You are on page 1of 17

REFERAT

KARSINOMA SEL TRANSISIONAL PADA VESICA URINARIA

Disusun Oleh:
Hafidh Riza Perdana

G1A013093

Bellindra Putra H

G1A013094

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2014

LEMBAR PENGESAHAN
KARSINOMA SEL TRANSISIONAL PADA VESICA URINARIA

Oleh:
Hafidh Riza Perdana

G4A013093

Bellindra Putra H

G4A013094

Disusun untuk memenuhi tugas


Bagian Bedah Urologi
pada Program Profesi Dokter
Stase Bedah
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

Diterima dan disahkan


Purwokerto,

Januari 2015

dr Tri Budiyanto, Sp U

BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma buli atau karsinoma pada vesica urinaria merupakan tumor yang paling
sering terjadi pada traktus urinarius. Hampir semua kanker veskia urinaria berasal dari
urotelium (sel epitel traktus urinarius), yang normal terdiri dari 3-7 lapisan, meliputi basal
cell , intermediate cell dan superficial cell. Pada lapisan paling superfisial terdapat sel
payung. Urotelium terletak pada lamina propria membrane basalis. Pada lamina propria ini
terdapat tunika muskularis mukosa yang terdiri dari otot polos. Pada karsinoma urotelial,
lapisan inilah yang mengalami degenerasi atau proses keganasan.
Karsinoma sel transisional atau karsinoma uroterial merupakan jenis karsinoma buli
yang paling sering dijumpai dengan angka insidensi mencapai 90%, disusul karsinoma sel
skuamosa pada urutan kedua dengan angka insidensi 8-10%. The American Cancer Society
melaporkan ada 72.570 kasus kanker vesica urinaria yang baru terdiagnosis pada 2013 dan
15.210 diantara akan meninggal karena penyakit tersebut. Insidensi kanker vesica urinaria
meningkat sesuai dengan pertambahan usia, dengan median usia terdiagnosis adalah 65
tahun. Di Amerika Serikat, kanker vesica urinaria berada di urutan keempat dalam kanker
yang paling banyak menyerang pria, setelah kanker prostat, paru dan kanker kolorektal. Di
Indonesia sendiri belum ditemukan angka kejadian pasti.
Di dunia, setiap tahunnya ditemukan 275.000 pasien baru yang terdiagnosis kanker
vesica urinaria dan 108.000 diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut, dan 90%
diantaranya merupakan karsinoma sel transisional. Kanker vesica urinaria yang masih dalam
tahap awal memiliki prognosis lebih baik dan tatalaksana yang lebih efektif, meskipun pasien
harus dipantau dengan teliti setelah pemberian terapi, sebab peluang kekambuhannya sekitar
50-80%.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

Definisi dan Batasan


Karsinoma buli merupakan kanker yang berada di buli atau vesica urinaria,
suatu organ berbentuk seperti balon yang berfungsi untuk menampung urin. 90%
karsinoma buli merupakan karsinoma sel transisional. Disebut karsinoma sel
transisional karena sel kanker muncul dari epitel transisional, yang merupakan epitel
utama penyusun organ traktus urinarius, termasuk vesica urinaria.
Secara umum karsinoma vesika urinaria dibagi menjadi karsinoma superfisial
dan karsinoma infiltratif atau invasif.

Disebut karsinoma superfisial bila proses

keganasan terjadi hanya sebatas lapisan subepitelial atau submukosa dan belum
mencapai lapisan otot dari buli. Apabila sudah mencapai lapisan otot, disebut sebagai
karsinoma infiltratif. Pada saat diagnosis awal, lebih kurang 70 % kasus karsinoma
vesika urinaria adalah karsinoma superfisial, 25 % karsinoma infiltratif dan sisanya
5% pada saat diagnosis sudah mengalami metastasis

Karsinoma superfisial

mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk mengalaini. rekurensi dan progresi.


Rekurensi terjadi pada 50 70 % kasus sedangkan progresi terjadi pada 10 -15 %
kasus.
II.

Faktor Risiko
Lebih dari 80% karsinoma urotelial vesica urinaria berhubungan dengan paparan
lingkungan. Penggunaan tembakau merupakan penyebab paling sering ditemukan.
Faktor risiko yang diduga sebagai penyebab karsinoma buli adalah :
1. Rokok
Rokok mempunyai peran yang besar pada karsinoma vesika urinaria, lebih dari 50
% kasus karsinoma vesika urinaria terjadi pada perokok Nitrosainine, 2naphthylainine, dan aininopbiphenyl merupakan bahan-bahan karsinogenik yang
terdapat dalam rokok , Alpha dan beta naphthylainine disekresikan dan terdapat
dalam urin perokok
2. Aromatic amines
Aromatic amines merupakan bahan-bahan karsinogen yang poten Pekerja yang
bekerja pada industri kimia, karet, ininyak, kulit dan cat mempunyai resiko yang
lebih besar untuk terjadi karsinoma vesika urinania, Periode laten antara paparan
dan kejadian karsinoma vesika urinaria membutuhkan waktu yang lama ,
3. Analgesik yang berlebihan (phenacetin)
4

N Hydroxy yang merupakan metabolit phenacetin, dapat ineyebabkan tumor


urothelial
4. Radiasi pelvis
Insidensi meningkat 2-3 kali lipat pada wanita dengan keganasan servik uteri yang
mendapat terapi radiasi
5. Regimen kemoterapi intravesikal (siklofosfamid)
Paparan axrolein yang merupakan metabolit siklofosfamid yang terdapat dalam
urin akan meningkatkan risiko untuk terjadinya karsinoma vesika urinaria sampai
6.
7.
8.
9.

9 kali lipat
Kopi
Pemanis buatan
Infeksi kronis (bakteri, virus, jamur ataupun parasit)
Genetik
Mutasi gen tumor supresor p53 yang terdapat pada kromosom 17, berhubungan
dengan karsinoma vesika urinania high grade dan karsinoma in situ. Mutasi gen
tumor supresor p15 dan p16 yang terdapat pada kromosom 9 berhubungan dengan
low grade dan tumor superfisial. Mutasi dan rubidium (Rb) yang merupakan gen
tumor supresor Meningkatnya ekspresi gen epidermal growth dan erb B-2
onkogen, dan mutasi onkogen p21 ras, c-mye dan c-jun.

III.

Patofisiologi
Bahan-bahan karsinogenik yang terdapat dalam urin berperan dalam proses
terjadinya karsinoma vesika urinaria superfisial. Ada beberapa karsinogen yang telah
berhasil diidentifikasi, adalah ainin aromatik spesifik atau nitrosainin. Ainin aromatik
spesifik ini mudah diabsorpsi oleh kulit dan mukosa, kemudian masuk kedalam aliran
darah dan dimetabolisir di hepar akhirnya dkeluarkan lewat unin, Di dalam urin bahan
ini menyebabkan kerusakan DNA dan sel urotelial. Hal ini akan menginisiasi mutasi
gen dan perubahan regulasi pertumbuhan sel epitel pada vesica urinaria.
Karsinoma sel transisional muncul dari stem cells yang berdekatan dengan
membrana basalis dari permukaan epitel. Pada keganasan ini terjadi proliferasi
abnormal urotel (sel transisional) buli, perubahan maturasi sel, peningkatan rasio intisitoplasma, inti sel yang lebih prominen serta penambahan jumlah mitosis. Pola
pertumbuhannya dapat berbentuk papiler, sessile (solid), infiltratif, nodular, mixed
serta pertumbuhan intaepitelial yang datar (flat). 70% tumor buli berbentuk papilar,
10% berbentuk nodular dan 20% berbentuk mixed. Tumor berbentuk papiler akan
menonjol ke lumen, dan apabila tidak dilakukan pengobatan, pada akhirnya sel tumor
akan menginvasi lapisan lamina propria dan dapat menembus lapisan muskulus dan
5

dapat bermetastasis. Karsinoma urotelial memiliki potensi yang besar untuk menjadi
ganas, oleh karena itu dapat mengandung spindle cell, squamous cell ataupun
adenocarcinoma. Penyebarannya dapat secara limfatik, hematogen dan implantasi
secara langsung.
Sekitar 10% karsinoma sel transisional dapat berkembang menjadi carcinoma in
situ (CIS). CIS diawali lesi prekursor flat urothelial, dan dapat memberikan gambaran
mukosa buli yang eritematous dan seringkali tidak tampak secara endoskopik.
Gambaran histopatologi biasanya adalah karsinoma sel transisional dengan poorly
differentiated grade. Pemeriksaan sitologi urine memberikan hasil yang positif pada
80%-90% penderita. CIS didapatkan pada 20-75% penderita karsinoma buli jenis
high grade.
IV.

Klasifikasi
Karsinoma sel transisional dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan
stadiumnya, dengan menggunakan klasifikasi TNM.
1. Klasifikasi TNM AJCC/UICC 2002
Tumor primer
Tx Tumor primer tak ditemukan
T0 Tidak ada tumor primer
Ta Karsinoma papiler noninvasive
Tis Karsinoma in situ flat tumor
T1 Tumor menginvasi jaringan ikat subepitelial
T2 Tumor menginvasi otot
T2a Tumor menginvasi otot superficial (inner half)
T2b Tumor menginvasi otot lapisan dalam (outer half)
T3 Tumor menginvasi jaringan perivesika
T3a secara miskoskopik
T3b secara makroskopik (massa ekstravesika)
T4 Tumor telah menginvasi salah satu dari: prostate, uterus, vagina, dinding
pelvis, dinding abdomen.
T4a Tumor menginvasi prostat, uterus, vagina
T4b Tumor menginvasi dinding pelvis, dinding abdomen
N Kelenjar getah bening regional (true pelvis, dibawah bifurcasio arteri
iliaka komunis)
Nx

Kelenjar getah bening regional tidak dapat ditentukan

N0

Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional


6

N1

Metastasis pada satu kelenjar ukuran < 2 cm

N2

Matastasis pada kelenjar tunggal atau multipel ukuran 2 5 cm

N3

Metastasi pada kelenjar ukuran > 5 cm

M Metastasis jauh
Mx

Metastasis jauh tak dapat ditentukan

M0

Tidak ada metastasis jauh

M1

Metastasis jauh

Grading :
Grade 1 : diferensiasi baik
Grade 2 : diferensiasi sedang
Grade 3 : diferensiasi buruk
Stadium
Stadium 0a Ta

N0

M0

Stadium 0is Tis

N0

M0

Stadium I

T1

N0

M0

Stadium II

T2a,b N0

M0

Stadium III T3a,b N0

M0

T4a

N0

M0

Stadium IV T4b

N0

M0

Any T N1,N,N3

M0

Any T Any N

M1

V.

Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis 80-90 % pasien mengeluh hematuria, baik itu gross
hematuria maupun inikroskopik hematuria, intermiten dan tidak terasa nyeri
(painless). Gejala iritatif berupa frekuensi, urgensi, nokturia dan disuria dapat
terjadi pada pasien- pasien dengan karsinoma in situ , Keluhan berupa nyeri yang
tumpul pada pinggang, perubahan pola buang air besar atau teraba masa bisa
merupakan gejala awal dan karsinoma vesika urinaria invasif. Kadang-kadang
dapat terjadi hidrorefrosis yang dapat menyebabkkan rasa pegal dan tidak nyaman
pada pinggang maupun insufisiensi ginjal akibat obstruksi ureter.
Gejala tersering kanker buli adalah painless hematuria, ditemukan 85%
penderita. Keluhan tersebut biasanya muncul secara intermiten. Gejala lain adalah
iritasi buli sebanyak 25%. Keluhan frekuensi, urgensi dan disuria yang sering
dihubungkan dengan Tis difus atau karsinoma buli invasif. Semua gejala tersebut
disertai oleh sedikitnya mikroskopik hematuria. Gejala lainnya adalah nyeri
pinggang karena obstruksi ureter, udem ekstremitas bawah, dan massa di pelvis.
Pada stadium lanjut disertai gejala penurunan berat badan, nyeri tulang atau
abdomen.
2. Pemeriksaan Fisik
Tidak ditemukan kelainan pada hampir semua penderita tumor buli. Pasien
dengan tumor terbatas pada mukosa atau submukosa umumnya pemeriksaan
8

fisiknya normal. Perlu dilakukan pemeriksaan pelvis bimanual secara seksama


untuk mencari adanya massa atau indurasi pada palpasi. Pasien dengan tumor buli
yang besar atau stadium lanjut mungkin ditemukan nyeri abdomen, massa bulibuli atau indurasi. Pada pasien-pasien dengan tumor infiltratif atau volume tumor
yang besar bisa teraba massa tumor berupa indurasi di daerah suprapubik pada
pemeriksaan bimanual yang dilakukan secara hati-hati dalam stadium anestesi
Pemeriksaan bimanual dilakukan sebelum dan sesudah tindakan endoskopi
(TURBT) dan mempunyai nilai klinis dalam menentukan staging awal . Pada
pemeriksaan bimanual sebelum TUR teraba masa tetapi setelah TUR masanya
hilang , secara klinis stadium T2, apabila massa masih dapat dipalpasi stadium
T3a atau lebih tinggi . Hal ini disebabkan oleh karena tumor melakukan infiltrasi
secara lokal. Tumor yang masih bisa digerakkan (mobile) masuk dalam stadium
dibawah T3b, bila tumor tidak dapat digerakkan masuk dalam stadium T4, Pada
tumor yang telah mengalaini metastasis mungkin didapatkan hepatomegali atau
limpedema, oleh karena oklusi pada kelenjar limpe pelvikal.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Meliputi pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin,
pemeriksaan fungsi hati, urinalisis, kultur urin (pada kasus-kasus tertentu),
golongan darah, waktu perdaraian dan pembekuan. Beberapa pemeriksaan khusus
untuk karsinoma sel transisional adalah:
1) Sitologi urin
Sampel urin diperiksa dibawah inikroskop untuk melihat ada tidaknya
sel kanker yang mengalami eksfoliasi dalam urin. Sampel didapatkan
dengan membilas kandung kencing dengan Naci 0,9 % melalui kateter
atau sistoskop dan kemudian diperiksa dibawah inikroskop. Pemeriksaan
sitologi urin bisa digunakan sebagai sarana skrining dan menilai respon
terapi. Pemeriksaan sitologi sebaiknya dilakukan pada seluruh pasien
dengan kecurigaan karsinoma buli.
Pemeriksaan ini memiliki keterbatasan yaitu hasilnya kurang baik pada
penderita tumor berdiferensiasi baik dengan kepekaaan hanya 30%, pada
tumor berdiferensiasi buruk atau karsinoma in situ masih terdapat false
negatif sebesar 20%. Untuk meningkatkan kepekaan pemeriksaan sitologi
urin dapat dilakukan bladder washing secara mekanik dengan normal salin.
Tindakan ini memberikan hasil positif 10% pada tumor grade 1, 50% pada
tumor grade 2 dan 90% pada penderita tumor grade 3. Pemeriksaan ini

dilakukan pada urin pasien yang telah mendapat hidrasi yang cukup
sehingga didapatkan spesimen yang adekuat.
2) Flow Cytometri
Pemeriksaan ini dapat menentukan kelainan kromosom dan sel tumor.
3) Assay Urin
Seperti disebutkan sensitifitas sitologi urin tergantung dan bermacammacam

faktor antara lain dan adekuat tidaknya sampel, stadium dan

derajat deferensia tumor dan pengalaman dan sitopatologis. Oleh karena itu
sekarang dikembangkan assay urin, inisalnya BTAstat test, NMP 22, FDP,
Telomerase dan. analisis inikrosatelit. Semua pemeriksaan ini digunakan
untuk mendeteksi dan surveilens karsinoma vesika urinaria terutama jenis
karsinoma sel transisional.
BTAstat test adalah pemeriksaan imunokromatografi yang digunakan
untuk mendeteksi adanya bladder tumour antigen (BTA) di dalam urin.
Antigen yang dideteksi adalah human complement factor-H related protein
NINIP-22 (Nuclear matrix protein-22) adalah aparatus protein yang
berperan

dalam initosis inti sel dan terlibat dalam distribusi kromatin sel.

NMP-22 ada di semua

jenis sel terutama di matrik inti sel. NMP-22

dilepaskan oleh inti sel tumor selama apoptosis. NMP-22 didapatkan dalam
urin penderita karsinoma vesika urinania 25 kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang normal

Telomerase adalah suatu enzim

ribonukleoprotein yang inaktif pada sel epitelial normal tetapi reaktifpada


sel kanker.
4. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan pencitraan (imaging) digunakan untuk staging. Pada pemeriksaan
ini dapat diketahui infiltrasi tumor ke muskulus detrusor, ada tidaknya metastasis
baik regional maupun jauh dan evaluasi traktus urinarius bagian atas, karena pada
4 % kasus karsinoma vesika urinaria juga ditemukan karsinoma sel transisional
pada traktus urinarius bagian atas
Pemeriksaan urografi intravena (IVU/IVP) diindikasikan pada semua pasien
dengan kecurigaan keganasan buli. Pemeriksaan ini tidak terlalu sensitif terutama
pada tumor berukuran kecil. Tetapi pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui
apakah ada keterlibatan saluran kemih bagian atas pada tumor urotelial yang dapat
mempengaruhi pilihan tata laksana. Tumor yang besar akan terlihat sebagai filling
defect pada fase sistogram atau hanya sekitar 50% penderita saja. Pembesaran buli
yang tidak simetris juga mencurigakan keganasan. Penyebab lain filing defek
10

adalah adanya bekuan darah, lipatan buli karena belum penuh atau karena desakan
organ ekstravesika. Untuk meningkatkan sensitivitas pemeriksaan tersebut harus
dibuat foto fase awal pengisian, saat buli penuh dan fase pengosongan buli-buli.
Bila terdapat gambaran obstruksi ureter dan hidroneprosis sering menandakan
tumor sudah menginvasi otot detrusor yang terbukti pada sekitar 90% penderita
karsinoma sel transisional.
Pyelografi intravena masih merupakan pemeriksaan standar yang digunakan
untuk evaluasi keluhan hematuria. Pada karsinoma vesika urinaria pyelografi
intravena memberikan gambaran filling defek, USG dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya tumor vesika urinaria dan adanya gangguan pada traktus
urinarius bagian atas.
Foto thorak merupakan pemeriksaan rutin yang harus dilakukan pada semua
pasien terutama pada pasien-pasien yang didiagnosis karsinoma vesika urinaria,
untuk menilai ada tidaknya metastasis ke paru. Scaning tulang dilakukan untuk
evaluasi adanya penyebaran sel tumor ke tulang, kelainan faal hati dan
peningkatan alkalin fosfatase
Pemeriksan lain adalah CT Scan dan MRI . Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menilai luasnya invasi tumor ke dinding vesika urinaria dan menilai ada tidaknya
pembesaran kelenjar limfe didaerah pelvis. Dengan CT scan abdomen dapat
diketahui ekstensi tumor ke organ lokal ekstravesika juga menilai kelenjar getah
bening pelvis dan paraaorta serta metastasis ke organ visceral.

11

5. Pemeriksaan Patologi Anatomi


Tampak tumor ganas yang tumbuh berpapil-papil,

juga terlihat pada

pemeriksaan mikroskopik, sehingga tampak jaringan ikat di antara kelompok sel


ganas yang meliputi jaringan ikat tersebut. Epitel transisional tersusun atas sel-sel
lonjong, besar dengan inti pleimorfik, basofilik, sitoplasma sedikit, yang
memberikan gambaran ganas.

VI.

Penatalaksanaan
Hampir 80% tumor buli saat pertama kali didiagnosis berada dalam kondisi ini
dan hanya 10-20% yang akan berkembang menjadi lesi invasive. Yang termasuk
dalam kategori ini adalah tumor terbatas pada mukosa (Ta), telah menginvasi lamina
propria (T1) dan karsinoma insitu (Tis). Terapi standar untuk tumor buli superficial
adalah eradikasi komplit melalui TUR of bladder (TURB) tumor sampai ke dasar
tumor. Untuk mengurangi resiko rekurensi, menurunkan progresifitas tumor dan
menghilangkan

kemungkinan

residu,

maka

setelah

dilakukan

TURB

direkomendasikan untuk memberikan kemoterapi intravesika. Obat kemoterapi antara


lain Mitomicin C, BCG, Doxorubicin, Epirubicin, dan Thiotepa. BCG merupakan
agen yang paling efektif sebagai profilaksis dan pengobatan pada terapi intravesika.
Ikatan Ahli Urologi Eropa (EAU) merekomendasi penalaksanaan karsinoma buli
superficial, dibagi berdasarkan 3 prognostik faktor, yaitu:
1. Tumor resiko rendah (lesi tunggal, TaG1, 3 cm); TURB komplit ditambah satu
kali instilasi intravesika dengan obat mitomicyn C, epirubicin atau doxorubicin
sampai 6 jam setelah reseksi.
2. Tumor resiko sedang (Ta-1, G1-2, multiple, > 3 cm); dilakukan TURB komplit
dan bila perlu TURB ulang dalam 4-6 minggu bila belum bersih. Dilanjutkan

12

instilasi intravesika, pilihan obat optional dan diberikan secara teratur dalam
waktu tidak lebih dari 1 tahun.
3. Tumor resiko tinggi (T1G3, multiple atau rekuren, Cis); dilakukan TURB
komplit dan TURB ulang dalam 4-6 minggu. Dilanjutkan instilasi dengan BCG
secara teratur dalam waktu 1 tahun. Bila tidak respon dengan BCG
direkomendasikan untuk melakukan radikal sistektomi dan diversi urin.
Pilihan terapi pada manajemen karsinoma vesika urinaria superfisial adalah :
Tabel 1. Initial treatment options for bladder cancer (Smith)
Cancer Stage
Tis
Ta (single,low to moderate
Grade,no recurrent)
Ta (Large,multiple,high grade
or recurrent)
TI
T2 - T4

Any T,N+,M+
Infiltratif

Initial Treatment Options


Complete TUR followed by intravesical BCG
Complete TUR
Complete TUR followedby intravesical chemo or
immunotherapy
Complete TUR followed by intravesical cheino or
Immunotherapy
Radical cystectomy
Neo adjuvant chemotherapy Followed by radical
cys tectomy
Radical cystectomy followed by adjuvant
chemotherapy
Neoadjuvant
chemotherapy
followed
by
concoinitant chemotherapy and irradiation
Systemic chemotherapy followed by selective
surgery or Irradiation

TURBT mempunyai fungsi terapitik, diagnosis dan staging. Efektifitas


TURBT sebagai terapi pada karsinoma vesika urinaria superfisial tergantung dan
sifat biologi dari tumor itu sendiri. Tumor dengan ukuran kecil, soliter, stadium dan
derajat keganasan rendah (Ta derajat I-II) sangat efektif di reseksi dengan TURBT
dan mempunyai angka rekurensi rendah., sebaliknya tumor Ti derajat III mempunyai
angka rekurensi sampai 60 % meskipun tumor di reseksi secara komplit
Kemoterapi intravesikal menjadi pilihan sebagai terapi ajuvan, diberikan untuk
mengurangi rekurensi karena 50 - 70 % kasus karsinoma superfisial akan mengalami
rekurensi bila hanya dilakukan TURBT saja. Pemberian kemoterapi intravesikal
akan menurunkan rekurensi 30 - 40 %. Komplikasi sistemik yang berat dapat
dihindari dengan tidak memberikan kemoterapi intravesikal pada pasien dengan

13

gross hematuria. Preparat yang banyak digunakan adalah mitomisin C (MMC),


thiotepa, doxorubicin dan BCG.
Sistektomi radikal di sertai pengangkatan kelenjar getah bening pelvis secara
end blok merupakan terapi bedah standar untuk karsinoma buli invasive yang belum
bermetastasis. Pada pria dilakukan pengangkatan kandung kemih, prostat, dan
vesika seminalis. Sedangkan penderita wanita dilakukan eksenterasi anterior yakni
mengangkat kandung kemih, serviks, uterus, vagina anterior, uretra, ovarium dan
tuba fallopii. sistektomi radikal hinga saat ini menjadi gold standard dengan angka
bebas rekurensi local mencapai 95%. Indikasi sistektomi radikal adalah:
1. Karsinoma vesika urinaria yang menginvasi otot (muscle invasive) T2 atau
lebih.
2. Tumor dengan low stage yang tidak dapat dilakukan reseksi atau
multisentris.
3. Tumor Ti dengan derajat keganasan tinggi.
4. Belum ada metastasis jauh.
5. Karsinoma in situ atau tumor multifokal yang mengalaini rekurensi setelah
dilakukan TURBT dan kemoterapi intravesikal.
Seperti yang telah disebutkan pada patogenesis , dikatakan metastasis apabila
terjadi penyebaran sel tumor ke kelenjar limfe regional, hepar, paru dan tulang.
Terapi standar pada karsinoma metastasis adalah kemoterapi sistemik. Perubahan
besar terjadi dalam era kemoterapi modern sejak Stemberg dkk mengembangkan
MVAC ( Methotrexate, Vinbiastine, Adriamycin, dan Cisplatin). MVAC mempunyai
angka respon obyektif 57-70 %. Respon komplet sekitar 15-20 %, dan angka
ketahanan hidup 2 tahun 15-20 %. .
Sekarang ini dikembangkan pemakaian regimen Gemcitabine dan Cisplatin
yang sudah memasuki fase III. Dan beberapa studi didapatkan tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam hal ketahanan hidup antara penggunaan MVAC dan
Gemcitabin Cisplatin. Tetapi yang jelas Gemeitabine-Cisplatin mempunyai toksisitas
yang lebih rendah dan regimen standar
Radioterapi dapat digunakan sebagai alternatif terapi definitif terutama pada
pasien dengan tumor infiltratif yang masih terlokalisir, yang tidak bersedia untuk
dilakukan tindakan bedah. Dosis radioterapi yang diberikan lebih dari 65-70 Gy yang
diberikan lebih dari 6 7 minggu. Pemberian radioterapi ini lebih difokuskan pada
tumor dan area disekelilingnya . Untuk menentukan batas-batas ini sebelumnya
14

dilakukan CT Scan dalam posisi pronasi. Komplikasi dan radio terapi ini adalah
dermatitis, proktitis yang kadang-kadang disertai dengan imp1ikasi pendarahan dan
obstruksi,sistitis , fibrosis vesika urinaria, impoten, inkontinensia dan kemungkinan
untuk timbulnya keganasan di sekitar lapangan radiasi .
Radioterapi radikal menjadi pilihan bagi pasien usia tua atau pasien yang
memiliki komorbiditas tinggi akibat penyakit lain. Dosis yang diberikan sebanyak
55-65Gy. Untuk pasien T2-4 memiliki angka ketahanan hidup 5 tahun berkisar 2340%. Kekurangannya adalah angka rekurensi lokal sebanyak 55-65% dan efek
samping yang tidak nyaman berupa gangguan gastrointestinal,iritasi buli, hematuria,
sampai kontraktur buli yang cukup tinggi.
Monitoring yang ketat diperlukan pada karsinoma vesika urinaria superfisial
karena rekurensi dan progresi yang tinggi. Sistoskopi merupakan pemeriksaan
standar untuk mendeteksi adanya rekurensi tumor superfisial. Selain sistoskopi,
sitologi urin merupakan pemeriksaan yang penting, sampel untuk pemeriksaan
sitologi urin diambil bersamaan dengan sistoskopi.
Sekarang ini dikembangkan urin assay seperti BTAstat test, NIMP-22 dan
telomerase untuk monitoring karsinoma vesika urinaria superfisial. Pemeriksaan
sistoskopi dan sitologi urin dilakukan tiap 3 bulan sekali selama 1 tahun , kemudian 6
bulan sekali selama 2 tahun dan minimal 1 tahun sekali Tidak ada suatu kesepakatan
kapan sistoskopi dihentikan pada follow up karsinoma vesika urinaria superfisial,
Pemeriksaan pencitraan traktus urinarius walaupun bukan merupakan standar
tetap menjadi pertimbangan pada monitoring dengan indikasi:
1. Sitologi urin positif atau hematuria yang bukan disebabkan oleh tumor vesika
urinaria
2. Tumor yang mengalaini rekurensi di sekitar orifisium ureter
3. Sistektomi pada kasus uncontrolled disease

15

VII.

Prognosis
Karsinoma vesika urinaria superfisial mempunyai prognosis baik dengan angka
ketahanan hidup 5 tahun mencapai 82 100 %
Tabel 2. Year Survival Rates for Bladder Cancer
Stage

5-Year Survival Rates %

Ta,T1,CIS
T2
T3a
T3b
T4

82-100
63-83
67-71
17-57
0-22

16

Steinberg,
GD.,
2014.
Bladder
Cancer.
[Online]
http://emedicine.medscape.com/article/438262-overview#a0101.

Available

at:

Escudero, DO; Shirodkar, SP & Lokeshwar VB. 2011. Bladder Carcinogenesis and
Molecular Pathways. Available at: http://Cancer Drug Discovery and
Development.
CAP, 2011. Urinary Bladder Cancer. National Cancer Institute. USA.
Tanagho, EA & Annch, JW. 2008. Smith's General Urology. Ed 17. Mc Graw Hill : USA.
Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urology, Ed 1 jakarta: penerbit CV Sagung Seto, 2000:
145-158

17

You might also like