugata vera ialah dengan jari tengah dan telunjuk dimasukkan ke dalam
vagina untuk meraba promontorium. Tidak menggambarkan jarak terpendek antara
promontorium sacrum dan simfisis pubis.1,2
3. Konjugata diagonalis
Jarak bagian bawah dari simfisis sampai ke promontorium dikenal sebagai konjugata
diagonalis (diagonal conjugate). Secara statistik konjugata vera sama dengan konjugata
diagonalis dikurangi 1,5 cm. Apabila promontorium dapat diraba, maka konjugata
diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang jarak antara ujung jari kita yang meraba sampai
ke batas pinggir bawah simfisis. Jika promontorium tidak dapat diraba, berarti konjugata
diagonalis lebih panjang dari jarak antara ujung jari kita sampai ke batas pinggir bawah
simfisis.1,2
Diameter transversa
Mencerminkan jarak terbesar linea terminalis pada kedua sisi (normal: 12-13,5 cm). Tegak
lurus terhadap konjungata obstetrika dan biasanya memotong konjugata obstetrika pada suatu
titik sekitar 4 cm di depan promontorium. Segmen konjungata obstetrika dari perpotongan
kedua garis ini ke arah promontorium disebut diameter sagital posterior pintu atas.1,2
10
Diameter oblikua
Garis dari artikulasio sakro iliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata obstetrik dan diteruskan ke linea inominata (terminalis). Diameter ini sepanjang
lebih kurang 13 cm.1,2
Gambar 4. Gambaran tiga diameter anteroposterior pintu atas panggul: konjugata vera,
konjugata obstetris dan konjugata diagonalis yang dapat diukur secara klinis. Diameter
anteroposterior panggul tengah juga diperlihatkan. (P = promontorium sakrum; Sim =
simfisis pubis).1
Gambar 4. Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter transversa dan oblik
2. Bidang panggul tengah (midpelvis)
Panggul tengah merupakan bidang sejajar spina iskiadika, atau bidang dimensi panggul
terkecil. Memiliki makna khusus setelah engagement kepala janin pada partus macet.
Diameter interspinosus, berukuran 10 cm atau sedikit lebih besar, biasanya merupakan
diameter pelvis terkecil. Diameter anteroposterior setinggi spina iskiadika normal berukuran
11
paling kecil 11.5 cm. Komponen posteriornya antara titik tengah diameter interspinarum
dengan sakrum disebut diameter sagitalis posterior yang sekurang-kurangnya berukuran 4.5
cm.6 Memperkirakan kapasitas midpelvik secara klinis (periksa dalam) dengan cara
pengukuran langsung adalah tidak mungkin. Bila spina ischiadica begitu menonjol, dinding
pelvis terasa cembung dan sacrum terasa datar (tidak cekung), maka kesempitan panggul
tengah bisa dicurigai.6
Ruang Panggul (pelvic cavity)
Distansia Interspinarum (interspinous distance)
Distansia interspinarum adalah jarak penyempitan (narrowest part of pelvic canal) di panggul
tengah setinggi spina ishiadica. Bagian paling sempit dari jalan lahir ini juga menentukan apakah
kepala janin bisa melewatinya atau tidak. Namun, ia bukanlah jarak yang tetap (fixed distance),
karena terjadi relaksasi dari ligamentum-ligamentum pelvis dan peningkatan mobilitas dari
perartikulasioan pelvis saat kehamilan.2
Jarak interspinarum ini pada ukuran normal ialah lebih kurang 10 cm atau lebih sedikit. Saat
janin melewati ruang panggul, janin harus menyesuaikan diri dengan melakukan putaran paksi
dalam karena saat di pintu-atas panggul, ukuran yang lebar adalah ukuran melintang dan di ruang
panggul, ukuran melintang yang sempit.1,4
Yang paling penting pada spina ishiadica bukan tonjolannya, tetapi jarak antara kedua spina
ishiadica (distansia interspinarum), dan apakah spina itu runcing atau tumpul. Spina ishiadica
yang runcing lebih baik dari yang tumpul, karena bidang geseran yang harus dilewati kepala
janin lebih luas dari yang runcing, sehingga perlu tenaga yang lebih besar dan waktu yang lebih
lama. 1
Penilaian Os sacrum.
Os Sacrum yang kurang melengkung dan kurang cekung akan mempersempit ruang panggul dan
mempersulit putaran paksi dalam, sehingga dapat terjadi malposisi janin. 1
Penilaian dinding samping panggul
12
Dinding samping panggul dinilai dari atas ke bawah. Dinding samping panggul yang baik adalah
seperti pada panggul ginekoid yaitu lurus dari atas ke bawah. Yang kurang baik adalah dinding
samping yang lebar dia atas dan menyempit ke arah bawah.1
Inklinasi
Kepala janin dapat lebih mudah masuk ke dalam ruang panggul jika sudut antara sakrum dan
lumbal lebih besar, disebut inklinasi. Sudut inklinasi ini adalah antara 50 600, biasanya 550.1,3
Pintu bawah panggul tersusun atas 2 bidang datar berbentuk segitiga, yaitu bidang yang
dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis iskii yang kedua jaraknya 10.5 cm
dengan ujung os sakrum dan bagian bawah simfisis. Apeks dari segitiga posteriornya
berada di ujung sakrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sakroiskiadika dan
tuberositas iskium. Segitiga anterior dibentuk oleh area di bawah arkus pubis. Tiga
diameter pintu bawah panggul yang biasa digunakan yaitu: anteroposterior, transversal,
dan sagital posterior. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan
merupakan sudut (arkus pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini >90 atau
lebih sedikit.5 Diameter sagitalis posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5
cm. Dikatakan sempit bila jumlah kedua diameter <15 cm atau bila diameter
intertuberosum <8 cm. Kelainan bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari
anamnesis dan pemeriksaan yang baik. 5,24
Anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, ada/tidak penyakit rachitis, patah
tulang panggul, coxitis dan sebagainya. Pelvimetri klinik atau radiologik harus dapat
menentukan perkiraan bentuk dan ukuran panggul dengan baik.1,2
Sebenarnya, melalui mata telanjang calon ibu bisa mengetahui luas panggulnya. Kalau
ibu bertubuh tinggi besar, bisa dipastikan ukuran panggulnya relatif luas. Sedangkan ibu
yang tidak terlalu tinggi, hanya 145 cm atau malah kurang, kemungkinan besar ukuran
panggulnya kecil dan sempit. Namun pengamatan ini hanya asumsi. Pemeriksaan yang
akurat hanya bisa dilakukan secara klinis dengan roentgen.1
Eller dan Mengert 1947, menyatakan bahwa ada hubungan antara ukuran pintu tengah
panggul dengan ukuran pintu bawah panggul dimana bila ada kesempitan pintu bawah
panggul biasanya menyebabkan adanya kesempitan pintu tengah panggul. Hubungan ini
diperlihatkan oleh hubungan yang konstan antara diameter intertuberum (ukuran pintu
bawah panggul) dan diameter interspinarum (ukuran pintu bawah panggul) dimana
penyempitan diameter interspinarum dapat diharapkan terjadi bila ada kesempitan
diameter intertuberum. Menurut Liselele HB dkk, 2001 yang mencari hubungan tinggi
badan dan pelvimetri eksterna dalam memprediksi disproporsi sefalopelvik pada nulipara
menyimpulkan bahwa tinggi badan < 150 cm dan diameter transversa < 9,5 cm paling
sering berhubungan dengan disproporsi sefalopelvik. Kennedy dan Greenwald dkk
14
menyatakan bahwa wanita dengan perawakan pendek (<152 cm atau 60 inci) dan ukuran
sepatu kecil (<4.5) lebih mungkin persalinannya mengalami komplikasi disproporsi
sefalopelvik atau terhentinya dilatasi dan penurunan janin, dengan demikian lebih
mungkin mengalami panggul sempit.
Mahmood A.Tahir 1988 dkk menyatakan bahwa ukuran sepatu bukanlah predictor klinis
untuk meramalkan disproporsi sefalopelvik dan walaupun tinggi badan ibu adalah
panduan yang lebih baik untuk meramalkan adekuasi panggul pada persalinan, 80% ibu
dengan tinggi badan kurang dari 160 cm melahirkan secara pervaginam. Thoms (1937)
mempelajari 362 nullipara dan menemukan rata-rata berat badan lahir bayi adalah secara
bermakna lebih rendah (280 gr) pada kelompok wanita dengan panggul sempit (pelvis
kecil) dibandingkan kelompok wanita dengan panggul adekuat. Dengan demikian wanita
dengan panggul sempit memiliki kemung kemungkinan juga memiliki berat badan janin
lahir yang lebih kecil juga.
Pada nullipara normal, bagian terbawah janin pada waktu aterm umumnya turun ke
dalam rongga panggul. Bila ada kesempitan pintu atas panggul penurunan bagian
terbawah janin tidak terjadi sampai setelah onset persalinan. Presentasi kepala tetap
dominan, tetapi karena kepala floating dengan bebas di atas pelvic inlet atau terletak lebih
lateral pada fossa iliaka, kekuatan yang sedikit saja dapat menyebabkan janin mengambil
presentasi lain.
15
16
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir mirip lingkaran.
Terdapat pada 45% wanita. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama dengan
diameter transversa. Jenis ini merupakan tipe panggul wanita (female type)
2. Android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Diameter transversal terbesar terletak di posterior
dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah
bawah. Terdapat pada 15% wanita. Diameter antero-posterior hampir sama dengan diameter
transversa, tetapi diameter transversa jauh lebih mendekati os sakrum, jadi bagian
belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke muka. Jenis ini
merupakan tipe panggul pria (male type)
3. Anthropoid
Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Terdapat pada
35% wanita. Diameter anteroposterior lebih besar dari diameter transversa
4. Platipelloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Terdapat pada 5% wanita.
5. Tipe Kombinasi atau Intermediate-type pelvis
Sering dijumpai jenis kombinasi panggul ini dari yang lain. Untuk menentukan jenis, bentuk,
dan ukuran-ukuran pelvis secara tepat hanyalah dapat ditentukan dengan pelvimetri
radiologik. Untuk menyebut jenis kombinasi, disebutkan jenis pelvis bagian belakang dahulu
kemudian depan. Misalnya, jenis android-ginekoid.
Tidak jarang dijumpai kombinasi keempat jenis klasik ini. Di sinilah letak kegunaan pelvimetri
radiologis, untuk mengetahui jenis, bentuk dan ukuran-ukuran pelvis secara tepat.5
17
Gambar 9. Empat tipe panggul dengan klasifikasi Caldwell-Moloy. Garis yang melintasi
diameter transversal terlebar membagi pintu atas menjadi segmen posterior dan anterior.1
18
Pemakaian sinar rontgen dibatasi penggunaannya karena pengaruhnya terhadap sel-sel gamet
janin yang masih sangat muda dan juga pada ovarium.
Penggunaan MRI lebih dipakai zaman kini dalam menentukan bentuk pelvis karena hingga saat
ini terbukti aman. Indikasi pemakaian MRI dalam anatomi maternal terutama untuk pelvimetri,
karena indikasi lainnya umumnya dapat dilakukan dengan Ultrasonografi (USG).
Bidang Hodge
Bidang-bidang Hodge digunakan untuk menentukan sampai di manakah bagian terendah
janin turun dalam panggul saat persalinan.1
Hodge I: Bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium. Dibentuk
simfisis.
Hodge III: Bidang yang sejajar dengan Hodge I dan Hodge II, terletak setinggi spina
ischiadica kanan dan kiri. Disebut juga bidang O. Kepala yang berada di atas 1 cm
disebut ( - 1 ) atau sebaliknya.
19
Hodge IV: Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I,II, dan III, terletak setinggi os
coccygis.
20
Diafragma ini menjadi batas antara pelvis dan perineum, membentuk dasar dari ruang
panggul (pelvic cavity) dan atap dari perineum.
3. Dinding Posterior (Dinding posterolateral dan atap)
Pada posisi anatomi, dinding posterior pelvis terdiri dari dinding tulang dan atap pada
midline (dibentuk dari os sacrum dan os coccyx ) dan dinding musculoligamentous
posterolateral, dibentuk oleh ligamentum-ligamentum dan articulasio sacro-iliaca serta
musculus piriformis. Medial dari musculus piriformis terdapat saraf-saraf dari plexus
sacralis dan pembuluh iliaca interna serta cabangnya.
4. Dasar Pelvis/Pelvic Diaphragm
Dasar pelvis dibentuk oleh diafragma pelvis yang berbentuk seperti mangkok (bowlshaped) atau corong (funnel-shaped) dan terdiri dari musculus levator ani dan musculus
coccygeus serta fascia-fascia yang menutupi permukaan superior dan inferior dari
muskulus-muskulus ini. Dasar pelvis memisahkan ruang panggul dari perineum diantara
pelvis minor.
Musculus levator ani adalah otot terbesar dan terpenting pada dasar pelvis. Ia melekat pada os
pubis di anterior, pada spina ischiadica di posterior, dan menebal membentuk fascia obturator
(arcus tendon dari levator ani) diantara dua tulang pada kedua sisi. Musculus levator ani terdiri
dari tiga bagian yang dibedakan sesuai dengan arah dan perlekatan serabutnya.
Musculus puborectalis: bagian paling tebal, bagian medial dari levator ani, terdiri dari
otot yang membentuk bagian dari kiri dan kanan pubis. Ia bersatu dari kiri dan kanan
untuk membentuk sengkelit otot berbentuk U (U-shaped muscular sling) dan
melingkari peralihan anorectal (anorectal junction).Bagian ini berperan penting dalam
Musculus Illiococcygeus: bagian posterolateral dari levator ani. Muncul dari arcus tendon
posterior dan spina ischiadica. Ia tipis dan tidak berkembang baik (aponeurotic)
Musculus levator ani adalah dasar yang menyangga visera pelvis pada kedudukannya. Ia sentiasa
berkontraksi setiap kalinya untuk menyangga visera abdominopelvis dan membantu pengaturan
air kecil sesuai dengan kemauan dan sebagai penyangga uterus. Ia aktif berkontraksi saat
ekspirasi yang dipaksakan, batuk, bersin, muntah, dan memfiksasi tubuh saat ekstremitas
superior dipaksakan bergerak secara bertenaga (mengangkat beban).
22
23
trigonum ini berbentuk segitiga, disebut trigonum urogenitalis (hiatus genitalis). Di dalam
trigonum ini berada uretra, vagina dan rectum.
Muskulus levator ani mempunyai peranan yang penting dalam mekanisme putaran paksi dalam
janin. Kemiringan dan kelentingan (elastisitas) otot ini membantu memudahkan putaran paksi
dalam janin. Pada otot yang kurang miring (lebih mendatar) dan kurang melenting (misalnya
pada mulitpara yang elastisitas otot berkurang), putaran paksi dalam lebih sulit.
Selain faktor otot, putaran paksi dalam juga ditentukan oleh ukuran panggul dan mobilitas leher
janin. Tumor atau lilitan tali pusat di leher janin juga mempersulit putaran paksi dalam. Dalam
diafragma pelvis berjalan nervus pudendus yang masuk ke rongga panggul melalui kanalis
Alcock, terletak antara spina iskiadika dan tuber iskii. Pada persalinan sering dilakukan
anesthesia blok pudendus, sehingga rasa sakit dapat dihilangkan pada ekstraksi cunam, ekstraksi
vakum, penjahitan rumptur perinea dan sebagainya.
Arteria dan vena yang berkalan dalam rongga panggul adalah cabang bawah dari arteria dan vena
uterine serta cabang-cabang arteria dan vena hemmoroidalis superior.
Perineum
Perineum adalah daerah yang sempit, yaitu daerah antara vagina dan anus. Pada posisi anatomis,
perineum adalah adalah bagian proksimal kedua-dua paha, namun jika kedua paha terkangkang,
perineum merupakan daerah berbentuk belah ketupat yang meluas dari symphisis pubis di
sebelah ventral ke tuber ischiadicum di sebelah lateral dan ujung os coccygis di sebelah dorsal.2
Bangunan yang membatasi perineum antara lain;
Garis penghubung antara ujung-ujung anterior kedua tuberositas ischiadicum membagi perineum
menjadi dua segitiga yang tidak sama besar.
Segi tiga anal (Anal Triangle) yang merupakan lokasi anus, terletak posterior dari garis pembatas
tadi, dan segi tiga urogenital (Urogentital Triangle) merupakan lokasi alat kelamin wanita (atau
24
scrotum dan penis pada lelaki) dan terletak anterior dari garis pembatas tadi. Titik tengah garis
itu ialah titik sentral perineum yang letaknya sesuai dengan centrum tendineum perinei di
sebelah dalam sebagai tempat lekat sentral untuk otot perineum. Ini adalah lokasi perineal body.2
Gambar 14.
Perineal body adalah daerah konvergen dan pertemuan serat dari beberapa otot, termasuk;
Bulbospongiosus
Sphincter ani externus
M.Transversus perinei superficialis dan profundus
Bagian dari otot sphincter uretra externus ,levator ani, dan fascia otot dari rectum
Perineal body sangat penting terutama pada wanita karena ia merupakan penyangga terakhir dari
viscera pelvis. Regangan dan sobekan dari lekatan otot-otot perineum dari perineal body bisa
terjadi saat partus, sehingga menyebabkan kehilangan penyangga dari dasar pelvis. Akibatnya,
terjadi prolapsus dari viscera pelvis, termasuk prolapsus vesica urinaria dan prolapsus uteri
dan/atau vagina. Pada persalinan seringkali dilakukan episiotomi (insisi operatif yang rapi) pada
perineum untuk mencegah terjadinya robekan yang tak beraturan.
25
26
Perineum Wanita
27
Pada perineum wanita, vagina menembus diafragma urogenitale, dan urethra terdapat dalam
dinding ventral vagina. Fascia perinei superficialis terdiri dari satu lapis yang mengandung
jaringan lemak dan satu lapis profunda yang berupa selaput jaringan ikat subkutan. Kedua lapis
ini bersatu pada labium mayora pudendi. Lapis yang berupa selaput ke arah medial melekat pada
symphisis pubis dan ke arah lateral pada corpus ossis pubis.2
Otot-otot perineum superfisial ialah:
Alat-alat kelamin luar yang dalam keseluruhan dikenal sebagai vulva, atau pudendum terdiri
dari;
Mons pubis
Labium mayora pudendi dan labium minora pudendi
Vestibulum vagina
Clitoris
Bulbus Vestibuli
Glandula vestibularis mayor dan glandulae vestibularis minores.
Vagina
Vagina adalah saluran musculomembran (panjang 7-9 cm), kepanjangan dari serviks uteri ke
arah vestibulum, celah di antara labia minora yang di situ terdapatnya vagina, orificium uretra
eksterna dan pembukaan dari 2 glandula vestibular. Ujung superior dari vagina mengelilingi
serviks.1
Vagina berfungsi sebagai;
Tiga otot yang menyempitkan vagina dan berlaku sebagai sphincter: musculus pubovaginalis,
diafragma urogenitale (m. sphincter uretra dan m. transversus perinei profundus) dan
m.bulbospongiosus.
28
Arah liang vagina adalah sejajar dengan arah dari pinggir simfisis ke promontorium. Arah ini
penting diketahui pada waktu memasukkan jari ke dalam vagina saat melakukan pemeriksaan
ginekologik. Bentuk vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae dan di tengah-tengahnya
ada bagian yang lebih keras, disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan ini memungkinkan
vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir.
Perdarahan Arterial
Pembuluh darah yang mengantar darah kepada superior vagina berasal dari arteria uterina. Arteri
Vaginalis yang memasok darah kepada bagian tengah dan bagian vagina lainnya berasal dari
arteri rectalis media dan arteri pudenda interna.
Penyaluran Balik darah (Vena)
Vena Vaginalis membentuk plexus venosus vaginalis pada sisi-sisi vagina dan dalam membran
mukosa vagina. Vena-vena ini mencurahkan isinya ke dalam vena iliaca interna dan berhubungan
dengan plexus venosus vesicalis, plexus uterina dan plexus rectalis
Persarafan
Saraf-saraf vagina berasal dari plexus uterovaginalis yang terletak antara kedua lembar
ligamentum latum uteri bersama arteria uterina.
29
Uterus
Uterus berbentuk seperti buah alpukat atau buar pir yang sedikit gepeng ke arah anterior
posterior. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otototot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7- 7,5 cm , lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal
dinding 1,25 cm. Letak uterus yang fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut
dengan serviks uteri.1,2
Uterus terdiri atas
fundus uteri
korpus uteri
30
serviks uteri.1,2,4
Fundus uteri adalah bagian uteri proksimal; di situ kedua tuba Fallopi masuk ke uterus. Dalam
klinis, penting untuk diketahui sampai di mana fundus uteri berada, oleh karena tuanya
kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus uteri. Korpus uteri adalah bagian
uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim. Serviks
uteri, terdiri atas ; pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan portio dan pars supravaginalis
servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina.
Ligamentum
Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis, tetapi terfiksasi dengan baik oleh
jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya.
Lig. Kardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, ligamen yang penting yang mencegah uterus
tidak turun.
Lig. Sacro-uterina kiri dan kanan, yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak
banyak bergerak. Berjalan dari serviks bagian belakang kiri dan kanan ke arah os sakrum kiri
dan kanan.
Lig. Rotundum kiri dan kanan. Ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi. Berjalan
dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan
kadang terasa sakit di daerah inguinal waktu berdiri cepat, karena uterus berkontraksi kuat
dan lig.Rotundum menjadi kencang serta mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada
lateral. Tidak banyak jaringan ikat. Kurang arti dalam memfiksasi uterus
Lig. Infundibulo-pelvikum kiri dan kanan.Ligamentum yang menahan tuba Fallopii. Berjalan
ke arah infundibulum ke dinding pelvis.
Kadang dalam persalinan terjadi perdarahan banyak oleh karena robekan serviks ke lateral
sampai mengenai cabang-cabang arteria Uterina. Robekan ini disebabkan antara lain oleh
pimpinan persalinan yang salah, persalinan dengan alat (Forseps) yang tidak dilakukan dengan
cermat.
Pembuluh darah lain yang memberi darah ke uterus ialah arteria Ovarika kiri dan kanan.
Inervasi uterus
Inervasi uterus terutama terdiri atas sistem saraf simpatetik dan untuk sebagian terdiri atas
parasimpatetik. Sistem parasimpatetik berada dalam panggul sebelah kiri dan kanan os sacrum,
berasal dari saraf sacral 2,3 dan 4 yang selanjutnya memasuki pleksus Frankenhauser. Sistem
simpatik masuk ke rongga panggul sebagai pleksus hipogastrikus melalui bifurkasio aorta dan
promontorium terus ke bawah menuju pleksus Frankenhauser. Kedua-dua sistem simpatik dan
parasimpatik mengandung unsur motorik dan sensorik. Kedua sistem bekerja antagonistik. Saraf
simpatik menimbulkan kontraksi dan vasokonstriksi, sedangkan yang parasimpatik sebaliknya,
mencegah kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi.
33
TINJAUAN PUSTAKA
34
DIAGNOSIS KEHAMILAN
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi
atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu
40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi
dalam 3 trimester, di mana trimester ke satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke40).1
Untuk melakukan asuhan antenatal yang baik, diperlukan pengetahuan dan kemampuan untuk
mengenali perubahan fisiologik yang terkait dengan proses kehamilan. Perubahan tersebut
mencakup perubahan produksi dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomik dan fisiologik
selama kehamilan. Pengalaman dan pemahaman tentang perubahan fisiologik tersebut menjadi
modal dasar dalam mengenali kondisi patologik yang dapat mengganggu status kesehatan ibu
ataupun bayi yang dikandungnya. Dengan kemampuan tersebut, penolong atau petugas
kesehatan dapat mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk memperoleh luaran yang
optimal dari kehamilan dan persalinan.1
Perubahan Fisiologik dan Hormonal dalam Kehamilan
Penentuan dan dugaan terhadap kehamilan sangat terkait dengan pengetahuan tentang fisiologi
awal kehamilan. Pengenalan ini juga penting bagi penapisan terhadap kelainan yang mungkin
terjadi selam akehamilan.
Tanda-tanda presumtif adalah perubahan fisiologik pada ibu atau seorang perempuan yang
mengindikasikan bahwa ia telah hamil. Tanda-tanda tidak pasti atau terduga hamil adalah
perubahan anatomik dan fisiologik selain dari tanda-tanda presumtif yang dapat dideteksi atau
dikenal oleh pemeriksa. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah data atau kondisi yang
mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan
direkam oleh pemeriksa (misalnya denyut jantung janin, gambaran sonogram janin dan gerakan
janin).
Tanda dan Gejala Kehamilan
35
Tanda dan gejala kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu tanda pasti kehamilan, tanda
kemungkinan hamil dan tanda dugaan hamil.1
Tanda Pasti Kehamilan1
A. Pemeriksaan obstetri
Beberapa tanda pasti kehamilan yang didapatkan dari pemeriksaan obstetri yaitu:
1. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Pada keadaan normal DJJ berkisar antara 120-160 per menit. DJJ dapat didengar dengan
fetostetoskop mulai kehamilan 17-19 minggu atau dengan alat Doppler mulai kehamilan
10-12 minggu.
Cara untuk mengetahui DJJ:
a. Didengar dengan stetoskop monoral Laennec
b. Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
c. Dicatat dengan feto-elektrokardiogram
d. Dilihat dengan USG
Pada kehamilan lanjut, dapat didengar beberapa bunyi dan bising selain DJJ, sebagai berikut:
a. Bising tali pusat
Bising tali pusat terdengar sebagai bunyi meniup yang sinkron dengan nadi fetus dan
disebabkan karena tali pusat tertekan. Bising akan hilang jika sikap ibu berubah.
b. Bising rahim
Bising rahim terdengar sinkron dengan nadi ibu dan biasanya terdengar pada bagian
bawah rahim. Bising rahim disebabkan karena darah melalui vasa uterine yang
membesar. Bising ini juga terdengar jika vaskularisasi uterus sangat bertambah, misalnya
pada miom yang besar atau neoplasma ovarii yang besar.
c. Bising usus
Bising usus disebabkan oleh adanya udara atau cairan yang melalui usus ibu.
d. Bunyi aorta
Bunyi aorta terdengar sinkron dengan nadi ibu
36
fetus
masih
hidup,
pada
kehamilan
muda
kadang-kadang
dapat
terlihat
elektrokardiogram fetus.
D. Pemeriksaan radiologi
Pada kehamilan 14 minggu fokki ossifikasi fetus sudah dapat terlihat. Rontgenografi
terutama dikerjakan jika fetus telah meninggal.
Tanda-tanda Kemungkinan Hamil1
A. Tanda Hegar
Pada periksa bimanual dengan meletakkan 2 jari pada forniks posterior dan tangan lainnya
pada dinding perut di atas simfisis pubis, maka korpus uteri seolah-olah terpisah dari serviks
uteri karena isthmus uteri yang sangat lembek. Tanda ini disebut tanda Hegar dan terdapat
kira-kira pada kehamilan antara 6-8 minggu setelah menstruasi terakhir.
37
B. Tanda Goedel
Pada kehamilan antara 6-8 minggu serviks uteri biasanya teraba lembek sekali, yang disebut
tanda Goedel. Pemakaian kontrasepsi estrogen-progestin dapat menyebabkan serviks uteri
menjadi lembek, sedang kehamilan dengan inflamasi atau karsinoma servisis uteri, serviks
uteri tetap kaku.
C. Kontraksi Braxton Hicks
Uterus gravidus yang berkontraksi tidak teratur dan tanpa disertai rasa nyeri disebut kontraksi
Braxton Hicks, pada perabaan uterus yang lembek menjadi keras. Kontraksi uterus yang
serupa kadang-kadang terdapat hematometra dan juga pada mioma uteri yang lembek.
Adanya kontraksi Braxton Hicks pada kehamilan berarti kehamilan bukan kehamilan
ektopik.
D. Tanda Piskacek
Tanda Piskacek ialah suatu pembesaran uterus yang tidak rata karena uterus tumbuh cepat
pada tempat implantasi zigot. Tanda Piskacek seringkali sukar dibedakan dengan kehamilan
ektopik pada pars intersisialis tuba yang belum terganggu.
E. Ballotemen
Pada kehamilan 20 minggu fetus masih kecil dibanding dengan banyaknya air ketuban
sehingga fetus akan melenting di dalam uterus jika uterus sekonyong-konyong ditekan atau
digoyangkan, keadaan ini disebut ballotemen. Karena seluruh badan fetus yang melenting,
maka ballotemen ini disebut ballotemen in toto untuk membedakan dengan ballottement
yang ditimbulkan kepala fetus saja pada kehamilan yang lebih lanjut.
F. Pembesaran perut
Setelah kehamilan 12 minggu uterus biasanya dapat diraba dari luar di atas simfisis pubis dan
perut tampak mulai membesar. Tinggi fundus uteri pada tiap kehamilan sebagai berikut:
-
Akhir bulan ke 10 : 1-2 jari di bawah arkus kostarum atau setinggi akhir bulan ke 8
G. Uji endokrin
Adanya khoriogonadotropin (hCG) di dalam plasma dan urine ibu merupakan dasar untuk
melakukan uji kehamilan, tetapi uji kehamilan ini bukan merupakan petunjuk absolut tentang
ada tidaknya suatu kehamilan. Terdapat beberapa macam uji kehamilan, antara lain:
1. Reaksi biologik
Uji kehamilan dengan reaksi biologik, misalnya Aschheim-Zondek, Galli Mainini,
Friedman dan lain lain.
2. Reaksi imunologik
Uji kehamilan dengan reaksi imunologik, misalnya pregnostikon, prognosis, gestate,
gravindeks dan lain lain.
Baik reaksi biologis maupun imunologis dapat menimbulkan kesamaan reaksi, yaitu
reaksi yang disebabkan hCG yang dibentuk trofoblast dan reaksi yang disebabkan LH
yang dihasilkan hipofisis.
Jika uji hormonal sangat sensitif, maka kadar hCG yang sangat sedikit mungkin akan
memberi hasil positif, disebut uji kehamilan negatif palsu, yang disebabkan hormon
gonadotropin yang bertambah di dalam plasma dan di dalam urine.
Sebaliknya jika uji hormonal kurang sensitif, maka hasil positif palsu karena LH dapat
dihindari, tetapi beberapa kehamilan tidak menunjukkan hasil positif, disebut uji
kehamilan negatif palsu, karena kadar hCG yang sedikit, misalnya pada kehamilan
beberapa hari pertama atau setelah kehamilan 4 bulan.
Uji hormonal yang sensitif dan yang tidak menunjukkan reaksi silang dengan LH adalah
reaksi radioimunologik. Reaksi radioimunologik menggunakan antibody terhadap subunit hCG yang spesifik, reaksi ini menunjukkan hasil positif pada kehamilan
sedikitnya 1 minggu sebelum menstruasi yang akan datang.
3. Estrogen-progesteron
39
Uji kehamilan dengan memberi estrogen-progesteron tidak dianjurkan lagi karena ibu
dalam keadaan hamil muda, maka hormon yang mengandung ethinilestradiol dan
norethisteron asetat atau ethisteron akan menambah kemungkinan terjadinya anomali
kongenital.
Tanda-tanda Dugaan Hamil 1
A. Tanda-tandanya antara lain;
1. Amenorrhea
Seorang ibu yang sehat, yang sebelumnya dengan menstruasi teratur, kemudian
menstruasinya mendadak berhenti 10 hari atau lebih merupakan dugaan kuat adanya
kehamilan, tetapi sebaliknya terlambat menstruasi dapat juga disebabkan oleh anovulasi
yang diakibatkan beberapa faktor, misalnya emosi, terutama takut hamil, obat-obat opioid
dan dopaminergik, penyakit endokrin, perubahan lingkungan dan penyakit kronik.
Berhentinya menstruasi disebabkan oleh kenaikan kadar estrogen dan progesteron yang
dihasilkan oleh corpus luteum. Keadaan ini mempunyai arti penting dalam dugaan
kehamilan hanya bila siklus haid sebelumnya berlangsung secara teratur dan spontan.
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP), yang dihitung dengan menggunakan
rumus dari Naegele; TTP = (hari pertama HT + 7) dan bulan HT-3 serta tahun HT+1
2. Perubahan pada mammae dengan keluarnya kolostrum, terutama pada primigravida.
Payudara membesar, tegang (mastodinia) dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen
dan progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery
terlihat lebih besar. Pembesaran kelenjar sebaseus sirkumlakteal (Montgomerys tubercle)
pada kehamilan 6 8 minggu. Sekresi kolustrum setelah kehamilan 16 minggu.
40
B. Keluhan ibu
41
1. Mual dengan atau tanpa muntah, 50% diderita oleh ibu hamil biasanya timbul mulai pagi
hari pada minggu ke 6 setelah menstruasi terakhir dan hilang spontan 6-12 minggu
kemudian. Mual dan muntah sering terjadi pada pagi hari sehingga disebut morning
sickness. Derajat keluhan dapat dipengaruhi oleh ketegangan emosi. Bila mual dan
muntah terlalu sering disertai dengan dehidrasi dan ketonuria sehingga mengganggu
aktivitas keseharian pasien disebut hiperemesis gravidarum. Keadaan ini memerlukan
perawatan intensif di Rumah Sakit. Keluhan mual disebabkan oleh kenaikan kadar hCG
dimana pada trimester I kadar hCG dapat mencapai 100 mIU/ml
2. Ibu merasa adanya gerakan fetus pada kehamilan antara 16-20 minggu
3. Gangguan kencing. Ibu hamil seringkali kencing karena uterus yang membesar pada
kehamilan trimester I akan menekan vesika urinaria, yang kemudian keluhan akan
berkurang karena uterus naik ke dalam rongga perut, dan akhirnya keluhan akan timbul
lagi pada akhir kehamilan karena bagian terbawah fetus turun ke dalam panggul
4. Mudah lelah, mengidam, tidak tahan suatu bau-bauan, pingsan, anoreksia
5. Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.
Diagnosis Banding Kehamilan1,6,7
Beberapa keadaan sering disalahartikan sebagai suatu kehamilan karena memiliki tanda dan
gejala yang persis sama dengan kehamilan. Contoh keadaan yang menjadi diagnosis banding
kehamilan yaitu:
1. Hamil palsu (pseudocyesis = kehamilan spuria): gejala-gejala dapat sama dengan kehamilan
seperti amenorea, perut membesar, mual,muntah,air susu keluar dan bahkan wanita ini
mersakan gerakan janin. Namun,pada pemeriksaan uterus tidak membesar, tanda-tanda
kehamilan lain dan reaksi kehamilan negatif.
2.
Mioma uteri: perut dan rahim membesar,namun pada perabaan,rahim terasa padat, kadang
kala berbenjol-benjol.tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda-tanda kehamilan
lainnya.
3.
Kista ovarii: perut membesar bahkan makin bertambah besar namun pada pemeriksaan
dalam rahim teraba sebesar biasa. Reaksi kehamilan negatif, tanda kehamilan lain negatif.
4.
5. Hematometra: uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan hymen imperforata,
stenosis vagina dan serviks.
Tabel 1. Perbandingan Antara Primipara Dan Multipara1,6,7
Primipara
Multipara
Perut
Pusat
Rahim
Payudara
Tegang
Menonjol
Tegang
Tegang, tegak
Labia
Himen
Vagina
Serviks
Bersatu
Koyak beberapa tempat
Sempit dengan rugae utuh
Licin, lunak, tertutup
Pembukaan
Perineum
43
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh karena telah terjadi perubahan akibat
kehamilan, yang bersumber dari perubahan hormonal. Perubahan system hormonal ini dapat
memperberat penyakit ibu yang diderita sebelumnya sehingga saling mempengaruhi antara
kehamilan dan penyakitnya. Selain itu, dasar keadaan umum sebelum hamil merupakan
bagian penting karena akan mempengaruhi tumbuh kembangnya janin.
Pemeriksaan fisik ibu hamil dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pemeriksaan umum:
-
Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan jantung
Palpasi: Leopold
Auskultasi: DJJ
3. Pemeriksaan penunjang
44
Pemeriksaan USG: umur kehamilan, kelainan kongenital, air ketuban, posisi janin dan
jenis kelamin, pelvimetri.
Tes kehamilan.
Tes kehamilan
1) Pemeriksaan hormon korionik gonadotropin (hCG) dalam urin
Pada saat terjadi kehamilan terdapat reaksi silang antara LH dengan -subunit hCG pada tes
kehamilan. hCG dihasilkan oleh sinstiotrofoblas sejak hari ke 8 pasca fertilisasi dan
terdeteksi pada hari ke 9. Puncak kadar hCG urine adalah pada sekitar hari ke 90. Waktu
paruh hCG yaitu selama1.5 hari. Kadar hCG serum dan urine pada situasi normal kembali ke
nilai sebelum kehamilan
Gambar 4. Penurunan kadar hCG setelah persalinan atas dasar waktu-paruh 1.5 jam1,6,7
2) Tes Imunologi
a. Tes imunologi dilakukan atas dasar sifat antigen dari polipeptida protein hCG.
b. Testing time. Testing time dilakukan 2 menit sampai dengan 2 jam dan sensitivitas
bervariasi antara 250 3500 mIU/ml tergantung pada pabrik pembuatan. Sebagian besar
tes, menunjukkan hasil positif 4 7 hari pasca amenorea. Ketepatan berubah oleh karena
proteinuria yang menyebabkan inaktivasi agglutinasi anti-hCG. Penyakit imunologi yang
menyebabkan reaksi positif palsu akibat adanya interaksi antara IgM dengan reagen.
c. Kadar LH tinggi ( rangsangan pada hipofise anterior atau penggunaan obat penenang)
menyebabkan reaksi positif palsu.
d. Pasca ooforectomi, menopause, hipotiroidisme atau gagal ginjal dapat menunjukkan hasil
positif palsu.
45
Metode
Koagulasi
langsung
Bahan
Partikel latex yang
dilapisi oleh anti hCG +
serum atau urine
Anti hCG + serum atau
urineditambah
Eritrosit yang sudah di
sensitisasiatau
Inhibisi
koagulasi
Hasil
Pemeriksaan
Koagulasi bila
terdapat hCG
(kehamilan +)
Koagulasi bila
tidak terdapat
hCG ( kehamilan
) ; inhibisi
terjadi bila
terdapat hCG
( kehamilan + )
46
BAB III
48
KESIMPULAN
Jalan lahir terdiri dari atas panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan
introitus (tulang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan otot dasar panggul,
ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.
Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh karena itu
ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan di mulai.
Diagnosis kehamilan dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat menemukan
tanda dan gejala kehamilan sehingga diagnosis kehamilan dapat ditegakkan. Tanda dan gejala
kehamilan terbagi tiga menjadi tanda pasti kehamilan, kemungkinan hamil dan dugaan
kehamilan. Tanda pasti kehamilan yaitu DJJ, adanya gerakan janin, bagian janin terlihat pada
USG. Tanda kemungkinan hamil yaitu tanda Hegar, tanda Goedel, kontraksi Braxton Hicks,
tanda Piskacek, Ballotemen, pembesaran perut, uji endokrin. Tanda dugaan hamil yaitu
amenorrhea, perubahan pada payudara, tanda Chadwick, adanya stria dan hiperpigmentasi kulit,
morning sickness, gangguan miksi dan konstipasi.
BAB IV
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Anatomi Jalan Lahir. Ilmu Kebidanan edisi Keempat. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo 2008.hal 188- 204
2. Moore KL, Dalley AF. Pelvis and Perineum in Clinical Oriented Anatomy 5th ed.
Lippincot Williams and Wilkins.US 2006.page 357-471
3. Hanretty KP. Obstetrical Anatomy in Obstetrics Illustrated 6th ed.Churchill
Livingstone.London 2006. Page 37-52
4. Cunningham F.G. Anatomy of Reproductive Tract. Williams Obstetrics 21st ed.PracticeHall international, Inc USA 2001. Page 28-57.
5. Berek, Jonathan S. Anatomy of pelvis. Berek & Novals Gynecology 14th ed.Lippincot
William and Wilkins. USA 2006. page 76-100
6. Manuaba, I.B.Gde, Manuaba, I.A. Chandranita, dan Manuaba I.B.G. Fajar. 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
7. Mochtar, Rustam. 2000. Sinopsis Obstetri. Jakarta:EGC
50