You are on page 1of 16

ANATOMI FISIOLOGI REPRODUKSI WANITA

Anatomi reproduksi wanita meliputi 2 organ genitalia yaitu organ genitalia


eksternal dan organ genitalia interna.
Fungsi utama

Sekresi hormon seks (ovarium)


Produksi ovum (ovarium)
Kehamilan dan persalinan (uterus dan canalis servikalis)

Organ genitalia eksterna


a. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di atas
simfisis pubis. Mons pubis banyak mengandung kelenjar sebasea (minyak) dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, yaitu
sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Rata-rata menarche (awitan
haid) terjadi pada usia 13 tahun. Mons berperan dalam sensualitas dan
melindungi

simfisis

pubis

selama

koitus

(hubungan

seksual).

Semakin

bertambahnya usia, jumlah jaringan lemak di tubuh wanita berkurang dan rambut
pubis menipis.
b. Labia mayor
Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di
perineum pada garis tengah. Labia mayor memiliki panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm,
dan tebal 1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Labia mayor
melindungi labia minor, meatus urinarius, dan introitus vagina (lubang vagina).
Pada wanita yang belum pernah melahirkan pervagina, kedua labia mayor
terletak berdekatan di garis tengah menutupi struktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau perineum,
labia sedikit terpisah bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan produksi
hormone menyebabkan atrofi labia mayor.
Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya memiliki
pigmen lebih gelap daripada jaringan sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar
(sama dengan rambut di mons pubis) dan semakin menipis kea rah luar
perineum. Permukaan medial (arah dalam) labia mayor licin, tebal, dan tidak
ditumbuhi rambut. Bagian ini mengandung suplai kelenjar sebasea dan banyak
kelenjar keringat serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia mayor
sensitive terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya
jaringan saraf yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai rangsangan seksual.
c. Labia minor
Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dab menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minor
sama dengan mukosa vagina merah muda dan basah. Pembuluh darah yang
banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan labia
minor membengkak, bila ada stimulus emosional dan stimulus fisik. Kelenjar di
labia minor juga melumasi vulva. Suplai saraf yang banyak membuat labia minor
menjadi sensitif. Ruangan antara kedua labia minor disebut vestibulum.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
sekitar 66 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamakan glans dan lebih
sensitive daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glands
dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris mensekresi smegma,

suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi
sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi komunikasi olfaktorius)
dan anggota lain pada spesies yang sama untuk membangkitkan respon
tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria). Klitoris berasal dari
kata dalam bahasa Yunani, yang berarti kunci karena klitoris dianggap sebagai
kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan, dan sensasi
tekanan. Fungsi utama klitoris yaitu untuk menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksual.
e. Prepusium klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah menjadi
bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan
membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial
menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum. Terkadang
prepusium menutupi klitoris. Akibatnya, daerah ini terlihat seperti sebagai suatu
muara, yaitu sebagai meatus uretra. Bila memasukkan kateter ke daerah yang
sensitive ini, maka dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman.
f.

Vestibulum
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara

labia minora, klitoris, dan fourchette. Vestibulum terdiri dari dua muara uretra,
kelenjar parauretra (vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar
paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teritasi oleh bahan kimia
(deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas, friksi (celana
jins yang ketat). Meatus uretra juga merupakan bagian dari reproduksi karena
letaknya dekat dan menyatu dengan vulva. Meatus mempunyai muara dengan
bentuk bervariasi dan berwarna merah muda atau kemerahan, dan sering
disertai tepi yang agak berkerut. Meatus menandai bagian terminal atau distal
uretra. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm di bawah klitoris.
Kelenjar vestibulum minora adalah struktur tubular pendek yang terletak
pada arah posterolateral di dalam meatus uretra. Kelenjar ini memproduksi
sejumlah kecil lender yang berfungsi sebagai pelumas. Hymen merupakan
lipatan yang tertutup mukosa sebaigan, bersifat elastic, tetapi kuat, dan terletak
di sekitar introitus vagina. Pada wanita yang perawan, hymen dapat menjadi
penghalang pada pemeriksaan dalam, pada insersi tampon menstruasi atau

koitus. Hymen ini bersifat elastic sehingga memungkinkan distensi dan dapat
mudah robek. Terkadang hymen menutupi seluruh orifisum yang menyebabkan
hymen tertutup secara abnormal dan menghalangi pasase aliran cairan
menstruasi, pemasangan alat (spekulum), atau koitus. Setelah pemasangan alat,
pemakaian tampon, atau melahirkan pervaginam, dapat terlihat sisa robekan
hymen (karunkulae hymen atau karunkula mirtiformis).
Kelenjar vestibulum mayor adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia
mayor masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina. Beberapa duktus
dengan panjang 1,5 cm, menjadi saluran pengeluaran drain setiap kelenjar.
Setiap duktus membuka ke lekukan antara hymen dan labia minor. Kelenjar
mensekresi sejumlah kecil lender yang jernih dan lengket, terutama setelah
koitus. Keasaman lender yang rendah (pH tinggi)
g. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayor dan minor di garis tengah bawah orifisium
vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette
dan hymen.
h. Perineum
Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

Organ genitelia internal

a. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng
kandung kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di

vestibulum di antara labia minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri,
vagina condong ke arah belakang dank e atas.
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina,
panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang
dinding posterior sekitar 9 cm.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah. Cairan sedikit
asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen memeprtahankan
keasaman. Apabila pH naik > 5, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang
terus mengalir dari vagina mempertahnakan kebersihan relative vagina. Oleh
karena itu, penyemporotan cairan ke vagina dalam lingkaran normal tidak
diperlukan dan tidak dianjurkan.
Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang
desenden arteri uterus, arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina
relative tidak sensitive, hal ini dikarenakan persarafan pada vagina minimal dan
tidak ada ujung saraf khusus. Vagina merupakan sejumlah kecil sensasi ketika
individu terangsang secara seksual dan melakukan koitus dan hanya
menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua persalinan.
Daerah G (G-spot)adalah daerah di dinding vagina anterior di bawah uretra
yang didefinisikan oleh Graefenberg sebagai bagian analog dengan kelenjar
prostat pria. Selama bangkitan seksual, daerah G dapat distimulasi sampai
timbul orgasme yang disretai ejakulasi cairan yang sifatnya sama dengan cairan
prostat ke dalam uretra. Fungsi dari vagina adalah sebagai organ untuk koitus
dan jalan lahir.
b. Uterus
Uterus merupakan organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang
mirip uah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada
pelvis wanita. Pada wanita yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar
30-40 gr sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya
adalah 75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin,
dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari beberapa factor,
diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi siklus
menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah
menopause.
Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligament jaringan ikat, yaitu :

Ligament rotundum
Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior insersi
tuba fallopii. Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki
cincin inguinal pada dua sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan

kuat. Ligamin ini memberikan stabilitas bagian atas uterus.


Ligament cardinal
Ligament ini menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi

serviks.
Ligament uterosakral
Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi
serviks dan behubungan dengan tulang sacrum.
Fungsi dari ligament cardinal dan uterosakral adalah sebagai penopang

yang kuat pada dasar pelvis wanita. Kerusakan-kerusakan pada ligament ini,
termasuk akibat tegangan saat melahirkan, dapat menyebabkan prolaps uterus
dan dasar pelvis ke dalam vagina bahkan melewati vagina dan mencapai vulva.
Berdasarkan fungsi dan anatomis uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
Fundus : tonjolan bulat dibagian atas terletak diats insersi tuba fallopi.
Korpus : bagian utama yang mengelilingi kavum uteri
Istsmus : bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
yang dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan
sebagian lapisan luar peritoneum parietalis. Endometrium yang banyak
mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane mukosa yang
terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan
ikat

yang

berongga,

dan

lapisan

dalam

padat

yang

menghubungkan

endometrium dengan miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan,


lapisan permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal.
Segera setelah aliran menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5 mm.
Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal
endometrium menjadi 5 mm.
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos
yang membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium
paling tebal di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di
serviks. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling
banyak ditemukan di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi
pada persalinan. Pada lapisan miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi
yang memicu kerja hemostatis. Sedangkan pada lapisan dalam, kerja sfingter
untuk mencegah regurgitasi darah menstruasi dari tuba fallopii selama

menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks interna membantu


mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat
memperlemah ostium interna dan menyebabkan ostium interna serviks
inkompeten.
c. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan
diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum bagian luar, lapisan
otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa
terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa diantaranya bersilia dan beberapa yang
lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi. Setiap
tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.
Terdapat 4 segmen yang berubah di sepanjang struktur tuba fallopi,
diantaranya :

Infudibulum
Merupakan bagian yang paling distal muaranya yang berentuk seperti
terompet dikelilingi oleh fimbria. Fimbria menjadi bengkak dan hampir erektil

saat ovulasi.
Ampula
Ampula ini membangun segmen distal dan segmen tengah tuba. Sperma
dan ovum bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula.
Istmus
Istmus terletak proksimal terhadap ampula
Interstitital
Bagian ini melewati miometrium antara fundus dan korpus uteri dan
mempunyai lumen berukuran paling kecil berdiameter < 1 mm. Sebelum
ovum yang dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus

melepaskan sel-sel granulose yang membungkusnya


d. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba fallopii. Dua ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian
mesovarium ligament lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral setinggi Krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada palpasi overium dapat
digerakkan.
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria. Ukuran
dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah almon berukuran besar. Saat

ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium
yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal.
Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturitas seksual, luka
parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang membuat permukaan
nodular menjadi kasar.
Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan mmemproduksi
hormone. Saat lahir ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum
primordial (primitif). Diantara interval selama masa usia subur (umumnya setiap
bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi. Ovarium juga
merupakan

tempat

utama

produksi

hormone

seks

steroid

(estrogen,

progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,


perkembangan, dan fungsi wanita normal.

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.


Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia
(tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di
dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga
usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap
memasuki tahap pembelahan.

Semula oogonia membelah secara mitosis

menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit

primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan
miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu
menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai
masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis
I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut
oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan
mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah
menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi
berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut
bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.
Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan
ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Ovarium

menghasilkan

hormon

steroid,

terutama

estrogen

dan

progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium,


yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang
mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol.
Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan
organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan
dengan

wanita

dewasa.

Estrogen

memainkan

peranan

penting

dalam

perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus.


Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus
selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting
untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang
melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan
sekresi

progesteron

berperan

penting

terhadap

plasenta

dan

untuk

mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan


oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam
perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec,
2001).
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14
hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium
uterus (Bobak, 2004). Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi

antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait


pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan
peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam
pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak,
2004).

Menurut bobak (2004), ada beberapa rangkaina dari siklus menstruasi


yaitu
1. Siklus endometrium

a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Ratarata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal
fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)
menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH
(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan

cepat

yang

berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,
misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18

siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal


sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat
dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung
pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi
kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemia/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari
setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus
luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral
menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional
terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan
basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
2. Siklus ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon).
Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel
primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu
sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan
estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang
terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang
kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai
puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum
berkurang

dan

kadar

hormon

menurun.

Sehingga

lapisan

fungsional

endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.


3. Siklus hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah
ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone
(Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone
(FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi

estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu


hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai
puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi
fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh
karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.

Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan


masa senium bukan suatu keadaan patologik. Pada klimakterium terjadi
gangguan neurovegetatif, yang disebut juga gangguan vasomotorik dapat
muncul sebagai gejolak panas (hot flushes), keringat banyak, rasa kedinginan,
sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, berdebar-debar,
susah bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus. Serta gangguan psikis muncul
dalam bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat berkurang, dan
susah tidur. Gangguan somatic, selain gangguan haid atau amenorea, mencakup
pula kolpitis atrofikans, ektropium treter, osteoporosis, atritis, aterosklerosis,
sclerosis koroner, dan adipositas.

Klimakterium

terjadi

antara sebelum

menopause disebut pra menopause dan sesudah menopause disebut pasca


menopause. Mulai kira-kira 6 tahun sebelum menopause dimana kadar estrogen
mulai turun dan hormon gonadotropin naik (negative feedback terhadap produksi
gonadotropin berkurang). Berakhir + 6 - 7 tahun sesudah menopause. Ovarium
kurang bereaksi terhadap rangsangan hormon gonadotropin oleh hipofisis
(ovarium tua). Ovarium menua mulai usia 40 th, siklus ovarium (pertumbuhan
folikel, ovulasi dan pembentukan korpus luteum) lambat laun berhenti. Wanita >
40 th : 25 % siklus haid anovulatoar.
Menurut Effendi (2009), yaitu fase dalam kehidupan seorang wanita
dimana indung telur tidak lagi melepas telur tiap bulan dan menstruasi berhenti
karena menurunya hormon estrogen dan progesteron. Seorang wanita yang
menopause tidak lagi mempunyai sel telur yang dapat dibuahi, berlangsung pada
usia 48-55 tahun. Selain itu ada perubahan jumlah FSH dan LH yang
merangsang

pertumbuhan

beberapa

folikel

setiap

bulan

sejak

remaja.

Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir seseorang
dapat dikatakan menopause atau didiagnosis menopause apabila telah terjadi
amenore selama 12 bulan (Winjaksastro,2005).
Menurut Baziad Ali (2003), fase menopause dibagi dalam beberapa fase
yaitu :
a. Fase pra-menopause
Fesa pra menopause adalah fase antara usia 40 dan dimulainya fase
klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur,
perdarahan haid yang memanjang dan jumlah haid yang relative banyak,
kadang kadang disertai nyeri haid.

b. Fase perimenopause
Perimenopause merupakan fase peralihan antara pra menopause dan pasca
menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada
kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari, dan sisanya <18 hari. Sebanyak
40% wanita siklus haidnyaanovulotorik. Meskipun terjadi ovulasi, kadar
progresteron tetap rendah. Kadar FSH, LH, dan estrogen sangat bervariasi.
Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai jenis keluhan klimakterik.
c. Fase menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu
ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produsi estrogen pun berkurang
dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh
karena itu, menopause diartikan sebagai terakhir.
d. Fase pascamenopause
Pada fase ini ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol
berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya
meningkat, disebabkan oleh terhentinya produksi inhibin akibat tidak
tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup.
Pada masa menopause terdapat banyak gejala gejala yang dialami
wanita akibat dari kadar estrogen yang rendah, sekitar 85% wanita mengalami
perasaan panas disaat mereka melewati masa menopause tetapi sekitar
setengah dari wanita ini terganggu secara sering (Heckher dan Moore,2001),
terdapat dua gejala yang benar benar menggambaran gejala menopause
adalah muka merah (hotflushes) dan gejala vagina seperti terbakar, kering dan
dispareunia.
Berikut dibawah ini merupakan tanda dan gejala awal yang timbul dimasa
menopause yaitu :
a. Muka merah
Serangan muka merah (hot flushes), wanita mengalami perasaan panas
yang terpusat pada wajah, menyebar ke leher dan dada dan mungkin ke
seluruh tubuh. Flushing ini disertai dengan vasodilatasi perifer dan kenaikan
suhu tubuh sebesar 3oC. muka merah berlangsung 1-3 menit dan sering
disertai keringat. Muka merah dapat terjadi beberapa kali siang dan malam.
Jika terjadi pada malam hari ketika sedang tidur, keringat cenderung sangat
banyak dan tidur terganggu, muka mungkin mulai pada beberapa bulan
sebelum menopause, tetapi lebih buruk setelah itu dan mencapai puncak
insiden 1-2 tahun setelah menopause.

b. Uroginal
Gejala gejala vagina yang disebabkan kehilangan estrogen cenderung
terjadi terutama pada klimaktedum. Biasanya pasien mengeluh vagina kering
dan terasa seperti terbakar, tetapi beberapa wanita mengalami dispareunia
berat yang dapat mempengaruhi hubungan dengan pasangannya. Wanita
yang berhubungan seksual secara teratur lebih kecil kemungkinan
dispareunia.
c. System metabolism
Pada system metabolism

yang

mengalami

perubahan,

berupa

hiperkolesterolemi, kadar kalsium menurun, gangguan metabolism hidrat


arang yang Nampak sebagai aterosklerosis osteoporosis (Ilmu Kesehatan
Reproduksi, 1998)
d. System kardiovaskuler
Pada system kardiovaskuler dimasa menopause ini dapat terjadi tekanan
darah tinggi(hipertensi) maupun infrak miokard.

You might also like