Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Melihat besarnya beban akibat kecacatan kusta, WHO mencanangkan target Global
Strategy for Further Reducing the Disease Burden Due to Leprosy 2011-2015 yakni menurunkan
35% angka cacat tingkat 2 pada tahun 2015 dari data tahun 2010.2
Kabupaten Jepara termasuk daerah yang memiliki jumlah kejadian kusta yang cukup
tinggi. Berdasarkan rekapitulasi data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, dari Januari
sampai Desember 2013 tercatat 87 jumlah kasus baru.3
Di Kecamatan Pakis Aji sendiri yang wilayah kerjanya mencakup 8 desa, dari Januari
sampai Desember 2013 terdapat 1 kasus baru. Desa Bulungan, salah satu desa yang merupakan
wilayah kerja Puskesmas Pakis Aji dengan jumlah penduduk sebanyak 11.287 jiwa yang
sebagian besar penduduknya bekerja sebagai Petani. Menurut data sampai Maret tahun 2014
tidak didapatkan kasus penderita kusta di Bulungan , namun didapatkan 1 penderita kusta selesai
berobat/ RFT (release from therapy). 4
Setiap diketahui adanya penderita kusta, segera ditindaklanjuti dengan kegiatan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) sehingga kemungkinan penyebarluasan kusta dapat dibatasi.
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapat
gambaran dan informasi kegiatan di semua tingkat pelaksana program pemberantasan
penanggulangan penyakit kusta. Untuk itu diperlukan pencatatan dan pelaporan yang baku,
berkualitas, akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan dan perencanaan
program P2 Kusta. (Dit Jen PPPL Dep Kes R.I. 2005). Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari faktor-faktor yang menentukan frekwensi ,distribusi dan diterminal penyakit pada
masyarakat berdasarkan orang, waktu dan tempat (Suryadi Gunawan). Penyelidikan
epidemiologi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian
dan penanggulangan penyakit menular, tidak terkecuali pada pengendalian dan penanggulangan
penyakit kusta.5
Berdasarkan uraian di atas, maka penyelidikan epidemiologi ini dimaksudkan untuk
mengetahui penyebaran penyakit kusta lebih lanjut yang berada di desa Bulungan. Sehingga,
dapat mengetahui apakah ada penderita tambahan insidensi kejadian kasus kusta.
Laporan dengan judul : Penyelidikan Epidemiologi dan Monitoring RFT Kasus Kusta
RT 06 RW 03 Desa Bulungan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara Periode Bulan Maret
2014 mempunyai batasan-batasan sebagai berikut :
1. Penyelidikan Epidemiologi Kusta adalah kegiatan mencari penderita baru yang mungkin
sudah lama ada dan belum ditemukan dan diobati ; mencari penderita baru yang mungkin
ada diantara penderita kusta yang sudah RFT. Pemeriksaan ditujukan pada semua anggota
keluarga yang tinggal serumah dengan penderita dan tetangga di sekitarnya sekitarnya ;
yang kontak langsung dalam waktu lama dan kontak terus-menerus. 6
2. Monitoring RFT Kasus Kusta adalah kegiatan pengamatan apakah ada kecacatan yang dialami
penderita kusta yang selesai berobat.
(1.) Tanda-tanda pada Kulit : a. Bercak/ kelainan kulit yang merah atau putih di
bagian tubuh; b. Kulit mengkilap; c. Bercak yang tidak gatal; d. Adanya bagianbagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut; e. Lepuh tidak nyeri.
(2.) Tanda-tanda pada Saraf : a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada
anggota badan atau muka; b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka; c.
Adanya cacat (deformitas); d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh.6
1.3.2 Karakteristik Tempat :
1.
2.. Rumah : bangunan untuk tempat tinggal termasuk bangunan yang digunakan
untuk usaha kecil seperti warung, toko, industri rumah.
3. Tempat Umum : Bangunan untuk pelayanan umum seperti sekolah, mushola,
rumah makan, pasar, dll.
1.3.3 Karakteristik Waktu :
Mencari penderita dan tersangka kusta yang sakit dalam bulan Maret ini.
1.4 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Lingkup Lokasi : Desa Bulungan, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara
b. Lingkup Waktu : Tanggal 11-12 Maret 2014
c. Lingkup Sasaran : Warga Desa Bulungan yang selesai berobat/ menderita / tersangka
kusta.
d.Lingkup materi
1.5.2
Tujuan Khusus
c. Komponen
Di
dalam
penyelidikan
epidemiologi
kusta
terdapat
komponen
pengamatan penyakit kusta yang merupakan kegiatan pencatatan jumlah kasus kusta
dan kasus tersangka kusta menurut waktu dan tempat kejadian.
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya.
Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput
lendir hidung (droplet). Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta
adalah:
a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang
sudah mengering, diluar masih dapat hidup 27 x 24 jam.
b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15
tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis dan
adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor
yang penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat diterangkan mengenai penularan ini sesuai
dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakit terinfeksi lainnya. Menurut
Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit
dengan kasus-kasus lepra terbuka.
Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan
perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan
Mycobacterium Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang
berperan dalam penularan ini adalah :
- Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa.
- Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti.
- Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti.
- Kesadaran sosial :Umumnya negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat
sosial ekonomi rendah.
- Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat.
6. Tanda-tanda Penyakit Kusta
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe
dari penyakit tersebut, yaitu:
-
(mendiagnosa
seseorang
menderita
penyakit
kusta
Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari lepra
reaksi.
Waktu makan obat sangat lama sehingga membosankan, akibatnya penderita
makan obat tidak teratur.
Selain
penggunaan
Dapson
(DDS),
pengobatan
penderita
kusta
dapat
menggunakan Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison, Sulfat Feros dan vitamin A (untuk
menyehatkan kulit yang bersisik).
Setelah penderita menyelesaikan pengobatan MDT sesuai dengan peraturan maka
ia akan menyatakan RFT (Release From Treatment), yang berarti tidak perlu lagi makan
obat MDT dan dianggap sudah sembuh. Sebelum penderita dinyatakan RFT, petugas
kesehatan harus :
1. Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada lembaran tambahan RFT secara
teliti.
* Semua bercak masih nampak.
* Kulit yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.
* Semua syaraf yang masih tebal.
* Semua cacat yang masih ada.
2. Mengambil skin smear (sesudah skin smear diambil maka penderita langsung
dinyatakan RFT tidak perlu menunggu hasil skin smear).
10
3. Mencatat data tingkat cacat dan hasil pemeriksaan skin smear di buku register.
Pada waktu menyatakan RFT kepada penderita, petugas harus memberi
penjelasan tentang arti dan maksud RFT, yaitu :
- Pengobatan telah selesai.
- Penderita harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar jangan luka.
- Bila ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaan ulang.
10. Pencegahan Penularan Penyakit Kusta
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian
dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan
menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor
pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan
dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita
untuk menganjurkan kepada penderita untuk berobat secara teratur. Pengobatan
kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai
penularan.
Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang
berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia
tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini
pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempattempat yang lembab. Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta.
Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat
mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan mereka datang ke Puskesmas untuk
diobati. Dengan demikian penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan
kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi
penyuluhan berisikan pengajaran bahwa :
a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta.
b. Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta.
c. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain.
d. Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan
secara teratur.
e. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik.
11
12
METODOLOGI
Pembimbing
2.1 KERANGKA
ACUAN (dr. Nurkukuh dan dr. Bambang Hariyana)
Kepala Puskesmas
Pakisini
Ajidisusun
(dr. Murtono)
Penyelidikan
epidemiologi
berdasarkan pendekatan sistem, yang terdiri
Koordinator
P2M proses,
kusta Puskesmas
Pakis Aji(output).
(Bpk. Nur
Asro)
dari data
masukan (input),
dan data keluaran
Data
yang diperoleh terdiri
dari data
primer P2PL
dan data
sekunder,
sedangkan
pengumpulan
data
meliputi wawancara,
Petugas
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Jepara (Bpk.
Bambang)
pengamatan
langsung
danEni)
pencatatan.
Bidan
Desa (Bu
Pelaksana : Mahasiswa
Sasaran
2. Money
: Swadana mahasiswa
3. Material
Data kasus kusta tanggal 1 Januari 2013 - Maret 2014 di Desa Bulungan,
Kecamatan Pakis Aji , Kabupaten Jepara dari P2M Puskesmas Pakis Aji
4. Machine
13
PROSES
1. Perencanaan (P1)
5. Method
:
Pertemuan
dengan kepala Puskesmas Pakis Aji untuk meminta ijin
kegiatan
di wilayah kerja
Puskesmas
Aji dan
meminta
data
melakukan
Wawancara
dan pengamatan
langsung
denganPakis
penderita
kasus
kusta dan
penderita
kusta
di wilayah
kerjanya, serta
meminta
suratkontak
pengantar
untuk
penduduk
yang
ada di sekitarnya
sekitarnya
; yang
langsung
diserahkan
kepada
Petinggi
Desa terus-menerus.
Bulungan.
dalam waktu
lama
dan kontak
Pelaksanaan :
Meminta data pasien kasus kusta bulan Maret warga desa Bulungan kepada
koordinator P2M Puskesmas Pakis Aji (Bpk.Nur Asro).
14
OUTPUT
Penyelidikan Epidemiologi
2.
Kasus Kusta
3.
4.
15
II.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Penyelidikan Epidemiologi Kusta adalah kegiatan pencarian penderita kusta atau
tersangka kusta lainnya di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitarnya,
termasuk tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter.
2. Kasus kusta merupakan penyakit kronik disebabkan kuman Mycobacterium leprae
yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa
(mulut), saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang
dan testis.
3. Desa Bulungan Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara adalah sasaran Penyelidikan
Epidemiologi dan termasuk salah satu wilayah kerja Puskesmas Pakis Aji.
4. Periode bulan Maret adalah batasan waktu terjadinya kasus kusta di Desa Bulungan.
III.
DAFTAR MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
IV.
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Pencatatan hasil diskusi dengan Kepala Puskesmas dan koordinator P2M Puskesmas
Pakis Aji, serta bidan desa tentang jumlah kasus kusta di Desa Bulungan.
2. Mencatat hasil rekapitulasi kasus kusta Kabupaten Jepara bulan Januari 2013 Maret
2014 yang diperoleh dari DKK Jepara.
3. Wawancara dan pengamatan langsung dengan penderita kasus kusta dan penduduk
yang ada di sekitar rumah penderita dalam radius sekurang-kurangnya 100 m/20 rumah.
4. Pencatatan hasil wawancara dan pengamatan langsung
16
V.
PENGOLAHAN DATA
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif.
VI.
PENENTUAN MASALAH
Masalah ditentukan dari ditemukannya kesenjangan antara harapan dan tujuan yang telah
ditetapkan dengan kenyataan yang ada yang menimbulkan rasa tidak puas sehingga timbul
keinginan untuk mencari alternatif pemecahan masalah.
VII.PEMECAHAN MASALAH
Dari data yang ada kemudian dilakukan analisis penyebab masalah, kemudian dicari
alternatif pemecahan masalah dengan berdasarkan sumber daya, sarana dan dana yang ada.