Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Hafidh Riza Perdana
G1A013093
Bellindra Putra H
G1A013094
LEMBAR PENGESAHAN
KARSINOMA SEL TRANSISIONAL PADA VESICA URINARIA
Oleh:
Hafidh Riza Perdana
G4A013093
Bellindra Putra H
G4A013094
Januari 2015
dr Tri Budiyanto, Sp U
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma buli atau karsinoma pada vesica urinaria merupakan tumor yang paling
sering terjadi pada traktus urinarius. Hampir semua kanker veskia urinaria berasal dari
urotelium (sel epitel traktus urinarius), yang normal terdiri dari 3-7 lapisan, meliputi basal
cell , intermediate cell dan superficial cell. Pada lapisan paling superfisial terdapat sel
payung. Urotelium terletak pada lamina propria membrane basalis. Pada lamina propria ini
terdapat tunika muskularis mukosa yang terdiri dari otot polos. Pada karsinoma urotelial,
lapisan inilah yang mengalami degenerasi atau proses keganasan.
Karsinoma sel transisional atau karsinoma uroterial merupakan jenis karsinoma buli
yang paling sering dijumpai dengan angka insidensi mencapai 90%, disusul karsinoma sel
skuamosa pada urutan kedua dengan angka insidensi 8-10%. The American Cancer Society
melaporkan ada 72.570 kasus kanker vesica urinaria yang baru terdiagnosis pada 2013 dan
15.210 diantara akan meninggal karena penyakit tersebut. Insidensi kanker vesica urinaria
meningkat sesuai dengan pertambahan usia, dengan median usia terdiagnosis adalah 65
tahun. Di Amerika Serikat, kanker vesica urinaria berada di urutan keempat dalam kanker
yang paling banyak menyerang pria, setelah kanker prostat, paru dan kanker kolorektal. Di
Indonesia sendiri belum ditemukan angka kejadian pasti.
Di dunia, setiap tahunnya ditemukan 275.000 pasien baru yang terdiagnosis kanker
vesica urinaria dan 108.000 diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut, dan 90%
diantaranya merupakan karsinoma sel transisional. Kanker vesica urinaria yang masih dalam
tahap awal memiliki prognosis lebih baik dan tatalaksana yang lebih efektif, meskipun pasien
harus dipantau dengan teliti setelah pemberian terapi, sebab peluang kekambuhannya sekitar
50-80%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
keganasan terjadi hanya sebatas lapisan subepitelial atau submukosa dan belum
mencapai lapisan otot dari buli. Apabila sudah mencapai lapisan otot, disebut sebagai
karsinoma infiltratif. Pada saat diagnosis awal, lebih kurang 70 % kasus karsinoma
vesika urinaria adalah karsinoma superfisial, 25 % karsinoma infiltratif dan sisanya
5% pada saat diagnosis sudah mengalami metastasis
Karsinoma superfisial
Faktor Risiko
Lebih dari 80% karsinoma urotelial vesica urinaria berhubungan dengan paparan
lingkungan. Penggunaan tembakau merupakan penyebab paling sering ditemukan.
Faktor risiko yang diduga sebagai penyebab karsinoma buli adalah :
1. Rokok
Rokok mempunyai peran yang besar pada karsinoma vesika urinaria, lebih dari 50
% kasus karsinoma vesika urinaria terjadi pada perokok Nitrosainine, 2naphthylainine, dan aininopbiphenyl merupakan bahan-bahan karsinogenik yang
terdapat dalam rokok , Alpha dan beta naphthylainine disekresikan dan terdapat
dalam urin perokok
2. Aromatic amines
Aromatic amines merupakan bahan-bahan karsinogen yang poten Pekerja yang
bekerja pada industri kimia, karet, ininyak, kulit dan cat mempunyai resiko yang
lebih besar untuk terjadi karsinoma vesika urinania, Periode laten antara paparan
dan kejadian karsinoma vesika urinaria membutuhkan waktu yang lama ,
3. Analgesik yang berlebihan (phenacetin)
4
9 kali lipat
Kopi
Pemanis buatan
Infeksi kronis (bakteri, virus, jamur ataupun parasit)
Genetik
Mutasi gen tumor supresor p53 yang terdapat pada kromosom 17, berhubungan
dengan karsinoma vesika urinania high grade dan karsinoma in situ. Mutasi gen
tumor supresor p15 dan p16 yang terdapat pada kromosom 9 berhubungan dengan
low grade dan tumor superfisial. Mutasi dan rubidium (Rb) yang merupakan gen
tumor supresor Meningkatnya ekspresi gen epidermal growth dan erb B-2
onkogen, dan mutasi onkogen p21 ras, c-mye dan c-jun.
III.
Patofisiologi
Bahan-bahan karsinogenik yang terdapat dalam urin berperan dalam proses
terjadinya karsinoma vesika urinaria superfisial. Ada beberapa karsinogen yang telah
berhasil diidentifikasi, adalah ainin aromatik spesifik atau nitrosainin. Ainin aromatik
spesifik ini mudah diabsorpsi oleh kulit dan mukosa, kemudian masuk kedalam aliran
darah dan dimetabolisir di hepar akhirnya dkeluarkan lewat unin, Di dalam urin bahan
ini menyebabkan kerusakan DNA dan sel urotelial. Hal ini akan menginisiasi mutasi
gen dan perubahan regulasi pertumbuhan sel epitel pada vesica urinaria.
Karsinoma sel transisional muncul dari stem cells yang berdekatan dengan
membrana basalis dari permukaan epitel. Pada keganasan ini terjadi proliferasi
abnormal urotel (sel transisional) buli, perubahan maturasi sel, peningkatan rasio intisitoplasma, inti sel yang lebih prominen serta penambahan jumlah mitosis. Pola
pertumbuhannya dapat berbentuk papiler, sessile (solid), infiltratif, nodular, mixed
serta pertumbuhan intaepitelial yang datar (flat). 70% tumor buli berbentuk papilar,
10% berbentuk nodular dan 20% berbentuk mixed. Tumor berbentuk papiler akan
menonjol ke lumen, dan apabila tidak dilakukan pengobatan, pada akhirnya sel tumor
akan menginvasi lapisan lamina propria dan dapat menembus lapisan muskulus dan
5
dapat bermetastasis. Karsinoma urotelial memiliki potensi yang besar untuk menjadi
ganas, oleh karena itu dapat mengandung spindle cell, squamous cell ataupun
adenocarcinoma. Penyebarannya dapat secara limfatik, hematogen dan implantasi
secara langsung.
Sekitar 10% karsinoma sel transisional dapat berkembang menjadi carcinoma in
situ (CIS). CIS diawali lesi prekursor flat urothelial, dan dapat memberikan gambaran
mukosa buli yang eritematous dan seringkali tidak tampak secara endoskopik.
Gambaran histopatologi biasanya adalah karsinoma sel transisional dengan poorly
differentiated grade. Pemeriksaan sitologi urine memberikan hasil yang positif pada
80%-90% penderita. CIS didapatkan pada 20-75% penderita karsinoma buli jenis
high grade.
IV.
Klasifikasi
Karsinoma sel transisional dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan
stadiumnya, dengan menggunakan klasifikasi TNM.
1. Klasifikasi TNM AJCC/UICC 2002
Tumor primer
Tx Tumor primer tak ditemukan
T0 Tidak ada tumor primer
Ta Karsinoma papiler noninvasive
Tis Karsinoma in situ flat tumor
T1 Tumor menginvasi jaringan ikat subepitelial
T2 Tumor menginvasi otot
T2a Tumor menginvasi otot superficial (inner half)
T2b Tumor menginvasi otot lapisan dalam (outer half)
T3 Tumor menginvasi jaringan perivesika
T3a secara miskoskopik
T3b secara makroskopik (massa ekstravesika)
T4 Tumor telah menginvasi salah satu dari: prostate, uterus, vagina, dinding
pelvis, dinding abdomen.
T4a Tumor menginvasi prostat, uterus, vagina
T4b Tumor menginvasi dinding pelvis, dinding abdomen
N Kelenjar getah bening regional (true pelvis, dibawah bifurcasio arteri
iliaka komunis)
Nx
N0
N1
N2
N3
M Metastasis jauh
Mx
M0
M1
Metastasis jauh
Grading :
Grade 1 : diferensiasi baik
Grade 2 : diferensiasi sedang
Grade 3 : diferensiasi buruk
Stadium
Stadium 0a Ta
N0
M0
N0
M0
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II
T2a,b N0
M0
M0
T4a
N0
M0
Stadium IV T4b
N0
M0
Any T N1,N,N3
M0
Any T Any N
M1
V.
Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis 80-90 % pasien mengeluh hematuria, baik itu gross
hematuria maupun inikroskopik hematuria, intermiten dan tidak terasa nyeri
(painless). Gejala iritatif berupa frekuensi, urgensi, nokturia dan disuria dapat
terjadi pada pasien- pasien dengan karsinoma in situ , Keluhan berupa nyeri yang
tumpul pada pinggang, perubahan pola buang air besar atau teraba masa bisa
merupakan gejala awal dan karsinoma vesika urinaria invasif. Kadang-kadang
dapat terjadi hidrorefrosis yang dapat menyebabkkan rasa pegal dan tidak nyaman
pada pinggang maupun insufisiensi ginjal akibat obstruksi ureter.
Gejala tersering kanker buli adalah painless hematuria, ditemukan 85%
penderita. Keluhan tersebut biasanya muncul secara intermiten. Gejala lain adalah
iritasi buli sebanyak 25%. Keluhan frekuensi, urgensi dan disuria yang sering
dihubungkan dengan Tis difus atau karsinoma buli invasif. Semua gejala tersebut
disertai oleh sedikitnya mikroskopik hematuria. Gejala lainnya adalah nyeri
pinggang karena obstruksi ureter, udem ekstremitas bawah, dan massa di pelvis.
Pada stadium lanjut disertai gejala penurunan berat badan, nyeri tulang atau
abdomen.
2. Pemeriksaan Fisik
Tidak ditemukan kelainan pada hampir semua penderita tumor buli. Pasien
dengan tumor terbatas pada mukosa atau submukosa umumnya pemeriksaan
8
dilakukan pada urin pasien yang telah mendapat hidrasi yang cukup
sehingga didapatkan spesimen yang adekuat.
2) Flow Cytometri
Pemeriksaan ini dapat menentukan kelainan kromosom dan sel tumor.
3) Assay Urin
Seperti disebutkan sensitifitas sitologi urin tergantung dan bermacammacam
derajat deferensia tumor dan pengalaman dan sitopatologis. Oleh karena itu
sekarang dikembangkan assay urin, inisalnya BTAstat test, NMP 22, FDP,
Telomerase dan. analisis inikrosatelit. Semua pemeriksaan ini digunakan
untuk mendeteksi dan surveilens karsinoma vesika urinaria terutama jenis
karsinoma sel transisional.
BTAstat test adalah pemeriksaan imunokromatografi yang digunakan
untuk mendeteksi adanya bladder tumour antigen (BTA) di dalam urin.
Antigen yang dideteksi adalah human complement factor-H related protein
NINIP-22 (Nuclear matrix protein-22) adalah aparatus protein yang
berperan
dalam initosis inti sel dan terlibat dalam distribusi kromatin sel.
dilepaskan oleh inti sel tumor selama apoptosis. NMP-22 didapatkan dalam
urin penderita karsinoma vesika urinania 25 kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang normal
adalah adanya bekuan darah, lipatan buli karena belum penuh atau karena desakan
organ ekstravesika. Untuk meningkatkan sensitivitas pemeriksaan tersebut harus
dibuat foto fase awal pengisian, saat buli penuh dan fase pengosongan buli-buli.
Bila terdapat gambaran obstruksi ureter dan hidroneprosis sering menandakan
tumor sudah menginvasi otot detrusor yang terbukti pada sekitar 90% penderita
karsinoma sel transisional.
Pyelografi intravena masih merupakan pemeriksaan standar yang digunakan
untuk evaluasi keluhan hematuria. Pada karsinoma vesika urinaria pyelografi
intravena memberikan gambaran filling defek, USG dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya tumor vesika urinaria dan adanya gangguan pada traktus
urinarius bagian atas.
Foto thorak merupakan pemeriksaan rutin yang harus dilakukan pada semua
pasien terutama pada pasien-pasien yang didiagnosis karsinoma vesika urinaria,
untuk menilai ada tidaknya metastasis ke paru. Scaning tulang dilakukan untuk
evaluasi adanya penyebaran sel tumor ke tulang, kelainan faal hati dan
peningkatan alkalin fosfatase
Pemeriksan lain adalah CT Scan dan MRI . Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menilai luasnya invasi tumor ke dinding vesika urinaria dan menilai ada tidaknya
pembesaran kelenjar limfe didaerah pelvis. Dengan CT scan abdomen dapat
diketahui ekstensi tumor ke organ lokal ekstravesika juga menilai kelenjar getah
bening pelvis dan paraaorta serta metastasis ke organ visceral.
11
VI.
Penatalaksanaan
Hampir 80% tumor buli saat pertama kali didiagnosis berada dalam kondisi ini
dan hanya 10-20% yang akan berkembang menjadi lesi invasive. Yang termasuk
dalam kategori ini adalah tumor terbatas pada mukosa (Ta), telah menginvasi lamina
propria (T1) dan karsinoma insitu (Tis). Terapi standar untuk tumor buli superficial
adalah eradikasi komplit melalui TUR of bladder (TURB) tumor sampai ke dasar
tumor. Untuk mengurangi resiko rekurensi, menurunkan progresifitas tumor dan
menghilangkan
kemungkinan
residu,
maka
setelah
dilakukan
TURB
12
instilasi intravesika, pilihan obat optional dan diberikan secara teratur dalam
waktu tidak lebih dari 1 tahun.
3. Tumor resiko tinggi (T1G3, multiple atau rekuren, Cis); dilakukan TURB
komplit dan TURB ulang dalam 4-6 minggu. Dilanjutkan instilasi dengan BCG
secara teratur dalam waktu 1 tahun. Bila tidak respon dengan BCG
direkomendasikan untuk melakukan radikal sistektomi dan diversi urin.
Pilihan terapi pada manajemen karsinoma vesika urinaria superfisial adalah :
Tabel 1. Initial treatment options for bladder cancer (Smith)
Cancer Stage
Tis
Ta (single,low to moderate
Grade,no recurrent)
Ta (Large,multiple,high grade
or recurrent)
TI
T2 - T4
Any T,N+,M+
Infiltratif
13
dilakukan CT Scan dalam posisi pronasi. Komplikasi dan radio terapi ini adalah
dermatitis, proktitis yang kadang-kadang disertai dengan imp1ikasi pendarahan dan
obstruksi,sistitis , fibrosis vesika urinaria, impoten, inkontinensia dan kemungkinan
untuk timbulnya keganasan di sekitar lapangan radiasi .
Radioterapi radikal menjadi pilihan bagi pasien usia tua atau pasien yang
memiliki komorbiditas tinggi akibat penyakit lain. Dosis yang diberikan sebanyak
55-65Gy. Untuk pasien T2-4 memiliki angka ketahanan hidup 5 tahun berkisar 2340%. Kekurangannya adalah angka rekurensi lokal sebanyak 55-65% dan efek
samping yang tidak nyaman berupa gangguan gastrointestinal,iritasi buli, hematuria,
sampai kontraktur buli yang cukup tinggi.
Monitoring yang ketat diperlukan pada karsinoma vesika urinaria superfisial
karena rekurensi dan progresi yang tinggi. Sistoskopi merupakan pemeriksaan
standar untuk mendeteksi adanya rekurensi tumor superfisial. Selain sistoskopi,
sitologi urin merupakan pemeriksaan yang penting, sampel untuk pemeriksaan
sitologi urin diambil bersamaan dengan sistoskopi.
Sekarang ini dikembangkan urin assay seperti BTAstat test, NIMP-22 dan
telomerase untuk monitoring karsinoma vesika urinaria superfisial. Pemeriksaan
sistoskopi dan sitologi urin dilakukan tiap 3 bulan sekali selama 1 tahun , kemudian 6
bulan sekali selama 2 tahun dan minimal 1 tahun sekali Tidak ada suatu kesepakatan
kapan sistoskopi dihentikan pada follow up karsinoma vesika urinaria superfisial,
Pemeriksaan pencitraan traktus urinarius walaupun bukan merupakan standar
tetap menjadi pertimbangan pada monitoring dengan indikasi:
1. Sitologi urin positif atau hematuria yang bukan disebabkan oleh tumor vesika
urinaria
2. Tumor yang mengalaini rekurensi di sekitar orifisium ureter
3. Sistektomi pada kasus uncontrolled disease
15
VII.
Prognosis
Karsinoma vesika urinaria superfisial mempunyai prognosis baik dengan angka
ketahanan hidup 5 tahun mencapai 82 100 %
Tabel 2. Year Survival Rates for Bladder Cancer
Stage
Ta,T1,CIS
T2
T3a
T3b
T4
82-100
63-83
67-71
17-57
0-22
16
Steinberg,
GD.,
2014.
Bladder
Cancer.
[Online]
http://emedicine.medscape.com/article/438262-overview#a0101.
Available
at:
Escudero, DO; Shirodkar, SP & Lokeshwar VB. 2011. Bladder Carcinogenesis and
Molecular Pathways. Available at: http://Cancer Drug Discovery and
Development.
CAP, 2011. Urinary Bladder Cancer. National Cancer Institute. USA.
Tanagho, EA & Annch, JW. 2008. Smith's General Urology. Ed 17. Mc Graw Hill : USA.
Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urology, Ed 1 jakarta: penerbit CV Sagung Seto, 2000:
145-158
17