You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

Veruka atau kutil ialah neoplasma kulit yang disebabkan oleh human papilloma
virus manusia (HPV) tipe tertentu. Virus ini bereplikasi pada sel-sel epidermis dan
ditularkan dari orang ke orang 1,2.
Papilloma virus manusia (human papillomavirus, HPV) menyebabkan spektrum
penyakit dari kutil sampai karsinoma sel skuamosa kulit dan membran, termasuk larings.
Insidensi semua tipe kutil paling tinggi pada anak-anak dan remaja. HPV disebarkan
dengan kontak langsung dan autoinokulasi, tetapi penularan oleh penderita sendiri juga
dapat terjadi. Virus ini akan menular pada orang tertentu yang tidak memiliki imunitas
spesifik terhadap virus ini pada kulitnya. Imunitas pada kutil ini belum jelas dimengerti.
Manifestasi klinis infeksi timbul 1 bulan atau lebih, setelah inokulasi dan tergantung pada
tipe HPV 2,3.
Veruka merupakan lesi yang sering dijumpai dan akan mengalami regresi spontan
(6 bulan hingga 2 tahun), lesi ini secara khas terlihat pada anak-anak dan remaja4.
Veruka dibagi lagi berdasarkan morfologi klinis dan lokasi anatomik. Lesi tertentu
secara khas disebabkan oleh tipe virus papilloma tertentu. Sebagai contoh tipe 6, 11, 16,
dan 18 berkaitan dengan veruka anogenital dan karsinoma sel skuamosa in situ pada alat
kelamin.
Penyakit veruka mempunyai beberapa bentuk klinis :
1) Veruka vulgaris merupakan tipe veruka yang paling sering ditemukan dan paling
sering terlihat pada bagian dorsum tangan. Secara makroskopis terdapat papula yang
berwarna putih kelabu hingga kuning kecoklatan, berbentuk rata hingga cembung dan
berukuran 0,1 hingga 1 cm dengan permukaan seperti batu kerikil yang kasar.

2) Veruka plana (kutil yang rata) biasanya timbul pada wajah atau bagian dorsum
tangan. Secara makroskopis, veruka plana berupa papula yang rata, teraba halus,
berwarna merah dengan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran veruka vulgaris.
Disebabkan oleh HPV tipe 3 dan 10
3) Veruka plantaris (telapak kaki) atau palmaris (telapak tangan) tempat sebagai lesi
yang kasar dan bersisik dengan diameter 1 sampai 2 cm yang bisa menyatu. Lesi ini
sering dikelirukan dengan kalus. Disebabkan oleh HPV tipe 1.
4) Kondiloma akuminata (veruka anogenital dan venereal) ditemukan sebagai massa
yang teraba lunak dan berwarna merah seperti kembang kol dengan diameter yang
mencapai beberapa sentimeter 4.
Secara mikroskopis, semua varian veruka mempunyai hyperplasia epidermis yang
bersifat undulant (verukosa) dan vakuolisasi perinuklear keratinosit superficial
(koilositosis). Pemeriksaan dengan mikroskop elektron menampakkan banyak partikel
virus di dalam nukleus sel 4.
Individu dengan gangguan imunitas seluler paling rentan terhadap infeksi HPV,
antibodi timbul sebagai respon terhadap infeksi tetapi tampaknya memiliki efek
perlindungan yang kecil3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. Definisi
Veruka vulgaris adalah tipe kutil yang paling sering terjadi yang disebabkan oleh
virus papilloma manusia (HPV) tipe 1, 2, 4 dan 7. Lesi ini dapat timbul dimana saja,
tetapi paling sering tumbuh ditangan, terutama di permukaan dorsal. Kutil ini bentuknya
bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular, dan permukaan kasar (verukosa) 1.
III. Sinonim

Berbagai nama yang diberikan, misalnya untuk veruka vulgaris diberi nama kutil
atau common wart 5.
IV. Epidemiologi
Sampai sekarang sudah tercatat lebih dari 70 tipe virus papilloma pada manusia
(HPV). Tipe 2 dan 4 paling sering timbul pada jari-jari, dorsum tangan, daerah paronikia,
wajah, lutut dan siku. Veruka vulgaris sering ditemukan pada anak dan remaja meskipun
dapat timbul pada usia berapa saja. Veruka vulgaris dapat berkembang selama beberapa
minggu sampai 18 bulan setelah inokulasi 6.
V. Etiologi
Virus penyebabnya tergolong dalam virus papilloma (grup papova), virus DNA
dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear. HPV tipe 2 yang paling sering
ditemukan, tetapi bisa juga disebabkan oleh HPV tipe 1, 4 dan 7. Pada anak-anak HPV
tipe 6 dan 11 jarang ditemukan 6.
VI. Patofisiologi
Virus Papiloma adalah virus DNA berantai ganda ukuran kecil (55 nm ). Virus
menginfeksi keratinosit basal dari epidermis, melalui disrupsi permukaan kulit dan
mukosa. Di tempat ini, virus akan menetap di dalam sel sebagai episom sirkuler dalam
jumlah yang tidak banyak. Ketika sel epidermal berdiferensiasi dan bermigrasi ke
permukaan, virus akan memperbanyak diri. Proses replikasi virus akan mengubah
karakter epidermis menghasilkan keluaran yang dikenal sebagai wart (kutil) 7.
VII. Gambaran Klinis
Lesi tampak berupa papula putih abu-abu hingga cokelat, bentuk datar hingga
konveks, berukuran 0,1 hingga 1 cm, berbatas tegas dengan permukaan kasar, keratotik

dan tidak teratur. Jika permukaan diiris sering terlihat titik hitam multiple yang
menunjukkan lengkung kapiler dermis yang mengalami thrombosis 8.
Nodul hiperkeratotik meninggi, multiple yang dapat berkembang menjadi
kelompok. Memperlihatkan fenomena koebner. Dapat membesar dengan cepat selama
kehamilan atau dapat membesar dan menetap jika terjadi bersama keganasan 9.
Varian veruka vulgaris yang terdapat di daerah muka dan kulit kepala berbentuk
sebagai penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit dan permukaannya verukosa
disebut sebagai verukosa filiformis 5.

Veruka vulgaris
VIII. Histopatologi
Veruka vulgaris menunjukkan gambaran hiperplasia epidermis, acanthosis,
papillomatosis, orthokeratosis padat, hipergranulosis. Nampak pelebaran kapiler yang
berliku-liku dalam papilla dermis dan tingkatan vertikal sel parakeratotik 10.

IX. Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit veruka vulgaris dapat ditegakkan dengan menemukan
papul berbatas tegas, padat, permukaan kasar, tidak teratur, tidak gatal dan tidak sakit
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Apabila gambaran klinis tidak jelas, maka
dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi.
X. Diagnosis Banding
1) Moluskum kontagiosum
Gambaran klinis moluskum kontagiosum ialah papul miliar atau lentikular
berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang di tengahnya terdapat
lekukan (delle). Lesi dapat terjadi di seluruh tubuh, baik pada kulit maupun
mukosa, dan terkadang menimbulkan rasa gatal. Diagnosis moluskum
kontagiosum bisa disingkirkan dengan melihat tempat predileksi dan rasa gatal
yang timbul 1,11.

Moluskum kontagiosum

2) Keratosis seboroik
Gambaran klinik keratosis seboroik berupa papul berwarna cokelat sampai hitam
dengan perabaan yang kenyal. Tempat predileksinya tubuh bagian atas dan wajah.
biasanya terjadi pada orang tua. Diagnosis keratosis seboroik bisa disingkirkan
dengan melihat gambaran klinik, tempat predileksi dan faktor usia yang tidak
sesuai dengan penderita 1,11.

Keratosis seboroik

XI. Penatalaksanaan
Penanganan veruka vulgaris dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan salep
topikal, bedah beku dan elektrodesikasi 5,11.
Salep salisilat 50% dengan plester

dapat diberikan salep salisil dengan plester yang dilubangi bagian tengahnya
untuk melindungi kulit sekitarnya. setelah diberikan salep lalu ditutup dengan plester lain
di atasnya. lakukan pergantian dalam satu kali sehari. setelah 1-2 minggu biasanya lesi
akan menjadi putih dan lembek sehingga mudah dilepas.
Krioterapi dengan nitrogen cair
krioterapi (bedah beku) dengan nitrogen cair digunakan pada kutil yang tidak
berhasil diobati dengan obat olesan. Bisa dengan menggunakan peralatan sederhana
dengan benang katun yang dililitkan sekitar ujung lidi sebesar tangkai jeruk. Alat ini
dimasukkan ke dalam nitrogen cair kemudian ditutulkan pada kutil sampai kutil dan kulit
sekitar yang mengelilinginya membeku.
Elektrodesikasi dan kuretase
Setelah diberikan anastesi lokal dengan lidokain, letakkan jarum listrik pada
puncak lesi dan tahan hingga jaringan mulai agak menggelembung. Selanjutnya lesi dapat
diangkat dengan kuret. Kemudian diberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi
sekunder.
XII. Pencegahan
Disini, KIE juga sangat berperan penting untuk mencegah rekurensi, ataupun
penyebaran kutil. KIE yang diberikan kepada pasien ini yaitu menganjurkan penderita
agar tidak menggaruk lesi sehingga dapat mencegah menyebarnya lesi ke daerah lain 5,11 :
1. Jangan menyikat, menjepit, menyisir atau mencukur daerah yang memiliki kutil,
untuk menghindari penyebaran virus.
2. Jangan menggunakan pemotong kuku yang sama pada kutil selagi menggunakan
pada kuku yang sehat.
3. Jangan menggigit kuku jika memiliki kutil di dekat kuku.

4. Jangan mencungkil kutil. Mencunngkil dapat menyebarkan virus. Pertimbangkan


menutupi kutil dengan perban perekat untuk mencegah pencungkilan.
5. Jaga tangan agar kering sebisa mungkin, karena kutil lebih sulit untuk
dikendalikan di lingkungan lembab.
6. Cucilah tangan dengan baik setelah menyentuh kutil. Gunakan alas kaki di kamar
mandi atau kamar ganti umum.
XIII. Prognosis
Kebanyakan kutil adalah masalah kosmetika. Jarang ditemukan veruka vulgaris
berkembang menjadi penyakit bowen atau karsinoma sel skuamosa, kecuali pada pasien
dengan immunocompromise. Trombosis pembuluh darah superfisial, perdarahan, dan
nekrosis epidermis jarang ditemukan pada veruka vugaris. Veruka vulgaris merupakan
penyakit yang dapat sembuh sendiri, namun juga dapat menimbulkan komplikasi berupa
penyebaran lesi ke bagian tubuh lain, rekurensi, serta timbulnya bekas berupa jaringan
parut. Penyakit ini seringkali bersifat residif, walaupun pengobatan yang diberikan sudah
adekuat 6,11.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asdie H Ahmad. 1999. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. EGC.


Jakarta. Hal. 320-321.
2. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit. Ed 6th. EGC. Jakarta. Hal. 1443-1444.
8

3. Richard E B, Robert M, Arvin M. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Ed

15

th.

EGC. Jakarta. Hal 2311-2312.


4. Robbins et al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Ed 7th. EGC. Jakarta.
Hal.718-719
5. Handoko, RP. 2005. Penyakit virus dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed.
Djuanda A; Edisi 4th, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal.
110.
6. Leboit P, E., Burg G, Weedon D. 2006. World Health Organization Classification
of Tumours. Pathology and Genetics of Skin Tumours. ARC press. Lyon. Page 36.
7. http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/230
8. Robbins et al. 2007. Buku Ajar Patologi. Ed 7th. EGC. Jakarta. Hal 881-882
9. Hayes, Peter C., Thomas W.M. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. EGC. Jakarta.
Hal. 397.
10. http://www.dermpathdiagnostics.com/pages/DxRefDetail?
catid=25&id=102

11. Wolff K, Goldsmith LA, Kats SI, et al. Warts. Fitspatricks dermatology in general
medicine, 7th edition New York : Mc Graw-Hill Book Co, 2008 : 1913-23
12. http://medicastore.com/penyakit/816/Kutil_%28Veruka%29.html

You might also like