Professional Documents
Culture Documents
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I. Pendahuluan Diabetes Melitus
Diabetes melitus atau lebih dikenal dengan sebutan penyakit kencing manis di
masyarakat merupakan salah satu penyakit abadi yang terus bermunculan penderitanya
dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit ini memberikan dampak yang luas bagi pasiennya,
tidak hanya karena mengganggu kesehatan semata akibat berbagai komplikasi yang
ditimbulkan, namun juga mempengaruhi kehidupan sosial.1
Pada strategi pelayanan kesehatan bagi penyandang Diabetes, peran dokter umum
menjadi sangat penting sebagai ujung tombak di pelayanan kesehatan primer. Kasus
diabetes melitus sederhana tanpa penyulit dapat dikelola dengan tuntas oleh dokter umum
di pelayanan kesehatan primer. Penyandang diabetes yang berpotensi mengalami penyulit
diabetes melitus perlu secara periodik dikonsultasikan kepada dokter spesialis penyakit
dalam atau dokter spesialis dalam konsultan endokrin, metabolisme, dan diabetes di
tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi di rumah sakit rujukan.
Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup.
Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga
kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien
dan keluarganya bertujuan dengan cara memberikan pemahaman mengenai perjalanan
penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan diabetes melitus akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha memperbaiki hasil
pengelolaan.
Untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang tepat guna dan berhasil guna, serta
untuk menekan angka kejadian penyulit diabetes melitus, diperlukan suatu standar
pelayanan minimal bagi penyandang diabetes. Penyempurnaan dan revisi secara berkala
dari standar pelayan, harus selalu dilakukan dan disesuaikan dengan kemajuan-kemajuan
ilmu mutakhir, sehingga dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi penyandang
diabetes.
penelitian
epidemiologi
menunjukkan
adanya
kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi diabetes melitus di berbagai penjuru dunia.
World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 24 Oktober 2011 31 Desember 2011
2011
Diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan
jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes
melitus dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun
terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penyandang diabetes melitus sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.2
Tipe 2
absolute
Autoimun
Idiopatik
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi
Tipe Lain
Diabetes Gestasional
2011
BAB II
PEMBAHASAN
I.
2011
2011
2011
V.
2011
2011
Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral 3 jam maupun yang 2 jam sama,
yaitu dengan ditemukannya dua atau lebih angka yang abnormal.
Penilaian Hasil Tes Toleransi Glukosa Oral 3 jam dengan Beban Glukosa 100 gr, dan
2 jam dengan Beban Glukosa 75gr
3 jam 100 gr Glukosa (mg/dl)
2 jam 75 gr Glukosa (mg/dl)
Puasa
95
Puasa
95
1- Jam
180
1 Jam
180
2- Jam
155
2 - Jam
155
3 - Jam
140
World Health Organization (WHO) merekomendasikan kriteria diagnostik
menggunakan tes beban glukosa oral 75 gr. Diabetes melitus gestasional didiagnosis
bila:
Nilai Glukosa Plasma Puasa dan Tes Toleransi Glukosa Oral dengan Beban Glukosa 75 gr
Glukosa plasma puasa
Normal
< 110 mg/dl
Glukosa Puasa Terganggu
110 mg/dl - < 126mg/dl
Diabetes Melitus
126 mg/dl
Glukosa plasma 2 jam setelah pemberian 75gr glukosa oral
Normal
< 140mg/dl
Toleransi Glukosa Terganggu
140mg/dl - < 200mg/dl
Sedang puasa < 126 mg/dl
Diabetes Melitus
200mg/dl
Tujuan skrining diabetes melitus gestasional adalah untuk meningkatkan
kewaspadaan ibu hamil dan meyakinkan seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan
skrining setelah melahirkan.
2011
5.
2011
6.
a.
Diet
Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan
utama terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin,
mengontrol kadar glukosa darah, dan mencegah terjadinya ketosis (kadar keton
meningkat dalam darah). Menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968), wanita diabetes
gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari. Pada wanita
dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari. Pola
makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dalam sehari sangat
dianjurkan. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari
dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan).
10
b.
2011
Olahraga
Berjalan,
berenang,
senam
yoga,
dan
olah
raga
tubuh
bagian
atas
c.
Pengobatan insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan
dosis yang sama seperti sebelum kehamilan, sampai didapatkan tanda-tanda perlu
ditambah atau dikurangi. Menurut The American Diabetes Association (1999), terapi
insulin direkomendasikan ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula
darah.
11
2011
Terapi obat oral pada diabetes gestasional tidak direkomendasikan oleh ADA
karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta, merangsang pankreas janin, dan
menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.
d.
Terapi Obstetrik
Pada penderita diabetes gestasional yang ringan, gula darah dapat dikendalikan
melalui diet, dan tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat
melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37 40 minggu selama tidak ada
komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan
insulin, maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 38 minggu
terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia,
preeklampsia, atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan
induksi (perangsangan) atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami
diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu
setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.
12
2011
gaya hidup juga perlu ditekankan pada ras Asia, mengingat ras Asia memiliki risiko
kejadian diabetes melitus gestasional lebih tinggi dibandingkan ras Kaukasia.13
Mestman et al (1972) meneliti kekerapan kejadian gangguan toleransi glukosa
pasca persalinan sampai dengan lima tahun kemudian pada 360 wanita hamil. Pada
masa kehamilan, sebanyak 51 subyek (14,2%) memiliki peningkatan glukosa darah
puasa, 181 subyek (50,3%) memiliki hasil pemeriksaan TTGO abnormal, 90 subyek
(25%) memiliki hasil positif pada Prednisolone Glucose Tolerance Test (PGTT) dan
38 subyek (10,5%) sisanya normal. Pada kelompok dengan GDP meningkat, hanya
2% yang menunjukkan pemeriksaan GDP, TTGO, dan PGTT normal selama
pemantauan post partum hingga 5 tahun kemudian. Sedangkan pada kelompok TTGO
abnormal, PGTT positif dan normal, pada periode pemantauan, sebanyak 22,6%,
47,7%, dan 89% tetap menunjukkan hasil normal. Ini menunjukkan tingginya
kekerapan gangguan toleransi glukosa pasca melahirkan pada kelompok wanita hamil
dengan gangguan toleransi glukosa selama kehamilan.1
Studi di Ujung Pandang dengan lama pemantauan selama 6 tahun pada $^
wanita pasca diabetes melitus gestational, melaporkan angka kejadian diabetes
melitus tipe 2 dan toleransi glukosa terganggu sebesar 56,6 %.1
BAB III
KESIMPULAN
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi yang sangat memepengaruhi kualitas hidup penyandangnya sehingga perlu
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Sampai saat ini memang belum ditemukan
cara atau pengobatan yang dapat menyembuhkan diabetes secara menyeluruh. Namun harus
diingat bahwa diabetes dapat dikembalikan, dengan cara diet, olahraga, dan dengan
menggunakan obat anti diabetik. Pada setiap penanganan penyandang diabetes melitus, harus
selalu ditetapkan target yang akan dicapai sebelum memulai pengobatan. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui keberhasilan program pengobatan dan penyesuaian regimen terapi sesuai
kebutuhan. Pengobatan diabetes ini sangat spesifik dan individual untuk masing-masing
pasien. Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk dilakukan, tidak hanya untuk mengontrol
kadar glukosa darah namun bila diterapkan secara umum diharapkan dapat menurunkan
prevalensi diabetes melitus baik di Indonesia maupun di dunia di masa yang akan datang.
13
2011
Diabetes yang terjadi dan baru diketahui saat hamil, dinamakan dengan diabetes
melitus gestasional. Sedangkan bila diabetes telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan
diabetes melitus pregestasi. Diabetes melitus yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat
hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan diabetes
melitus gestasional, namun apabila setelah 6 minggu persalinan diabetes belum juga sembuh,
maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi diabetes melitus. Diabetes melitus gestasional
perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat
mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan
secara professional terhadap ibu hamil dengan diabetes melitus, agar tidak lagi terjadi
berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam, John M.F., Purnamasari, Dyah. Diabetes Melitus Gestational. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid III edisi V. Interna Publishing Universitas Diponegoro.2009
2. Soewondo, Pradana,dkk. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes
Melitus tipe 2, 2011. Indonesia : PB.PERKENI
3. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/definisi-klasifikasi-etiologidan-epidemiologi-diabetes-melitus/
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus
5. American Diabetic Association (ADA). Guidelines 2011. Gestational Diabetes
Mellitus.
6. Metzger BE, Coustan DR (Eds.): Proceedings of the Fourth International WorkshopConference on Gestational Diabetes Mellitus. Diabetes Care 21 (Suppl. 2):B1 B167,
1998
7. Gibbs, Ronald S. Karlan, Beth Y. Haney, Arthur F. Nygaard, Ingrid E. Danforth's
Obstetrics and Gynecology, 10th Edition. Copyright Ac 2008 Lippincott Williams &
Wilkins.
8. Soegondo, Sidartawan. Soewondo, Pradana. Subekti, Imam. 1995. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kelima, 2005. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
9. http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/diabetes-mellitus-gestasional-dmg/
10. R. Moore, Thomas. Diabetes Mellitus and Pregnancy. Diakses tanggal 27 November
2011, online : http://emedicine.medscape.com/article/127547-overview
14
2011
11. Asdie AH. Patogenesis dan Terapi Diabetes Melitus. Medika FK UGM, Yogyakarta.
2000.
12. Tjokroprawiro A. Diabetes Melitus: Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi. Edisi ke-3 PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2001
13. Djokomoeljanto R. Obesitas pada diabetes mellitus. Dalam: Soedjono A, Husein A,
Paulus W, eds. Yogyakarta diabetes update 2001 New Look on Old Disease. Edisi
pertama. Yogyakarta: Medika FK UGM. 2001: 9 -19.
15