Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
FATHIA MAHMUDAH
723901S.10.027
Oleh:
FATHIA MAHMUDAH
723901S.10.027
f,
ILMAH
Linn)
Oleh:
T.ATHIA MAHMUDAH
723901S.10.027
Penguji:
1. Husnul
IIIP:
2,
-1il-
1977A6072005120$2
3, Sapd, S-Si
NIDN: 1111078503
Mengetahut,
Akademi Farmasi Samarinda
ffiq
r103107701
Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi
karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan
(Collin Powel).
Ku persembahkan untuk:
Kedua orang tuayang selalu memberi nasehat penuh makna dan juga adikku .
Kalian menjadi alasan dan semangat terbesar, serta keluarga kecil yang selalu bisa
membuatku tersenyum.
Sahabat-sahabatku, Ai, Dian, Lisa, Gusti, Dedi, Riswan, Sandy, Nata, Bagas, Yuda yang
selama 3 tahun terakhir menjadi rumah kedua bagiku, yang selalu bisa memberikan
kritik, saran dan juga pengalaman menyenangkan persahabatan yang penuh tawa.
iii
PERNYATAAN
: Fathia Mahmudah
NIM
: 723901S.10.027
Judul Penelitian
Ekstrak
Daun
Seledri
(Apium
graveolens L.)
menyatakan bahwa dalam KTI ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Fathia Mahmudah
iv
PRAKATA
Allhamdullilah Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena dengan
bimbingan dan karunia-Nya Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul Formulasi
dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Pada Kelinci dari Sedian Hair Tonic
Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens Linn) dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini juga tidak lepas dari
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas, maka pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Supomo, S.Si., M.Si., Apt selaku Direktur Akademi Farmasi
Samarinda.
2. Bapak Sapri, S.Si., selaku Pembimbing I yang telah banyak mengarahkan dan
membimbing penulis dalam penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Serta untuk semua saran dan masukan-masukan yang memotivasi.
3. Bapak Arsyik Ibrahim, S.Si., M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah
bersedian memberikan saran-saran membangun kepada penulis dalam
penelitian ini.
4. Ibu Husnul Warnida, S.Si., M.Si., Apt selaku dosen penguji
yang telah
6. Kedua Orang tua dan Keluarga besar atas segala doa dan dukungannya.
7. Sahabat-sahabatku Ainur Risqi W.R.P, Dhian Maya Andhini, Lisa Apriyanti, I
Gusti Bagus, Riswan Takdir, Dedi Irawan, Sandy Pramana, Satrio Alam
Bagaskoro dan Pranata Atma Darma yang selalu memberikan dukungan,
saran, dan kritikan membangun pada berbagai hal.
8. Mas Ari Saptowo, Amd.Far selaku laboran Laboratorium Terpadu II.
9. Mba Santi, Amd.Far selaku laboran Laboratorium Terpadu I.
10. Bapak Idupiansyah yang telah membantu dalam penyediaan literatur.
11. Bapak dan Ibu dosen serta staf tata usaha kampus Akademi Farmasi
Samarinda.
12. Teman-teman Akademi Farmasi Samarinda angkatan 2010 yang telah melalui
semua hal bersama dari awal hingga akhir selama perkuliahan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini masih terdapat kekurangan ataupun kesalahan, untuk itu kritikan dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca khususnya mahasiswa Akademi Farmasi Samarinda.
Penulis
vi
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi dan uji aktivitas pertumbuhan
rambut pada kelinci dari sediaa hair tonic ekstrak daun seledri (Apium graveolens
Linn). Secara turun temurun seledri telah digunakan sebagai penumbuh
rambut.Pada penelitian ini ingin mengetahui apakah ekstrak daun seledri dapat
diformulasikan menjadi sediaanhair tonic yang memenuhi persyaratan stabilitas
fisik serta mengetahui konsentrasi yang optimum bagi pertumbuhan rambut
kelinci.Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan pengaplikasian hair
tonic pada kelinci yang dicukur bulunya. Uji persyaratan fisik meliputi uji
oganoleptis, uji pH dan uji viskositas.Pengamatan dilakukan selama 3 minggu,
dan pengukuran pertumbuhan rambut dengan penimbangan rambut yang telah
tumbuh dilakukan pada hari ke21. Data hasil pengukuran pertumbuhan rambut
diuji statistik dengan metode uji ANOVA.
Sampel yang digunakan adalah daun seledri yang diperoleh dari petani seledri
di Kelurahan Handil Bakti, Kecamatan Palaran, Samarinda. Simplisia daun seledri
diekstraksi dengan campuran etanol 96% dan air (63:37) lalu ekstrak konsentrasi
5%, 10% dan 15% diformulasikan dalam bentuk sediaan hair tonic. Sediaan hair
tonic ekstrak daun seledri mempunyai warna, bau dan kehomogenitasan yang
stabil selama penyimpanan. pH sediaan hair tonic ekstrak daun seledri mengalami
sedikit penurunan selama penyimpanan namun tetap memenuhi persyaratan pH
kulit kepala. Viskositas sediaan hair tonic sebesar 3,54-4,60 cP. Rata-rata
panjang rambut pada minggu ke3 adalah 0,867 cm (kontrol negatif); 1,196 cm
(kontrol normal); 2,487 cm (kontrol positif); 1,621 cm (Formula A); 2,472 cm
(Formula B) dan 1,738 cm (Formula C). Rata-rata berat rambut pada minggu ke3
adalah 0,1 g (kontrol normal); 0,143 g (kontrol negatif); 0,3 g (kontrol positif);
0,156 g (Formula A); 0,296 g (Formula B); 0,176 g (Formula C).
Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa hair tonic ekstrak daun seledri
konsentrasi 5%, 10% dan 15% dapat menstimulasi aktivitas pertumbuhan rambut
kelinci. Formulasi dengan konsentrasi ekstrak 10% (Formula B) mempunyai ratarata panjang rambut 2,472 cm dan berat rambut 0,296 g merupakan konsentrasi
optimum dalam menstimulasi aktivitas pertumbuhan rambut. Hasil analisa uji
Mann-Whitney menunjukkan nilai p>0,05 sehingga formulasi dengan ekstrak
10% mempunyai aktivitas pertumbuhan yang sama dengan hair tonic Regrou.
Kata kunci: daun seledri, hair tonic, rambut, formula, stabilitas fisik.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
PRAKATA ...............................................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Hipotesis .....................................................................................................3
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................4
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) ....................................................5
1. Taksonomi Tanaman ..............................................................................5
2. Nama Daerah ..........................................................................................5
3. Nama Asing............................................................................................6
4. Morfologi Tanaman ...............................................................................6
5. Kandungan Kimia ..................................................................................7
6. Kegunaan................................................................................................8
B. Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder ..................................................8
1.
Alakoid ..................................................................................................8
2.
Flavonoid ...............................................................................................9
viii
3.
Tanin......................................................................................................9
4.
Saponin ................................................................................................10
C. Rambut......................................................................................................10
D. Kerontokan Rambut ..................................................................................15
E. Hair Tonic .................................................................................................18
F. Preformulasi Sediaan Hair Tonic..............................................................23
G. Stabilitas Sediaan ......................................................................................30
1. Definisi Stabilitas .................................................................................30
2. Parameter Uji .......................................................................................31
H. Ekstrak .....................................................................................................33
1. Definisi Ekstrak dan Ekstraksi .............................................................33
2. Pembagian Ekstrak ...............................................................................33
3. Metode Pembuatan Ekstrak Secara Maserasi ......................................34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian .......................................................................................36
B. Sampel dan Teknik Sampling ...................................................................36
C. Variabel Penelitian....................................................................................37
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................38
1.
2.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
45
Tabel 2
48
Tabel 3
52
Tabel 4
52
Tabel 5
54
Tabel 6
Tabel 7
58
60
Tabel 8
Tabel 9
Panjang dan berat rambut kelinci setelah pengolesan hair tonic ekstrak
daun seledri pada minggu ketiga ................................................... 63
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
xiii
Lampiran 24 Hasil analisa data pH sediaan hair tonic selama 3 minggu .......... 104
Lampiran 25 Hasil analisa data viskositas sediaan hair tonic setelah 3
minggu ......................................................................................... 106
Lampiran 26 Hasil analisa data panjang rambut kelinci minggu ke3 ................ 109
Lampiran 27 Hasil analisa data berat rambut kelinci minggu ke3 ..................... 113
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rambut yang terdapat pada hampir seluruh permukaan tubuh memiliki
peranan yang penting bagi manusia. Pada pria dan wanita rambut mempunyai
peran sangat penting bagi penampilan. Tidak jarang kepercayaan diri seseorang
dapat meningkat dengan rambut yang indah. Kerontokan rambut sampai
menimbulkan kebotakan menjadi masalah yang cukup mengkhawatirkan.
Kerontokan
(kebotakan).
rambut
Hal
yang
yang
abnormal
mempengaruhi
dapat
menyebabkan
terjadinya
alopecia
kerontokan
rambut
zat
sintetis
seperti
Minoxidil.
Namun,
penggunaan
Minoxidil
Yanti, 2009). Ekstrak daun seledri dengan konsentrasi 10% dalam sediaan
mikroemulsi ternyata juga mempunyai kemampuan menstimulasi pertumbuhan
rambut (Tambunan, 2012).
Pengembangan formulasi ekstrak daun seledri dalam bentuk sediaan sebagai
penumbuh rambut masih sangat terbatas, terutama pengembangan sediaan hair
tonic. Sediaan kosmetika berupa hair tonic merupakan sediaan yang mudah
digunakan serta tidak menimbulkan rasa lengket dan tidak membentuk lapisan
tipis yang dapat menimbulkan ketombe yang mungkin dapat diakibatkan oleh
penggunaan krim atau gel pada kulit kepala.
Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian formulasi dan uji
aktivitas pertumbuhan rambut pada kelinci dari sediaan hair tonic ekstrak daun
seledri (Apium graveolens L.). Fomulasi sediaan hair tonic ini menggunakan
konsentrasi ekstrak yang berbeda. Sediaan hair tonic
dengan berbagai
A. Rumusan Masalah
1. Berapa persentase rendemen ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.)?
2. Bagaimana karakterisasi ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.)?
3. Apa saja metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun seledri
(Apium graveolens Linn)?
4. Apakah ekstrak daun seledri dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan
hair tonic?
5. Apakah sediaan hair tonic yang mengandung ekstrak daun seledri
konsentrasi 5%, 10% dan 15% memenuhi persyaratan stabilitas fisik?
6. Berapakah konsentrasi ekstrak daun seledri yang mempunyai aktivitas
optimum sebagai penumbuh rambut pada kelinci?
B. Hipotesis
Ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dapat diformulasikan dalam
bentuk sediaan hair tonic dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% yang
memenuhi persyaratan stabilitas fisik serta konsentrasi ekstrak daun seledri
sebesar 10% pada sediaan hair tonic mempunyai aktivitas optimum sebagai
penumbuh rambut pada kelinci.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui persentase rendemen ekstrak daun seledri (Apium graveolens
Linn.).
2. Mengetahui karakterisasi ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.).
3. Mengetahui metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun seledri
(Apium graveolens Linn.).
4. Mengetahui cara memformulasi ekstrak daun seledri dalam bentuk sediaan
hair tonic.
5. Mengetahui stabilitas fisik dari sediaan hair tonic yang mengandung ekstrak
daun seledri konsentrasi 5%, 10% dan 15%.
6. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun seledri yang mempunyai aktivitas
optimum sebagai penumbuh rambut pada kelinci.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi
peneliti serta Mahasiswa/i Akademi Farmasi Samarinda mengenai aktivitas
pertumbuhan rambut serta formulasi sediaan hair tonic dari ekstrak daun
seledri.
2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam
pengembangan dan penggunaan daun seledri bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Seledri
1. Taksonomi Tanaman
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Umbellales
Famili
: Apiaceae
Genus
: Apium
Spesies
: Apium graveolens L.
2. Nama daerah
Jawa: Saladri; Sunda: seledri, selderi, seleri, sadri, saderi, daun sop, daun
soh (Dalimartha, 2000)
3. Nama Asing
Inggris: Celery fruit, apium, wild celery; Perancis: Cleri, fruto de celery;
Italia: selinon ; Jerman: Selleriefruchte, selleriesamen; Portugis: Aipo,
Salsao; Cina: Han qin, qin cai; Spanyol: Fruto de apio (BPOM RI, 2010).
4. Morfologi Tanaman
Seledri memerlukan cuaca yang lembap namun juga dapat ditanam di
dataran rendah. Hanya saja ukuran batangnya menjadi lebih kecil dan
digunakan untuk penyedap masakan. Seledri terdiri dari tiga jenis, yaitu
seledri daun, seledri potongan dan seledri berumbi. Seledri yang banyak
ditanam di Indonesia adalah seledri daun.
Seledri tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatik
yang khas. Batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang
banyak, berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak
daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai yang panjangnya 1-2,7 cm, helaian
daun tipis dan rapuh, pangkal daun dan ujung runcing, tepi beringgit,
panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau
keputih-putihan. Bunga majemuk berbentuk payung, 8-12 buah, kecil-kecil
berwarna putih, mekar secara bertahap. Buahnya buah kotak, berbentuk
kerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau kekuningan (Budi, 2008).
Daun warna hijau, hijau kecoklatan sampai hijau kekuningan. Bau
aromatik khas, rasa agak asin, agak pedas dan menimbulkan rasa tebal di
lidah. Daun majemuk, bentuk belah ketupat miring, panjang 2-7,5 cm dan
lebar 2-5 cm, pangkal dan ujung anak daun runcing, panjang ibu tangkai
daun sampai 2,5 cm, terputar, beralur membujur, panjang tangkai anak daun
1-2,7 cm (BPOM RI, 2010)
5. Kandungan Kimia
Apium graveolens L. mengandung minyak atsiri, limonene, p-simol, terpineol, -santalol, -pinen, -kariofilen, flavonoid, apiin, apigenin,
isokuersitrin, kumarin, asparagin, bergapten, isopimpinelin, apiumetin,
santotoksin, saponin, tannin 1%, sedanolida, asam sedanoat, manitol,
kalsium, fosfor, besi, protein, glisidol, vitamin (A, B, C dan K) (BPOM RI,
2010). Apiin dan apigenin merupakan senyawa utama pada seledri.
Apigenin (4,5,7-trihidroksiflavon) bila terikat dengan gula dan menjadi
glikosida maka akan terbentuk apiin (apigenin-7-apioglikosid). Apigenin
termasuk golongan flavonoid dan apiin termasuk golongan glikosida
(Braun, 2007).
Dalam 100 gram herba seledri mengandung air sebanyak 93 ml, protein
0,9 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 4 g, serat 0,9 g, kalsium 50 mg, besi 1 mg,
fosfor 40 mg, yodium 150 mg, kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin
A 130 IU, vitamin C 15 mg, riboflavin 0,05 mg, tiamin 0,03 mg dan
nikotinamid 0,4 mg (Dalimartha, 2010)
6. Kegunaan
Apium graveolens L. secara turun temurun digunakan sebagai obat
reumatik gout, mata kering (xeroftalmia), tekanan darah tinggi (hipertensi),
bronchitis, batuk, kolik, psoriasis, menurunkan kadar kolesterol dan
menyuburkan rambut (Dalimartha, 2010)
terdapat
luas
pada
tumbuhan
berpembuluh,
dalam
10
B. Rambut
Rambut mempunyai peran dalam proteksi terhadap lingkungan yang
merugikan, antara lain suhu dingin atau panas, dan sinar ultraviolet. Selain itu,
rambut juga berfungsi melindungi kulit terhadap pengaruh-pengaruh buruk;
misalnya alis mata melindungi mata agar keringat tidak mengalir ke mata,
sedangkan bulu hidung menyaring udara. Rambut juga berfungi sebagai
11
pengatur suhu, pendorong penguapan keringat, dan sebagai indra peraba yang
sensitif (Harahap, 2000).
Menurut ilmu yang mempelajari tentang rambut atau trichologi, ada dua
jenis rambut manusia, yaitu rambut terminal yang umumnya rambut kasar
(misalnya rambut kepala, alis, rambut ketiak, rambut kelamin) dan rambut
vellus yang berupa rambut halus pada pipi, dahi, punggung dan lengan.
Namun, pada dasarnya semua rambut tumbuh dari akar rambut yang jenisnya
sama, maka rambut vellus dapat menjadi rambut terminal (Mitsui, 1993)
Secara anatomi, rambut terdiri dari batang rambut yang merupakan bagian
yang berada di atas permukaan kulit dan akar rambut yang tertanam pada
dermis. Akar rambut terdiri dari dua bagian yaitu bulbus dan papil. Bulbus
disebut juga umbi rambut akan ikut bila dicabut, sedangkan papil atau bibit
rambut akan tertinggal bila rambut dicabut (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).
Setiap akar rambut dikelilingi oleh pembuluh darah dan kelenjar lemak yang
dinamakan kelenjar sebasea. Darah yang berasal dari pembuluh darah secara
terus menerus akan mensuplai oksigen dan makanan seperti protein, vitamin
dan mineral. Setiap folikel rambut dilekatkan dengan otot penegak rambut
yang disebut musculus erector pili. Otot ini akan mengerut bila kedinginan atau
ketakutan sehingga dapat menyebabkan rambut bisa berdiri (Mitsui, 1993;
Soedibyo dan Dalimartha, 1998)
Batang rambut adalah bagian rambut yang berada di permukaan kulit. Setiap
batang rambut terdiri dari tiga lapisan yang masing-masing mempunyai fungsi
tersendiri yaitu:
12
dalam. Lapisan ini terdiri dari lapisan sel kubus yang berisi keratohialin,
badan lemak dan rongga udara (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).
Pertumbuhan rambut mengikuti suatu siklus yang meliputi:
a. Fase Anagenik
Fase anagenik adalah fase awal pertumbuhan aktif rambut. Rambut
yang terdapat dalam fase ini pada kulit kepala normal dengan rambut
sehat dapat mencapai usia 2-6 tahun. Lebih kurang 85% keseluruhan
rambut pada kulit kepala pada suatu saat akan terdapat dalam fase ini.
Kecepatan tumbuh dan lamanya fase ini menentukan panjangnya rambut
maksimum seseorang (Depkes RI, 1985b).
Pada fase ini terdapat beberapa tahap proses perkembangan. Tahap
I-V disebut tahap pronagen dan tahap VI disebut tahap metanagen. Pada
tahap I sel-sel dermal papilla bertambah besar dan menunjukkan
peningkatan sintesis RNA. Pada tahap II bagian folikel berkembang ke
bawah menutupi dermal papilla. Pada tahap III, folikel mencapai panjang
maksimum. Pada tahap IV, mulai terbentuk melanin dimana rambut
sudah mulai terbentuk tetapi belum disertai selubung akar internal. Pada
13
tahap V, ujung rambut telah muncul dari selubung internal. Pada tahap
VI dimulai segera setelah rambut muncul pada permukaan kulit dan
berlangsung hingga mencapai masa katagen. Kecepatan tumbuh dan
lamanya fase ini menentukan panjang maksimum rambut. berdasarkan
variasi kedua ciri ini rambut seseorang dapat tumbuh lebih lebat atau
lebih panjang dibandingkan dengan yang lain. (Rook and Dawber, 1991).
b. Fase Katagenik
Fase katagenik merupakan fase perkembangan/fase transisi rambut
yang kedua. Pertumbuhan rambut dalam folikel akan berhenti dan
sekelompok sel akan membentuk massa seperti tongkat dalam papila.
Rambut tidak mengalami pertumbuhan lebih lanjut. Lama masa katagen
normal adalah sekitar 2-3 minggu (Depkes RI, 1985b).
Fase katagenik diawali dengan berkurangnya mitosis hingga berhenti
dalam beberapa hari. Sejak mitosis berhenti, bagian yang terletak lebih
rendah dari folikel memendek dan selubung jaringan menjadi menebal
dan mengerut. Sel-sel pada selubung akar eksternal membentuk kantung
pada dasar akar rambut yang berfungsi sebagai tempat sel-sel benih
folikel (Rook and Dawber, 1991).
c. Fase Telogenik
Fase telogenik merupakan fase perkembangan rambut yang terakhir,
rambut mengalami istirahat. Folikel rambut akan mengkerut dan rambut
yang terbentuk akan tertahan di tempat oleh massa seperti tongkat.
14
15
C. Kerontokan Rambut
Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut terminal dalam bentuk
apapun dan dimanapun asal mula terjadinya yang berkisar lebih dari 100 helai
16
per hari. Menurut beberapa buku, jumlah rambut yang rontok normalnya setiap
hari rata-rata 40-100 helai. Apabila jumlah rambut yang rontok setiap harinya
melebihi 100 helai, maka kerontokan itu sudah tidak normal (Retno dan Fatma,
2007). Dapat terjadi difus atau lokal. Kelainan setempat dapat berupa unifokal
atau multifokal. Bila kerontokan ini berlanjut dapat terjadi alopesia
(kebotakan).
Kerontokan rambut dapat terjadi normal atau tidak normal, tergantung dari
banyaknya helai rambut yang rontok setiap harinya. Angka yang menyatakan
banyaknya helai rambut yang rontok setiap hari disebut angka kerontokan
rambut disingkat angka kerontokan. Pada seseorang yang sehat dengan kulit
kepala bersih-sehat dan terawat, angka kerontokan berkisar 0-40 (Departemen
Kesehatan RI 1985b).
Kerontokan rambut sangat dipengaruhi oleh faal kulit kepala. Faal kulit
kepala dipengaruhi faal tubuh dan faktor lingkungan.
1.
Faal tubuh
Gangguan faal tubuh yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi
faal kulit kepala antara lain: penyakit infeksi seperti influenza, tifus,
berbagai penyakit demam, tuberculosis, setelah pneumonia atau sifilis
tingkat tertentu, gangguan saraf pusat, diabetes melitus, akibat
penggunaan obat atau keracunan logam tertentu seperti talium, arsen,
timbal atau raksa (Djuanda dkk, 2010)
Selain itu perlu juga diperhitungkan kemungkinan faktor genetik
yang merupakan bakat bawaan, yang melalui faal tubuh ikut
17
Faktor lingkungan
Secara lokal topikal dapat mempengaruhi faal kulit kepala. Faktor
lingkungan meliputi: perubahan cuaca yang ekstrim, terlalu panas atau
terlalu dingin, sengatan surya, sinar-X dan radioaktif, pelekatan dan
infeksi jasadrenik, iritasi zat kimia, atau penutupan dan penekanan
rambut berikut kulit kepala seperti pemakaian kudung, topi dan helm.
Jika faktor lingkungan ini terjadi terus menerus, kulit kepala akan
mengalami degenerasi kronik pada sel-sel epidermis, kulit kepala akan
menjadi kasar, terjadi pigmenisasi dan gangguan keratinasi, akhirnya
terjadi kerontokan rambut (Depkes RI, 1985b)
Secara umum, kerontokan rambut atau alopesia yang disebabkan oleh trauma
mekanis dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu trauma, tekanan, dan tarikan.
1.
Alopesia traumatik
Kerontokan rambut sampai alopesia akibat trauma memilki daerah
yang berbatas tegas dan merupakan penyebab tersering alopesia
sikatrisial (Rosmailis dkk, 2008).
18
D. Hair Tonic
Kosmetika perawatan kulit kepala dan rambut yang digunakan setelah
keramas atau kulit kepala dalam keadaan bersih disebut hair tonic. Hair tonic
diharapkan dapat memperlancar sirkulasi darah pada daerah kulit kepala serta
memperbaiki sekresi kelenjar sebum sehingga dapat merangsang pertumbuhan
rambut. Hair tonic sebagian besar mengandung pengstimulan kelenjar sebum,
rubifasien dan antiseptik. Cara penggunaannya, hair tonic diteteskan pada kulit
kepala, kemudian dipijit-pijit sehingga cairan meresap dan merata. Manfaat
hair tonic, antara lain (Depkes RI, 1985b)
1. Merangsang pertumbuhan rambut
2. Mencegah kerontokan rambut
Bahan utama yang terdapat dalam sediaan hair tonic ada dua, yaitu zat
pelarut dan zat berkhasiat.
19
1. Zat pelarut yang umum digunakan untuk sediaan bentuk larutan adalah
air, alkohol dan gliserin. Kadar alkohol hendaknya serendah mungkin.
Kadar alkohol yang relatif tinggi dapat melarutkan kompleks proteinasam lemak rambut, dapat menyebabkan terputusnya struktur protein.
Gliserin selain sebagai pelarut juga sebagai zat bermanfaat terutama
untuk pelicin dan emolien. Kadar gliserin 2-5% sudah dapat dianggap
cukup untuk memberikan efek pelicin dan emolien (Depkes RI, 1985b).
2. Zat manfaat berfungsi berkisar sesuai efek berikut : daya pembersih,
menghilangkan atau mencegah ketombe, memperbaiki sirkulasi darah
kulit kepala, memperbaiki dan memulihkan sekresi kelenjar sebum dan
merangsang pertumbuhan rambut. Berdasarkan efeknya, zat manfaat
diklasifikasikan menjadi :
a. Kounteriritan
Penggunaan
kounteriritan
dalam
sediaan
perangsang
20
21
22
23
o-kloro-o-fenol,
p-kloro-m-kresol,
p-kloro-m-ksilenol,
ammonium
kwartener
umumnya
lebih
baik
meliputi:
laurilisokuinolinum
alkidimetil
bromid,
benzilamonium
setilpiridimiun
klorida,
klorida,
antiseptikum
digunakan
dengan
batas
kadar
resorcin
batas kadar
Bahan tambahan
a. Etanol
24
25
26
Nipagin atau metil paraben merupakan serbuk kristal putih atau tidak
berwarna dan tidak berbau. Larut dalam etanol dan propilen glikol,
sedikit larut dalam air. Memiliki aktivitas sebagai pengawet
antimikroba untuk sediaan kosmetik, makanan dan sediaan farmasi.
Campuran paraben digunakan untuk mendapatkan pengawet yang
efektif. Konsentrasi yang digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,020,3% (Rowe, 2006).
27
Metil
paraben
satu
ester
dari p-
28
f. Air suling
Air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan disebut air
suling, sehingga lebih bebas dari kotoran maupun mikroba. Air murni
digunakan dalam sediaan-sediaan yang membutuhkan air, terkecuali
untuk parenteral, air suling harus disterilkan terlebih dahulu (Rowe,
2006).
2. Bahan berkhasiat Minoxidil
29
5g
Finasteride
100 mg
Propylen glycol
20 ml
Etanol 95%
70 ml
Purified water
ad 100 ml
Wt%
3,0
0,4
0,3
0,2
14,0
4,0
1,0
q.s to 100
30
Panthotenol
-Biothin
Vitamin E nicotinate
Methyl nicotinate
Allantoin
Vitamin E Acetate
Camphor
Menthol
-Bisoprolol
Carbomer 940
Carbomer 934
Polyquaternium-11 20%
Triethanolamine
Oleth-20
Nonoxynol-9
Capric/caprylic triglyceride
Propylene glycol
Ethanol B96
Colour
Perfume
Methyl paraben
2-bromo-2-nitro-1,3 propanadiol
Deionised water
A
1
0,02
0,2
0,1
0,4
0,45
3
4
25
q.s
q.s
0,03
to 100
B
1,5
0,4
0,3
0,3
0,25
1
3
5
q.s
q.s
0,1
0,04
C
0,25
0,05
0,05
0,01
0,05
50
q.s
q.s
-
F. Stabilitas Sediaan
1. Definisi Stabilitas
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau
kosmetik untuk bertahan dalam spesifikasi yang diterapkan sepanjang
periosde penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,
kualitas dan kemurnian produk. Sediaan kosmetik yang stabil didefinisikan
sebagai suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima
selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan
karakteristik sama dengan yang dimilikinya selama dibuat.
31
32
pH
33
G. Ekstrak
1. Definisi Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung zat
aktif yang dapat larut dan zat yang tidak dapat larut seperti serat,
karbohidrat, protein dan lain-lain. Secara umum penyarian akan bertambah
baik apabila simplisia yang bersentuhan semakin luas.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati ataupun hewani
menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI, 1979a).
2. Pembagian Ekstrak
Menurut Voigt (1995) berdasarkan atas sifatnya, ekstrak dapat
dikelompokan menjadi 4 golongan yaitu:
a. Ekstrak encer (Extractum tennue)sediaan ini memiliki konsentrasi seperti
madu dan dapat dituang.
b. Ekstrak kental (Extractum spissum) sediaan ini dilihat dalam keadaan
dingin dan tidak dapat diulang, kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
c. Ekstrak kering (Extractum siccum) sediaan ini memiliki konsentrasi
kering dan mudah digosokkan, melalui penguapan cairan pengekstraksi
dan pengeringan, sisanya akan terbentuk suatu produk yang sebaliknya
memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
d. Ekstrak cair (Extractum fluidum) adalah sediaan cair simplisia nabati,
yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet.
34
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yaitu percobaan
yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat
dari adanya perlakuan tertentu. Penelitian yang dilakukan mengenai pengujian
aktivitas penumbuh rambut dari ekstrak daun seledri dengan konsentrasi 5%, 10%
dan 15% dan diformulasikan dalam bentuk sediaan hair tonic. Tahap penelitian
ini dimulai dengan determinasi tanaman, pengumpulan dan pengolahan seledri,
pembuatan ekstrak,karakterisasi ekstrak, skrining fitokimia ekstrak, proses
adaptasi hewan uji, pembuatan sediaan dan pengujian sifat fisik hair tonic serta
pengujian aktivitas penumbuh rambut.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu I dan Laboratorium Terpadu
II Akademi Farmasi Samarinda.
A. Obyek Penelitian
Obyek yang diteliti adalah aktivitas ekstrak daun seledri dengan konsentrasi
5%, 10% dan 15% dalam sediaan hair tonic untuk menumbuhkan rambut.
Seledri yang digunakan adalah jenis seledri daun (Apium graveolens
L.var.secalinum Alef.). Bagian yang digunakan adalah daun seledri.
Pengujian dilakukan terhadap bagian punggung kelinci yang telah dicukur
bulunya.
36
37
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah tiga konsentrasi berbeda dari
ekstrak daun seledri pada sediaan hair tonic. Tiga konsentrasi berbeda
tersebut adalah konsentrasi 5%, 10% dan 15% dari ekstrak kental daun
seledri yang kemudian dibuat ke dalam bentuk sediaan hair tonic.
2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pertumbuhan rambut pada
kelinci. Pertumbuhan rambut diketahui dengan menimbang berat rambut
dan mengukur panjang rambut kelinci hasil pencukuran pada hari ke21
sejak pemberian sediaan hair tonic.
3. Variabel yang perlu dikendalikan berupa variabel kontrol adalah jenis
seledri, tempat pengambilan seledri sebagai sampel dan jenis hewan uji.
Jenis seledri yang digunakan hanya terbatas pada jenis seledri daun (Apium
38
39
c. Hewan Percobaan
Hewan uji yang digunakan adalah kelinci jenis New Zealand jantan
dengan umur 3,5 bulan dengan berat badan rata-rata 1,5 kg.
2. Prosedur Penelitian
a. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan
penelitian untuk memastikan jenis dan kebenaran simplisia. Determinasi
dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.
b. Penyiapan simplisia daun seledri
Dilakukan pengumpulan seledri, kemudian dipotong dan diambil
bagian daunnya. Daun dicuci kemudian ditempatkan pada nampan.
Pengeringan dilakukan dengan diangin-anginkan sampai kering. Setelah
simplisia dikeringkan, simplisia dihaluskan dengan menggunakan
grinder.
c. Ekstraksi daun seledri
Ekstraksi menggunakan cara maserasi. Cairan penyari yang digunakan
adalah campuran etanol 96% dan air (63:37) (Djatmiko, 2009). Sejumlah
260,0 gram serbuk kering daun seledri dimasukkan ke dalam maserator
lalu ditambahkan 2.600 ml campuran cairan penyari. Sampel direndam
selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan
selama 18 jam. Maserat dipisahkan dengan cara pengendapan. Proses
penyarian diulangi sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah
40
41
42
43
c) Pereaksi Dragendrof
(1) Tiga tetes ekstrak daun seledri dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
(2) Ditambahkan dua tetes pereaksi Dragendrof.
(3) Bila terbentuk endapan jingga sampai merah coklat
menunjukkan adanya senyawa alkaloid.
Bila sedikitnya 2 dari 3 pereaksi di atas positif maka sampel
mengandung alkaloid.
2) Uji Flavonoid (Depkes RId, 1989)
Sebanyak 10 g serbuk simplisia kemudian ditambDFahkan 100
ml air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan
panas. Filtrat yang diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu tambahkan
0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok
dan dibiarkan memisah.
a) Sepuluh tetes ekstrak daun seledri dimasukkan ke dalam tabung
reaksi
b) Ditambahkan 2 tetes asam klorida pekat
c) Ditambahkan serbuk magnesium
d) Ditambahkan amil alkohol
e) Bila terbentuk warna kuning, orange, atau merah pada lapisan
amil alkohol memberikan indikasi adanya flavonoid.
44
45
Kontrol
Negatif
-
Formula
A
5
Formula
B
10
Formula
C
15
14
30
0,1
14
30
0,1
14
30
0,1
14
30
0,1
Metil paraben
0,1
0,1
0,1
0,1
Menthol
Air suling
0,2
55,6
0,2
50,6
0,2
45,6
0,2
40,6
Ekstrak daun
seledri
Etanol 95%
Propilen glikol
Asam askorbat
46
viskositas
sediaan
menggunakan
viskometer
47
Kelinci II
Kelinci III
48
Perlakuan
Tidak dioleskan sediaan hair tonic
Dioleskan sediaan hair tonic yang tidak
mengandung zat berkhasiat
Dioleskan sediaan hair tonic Minoxidil
2%
Dioleskan sediaan hair tonic ekstrak daun
seledri 5%
Dioleskan sediaan hair tonic ekstrak daun
seledri 10%
Dioleskan sediaan hair tonic ekstrak daun
seledri 15%
E. Analisis Data
Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari hasil pengukuran panjang dan penimbangan berat
rambut dari hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut, pengukuran pH sediaan
dan pengukuran viskositas. Sedangkan untuk data kualitatif diperoleh dari
pengamatan organoleptis sediaan. Hasil pengukuran panjang dan berat rambut,
49
serta hasil pengukuran viskositas diuji statistik dengan metode uji ANOVA
(jika distribusi data normal) atau uji Kruskal Wallis (jika distribusi data tidak
normal) yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil pengukuran pH
diuji statistik dengan metode uji Repeated ANOVA (jika data berdistribusi
normal) atau uji Friedman (jika distribusi data tidak normal). Uji statistik
menggunakan program SPSS versi 20.0.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Apium graveolens L.
yang telah dinyatakan berdasarkan hasil determinasi di Laboratorium
Fisiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Mulawarman Samarinda. Hasil determinasi tanaman menunjukkan bahwa
sampel yang digunakan adalah seledri (Apium graveolens L.) dari genus
Apium dan famili Apiaceae.
B. Penyiapan Simplisia Daun Seledri
Seledri diperoleh langsung dari petani seledri sehingga sampel yang
digunakan seragam dan mengurangi kemungkinan hasil yang bervariasi
akibat penggunaan sampel yang tidak seragam. Sampel daun seledri yang
digunakan adalah daun dari seledri yang segar serta pada umur tanaman yang
cukup untuk dipanen (1-2 bulan). Daun segar yang telah dicuci dan ditiriskan
kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan hingga kering. Daun
segar yang digunakan sebanyak 5.300 g kemudian saat kering menyusut
hingga menjadi 260,85 gram. Susut pengeringan pada simplisia daun seledri
sebesar 4,5% yang ditetapkan dengan metode gravimetri. Susut pengeringan
ini menyatakan bahwa sisa air yang terdapat pada simplisia kering hanya
4,5% sesuai dengan persyaratan yaitu <5%. Bila kandungan air dalam
simplisia masih besar, maka dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur sehingga
mutu simplisia turun dan tidak memenuhi syarat.
50
51
52
yang dilakukan sesekali secara teratur juga membantu agar semua bagian
simplisia terendam dan kontak dengan cairan penyari merata. Ekstrak kental
yang diperoleh dari 260,0 g simplisia dengan 2.600 ml campuran cairan
penyari adalah sebesar 198,07 g, sehingga rendemen yang diperoleh sebesar
76,18%. Ekstrak kental daun seledri yang diperoleh berwarna
hijau
Hasil
Kental berminyak
Hijau kecoklatan
Khas aromatik
Pahit
5
1,047 g/ml
31%
42,5%
16,13%
53
susut
pengeringan
sebesar
31%.
Semakin
kecil
susut
pengeringan, maka semakin sedikit senyawa yang hilang dan semakin baik
mutu ekstrak. Penetapan kadar senyawa yang larut dalam air dan dalam
etanol dilakukan untuk memberikan gambaran awal jumlah kandungan
senyawa. Hasil penetapan kadar senyawa yang larut dalam air sebesar 42,5%
sedangkan kadar senyawa yang larut dalam etanol sebesar 16,13%. Hal ini
54
menunjukkan bahwa senyawa yang larut dalam air lebih banyak bila
dibandingkan senyawa yang larut dalam etanol, karena senyawa yang
terdapat dalam seledri seperti alkaloid, flavanoid, tanin dan saponin melarut
dalam pelarut polar yaitu air.
E. Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Seledri
Pengujian golongan metabolit sekunder dilakukan untuk mengetahui
adanya kandungan metabolit sekunder pada sampel bahan alam.
Tabel 5. Hasil identifikasi metabolit sekunder ekstrak daun seledri
Warna
Warna Hasil
No
Uji
Kesimpulan
Pembanding
Pengujian
1 Alkaloid
a. Mayer
Endapan putih
Endapan
atau kuning
kehitaman
b. Bouchardat Endapan coklat
Endapan hitam
+
sampai hitam
c. Dragendorf Endapan jingga
Endapan jingga
+
sampai merah
coklat
2 Flavonoid
Lapisan kuning,
Lapisan orange
orange atau
pada amil
+
merah pada amil alkohol
alkohol
3 Saponin
Berbusa
Berbusa
+
4 Tanin
Warna biru tua
Hijau kehitaman
atau hijau
+
kehitaman
Keterangan : (+) = Ada
(-) = Tidak Ada
Hasil uji alkaloid pada ekstrak daun seledri dinyatakan positif karena dari
3 uji yang dilakukan untuk golongan alkaloid, 2 pengujian (uji Bouchardat
dan Dragendorf) dinyatakan positif. Hasil uji flavonid, saponin dan tanin pun
dinyatakan positif, sehingga pada ekstrak daun seledri diketahui mengandung
55
56
pelarut metil paraben, menthol serta sebagai co-solvent bagi ekstrak seledri
yang sulit larut jika hanya menggunakan air. Etanol juga dapat meningkatkan
penetrasi ke dalam kulit. Propilen glikol terutama digunakan untuk
meningkatkan kelarutan dari bahan-bahan yang terdapat dalam formulasi.
Meskipun etanol 95% telah membantu kelarutan dari ekstrak kental yang
digunakan, propilen glikol juga digunakan untuk meningkatkan kelarutan
ekstrak kental agar terlarut sempurna.
57
Minggu
Formula B
Formula C
Kontrol negatif
Formula A
II
Formula B
Formula C
Kontrol negatif
Formula A
III
Formula B
Formula C
Warna
Bau
Homogenitas
Jernih
Coklat
keruh
Coklat
kekuningan
Coklat
pekat
Jernih
Coklat
keruh
Coklat
kekuningan
Coklat
pekat
Jernih
Coklat
keruh
Coklat
kekuningan
Coklat
pekat
Aroma khas
Aroma lemah
khas seledri
Aroma kuat khas
ekstrak seledri
Aroma kuat khas
ekstrak seledri
Aroma khas
Aroma lemah
khas seledri
Aroma kuat khas
ekstrak seledri
Aroma kuat khas
ekstrak seledri
Aroma khas
Aroma lemah
khas seledri
Aroma kuat khas
ekstrak seledri
Aroma kuat khas
ekstrak seledri
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
58
digunakan pada kepala yaitu berkisar 3,9-9,5 (Mita, 2009). pH yang terlalu
asam ataupun terlalu basa dapat mengakibatkan iritasi. pH sediaan setiap
minggu mengalami penurunan meskipun tidak terlalu signifikan.
Penurunan pH yang tidak signifikan setiap minggu diketahui dengan
59
60
Massa Jenis
rata-rata (g/ml)
Viskositas
rata-rata
(cP)
3,550,061*
3,730,015*
3,980,075*
4,600,010*
61
sediaan.
Perbedaan
bermakna
tersebut
diketahui
dengan
telah
dicampur
sehingga
terjadi
perubahan
viskositas
62
malam hari. Sediaan uji yang dioleskan pada kelinci terdiri dari enam sediaan
berbeda yaitu kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif serta formulasi
A, formula B dan formula C. Khusus sediaan hair tonic formula A, B dan C
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga untuk setiap formulasi
dilakukan pengolesan pada 3 daerah uji yang berbeda pada kelinci.
Pengulangan ini dilakukan untuk meningkatkan kepastian hasil yang akan
diperoleh dari pengujian.
Pengamatan hasil dilakukan setelah 3 minggu pengujian. Pengamatan
hanya dilakukan setelah 3 minggu pengujian karena pertumbuhan rambut
normal berkisar 1/3 milimeter perhari atau sekitar 1 cm perbulan, sehingga
sekitar 3 minggu panjang rambut yang tumbuh lebih mudah diamati dan
diukur (Rostamailis dkk, 2008). Selain itu, dari sisi kode etik hewan,
dikhawatirkan akan menimbulkan
63
64
sangat pendek dengan warna dan tekstur rambut sama dengan rambut kelinci
yang tidak dicukur. Sedangkan di daerah uji kontrol negatif, kontrol positif,
formulasi A, B dan C memperlihatkan warna yang lebih hitam dan tekstur
rambut lebih tebal dibandingkan rambut kelinci normal pada bagian lain
tubuh kelinci yang tidak dicukur.
Pada minggu ketiga, pertumbuhan panjang rambut terlihat sangat jelas
dengan warna rambut yang lebih hitam dan tebal dibandingkan dengan
rambut kelinci normal. Perhitungan statistik panjang dan berat rambut kelinci
pada minggu ketiga menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal dan
tidak homogen, sehingga perhitungan dengan uji ANOVA tidak dapat
dilanjutkan dan perhitungan harus dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis.
Pada uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
(p<0,05). Untuk mengetahui perbedaan bermakna tersebut maka dilanjutkan
dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa
kelompok yang mempunyai perbedaan bermakna adalah formula A dengan
kontrol normal, kontrol negatif dan kontrol positif, formula B dengan kontrol
normal dan kontrol negatif serta formula C dengan kontrol normal, kontrol
negatif dan kontrol positif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa formula B
dengan kontrol positif tidak mempunyai perbedaan bermakna (p>0,05) yang
berarti kemampuan formula B sama dengan kontrol positif (Regrou) dalam
aktivitas pertumbuhan rambut.
Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan penimbangan berat rambut
kelinci pada minggu ketiga dapat terlihat jelas bahwa hair tonic ekstrak daun
65
yang optimum
dapat
menstimulasi
kelenjar
sebum
sehingga
membantu
66
67
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang formulasi dan uji aktivitas
pertumbuhan rambut pada kelinci dari sediaan hair tonic ekstrak daun seledri,
maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Persentase rendemen ekstrak daun seledri adalah 76,18%.
2. Karakterisasi ekstrak daun seledri yaitu ekstrak kental berminyak
berwarna hijau kecoklatan, dengan bau khas aromatic dan rasa yang pahit.
pH ekstrak sebesar 5, berat jenis sebesar 1,047 g/ml, susut pengeringan
sebesar 31%, kadar senyawa yang larut dalam air sebesar 42,5% dan
kadar senyawa yang larut dalam etanol sebesar 16,13%.
3. Metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun seledri adalah
golongan alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin.
4. Ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dapat diformulasikan dalam
bentuk sediaan hair tonic.
5. Sediaan hair tonic ekstrak daun seledri konsentrasi 5%, 10% dan 15%
memenuhi persyaratan stabilitas fisik meliputi pengamatan organoleptis,
pengukuran pH dan pengukuran viskositas.
6. Konsentrasi ekstrak daun seledri sebesar 10% memberikan aktivitas
pertumbuhan rambut kelinci yang optimum.
68
69
B. Saran
Pada penelitian dan pengembangan selanjutnya sebaiknya dilakukan
penelitian lebih lanjut yaitu:
1. Mengembangkan
formulasi,
cara
penyimpanan
hair
tonic
serta
DAFTAR PUSTAKA
Alam, M., Hayes B.G., Rebecca C.T. 2009. Cosmetic Dermatology. China:
Saunders Elsivier. Hal. 13.
Allen, L.V. 2002. The Art, Science and Technology of Pharmaceutical
Coumponding. Washington DC: American Pharmaceutical Association.
Hal.261
Anonim. 2002. Menthol. North Carolina: Lorillard Tobacco Company Research
Department.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit UI.
Hal.158
Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI. Hal.37-38
Balsam, M.S., Edward S. 1970. Cosmetic Science and Technology Second
Edition. USA: William Interscience. Hal. 393
Block, S.S. 2001. Disinfection, Sterilization and Preservation. USA: Lippincott
Williams & Wilkins. Hal.1276.
Budi, S. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Braun,L., Marc C. 2007. Herbs and Natural Suplements: An Evidence-Based
GuideI. Australia: Elsevier.
Departemen Kesehatan RI. 1979a. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 1985b. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Hal.252-259
Departemen Kesehatan RI. 1986c. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal.10-11
Departemen Kesehatan RI. 1989d. Materia Medika Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Hal. 549-553.
Departemen Kesehatan RI. 2000e. Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman
Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal.10-11
Departemen Kesehatan RI. 2008f. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI . Hal.174
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Hal.171-177
70
71
72
Nadinah. 2008. Kinetika Inhibisi Ekstrak Etanol Seledri dan Fraksinya Terhadap
Enzim Xantin Oksidase Serta Penentuan Senyawa Aktifnya. Tesis. Bogor:
ITB
Priskila, V. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Air
Bonggol Pisang Kepok (Musa balbisiana). Skripsi. Depok: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Retno, I.T dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
2007. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal.36
Rowe, R.C., Sheskey, P. J., Owen, S. C. 2006. Handbook of Pharmaceutical
Exipiens 5th Edition. London: American Pharmaceutical Association. Hal.18,
48, 466, 459 624, 802.
Rosiana, H. 2009. Analisis Viskositas. Jakarta: Rineka Cipta.
Rosmailis dkk. 2008. Tata Kecantikan Rambut. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan. Hal. 21
Rook, A and R. Dawber. 1991. Disease of The Hair and Scalp. London:
Blackwell Scientific Pub. Hal.8-11, 14, 26-28.
Rukmana, R. 1995. Bertanam Seledri. Yogyakarta: Kanisius. Hal.18
Soedibyo,M., Dalimartha., S. 1998. Perawatan Rambut dengan Tumbuhan Obat
dan Diet Suplemen. Jakarta : Swadaya
Sweetman.S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition.
London: Pharmaceutical Press. Hal.1342
Tambunan, L.R. 2012. Uji Stabilitas Mikroemulsi Ekstrak Daun Seledri dan
Mikroemulsi Ekstrak Daun Urang Aring dan Efektivitasnya Terhadap
Pertumbuhan Rambut Tikus Jantan Spraque Dawley. Skripsi. Depok:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Tanaka., M. Saito., M. Tabata. 1980. Bioassay of Crude Drugs For Hair Tonic
Promoting Activity in Mice by A New Simple Method. Journal of Medicinal
Plant Research.
Tjitro, S., Adriana, A.G., Gatut, P. 2000. Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan
Variasi Konsentrasi Asam Askorbat dalam Lingkungan Air yang
Mengandung Klorida dan Sulfat. Jurnal Teknik Mesin Vol.2 No.1
Voigt,R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Jogjakarta:
Gadjah Mada University Press. Hal.577-578
73
and
Topical
Drug
Delivery.
USA:
74
75
%b/b
93,85%
BJ (g/ml)
0,8053
Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar etanol pada campuran etanol
96% dan air (63:37) adalah:
(B1 X K1) + (B2 X K2) = (B3 X K3)
Keterangan :
B = bobot (g)
K = konsentrasi (%b/b)
76
Oleh karena 54,26% b/b tidak terdapat pada Farmakope Indonesia, maka dicari
dahulu interpolasinya.
BJ
0,9050
0,9060
% b/b
54,5
0,24
54,26 + 0,40
0,16
54,1
% v/v
62,5
-
0,5
62
Perbandingan
: 0,24/0,40 = 3/5
Jadi, bobot campuran etanol 96% dan air (63:37) adalah 62,2 % v/v
77
=2g
Berat akhir
= 1,91 g
2 1,91
2
X 100% = 4,5 %
X 100%
78
= 260 g
= 198,07 g
Rendemen (%) =
198,07
260
X 100% = 76,18%
X 100%
79
80
81
2 1,38
2
X 100% = 31 %
X 100%
82
20
10
48,16 20,95
47,29 20,95
27,57
26,34
= 1,047 g/ml
Jadi, berat jenis ekstrak cair daun seledri adalah 1,047 g/ml.
83
= 77,13 g
= 95,49 g
W 2W 1
10
X 100%
X 100%
84,95 g77,13 g
95,49 77,13
X 100% = 42,5%
84
= 89,76 g
= 105,81 g
W 2W 1
10
X 100%
X 100%
92,35 g89,76 g
105,81 89,76
X 100% = 16,13%
85
A
Keterangan
86
Kontrol
Negatif
Formula
A
Formula
B
Formula
C
87
Kontrol
Negatif
Formula
A
Formula
B
Formula
C
88
Kontrol
Negatif
Formula
A
Formula
B
Formula
C
89
90
91
=
Keterangan :
20
10
a. Kontrol negatif
48,45 23,72
48,30 23,72
24,73
24,58
= 1,006 g/ml
b. Formula A
48,65 23,83
48,30 23,83
24,91
24,58
= 1,013 g/ml
c. Formula B
44,17 20,51
43,87 20,51
23,66
23,36
= 1,014 g/ml
d. Formula C
46,03 20,23
48,30 20,23
25,80
25,27
= 1,020 g/ml
92
2) Viskositas sediaan
Keterangan:
a. Kontrol negatif
Pengulangan I : 2 = 1,006 g/ml x 52,83 detik
x 1 cP
1 g/ml x 15 detik
= 3,54 cP
Pengulangan II: 2 = 1,006 g/ml x 53,97 detik
x 1 cP
1 g/ml x 15 detik
= 3,62 cP
Pengulangan III : 2 = 1,006 g/ml x 52,18 detik
x 1 cP
1 g/ml x 15 detik
= 3,50 cP
b. Formula A
Pengulangan I : 2 = 1,013 g/ml x 55,3 detik
x 1 cP
1 g/ml x 15 detik
= 3,74 cP
Pengulangan II : 2 = 1,013 g/ml x 55,52 detik
1 g/ml x 15 detik
= 3,75 cP
x 1 cP
93
x 1 cP
1 g/ml x 15 detik
= 3,72 cP
c. Formula B
Pengulangan I :
x 1 cP
1 g/ml x 15 detik
= 3,93 cP
Pengulangan II :
x 1 cP
1 g/ml x 15 detik
= 3,96 cP
Pengulangan III : 2 = 1,015 g/ml x 60,14 detik
x 1 cP
1 g/ml x 15 detik
= 4,07 cP
d. Formula C
Pengulangan I :
x 1 cP
1 g/ml x 15 detik
= 4,60 cP
Pengulangan II :
x 1 cP
1 g/ml x 15 detik
= 4,59 cP
Pengulangan III : 2 = 1,020 g/ml x 67,79 detik
1 g/ml x 15 detik
= 4,61 cP
x 1 cP
94
Kontrol
Negatif
Formula A
Formula B
Formula C
I
II
III
Ratarata
SD
I
II
III
Ratarata
SD
I
II
III
Ratarata
SD
I
II
III
Ratarata
SD
Massa jenis
(g/ml)
1,006
1,006
1,006
Kecepatan alir
(detik)
52,83
53,97
52,18
Viskositas
(cP)
3,54
3,62
3,50
1,006
52,99
3,55*
0,00
1,013
1,013
1,013
0,906
55,30
55,52
55,08
0,061
3,74
3,75
3,72
1,013
55,30
3,73*
0,00
1,015
1,015
1,015
0,220
58,13
58,52
60,14
0,015
3,93
3,96
4,07
1,015
58,93
3,98*
0,00
1,020
1,020
1,020
1,058
67,70
67,50
67,79
0,075
4,60
4,59
4,61
1,020
67,66
4,60*
0,00
0,148
0,010
95
(N)
(-)
(A)
(A)
96
(A)
(+)
(B)
(C)
97
(N)
(-)
(A)
(A)
98
(A)
(+)
(B)
(C)
99
(N)
(-)
(A)
(A)
100
(+)
(A)
(B)
(C)
101
Keterangan : Normal
(-)
(+)
(A)
(B)
(C)
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Formula A
Formula B
Formula C
102
Formula B
Formula C
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3
Berat Rambut
(gram)
0,100
0,143
0,300
0,150
0,170
0,150
0,300
0,300
0,290
0,180
0,180
0,170
Rata-rata Berat
Rambut (gram)
0,100
0,143
0,300
0,156
0,296
0,176
103
Kontrol negatif
Kontrol positif
Formula A
A1
A2
A3
Formula B
B1
B2
B3
Formula C
C1
C2
C3
Helaian
Rambut
Panjang rambut
(cm)
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
0,9
0,9
0,8
1,19
1,21
1,19
2,48
2,49
2,48
1,63
1,62
1,60
1,63
1,62
1,63
1,60
1,62
1,63
2,48
2,46
2,47
2,46
2,48
2,47
2,47
2,48
2,48
1,73
1,74
1,73
1,75
1,74
1,75
1,74
1,73
1,75
Rata-rata Panjang
Rambut (cm)
0,867
1,196
2,483
1,621
2,472
1,738
104
Lampiran 24. Hasil Analisis Data pH Sediaan Hair Tonic Selama 3 Minggu
a. Uji distribusi normalitas data (uji Shapiro Wilk)
Tujuan
Hipotesa
Kriteria
Hasil
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
pH minggu 1
.441
.630
.001
pH minggu 2
.441
.630
.001
pH minggu 3
.441
.630
.001
Kesimpulan
b. Uji Friedman
Tujuan
:
Hipotesa
Kriteria
Hasil
105
Test Statistics
N
Chi-Square
8.000
df
Asymp. Sig.
.018
a. Friedman Test
Kesimpulan
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi <0,05 maka Ho ditolak
Test Statistics
pH minggu 2 -
pH minggu 3 -
pH minggu 3 -
pH minggu 1
pH minggu 1
pH minggu 2
-1.890
.059
-1.890
.059
-1.890
.059
Kesimpulan
106
Lampiran 25. Hasil Analisis Data Viskositas Sediaan Hair Tonic setelah 3
minggu
a. Uji distribusi normalitas data (uji Shapiro Wilk)
Tujuan
Hipotesa
Kriteria
Hasil
Tests of Normality
a
Sediaan_hair_tonic
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Kontrol negatif
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
.253
.964
.637
Viskositas Formula A
.253
.964
.637
(cP)
Formula B
.308
.902
.391
Formula C
.175
1.000
1.000
Kesimpulan
Hipotesa
107
Hasil
df1
4.257
Kesimpulan
df2
3
Sig.
8
.045
c. Uji Kruskall-Wallis
Tujuan
Hipotesa
Kriteria
Hasil
a,b
Test Statistics
Viskositas (cP)
Chi-Square
Df
Asymp. Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Sediaan_hair_tonic
10.385
3
.016
108
Kesimpulan
d. Uji Mann-Whitney
Hipotesa
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi <0,05 maka Ho ditolak
Kelompok
Kontrol Negatif
Kelompok
Formula A
Formula B
Formula C
Kontrol Negatif
Formula B
Formula C
Kontrol Negatif
Formula A
Formula C
Kontrol Negatif
Formula A
Formula B
Formula A
Formula B
Formula C
Kesimpulan
109
Lampiran 26. Hasil Analisis Data Panjang Rambut Kelinci Minggu ke3
a. Uji distribusi normalitas data (uji Shapiro Wilk)
Tujuan
Hipotesa
Kriteria
Hasil
Tests of Normality
Kelompok_Uji
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Panjang rambut
kelinci(cm)
df
Sig.
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Kontrol normal
.385
.000
.750
.000
Kontrol Negatif
.385
.000
.750
.000
Kontrol Positif
.385
.000
.750
.000
Formula A
.245
.039
.825
.039
Formula B
.269
.025
.808
.025
Formula C
.209
.037
.823
.037
Kesimpulan
110
Hipotesa
Kriteria
Hasil
Kesimpulan
df1
df2
5
Sig.
30
.000
c. Uji Kruskall-Wallis
Tujuan
Hipotesa
rambut
kelinci
masing-masing
rambut
kelinci
masing-masing
111
Hasil
a,b
Test Statistics
Panjang rambut
kelinci(cm)
Chi-Square
33.247
Df
Asymp. Sig.
Kesimpulan
.000
d. Uji Mann-Whitney
Hipotesa
rambut
kelinci
masing-masing
rambut
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi <0,05 maka Ho ditolak
kelinci
masing-masing
112
Kelompok
Kontrol Normal
Kelompok
Kontrol negatif
Kontrol Positif
Formula A
Formula B
Formula C
Kontrol Normal
Kontrol Positif
Formula A
Formula B
Formula C
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Formula A
Formula B
Formula C
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Formula B
Formula C
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Formula A
Formula C
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Formula A
Formula B
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Formula A
Formula B
Formula C
Kesimpulan
perbedaan
bermakna
antara
kelompok
113
Lampiran 27. Hasil Analisis Data Berat Rambut Kelinci Hari ke21
a. Uji distribusi normalitas data (uji Shapiro Wilk)
Tujuan
Hipotesa
Kriteria
Hasil
a,b,c
Tests of Normality
Kelompok_uji
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Berat rambut
kelinci
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Formulasi A
.385
.750
.000
Formulasi B
.385
.750
.000
Formulasi C
.385
.750
.000
a. Berat rambut kelinci is constant when Kelompok_uji = Kontrol normal. It has been omitted.
b. Berat rambut kelinci is constant when Kelompok_uji = Kontrol negatif. It has been omitted.
c. Berat rambut kelinci is constant when Kelompok_uji = Kontrol Positif. It has been omitted.
d. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan
114
Hipotesa
Kriteria
Hasil
Kesimpulan
df1
df2
5
Sig.
12
.000
c. Uji Kruskall-Wallis
Tujuan
Hipotesa
kelinci
masing-masing
minggu ke3
Kriteria
kelompok
115
Hasil
a,b
Test Statistics
Berat rambut
kelinci
Chi-Square
16.593
Df
Asymp. Sig.
.005
Kesimpulan
berat
rambut
kelinci
masing-masing
d. Uji Mann-Whitney
Hipotesa
kelinci
masing-masing
minggu ke3
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi <0,05 maka Ho ditolak
kelompok
116
Kelompok
Kontrol Normal
Kelompok
Kontrol negatif
Kontrol Positif
Formula A
Formula B
Formula C
Kontrol Normal
Kontrol Positif
Formula A
Formula B
Formula C
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Formula A
Formula B
Formula C
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Formula B
Formula C
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Formula A
Formula C
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Formula A
Formula B
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Formula A
Formula B
Formula C
Kesimpulan
perbedaan
bermakna
antara
kelompok
117
RIWAYAT HIDUP