You are on page 1of 142

Monthly Issues

Of
Good Mining Practice (GMP) 2010

To be A Leading Indonesian Mining & Energy Group

BAB I
KONTROL ELEVASI
(APLIKASI GRADE BOX)

1.1 Pendahuluan
1.1.1

Tujuan
Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro
Indonesia dan kontraktor dalam membentuk kesejajaran bidang
pada front loading atau front dumping untuk mengarahkan
penggalian maupun penimbunan agar sesuai dengan arah umum
pola aliran bidang area kerja.

1.1.2

Ruang Lingkup
Manual book ini membahas mengenai design/konstruksi,
penggunaan dan evaluasi hasil implementasi Grade Box di area
kerja PT Adaro Indonesia.

1.1.3

Definisi
a. Grade Box adalah adalah peralatan sederhana yang terdiri
dari rangkaian besi berbentuk kerangka balok atau kubus
berwarna putih dan rangkaian tali yang digunakan untuk
menunjukkan kesejajaran bidang pada front loading atau front
dumping.
b. Level Info adalah papan berwarna putih yang menunjukkan
elevasi bidang kerja (front loading atau front dumping) baik
untuk Elevasi Target (TRG) maupun Elevasi Aktual (ACT).
c. Front Loading adalah area kerja pemuatan batubara atau
overburden oleh excavator ke dump truck.
d. Front Dumping adalah area kerja penumpahan overburden
oleh dump truck ke disposal.
e. Elevasi Target (TRG) adalah elevasi design front loading/ front
dumping yang harus dipenuhi oleh operator.
f. Elevasi Aktual (ACT) adalah elevasi aktual dari front
loading/front dumping.
g. Grade (GRD) adalah perbandingan antara beda vertikal
dengan jarak horisontal.
h. Drainage adalah sistem saluran atau metode untuk
mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat yang

i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.

1.1.4

ditentukan dengan cara membuat paritan atau contour


drainage (kemiringan suatu area).
Undulasi adalah ketidakrataan permukaan tanah yang tidak
mengikuti arah umum pola pengaliran bidang.
Deviasi adalah penyimpangan Elevasi Aktual terhadap Elevasi
Target.
Overcut adalah pemotongan batubara atau overburden yang
melebihi dari Elevasi Elevasi.
Undercut adalah pemotongan batubara atau overburden yang
kurang dari Elevasi Target.
On grade adalah pemotongan batubara atau overburden yang
sudah sesuai dengan design.
Total Station adalah alat pengukur sudut yang sudah
dilengkapi dengan alat pengukur jarak yang bekerja dengan
sistem elektronis.
GPS adalah Global Positioning System, yaitu alat untuk
mengetahui lokasi/posisi koordinat dengan menggunakan
sinyal yang diterima dari satelit GPS.
Form Pengecekan adalah form yang diisi oleh tim Survey,
Produksi/Pit Service kontraktor dan PT Adaro Indonesia sesuai
dengan tugas dan tanggung-jawabnya.

Tugas & Tanggung Jawab


a. Mine Survey Section PT Adaro Indonesia bertanggung jawab
untuk melakukan pengawasan dan verifikasi data hasil
pemasangan grade box dan Level Info
b. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab untuk melakukan pengawasan terhadap kesesuaian
antara hasil pemotongan batubara dan overburden dengan
design.
c. Mine Survey Section kontraktor bertanggung jawab untuk
memasang, memindah dan mengeset posisi benang kontrol
pada grade box sehingga grade box siap untuk dijadikan
acuan kerja.
d. Mine Production/ Pit Services Section kontraktor bertanggung
jawab untuk melakukan pekerjaan agar operator alat
loading/dozing membentuk bidang sesuai benang kontrol pada
grade box.

1.2 Isi
1.2.1

Design dan Konstruksi Grade Box


Grade box terbuat dari besi dan dicat dengan warna putih dengan
dimensi sebagai berikut.
Benang Kontrol

Gambar 1.2.1.1 Dimensi Grade Box

Grade box dilengkapi dengan benang kontrol. Benang kontrol


adalah benang dari jenis yang kuat dan diameter maksimal 1 mm
yang dipasang melingkar pada kerangka besi sebagai alat bidik
untuk kesejajaran front dengan target. Berikut adalah cara
pemasangannya pada grade box:
Pemasangan benang kontrol pada grade box harus
disesuaikan dengan Aktual Elevasi (ACT) dari front loading
atau front dumping yang tertulis pada Level Info dan sudah
dilakukan adjustment sesuai dengan target pengukuran pada
masing-masing alat berat yang sudah disepakati oleh PT
Adaro Indonesia.

Perhitungan adjusment adalah sebagai berikut.


Front Loading (ACT>TRG)
Tinggi Benang
= 1,5 + (TRG ACT)
Contoh:
TRG
: 16 / 16
ACT
: 16.2
GRD
: 0%
Tinggi Benang
= 1,5 + (16 16,2)
= 1,3

Gambar 1.2.1.2 Adjustment Tinggi Benang Untuk Grade Box di


Front Loading (ACT>TRG)

Front Loading (ACT<TRG)


Tinggi Benang
= 1,5 + (TRG ACT)
Contoh:
TRG
: 16 / 16
ACT
: 15,9
GRD
: 0%
Tinggi Benang
= 1,5 + (16 15,9)
= 1,6

Gambar 1.2.1.3 Adjustment Tinggi Benang Untuk Grade Box di


Front Loading (ACT<TRG)

Front Dumping (ACT>TRG)


Tinggi Benang
= 1,5 - (TRG ACT)
Contoh:
TRG
: 16 / 16
ACT
: 16,2
GRD
: 0%
Tinggi Benang
= 1,5 (16 16,2)
= 1,7

Gambar 1.2.1.4 Adjustment Tinggi Benang Untuk Grade Box di


Front Dumping (ACT>TRG)

Front Dumping (ACT<TRG)


Tinggi Benang
= 1,5 (TRG ACT)
Contoh:
TRG
: 16 / 16
ACT
: 15.9
GRD
: 0%
Tinggi Benang
= 1,5 (16 15,9)
= 1,4

Gambar 1.2.1.5 Adjustment Tinggi Benang Untuk Grade Box di


Front Dumping (ACT<TRG)

Target pada bumper unit dump truck/dozer harus terpasang


dengan ketinggian 1,5 m dari tanah.

Gambar 1.2.1.5 Posisi Target Pada Bumper Unit

Pengukuran tinggi untuk pemasangan benang kontrol pada


grade box harus menggunakan alat survey seperti TS dan
GPS. Pemasangan benang pada penggalian flat, dilakukan
dengan alat waterpass. Pada penggalian dengan kemiringan
tertentu, kesejajaran bidang datar ditentukan dengan alat
waterpass kemudian kemiringan arah penggalian disesuaikan
dengan kemiringan dari rencana penggalian.

Gambar 1.2.1.7 TS dan GPS

Arah kemiringan penggalian (jika melakukan penggalian


dengan grade tertentu) harus sesuai dengan arah kemiringan
benang kontrol.
Untuk grade 8%, benang dinaikkan 8 cm
Untuk grade -4%, benang diturunkan 4 cm

Gambar 1.2.1.8 Posisi Benang untuk Penggalian dengan Grade Tertentu

Grade box juga harus dilengkapi dengan papan Level Info. Level
info berisikan informasi mengenai Elevasi Target (TRG), Elevasi
Aktual (ACT) dan Grade (GRD). Elevasi Target ditulis dengan
warna biru/hitam. Elevasi Aktual dengan warna merah. Grade
dengan warna hitam. Ukuran tinggi minimal huruf 8 cm dan tulisan
harus jelas.
60 cm

TRG
ACT
GRD

:
:
:

66 / 64
68.1
4%

40 cm

Gambar 1.2.1.8 Papan Level Info


Keterangan:

TRG

ACT
GRD

1.2.2

: 2 digit pertama adalah target elevasi dari lantai kerja


(front) berdasarkan dari kemampuan unit produksi,
yaitu kelipatan 2 m, 3 m, 4 m, atau 8 m.
2 digit kedua (setelah garis miring) adalah target
elevasi bench dari mining sequence untuk kegiatan
produksi alat tersebut sesuai dengan design (per
kelipatan 16 m)
: angka ini elevasi aktual pada kaki grade box (satu
angka dibelakang koma/hingga fraksi desimeter)
: adalah grade atau kemiringan dari ramp yang akan
dibentuk jika penggalian merupakan pembentukan
ramp atau kemiringan dari front loading untuk menuju
elevasi target dari lantai kerja atau 0% jika pekerjaan di
front loading/dumping tersebut flat/datar.

Aplikasi Grade Box


Secara umum, aturan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
Sisi grade box dengan panjang 1 m harus searah dengan
penggalian atau penimbunan atau pengecekan benang ke
target stiker di alat-alat berat.

Pada front loading yang terlalu sempit (kurang dari 2.5 x lebar
dump truck), grade box dapat dipasang dengan jarak lebih dari
50 m dan harus dibantu dengan pemasangan patok kontrol
elevasi secara kontinu setiap kemajuan penggalian 10 m.
Pada grade box, harus ada form monitoring. Setelah form
tersebut di-update oleh Survey, pengawas wajib melakukan
kontrol dan mengisi form monitoring minimal 3 x dalam 1 shift
(awal, pertengahan, dan akhir). Dengan kontrol seperti ini
diharapkan kondisi unstandard dapat segera dilakukan
perbaikan. Form monitoring ini harus ditempatkan secara
aman dan terhindar dari hujan.

Gambar 1.2.2.1 Form Pengecakan

Pada grade box di front loading, harus ada informasi nama unit
loader. Pada grade box di front dumping, selain nama unit
loader juga nama disposal.

Gambar 1.2.2.2 Informasi Nama Unit Loader

Pada grade box, harus ada petunjuk cara penggunaan grade


box.

Gambar 1.2.2.3 Petunjuk Cara Penggunaan Grade Box

Pemasangan grade box di lapangan harus dikelilingi oleh


safety line warna merah-putih untuk mengamankan grade box
dari lalu lintas alat berat.

Gambar 1.2.2.4 Safety Line di Sekeliling Grade Box

Berikut adalah cara pemasangan grade box berdasarkan lokasi.


a. Pemasangan Grade Box di Front Loading
Pada saat digging pembentukan ramp, benang kontrol
grade box dipasang sesuai dengan kemiringan.

Gambar 1.2.2.5 Posisi Grade Box Ketika Pembentukan Ramp

Pada saat elevasi lantai kerja/layer 1 tercapai, dipasang


patok kontrol elevasi untuk menandakan bahwa digger
harus membentuk lantai kerja yang flat.

Gambar 1.2.2.6 Pemasangan Patok Kontrol Elevasi

Jika panjang lantai kerja/front loading sudah mencapai


>30 m, maka grade box dipindah ke posisi lantai kerja dan
benang grade box disesuaikan dengan elevasi lantai
kerja.

Gambar 1.2.2.7 Posisi Grade Box di Front Loading

b. Pemasangan Grade Box di Front Dumping


Grade box dipasang dengan jarak maksimal dari front
dumping pada radius 50 m.
Benang grade box disesuaikan dengan target dumping
untuk menjaga agar front dumping sesuai dengan target
elevasi per 12 m.
Patok offset toe line disposal harus dipasang jika ada front
dumping yang aktif.

Gambar 1.2.2.8 Grade Box di Front Dumping

c. Penggunaan Grade Box


Pengamat berdiri di depan grade box dan menghadap
lurus ke target dengan jarak maksimal 50 m untuk front
dumping dan 100 m untuk disposal.
Bandingkan posisi benang kontrol dengan target yang
terpasang pada bumper unit dump truck.

Jika posisi benang sejajar dengan target berarti kondisi


ongrade.

Gambar 1.2.2.9 Kondisi Ongrade

Untuk front loading, jika posisi benang berada di atas


target berarti kondisi overcut.

Gambar 1.2.2.10 Kondisi Overcut

Jika posisi benang berada di bawah target berarti kondisi


undercut.

Gambar 1.2.2.11 Kondisi Undecut

Untuk front dumping, jika posisi benang berada di atas


target berarti kondisi underfill.

Gambar 1.2.2.12 Kondisi Undefill

Jika posisi benang berada di bawah target berarti kondisi


overfill.

Gambar 1.2.2.12 Kondisi Overfill

1.3 Penutup
1.3.1 Evaluasi Grade Box
Implementasi grade box di tambang dievaluasi dengan mengacu
pada tabel berikut.

Tabel 1.3.1.1 Evaluasi Implementasi Grade Box

1.3.2

Referensi
MIHA.WIN.0182.R00 Pemasangan Grade Box dan Level info
(1 Juli 2010)

No.
Tanggal
Efektif
Penyusun

SWM.1001.GMP KONTROL ELEVASI (APLIKASI GRADE BOX).R00


01 Februari 2010
Banjarsari Setiawan
Muhammad Zaim Nur Hidayat

Penyunting
Disetujui Oleh

Suhernomo
Rommel Lucinda Cruz

BAB II
DRAINAGE
1.4 Pendahuluan
1.4.1

Tujuan
Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro
Indonesia dan kontraktor dalam membuat sistem drainage sesuai
standard agar mendukung terlaksananya penambangan batubara
yang produktif.

1.4.2

Ruang Lingkup
Manual book ini membahas mengenai design, pembuatan, dan
pemeliharaan sistem drainage di area kerja PT Adaro Indonesia.

1.4.3

Definisi
a. Drainage adalah sistem saluran atau metode untuk
mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat yang
di tentukan dengan cara membuat paritan atau contour
drainage (kemiringan suatu area).
b. Grade box adalah rangkaian besi berbentuk kerangka balok
berdiri dan dilengkapi dengan rangkaian tali yang digunakan
sebagai acuan membentuk kesejajaran bidang pada front
loading atau front dumping.
c. Undulasi adalah ketidakrataan permukaan tanah yang tidak
mengikuti arah umum pola pengaliran bidang.
d. Front loading adalah area kerja pemuatan batubara atau
overburden oleh excavator ke dump truck.
e. Front dumping adalah area kerja penumpahan overburden
oleh dump truck ke disposal.
f. Toe line adalah garis batas bawah dari suatu kemiringan
jenjang.
g. Crest line adalah garis batas atas dari suatu kemiringan
jenjang.
h. Culvert (gorong-gorong) adalah bangunan fisik yang dibangun
memotong jalan/galengan/bangunan lain yang berfungsi untuk
penyaluran air.

i.
j.
k.
l.
m.
n.

o.
p.

q.
r.
s.

Floor adalah bagian atas suatu lapisan batubara yang


mempunyai kontak langsung dengan lapisan non-batubara,
dilihat dari sisi kemiringan lapisan batubara.
Roof adalah bagian bawah suatu lapisan batubara yang
mempunyai kontak langsung dengan lapisan non-batubara,
dilihat dari sisi kemiringan lapisan batubara..
Grade adalah perbandingan antara beda vertikal dengan jarak
horisontal.
Back slope adalah kemiringan yang dibuat menurun dari crest
line ke toe line suatu bench disposal dengan tujuan untuk
mencegah air mengalir melewati crest line disposal.
Super elevasi adalah kemiringan jalan ke satu arah, biasanya
di area tikungan.
Catchment area adalah daerah aliran sungai (DAS), yaitu
daerah yang dibatasi oleh punggung - punggung
gunung/pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah
tersebut akan mengalir menuju sungai utama pada suatu
titik/stasiun yang ditinjau.
Intensitas curah hujan rencana adalah kedalaman hujan per
satuan waktu atau jumlah curah hujan dalam satu satuan
waktu yang direncanakan berdasarkan periode ulang tertentu.
Debit rencana adalah adalah besaran debit yang digunakan
untuk mendimensi bangunan hidraulik (settling pond, goronggorong, paritan) dan strukturnya sehingga kerusakan yang
ditimbulkannya baik langsung maupun tidak langsung tidak
boleh terjadi selama besaran debit rencana tidak terlampaui.
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh partikel
air untuk mengalir dari titik terjauh di dalam DAS sampai titik
yang ditinjau.
Sedimentasi adalah endapan material yang dapat menggangu
aliran dalam sistem drainage.
Spoil adalah gundukan material yang terdapat di pit, disposal
atau jalan tambang yang seharusnya di-loading/dozing.

1.4.4

Tanggung Jawab
a. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa kontraktor selalu melakukan
pembuatan dan pemeliharaan sistem drainage yang sesuai
standard di semua lokasi yang diperlukan.
b. Mine Production Section kontraktor bertanggung jawab untuk
membuat dan memelihara sistem drainage yang sesuai
standard di semua lokasi yang diperlukan.

1.5 Isi
Dalam dunia pertambangan inti dari pada drainage adalah menjaga agar
kondisi air di pit terkendali sehingga tidak mengganggu proses
penambangan.
Pada umumnya drainage pada tambang terbuka terbagi menjadi 2, yaitu:
Saluran terbuka (paritan/open channel)
Saluran terbuka biasanya berupa paritan yang sengaja dibuat untuk
mengendalikan air yang akan masuk ke pit dan atau dialirkan ke
sumuran yang sudah disediakan. Saluran terbuka ini biasanya dibuat di
area berikut:
- Di luar area pit dan mengelilingi pit
- Di samping kiri/kanan ramp jalan menuju pit
- Di disposal
Untuk dimensi dari paritan ini tergantung dari catchment area sekitar parit
dan debit air yang mengalir ke parit tersebut.

Gambar 2.2.1 Open Channel

Saluran bawah tanah (gorong-gorong/culvert)


Saluran bawah tanah biasanya berupa gorong-gorong/culvert yang
ditanam dengan dimensi sesuai debit air yang melewati area tersebut.

Gambar 2.2.2 Culvert

Untuk menjaga kelancaran aktifitas penambangan maka drainage harus


menjadi perhatian di seluruh area tambang, baik itu di pit, disposal, jalan,
dan bahkan area di luar tambang.

1.5.1

Design Drainage (Paritan dan Gorong Gorong)


a. Design Paritan
Ada berbagai macam bentuk penampang paritan. Namun yang
akan dibahas di sini adalah bentuk penampang yang sering
diaplikasikan di area tambang PT Adaro Indonesia yaitu
bentuk penampang trapesium.

Gambar 2.2.1.1 Paritan Penampang Trapesium

Debit paritan (Qp) harus lebih besar dari penjumlahan debit


aliran catchment (Qc) dan debit air dari pompa (Qs).
Q c 0,002855 C I A

Keterangan:
Qc = Debit Aliran Catchment (m3/s)
C = Koefisien Run-off
I
= Curah Hujan Rencana Per Hari (mm)
A = Catchment Area (ha)

Besarnya intensitas curah hujan dihitung berdasarkan


persamaan Mononobe, yaitu:

R 24
24

2
24 3
t

Keterangan:
R24 = Curah Hujan Rencana Per Hari (mm)
t
= Lama Hujan (mm)

Sedangkan Qs dihitung dengan rumus berikut:


Q s Jumlah LinePompa Debit Pompa

Berikut nilai koefisien run-off atau koefisien limpasan


berdasarkan kemiringan dan jenis permukaan.

Tabel 2.2.1.1 Koefisien Run-off

Sedangkan debit paritan dihitung dengan rumus berikut.


Qp

2
0,5
36
b GradeParit B

m
B b Z d d

Dimana m adalah koefisien kekasaran Manning untuk paritan.

Tabel 2.2.1.2 Koefisien Manning Untuk Paritan

b. Design Gorong Gorong


Sama dengan design paritan, debit gorong-gorong (Qg) harus
lebih besar dari penjumlahan debit aliran catchment (Qc) dan
debit air dari pompa (Qs).

Gambar 2.2.1.2 Penampang Gorong-Gorong


Qg V a
Keterangan:
Qg = Debit Gorong-Gorong (m3/s)
1
2
V = Kecepatan Aliran Gorong-Gorong (m/s)
1
V R3 S
a = Luas Penampang Gorong-Gorong (m2)
n
n = Koefisien Kekasaran Manning
2
R = Jari-Jari Hidrolik (m)
d
S = Kemiringan Dasar Pipa (%)
a
d = Diameter Gorong-Gorong (m)
2
P = Keliling Penampang Gorong-Gorong (m)
a
R
P

P d

Berikut koefisien kekasaran Manning untuk gorong-gorong (n).

Tabel 2.2.1.3 Koefisien Manning Untuk Gorong-Gorong

1.5.2

Pembuatan & Pemeliharaan Drainage


a. Pembuatan & Pemeliharaan Drainage di Front Loading
Overburden
Dalam pembuatan drainage di front loading overburden,
langkah-langkah yang harus diikuti adalah sebagai berikut.

Pastikan ke Strategic Planning Section PT Adaro


Indonesia bahwa front penggalian sudah sesuai dengan
plan yang diajukan.

Front penggalian dan pemuatan harus sesuai dengan


standard.

Pastikan disetiap front terdapat grade box, untuk


membantu pengontrolan arah kemiringan front dan
meminimalisasi undulasi.

Pastikan arah kemiringan front sudah sesuai dengan


arah drainage yang ditetapkan oleh Strategic Planning
Section PT Adaro Indonesia.
Drainage

Arah Kemiringan Front

Gambar 2.2.2.1 Pembuatan Drainage di Toe Line

Buatlah drainage pada sisi toe line , sehingga aliran air


tidak menyeberang di atas jalan.

Gambar 2.2.2.2 Pembuatan Drainage di Toe Line

Apabila aliran air harus diseberangkan, gunakan


gorong-gorong sehingga tidak merusak jalan.
Buat sodetan didekat front penggalian untuk drainage.
Gambar
Lakukan maintenance berkala pada drainage.
Gambar

b. Pembuatan & Pemeliharaan Drainage di Front Loading Coal


Dalam pembuatan drainage di front loading coal, langkahlangkah yang harus diikuti adalah sebagai berikut.

Pastikan front penggalian sudah sesuai dengan plan


yang diajukan.

Pastikan disetiap front terdapat grade box, untuk


membantu pengontrolan arah kemiringan front dan
meminimalisasi undulasi. Arah kemiringan front harus
sesuai dengan arah drainage yang ditetapkan oleh
Strategic Planning Section PT Adaro Indonesia.

Buat drainage di toe line sisi floor atau di toe line sisi
roof batubara dengan alat gali proporsional.

Gambar 2.2.2.3 Pembuatan Drainage di Sisi Floor Batubara

Pastikan proses penggalian dimulai dari outlet (hilir)


terlebih dahulu mengarah ke posisi inlet (hulu).

Gambar

Pastikan coal yang digali segera di angkut ke ROM


Stockpile sebagai produk hi-ash.

c. Pembuatan & Pemeliharaan Drainage di Jalan Tambang


Dalam pembuatan drainage di jalan tambang, langkah-langkah
yang harus diikuti adalah sebagai berikut.

Pastikan lokasi jalan sesuai dengan rencana baik jalur


maupun elevasinya dan sesuai dengan standar.

Pada jalan belokan atau menikung, buat super elevasi


atau kemiringan jalan satu arah 1 2 %.

Gambar 2.2.1.? Superelevasi

Pada jalan lurus buat kemiringan jalan dua arah 1-2 %,


ke sisi kiri dan sisi kanan sehingga air tidak tergenang.

2%

Gambar 2.2.2.5 Kemiringan Jalan Dua Arah

Pada ramp jalan turunan buat paritan di sisi toe line,


tempat mengalirnya air sampai titik tertentu dimana air
berkumpul untuk diseberangkan.

Toe Line
Bund Wall

Bund Wall

Parit
12%

12%

Gambar 2.2.1.? Paritan di Sisi Toe Line Untuk Ramp Turunan

Sedangkan pada jalan yang datar buatlah paritan di


masing-masing sisi dan buatlah sodetan untuk
mengalirkan air dari jalan ke dalam paritan.

Bund Wall

Bund Wall

Parit

Parit
12%

12%

Gambar 2.2.1.? Paritan di Sisi Toe Line Untuk Ramp Turunan

Gambar 2.2.1.? Sodetan

Bila air akan diseberangkan pasanglah gorong-gorong


sesuai dengan catchment area.
Lakukan perawatan berkala terhadap paritan, untuk
menghindari penyumbatan dari material sedimentasi
Lakukan perawatan berkala terhadap sodetan agar
tidak tertutupi spoil.

Gambar 2.2.1.? Perawatan Paritan

Berikut contoh drainage jalan yang baik dan buruk.

Gambar 2.2.1.? Drainase Jalan Jelek

Gambar 2.2.1.? Drainase Jalan Baik

d. Pembuatan & Pemeliharaan Drainage di Disposal


Dalam pembuatan drainage di disposal, langkah-langkah yang
harus diikuti adalah sebagai berikut.

Pastikan ke Strategic Planning Section PT Adaro


Indonesia bahwa disposal sesuai dengan plan yang
sudah ditetapkan

Pastikan terdapat grade box di area disposal untuk


membantu melakukan pengontrolan arah kemiringan
disposal.
Pastikan arah kemiringan disposal sesuai dengan arah
drainage yang sudah ditetapkan. Kemiringan disposal
dibuat maksimal 1%.
Untuk menghindari aliran air ke bagian crest disposal,
maka benching berbentuk back slope dengan
kemiringan 1%.

Arah & Grade Back Slope

Arah & Grade Disposal

Gambar 2.2.1.? Back Slope di Disposal

Untuk mengalirkan air tersebut sampai di kolam


penampungan dan mengatasi air dari luar area disposal
maka sekeliling disposal dibuat paritan sesuai dengan
catchment area-nya.

Gambar 2.2.1.? Paritan di Sekeliling Disposal

e. Pembuatan & Pemeliharaan Drainage di Luar Area Tambang


Dalam pembuatan drainage di luar area tambang, langkahlangkah yang harus diikuti adalah sebagai berikut.

Pastikan ke Strategic Planning Section PT Adaro


Indonesia arah drainage yang direncanakan dan area
sudah dilakukan pembebasan.

Tentukan catchment area dan hitung waktu konsentrasi/


waktu yang diperlukan air terjauh untuk berkumpul di
paritan.

Buatlah paritan sesuai dengan catchment area yang


ditentukan.

Gambar 2.2.1.? Pembuatan Paritan untuk di Luar Area Tambang

Untuk areal yang melewati permukaan aktif pasang


gorong gorong.
Lakukan perawatan secara berkala untuk mengurangi
penyumbatan karena material sedimentasi.

1.6 Penutup
1.6.1 Evaluasi Implementasi Drainage
Implementasi Drainage dievaluasi dengan mengacu pada tabel
berikut.

Tabel 2.3.1.1 Evaluasi Implementasi Drainage

1.6.2

Referensi
MIHA.WIN.0294.R00 Pembentukan Drainage di Pit (10 Juni
2010)
MIHA.SOP.0555.R01 Pembuatan Disposal (8 Juni 2010)
MIHA.SOP.0556.R01 Penggalian Batu Bara (8 Juni 2010)
MIHA.SOP.0557.R01 Pembuatan Jalan Di Area Tambang (8
Juni 2010)
Hidrologo Terapan; Bambang Triatmojo; 2008
Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan; Dr. Ir. Suripin,
M. Eng; 2004
No.
SWM.1002.GMP DRAINAGE.R00
Tanggal Efektif 01 Maret 2010
Penyusun
Auzer Nazarudin
Deni Irawan
Penyunting
Disetujui Oleh Suhernomo
Rommel Lucinda Cruz

BAB III
RUN OFF MINE (ROM) MANAGEMENT
3.1 Pendahuluan
3.1.1

Tujuan
Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro
Indonesia dan kontraktor untuk menentukan standar pembuatan
dan perawatan Run Off Mine (ROM) batubara sesuai karakteristik
batubara di tambang PT Adaro Indonesia, sehingga mudah
dikontrol dengan baik, aman dari resiko kontaminasi, spontaneous
combustion, mengurangi debu atau fine coal dan meredam
komplain masyarakat akibat pencemaran udara dan air.

3.1.2

Ruang Lingkup
Manual book ini membahas mengenai design, konstruksi,
operasional dan pemeliharaan ROM batubara untuk wilayah PT
Adaro Indonesia.

3.1.3

Definisi
a. ROM adalah tempat penumpukan batubara dari pit sebelum
dibawa ke Pelabuhan Kelanis, di tempat ini terjadi proses
rehandling batubara ke dalam vessel trailer menggunakan alat
loading seperti excavator dan wheel loader.
b. Base ROM adalah landasan atau basement dari ROM yang
diharapkan padat dan tidak menyebabkan terjadinya
kontaminasi atau pencemaran pada batubara.
c. Drainage adalah sistem saluran atau metode untuk
mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat yang
di tentukan dengan cara membuat paritan atau contour
drainage (kemiringan suatu area).
d. Bundwall adalah tanggul pengaman.
e. Fine coal adalah fragmen batubara (T100,T200,T300 dan
seam lainnya) yang berukuran kurang dari 2,00 mm.
f. Fine Coal Trap (FCT) adalah tempat atau lokasi pengendapan
batubara yang masih dapat digunakan, yang ikut hanyut atau
terlarut bersama air dari ROM.
g. Coal Seam Series adalah klasifikasi batubara berdasarkan
kualitasnya, misalnya Total Moisture atau Calorific Value.

h. Grade ROM adalah arah kemiringan base ROM yang menuju


ke fine coal trap atau tempat tertentu.
i. Muster point adalah tempat berkumpul darurat.
j. Drying pond adalah tempat mengeringkan fine coal dari fine
coal trap sebelum dibawa ke disposal.
k. Coal seam sign board adalah papan pemberitahuan tempat
penumpukan batubara per seam.
l. Kontaminasi adalah pencemaran batubara oleh material/bahan
lainnya yang menyebabkan turunnya kualitas batubara.
m. Channel Radio Sign Board adalah papan pemberitahuan
penggunaan channel radio ROM.
n. FIFO adalah First-In-First-Out, yaitu sistem penjadwalan
penumpukan dan pengangkutan batubara di ROM.
o. Spontaneous Combustion adalah batubara yang terbakar
dengan sendirinya.
p. Lux adalah satuan dari kuat pencahayaan (illumination), yaitu
kerapatan flux cahaya yang jatuh pada bidang penerima.
3.1.4

Tanggung Jawab
a. Mine Hauling Section PT Adaro Indonesia bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan sistem FIFO, fine coal trap, base ROM
dan semua operasional di area ROM.
b. Quality Control Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab terhadap monitoring kontaminasi, temperatur tumpukan,
penempatan batubara berdasarkan seam series.
c. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab terhadap hauler yang mengangkut batubara dari pit ke
ROM dan berkoordinasi mengenai semua pekerjaan general di
area ROM.
d. Mine Production Department Head kontraktor bertanggung
jawab terhadap semua pekerjaan di area ROM.

3.2 Isi
3.2.1 Design and Konstruksi
a. Design
Kapasitas ROM ditentukan dengan pedoman sederhana,
seperti : 7 kali target daily coal hauling.
Design ROM harus meliputi semua unsur seperti: lokasi
ROM (diusahakan agar tidak banyak proses cut dan fill),

ketersediaan akses trailer, tempat penumpukan batubara,


fasilitas pendukung, grade ROM, dan area reklamasi.

Gambar 3.2.1.1 De

b. Konstruksi
Base ROM
Base ROM dibentuk dari material keras seperti mudstone,
siltstone ataupun claystone pada bagian dasar dan
lapisan pasir yang terletak di atasnya setelah dikompaksi.
Lapisan basement harus dikompaksi layer per layer (max.
20 cm) dengan mengacu pada superposisi di bagian
tengah ROM) untuk mencegah rusaknya base karena
aliran air dan dilalui oleh alat-alat berat (Dump Truck,
Excavator, Wheel Dozer, dll). Di atas basement diperlukan
lapisan batubara (bedding coal) terkompaksi sebagai
covering permukaan basement.

Grade ROM
Pada base ROM harus memiliki grade antara 1-2%
sehingga memiliki arah aliran air dan ditujukan ke arah
paritan di sisi tanggulan ROM, yang dialirkan ke Fine Coal
Trap.

Gambar 3.2.1.2 Grade ROM

Drainage
Drainage yang dibuat adalah berupa paritan di sisi ROM
agar air dari ROM tidak langsung keluar, sehingga dapat
di tangkap di fine coal trap.

Gambar 3.2.1.3 Drainage

Bundwall
Tanggulan/bundwall harus dibuat sekeliling ROM agar
mempermudah pengaturan lalu-lintas alat dan dapat
mengendalikan air yang mengalir dari luar tidak masuk ke
dalam ROM.

Fine Coal Trap (FCT)


Fine Coal Trap harus dibuat sebelum ROM digunakan,
untuk memperkecil loose batubara dari dalam ROM dan
juga mengurangi pencemaran oleh batubara dan sedimen
lainnya.

Gambar 3.2.1.4 Fine Coal Trap

Dimensi dari FCT harus memenuhi perhitungan sbb.


Dimension =

Catchment
area (ha)

30
mm/day

7
day/week

10 (for weekly
maintenance)

Drying Pond
Drying pond dibuat di dekat FCT, yang berfungsi untuk
mengeringkan fine coal dari FCT sebelum dibuang di
tempat pembuangan.

Gambar 3.2.1.5 Fine Coal Trap

Coal Seam Sign Board


Papan tanda seam dibuat di atas tanggul agar terlihat
jelas oleh operator HD dan trailer dan juga mengatur
pengelompokan batubara di ROM.

Gambar 3.2.1.6 Coal Seam Sign Board

Penerangan
Untuk operasional malam hari, penerangan yang
diharuskan yaitu minimal 50 lux di titik dumping HD dan
tempat loader memuat batubara ke trailer.

Gambar 3.2.1.7 Penerangan di ROM

Check Vessel Area dan Sign Board


Harus ada lokasi khusus di ROM untuk pengecekan
vessel trailer sebelum loading untuk memastikan vessel
bersih dari kontaminasi dan dalam keadaan kosong, tidak
ada parts yang rusak.

Gambar 3.2.1.8 Sign Board untuk Check Vessel Area

Channel Radio ROM Sign Board


Papan pemberitahuan yang menginformasikan untuk
menggunakan channel radio ROM saat berada di dalam
ROM yang hurufnya harus jelas terbaca.

Gambar 3.2.1.9 Sign Board untuk Channel radio ROM

Muster Point Sign Board


Rambu tempat berkumpul darurat harus ada dan
terpasang di tempat yang aman di sisi ROM.

Gambar 3.2.1.10 Sign Board untuk Muster Point

3.2.2

Operations
a. Pos Checker & Toilet
Pos checker digunakan untuk memantau aktivitas di ROM dan
diletakkan di tempat yang aman, serta tidak mengganggu
aktivitas operasional dari ROM.
Untuk mendukung operasional ROM, di dekat ROM juga harus
disediakan toilet.

Gambar 3.2.1.11 Pos Checker & Toilet

b. Unit Perapian Muatan


Unit perapian muatan berfungsi merapikan muatan trailer yang
telah di isi oleh loader, agar tidak ada loose/tercecer atau
tumpah di jalan hauling serta memaksimalkan muatan dari unit
trailer tersebut.

Gambar 3.2.1.12 Unit Perapian Muatan

c. First In First Out (FIFO) dan Coal Temperature Monitoring


Report & Board
FIFO adalah sistem penjadwalan penumpukan dan
pengangkutan batubara di ROM, dimana setiap batubara yang
masuk dari tambang ke ROM dikelompokkan, tidak hanya
berdasar seam-nya, tetapi juga berdasarkan pada waktu
penumpukan, agar batubara tidak terlalu lama berada di ROM,
yang dapat memicu terbakarnya batubara di ROM.

Perlunya dilakukan pemantauan temperatur untuk


pengawasan suhu tumpukan batubara di ROM. Dimana
penjadwalan FIFO dan pemantauan suhu batubara harus
dilaporkan setiap hari oleh pengawas ROM ke Tim Quality
Control Adaro.

Gambar 3.2.1.13 Peta FIFO

d. Coal Seam Flag


Setiap timbunan batubara di ROM harus memiliki bendera
penanda sebagai acuan pengkodean seam di ROM agar tidak
tercampur dan memudahkan Tim Quality Control untuk
memonitor kualitas batubara per-seam-nya.

Gambar 3.2.1.14 Coal Seam Flag

3.2.3

Maintenance
a. Base ROM
Perawatan base dilakukan setiap hari oleh grader untuk
menghindari timbulnya undulasi akibat dilalui oleh alat-alat
berat lainnya dan juga memelihara bedding coal dengan baik
sehingga batubara jauh dari potensi kontaminasi basement
material dan mengurangi debu.

Gambar 3.2.1.15 Maintenance Base ROM

b. Grade ROM
Saat melakukan perawatan pada base setiap hari, operator
grader harus memastikan grade pada base tetap terjaga pada
kondisi yang telah ditentukan, yaitu 1-2%.
c. Drainage
Maintenance pada saluran drainage dapat dilakukan berkala,
misal 1 minggu sekali, bisa tergantung dari cuaca (intensitas
hujan) yang menyebabkan penyumbatan oleh sedimen di
saluran air yang ada, dan harus selalu di pantau setip hari oleh
pengawas di ROM tersebut.
d. Fine Coal Trap (FCT)
Maintenace pada FCT dilakukan berkala agar fungsi utama
dari FCT tetap dapat maksimal.

Gambar 3.2.1.16 Maintenance Fine Coal Trap

e. Jadwal Maintenance
Penjadwalan maintenance dilakukan poin per poin di setiap
bagian ROM, harus terjadwal dan dilaporkan setiap hari.
3.3 Penutup
3.3.1 Evaluasi Implementasi ROM Management
Implementasi ROM Management dievaluasi dengan tabel berikut.

Tabel 3.3.1.1 Evaluasi Implementasi ROM Management

3.3.2

Referensi
Kep. Menteri Pertambangan No 555.K/26/M.PE/1995
MIHA.SOP.0603.R01 Management ROM (20 Oktober 2008)
MIHA.SOP.0611.R00 Operasional Konstruksi ROM (23
Oktober 2009)
MIHA.SOP.0608.R00 Pengukuran Temperatur Batubara di
Stockpile dan Stock ROM (12 Desember 2008)
No.
SWM.1003.GMP ROM MANAGEMENT.R00
Tanggal Efektif 01 April 2010
Penyusun
Marianus Antimus Buku
Muhammad Anurian Anjar
Penyunting
Disetujui Oleh Suhernomo
Rommel Lucinda Cruz

BAB IV
SURVEY PEGS (PATOK SURVEY)
4.1 Pendahuluan
4.1.1

Tujuan
Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT. Adaro
Indonesia dan kontraktor dalam pekerjaan pemasangan dan
pemeliharaan Survey Pegs (patok survey) di lapangan.

4.1.2

Ruang Lingkup
Manual book ini membahas mengenai preparasi, implementasi dan
evaluasi penggunaan patok (pegs) di area kerja PT Adaro
Indonesia

4.1.3

Definisi
a. Patok survey adalah kayu dengan ukuran panjang 5 cm, lebar
3 cm dan tinggi 80 cm.
b. Batter Pegs adalah papan dengan ukuran panjang 80 cm dan
lebar 10 cm yang dipasang di permukaan tambang sebagai
acuan sudut untuk kegiatan penambangan.
c. Pita survey adalah pita dengan lebar 3 cm dan warna yg telah
distandarisasi dengan maksud tertentu.
d. Total Station adalah alat pengukur sudut yang sudah
dilengkapi dengan alat pengukur jarak yang bekerja dengan
sistem elektronis.
e. GPS - RTK adalah Global Positioning System Real Time
Kinematic, yaitu alat untuk mengetahui lokasi/posisi sesuatu.
f. Clinometer adalah alat bantu yang digunakan untuk mengukur
kemiringan suatu bidang.
g. Crest line adalah garis batas atas dari suatu kemiringan
jenjang.
h. Toe line adalah garis batas bawah dari suatu kemiringan
jenjang.
i. Pit Limit adalah batas rencana area yang akan ditambang.
j. Ramp adalah jalur melandai yang dipakai sebagai akses untuk
unit produksi ataupun non-produksi yang memiliki dimensi
tertentu yang kemiringannya diukur dengan satuan grade
(perbandingan antara beda vertikal dengan jarak horisontal).

k. Land clearing adalah pembersihan lahan yang akan di


tambang atau lahan yang akan ditimbun.
l. Offset adalah penggeseran patok survey karena kondisi yang
belum sesuai dengan design.
m. Stake-out design adalah pengukuran dilapangan untuk
memposisikan koordinat sesuai dengan perencanaan
penambangan.
4.1.4

Tanggung Jawab
a. Mine Survey Section PT Adaro Indonesia bertanggung jawab
untuk memastikan penyediaan, pemasangan dan pengawasan
survey pegs yang dilakukan oleh Mine Survey Section
kontraktor sudah benar.
b. Mine Operations Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab untuk memastikan persiapan lahan dan pembentukan
pit dan disposal sesuai dengan panduan survey pegs yang
sudah dipasang.
c. Mine Survey Section kontraktor bertanggung jawab untuk
menyediakan, memasang dan mengawasi survey pegs.
d. Mine Operation Section kontraktor bertanggung jawab untuk
melakukan persiapan lahan dan pembentukan pit dan disposal
sesuai panduan survey pegs.

4.2 Isi
4.2.1 Alat dan Bahan
a. Total Station

Gambar 4.2.1.1 Salah Satu Jenis Total Station (TPS1200)

Gambar 4.2.1.2 Penggunaan Total Station

b. GPS RTK

Gambar 4.2.1.3 Salah Satu Jenis GPS RTK (Trimble5700)

c. Clinometer

Gambar 4.2.1.4 Clinometer

d. Patok & Pita Survey

Gambar 4.2.1.5 Patok dan Pita Survey

e. Batter Peg

Gambar 4.2.1.6 Batter Peg

4.2.2

Pengkodean
Berikut adalah tabel yang menunjukkan kode pita survey
berdasarkan warna.
Orange
Putih
Orange
Orange
Orange
Orange
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning

Orange
Putih
Putih
Hijau
Merah
Biru
Kuning
Putih
Orange
Merah
Hijau
Biru
Pink

Crest Line
Toe Line
Crest Toe
Pit Limit
Batas Land Clearing
End Wall Design (Yearly)
Batas Area Blasting / Elevasi Drilling 8.5
Elevasi Drilling 5.5
Elevasi Drilling 6.5
Elevasi Drilling 7.5
Elevasi Drilling 9.5
Elevasi Drilling 10.5
Elevasi Drilling 11.5

Biru
Biru
Biru
Biru
Biru

Putih
Merah
Hijau
Biru
Pink

Rencana As Jalan
Rencana Pinggir Jalan
Batas Area Konstruksi
Rencana Drilling/Instrument Geotech/Geology
Rencana Drainage

Hijau
Hijau

Hijau
Putih

Batas Serah Terima Disposal


Toe Line Design Disposal

Merah
Merah

Merah
Putih

Mineable Coal
Digging / Dumping Limit

Pink
Pink
Pink
Pink

Pink
Orange
Putih
Hijau

Check Elevasi / On Grade


Kurang Fill
Over fill
Inventory Blasting

Tabel 4.2.2.1 Kode Pita Survey

4.2.3

Penggunaan Survey Pegs


Sebelum patok dipasang, pastikan area yang akan dipasang patok
sesuai design tambang yang dikeluarkan Strategic Planning
Section PT Adaro Indonesia atau kesepakatan yang disetujui oleh
PT Adaro Indonesia.
Pemasangan patok design harus menggunakan alat-alat ukur
survey (TS dan GPS-RTK) yang disetujui, terkalibrasi dan
didaftarkan di Mine Survey Section PT Adaro Indonesia.
a. Pemasangan Acuan Design Pit
Patok cres tline menggunakan pita berwarna orange pada
tongkat kayu minimal setinggi 80 cm.
Jarak antar patok 10 m.
Jarak antar batter peg 20 m.

Gambar 4.2.3.1 Jarak Antar Patok & Antar Batterpeg

Pada bendera orange tanda crest line ditulis informasi


sebagai berikut:
Act.?, RL..?, cut..? Slope ... ?

Gambar 4.2.3.2 Cara Penulisan di Pita dan Pemasangan Batter Peg

Pada patok crest line dilengkapi dengan patok acuan


kemiringan slope menggunakan batter peg warna putih,
dengan ujung-ujungnya warna merah. Papan batter peg
sejajar dengan kemiringan slope dan jarak papan dari
tanah adalah 20 cm.

Setiap penurunan per 4 atau 8 m dan seterusnya, design


pit harus dikontrol dengan pemasangan patok toe line,
saat/ setelah dilakukan sloping.

Gambar 4.2.3.3
Pemasangan Patok Toe Saat dilakukan Sloping

Patok toe line dipasang maksimal setiap 40 m.


Pemasangan acuan kemiringan menggunakan clinometer.
Pada papan batter peg dituliskan kemiringan slope
sebagai acuan kontrol.
Patok pit limit/crest limit sebagai batas acuan untuk
pemotongan pit terluar dipasang menggunakan pita
berwarna orange-hijau dengan jarak antar patok maksimal
20 m.
Pemasangan patok menggunakan Total Station untuk pit
area harus berada di titik kontrol yang disetujui dan
disiapkan oleh Mine Survey PT Adaro Indonesia.
Penyimpangan pemasangan terhadap design harus
dibuatkan Berita Acara.

b. Pemasangan Design Disposal


Patok toe line dipasang dengan pita warna putih dengan
interval antar patok maksimal 20 m.

Patok toe line dipasang dengan offset pada arah masuk


disposal.
Setelah dumping, untuk pembentukan disposal tepat
mengenai patok toe line yang dipasang offset, posisi
patok toe line diletakkan kembali tepat pada garis toe line
sesuai design (patok dengan pita warna putih-hijau)
Pada pembentukan disposal dengan bench lebih dari 3 m,
patok crest line tidak dipasang. Tetapi elevasi dumping
harus dikontrol agar sesuai dengan rencana elevasi
sesuai dengan design. Kontrol elevasi dumping
menggunakan peralatan grade box.
Survey kontraktor bertanggung jawab atas ketersediaan
alat kontrol elevasi dumping pada setiap pelaksanaan
pembentukan disposal.
Pada posisi crest line dan toe line bertemu, dipasang
patok berwarna orange dan putih dalam satu patok.

Gambar 4.2.3.3 Patok Toe Line untuk Disposal

c. Pemasangan Design Ramp Jalan dan Patok Acuan Drainage


Patok as jalan yang dipasang untuk mine haul road
dipasang dengan pita berwarna putih-biru yang
bertuliskan informasi sebagai berikut:
Act.?, RL..?, cut..?, (akses ramp .....................)

Gambar 4.2.3.4 Patok Survey untuk Jalan

Patok as/rencana drainage dipasang dengan pita


berwarna biru-pink yang bertuliskan informasi sebagai
berikut:
Act.?, RL..?, cut..?, (Drainage ke arah ............)
Gambar 4.2.3.5 Patok Survey untuk Drainage

d. Pemasangan Design Area Blasting


Daerah batas blasting diberi patok dengan warna pita kuning.

Gambar 4.2.3.6 Pita Area Blasting

Gambar 4.2.3.7 Penulisan di Pita Area Blasting

e. Prosedur Offset
Pada pemasangan di posisi topografi original atau pada posisi
bench yang mengalami overcut dan undercut atau ditemukan
bahwa elevasi titik stake-out berbeda dengan titik design,
maka posisi patok crest line harus dilakukan offset
(penggeseran) sesuai dengan prosedur seperti dibawah ini.

Gambar 4.2.3.8 Offset Procedure


Untuk menentukan nilai b (offset titik adalah)

a
tan

Untuk memudahkan pencarian nilai offset patok crest line di


posisi original maka dapat dilihat dalam tabel berikut.
Kemiringan
Jenjang
(deg)
20
20
20

4.2.4

Tinggi
Jenjang
(m)
3
6
12

Angle of
Jarak Datar
Repos
"Slope" (m)
(deg)
35
8.2
38
16.5
45
33.0
Tabel. 4.2.3.1 Nilai Offset

Nilai Offset
(m)
2.0
4.4
10.5

Pemeliharaan Survey Pegs


Survey pegs yang sudah dipasang sesuai dengan fungsinya harus
selalu dipelihara agar jangan sampai berubah posisinya atau
bahkan
hilang,
baik
karena
kesengajaan
maupun
ketidaksengajaan.
Selain itu, survey pegs juga memiliki potensi menjadi sumber
kontaminasi bagi batubara. Terutama ketika pengerjaan penggalian
oleh loader. Operator loader harus hati-hati, jangan sampai survey
pegs ikut tergali.

4.3 Penutup
4.3.1 Pelanggaran & Evaluasi Implementasi Survey Pegs
Konsekuensi terhadap tidak adanya pemasangan survey pegs
adalah stop operasi untuk area tersebut.
Untuk evaluasi implementasi survey pegs digunakan tabel berikut.

Tabel 4.3.1.1 Evaluasi Implementasi Survey Pegs

4.3.2

Referensi
MIHA.SOP.0638.R00 Pengawasan Survey Pit (1 Januari
2008)
MIHA.WIN.0077.R00 Pemasangan Patok Design (1 Juni 2009)
MIHA.SOP.0624.R00 Pengukuran Untuk Blasting (1 Januari
2009)
No.
SWM.1004.GMP SURVEY PEGS.R00
Tanggal Efektif 01 Mei 2010
Penyusun
Wisnu Adi
Muhammad Zaim Nur Hidayat
Penyunting
Disetujui Oleh Suhernomo
Rommel Lucinda Cruz

BAB V
MINING FACE OVERBURDEN
1.7 Pendahuluan
1.7.1 Tujuan
Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro
Indonesia dan kontraktor dalam melakukan pekerjaan mining face
overburden (OB), yaitu pemotongan OB yang sesuai dengan
design dengan memperhatikan aspek keselamatan, tipe material,
equipment yang digunakan (loader, hauler, dan support), dimensi
area kerja (front loading), dan drainage sehingga target produksi
dapat tercapai.
1.7.2

Ruang Lingkup
Manual book ini membahas mengenai tipe material, equipment
yang digunakan, dimensi area kerja (front loading), dan sistem
drainage dalam pekerjaan mining face OB di area kerja PT Adaro
Indonesia.

1.7.3

Definisi
a. Overburden (OB) adalah lapisan tanah (batuan) yang
menutupi lapisan batubara.
b. Loader adalah unit yang digunakan untuk melakukan
pengupasan OB dan memuatnya ke unit hauler.
c. Hauler adalah unit yang digunakan untuk mengangkut OB
hasil pemotongan unit loader dari front loading ke disposal.
d. Unit support adalah unit yang melakukan sloping, dozing dan
perapian front loading.
e. Front loading adalah area kerja pemuatan batubara atau
overburden oleh excavator ke dump truck.
f. Disposal adalah tempat (areal) pembuangan batuan atau
tanah penutup lapisan batubara.
g. Drainage adalah sistem saluran atau metode untuk
mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat yang
ditentukan dengan cara membuat paritan atau contour
drainage (kemiringan suatu area).
h. Grade box adalah adalah rangkaian besi berbentuk kerangka
balok berdiri dan dilengkapi dengan rangkaian tali yang

digunakan sebagai acuan membentuk kesejajaran bidang


pada front loading atau front dumping
1.7.4

Tanggung Jawab
a. Mine Operatios Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
pemotongan overburden agar sesuai dengan design dan
memperhatikan aspek-aspek yang telah ditentukan.
b. Mine Operations Section kontraktor bertanggung jawab untuk
melakukan pekerjaan pemotongan overburden dengan
mengacu pada design dan memperhatikan aspek-aspek yang
telah ditentukan.

1.8 Isi
1.8.1 Tipe Material
Tipe material atau overburden yang harus dipotong/digali akan
mempengaruhi metode kerja. Berikut klasifikasi metode kerja
berdasarkan tipe material.
Tipe Material
Top Soil
Sub Soil
Sandstone
Sandstone & Clay
Mudstone

Ketebalan (m)
12
23
0,76 44,27

0,6 53,71

Metode Kerja
Direct Digging
Direct Digging
Blasting
Blasting
Blasting

Tabel 5.2.1.1 Tipe Material dan Metode Kerja

1.8.2

Equipment dan Dimensi Front Loading


Equipment yang digunakan dalam pekerjaan mining face OB terdiri
atas unit loader, unit hauler dan unit support. Unit loader digunakan
untuk melakukan pemotongan overburden dan memuatnya ke unit
hauler. Unit hauler digunakan untuk mengangkut overburden hasil
pemotongan unit loader dari front loading ke disposal. Sedangkan
unit support melakukan pekerjaan sloping, dozing dan perapian
front loading.
Jenis loader dan hauler yang digunakan akan mempengaruhi
dimensi front loading. Dimensi front loading adalah tinggi dan lebar
jenjang kerja sesuai dengan besar kecilnya alat muat (loader)
sehingga operasional dapat berjalan dengan benar dan aman.

Tabel 5.2.2.1 Loader dan Dimensi Kerja

Secara ideal, lebar bench untuk operasional shovel merupakan


penjumlahan dari operating radius, clearance radius dan safety
distance dari loader yang digunakan.

Gambar 5.2.2.1 Lebar Bench

Tinggi bench berkaitan erat dengan produktivitas alat dan faktor


safety.
kedalaman yang mampu digali oleh loader.

Gambar 5.2.2.2 Penggalian Loader Tipe Shovel dan Tipe Backhoe

Sebagai contoh tinggi bench 4 m, sedangkan maksimum


kedalaman penggalian loader 8,70 m.

Liebherr 9250

OHT 777
4.38m

Layer 1

8.00m

Layer 2

4.00m

4.00m

Max digging
Depth 8.70m

Gambar 5.2.2.3 Tinggi Bench dan Maximum Digging Depth

Gambar 5.2.2.4 Kondisi Aktual Pemotongan Overburden dengan Loader


Tipe Shovel

Gambar 5.2.2.4 Kondisi Aktual Pemotongan Overburden dengan Loader


Tipe Backhoe

1.8.3

Drainage di Front Loading


Arah drainage bisa memanjang atau melintang (tanda panah
merah. Permukaan front loading dibuat miring ke arah darinage
(tanda panah biru).

Drainage

Gambar 5.2.3.1 Arah Drainage di Front Loading

1.9 Penutup
1.9.1 Evaluasi Implementasi Mining Face OB

1.9.2

Referensi
MIHA.SOP.0558.R01 Pengupasan Tanah Penutup (8 Juni
2010)
No.
Tanggal Efektif
Tim Penyusun
Penyunting
Disetujui Oleh

SWM.1005.GMP MINING FACE OB.R00


01 Juni 2010
Banjarsari Setiawan
Suhernomo
Rommel Lucinda Cruz

BAB VI
MINING FACE COAL
1.10 Pendahuluan
1.10.1 Tujuan
Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro
Indonesia dan kontraktor dalam melakukan pekerjaan mining face
coal, yaitu penggalian batubara yang sesuai dengan design
dengan memperhatikan aspek keselamatan, seam batubara,
equipment yang digunakan (loader, hauler, dan support), dimensi
area kerja (front loading), dan drainage sehingga target produksi
dapat tercapai.
1.10.2 Ruang Lingkup
Manual book ini membahas mengenai seam batubara, equipment
yang digunakan, dimensi area kerja (front loading), dan sistem
drainage dalam pekerjaan mining face batubara di area kerja PT
Adaro Indonesia.
1.10.3 Definisi
a. Batubara (coal) adalah
b. Loader adalah unit yang digunakan untuk melakukan
penggalian batubara dan memuatnya ke unit hauler.
c. Hauler adalah unit yang digunakan untuk mengangkut
batubara hasil penggalian unit loader dari front loading ke
ROM (Run Off Mine).
d. Unit support adalah unit yang melakukan sloping, dozing dan
perapian front loading.
e. Front loading adalah area kerja pemuatan batubara atau
overburden oleh excavator ke dump truck.
f. Disposal adalah tempat (areal) pembuangan batuan atau
tanah penutup lapisan batubara.
g. Drainage adalah sistem saluran atau metode untuk
mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat yang
ditentukan dengan cara membuat paritan atau contour
drainage (kemiringan suatu area).
h. Grade box adalah adalah rangkaian besi berbentuk kerangka
balok berdiri dan dilengkapi dengan rangkaian tali yang

digunakan sebagai acuan membentuk kesejajaran bidang


pada front loading atau front dumping
1.10.4 Tanggung Jawab
a. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
penggalian batubara agar sesuai dengan design dan
memperhatikan aspek-aspek yang telah ditentukan.
b. Mine Production Section kontraktor bertanggung jawab untuk
melakukan pekerjaan penggalian batubara dengan mengacu
pada design dan memperhatikan aspek-aspek yang telah
ditentukan.
1.11 Isi
1.11.1 Seam Batubara
a. Batubara di Pit Tutupan
Pit Tutupan mempunyai tiga lapisan batubara utama (major
seam), yaitu T100,
T200, dan T300. Selain itu, ada
beberapa minor seam, yaitu: A, B, C, D, E, F dan G. Ketebalan
batubara mencapai 50 m dan kemiringan lapisan berkisar
antara 30 sampai 50.

Gambar 6.2.1.1 Cross Section Batubara di Pit Tutupan

Batubara di Tutupan memiliki spesifikasi sebagai berikut.

Total
Moisture
25.92%

Inherent
Moisture

Proximate Analysis
Volatile
Fixed
Matter
Carbon

14.42%

42.78%

39.81%

Ash

Total
Sulphure

Calorific
Value
(adb)

HGI

2,43%

0,10%

5.864

49

Tabel 6.2.1.1 Spesifikasi Batubara Tutupan

b. Batubara di Pit Wara


Pit Wara mempunyai tiga lapisan batubara utama, yaitu W100,
W200 dan W300, dengan ketebalan 12 14 m dan kemiringan
10 sampai 35.

Gambar 6.2.1.2 Cross Section Batubara di Pit Wara

Batubara di Wara memiliki spesifikasi sebagai berikut.


Total
Moisture
40%

Inherent
Moisture
20%

Proximate Analysis
Volatile
Fixed
Matter
Carbon
40%

38%

Ash

Total
Sulphure

Calorific
Value
(adb)

HGI

2,0%

0,15%

5.100

60

Tabel 6.2.1.2 Spesifikasi Batubara Wara

c. Batubara di Pit Paringin


Di pit Paringin saat ini terdapat dua seam utama yang
exposed, yaitu P600 dan P700 dengan ketebalan sampai 38
m dan kemiringan 10 sampai 25.

Gambar 6.2.1.3 Cross Section Batubara di Pit Paringin

Batubara di Paringin memiliki spesifikasi sebagai berikut.


Total
Moisture
23,5%

Inherent
Moisture
16,5%

Proximate Analysis
Volatile
Fixed
Matter
Carbon
40%

42,5%

Ash

Total
Sulphure

Calorific
Value (adb)

HGI

1,0%

0,10%

5.900

45

Tabel 6.2.1.3 Spesifikasi Batubara Wara

1.11.2 Equipment dan Dimensi Front Loading


Equipment yang digunakan dalam pekerjaan mining face coal
terdiri atas unit loader, unit hauler dan unit support. Unit loader
digunakan untuk melakukan penggalian batubara dan memuatnya
ke unit hauler. Unit hauler digunakan untuk mengangkut batubara
hasil pemotongan unit loader dari front loading ke ROM.
Sedangkan unit support melakukan pekerjaan sloping, dozing dan
perapian front loading.
Jenis loader dan hauler yang digunakan akan mempengaruhi
dimensi front loading. Dimensi front loading adalah tinggi dan lebar
jenjang kerja sesuai dengan besar kecilnya alat muat (loader)
sehingga operasional dapat berjalan dengan benar dan aman.

Tabel 6.2.2.1 Loader dan Dimensi Kerja

Secara ideal, lebar bench untuk operasional shovel merupakan


penjumlahan dari operating radius, clearance radius dan safety
distance dari loader yang digunakan.

Gambar 6.2.2.2 Lebar Bench

Tinggi bench berkaitan erat dengan produktivitas dan faktor safety.


kedalaman yang mampu digali oleh loader.

Gambar 6.2.2.3 Penggalian Loader Tipe Shovel dan Tipe Backhoe

Sebagai contoh tinggi bench 4 m, sedangkan maksimum


kedalaman penggalian loader 8,70 m.

Liebherr 9250

OHT 777
4.38m

Layer 1

8.00m

Layer 2

4.00m

4.00m

Max digging
Depth 8.70m

Gambar 6.2.2.4 Tinggi Bench dan Maximum Digging Depth

Gambar 6.2.2.5 Kondisi Aktual Pemotongan Overburden dengan Loader


Tipe Shovel

Gambar 6.2.2.6 Kondisi Aktual Pemotongan Overburden dengan Loader


Tipe Backhoe

1.11.3 Drainage di Front Loading


Arah drainage bisa memanjang atau melintang (tanda panah
merah. Permukaan front loading dibuat miring ke arah darinage
(tanda panah biru).

Drainage

Gambar 6.2.3.1 Arah Drainage di Front Loading

1.11.4 Penggalian Batubara


Penggalian batubara di tambang dapat diilustrasikan sebagai
berikut.

Gambar 6.2.4.1 Cara Penggalian Batubara

a. Persiapan Penggalian Batubara


Pastikan bahwa front loading telah layak untuk melakukan
aktifitas penggalian batubara (coal digging). Overburden di
sisi roof harus sudah lebih rendah dari batubara dan
batubara sudah di-expose dengan bersih. Dilarang
melakukan expose batubara terlau tinggi, yaitu lebih dari
4 m.
Pastikan bahwa unit-unit yang terlibat seperti: excavator,
dump truck dan alat support lainnya telah dilakukan P2H,
pembersihan, dan penyemprotan terhadapnya sehingga

layak untuk dipakai termasuk juga label seam yang akan


dikerjakan.
Bersihkan spoil-spoil sebelum melakukan kegiatan coal
digging.

Gambar 6.2.4.2 Spoil-spoil

Bentuk pola drainage yang efektif (aliran air terkoordinasi


di sisi roof atau floor) di sekitar front loading.
Hindari aliran air atau lumpur yang masuk ke dalam front
loading atau batubara exsposed karena drainage yang
jelek banyak membawa masalah baik dari aspek kualitas
maupun dari aspek produksi.
Gunakan alat digger/gali sesuai dengan ketebalan seam
yang akan digali.
Gunakan unit khusus ber-tailgate untuk mengangkut
batubara dan juga label seam batubara yang diangkut.
Tempatkan operator dan pengawas yang kompeten pada
front loading yang rawan kontaminasi, seperti: kondisi
banyak sisipan, struktur geologi yang komplek dan rawan
longsor.
Pastikan batubara yang akan digali sudah di-cleaning
dengan menggunakan excavator ber-cutting edge.
Untuk penggalian batubara di malam hari, sediakan
penerangan yang standar untuk menerangi front loading
agar proses penggalian terhindar dari kontaminasi.

b. Pelaksanaan Penggalian Batubara


Lakukan digging dengan membuat jenjang, setiap jenjang
minimal 3 m.

Lakukan penggalian sesuai dengan kemiringan lapisan


atau penggalian searah dengan dip pada minor seam.
Lakukan proses digging dari arah roof ke arah floor untuk
seam batubara yang mengandung sisipan. Hal ini untuk
menghindari terbentuknya candi dan banyaknya
batubara hilang.
Hindari digging overcut hingga interburden floor seam ikut
terambil.
Sisakan batubara 30 cm dari floor kemudian golongkan
produk tersebut ke dalam pure product.
Lanjutkan penggalian terhadap batubara sisa 30 cm ke
arah floor hingga bersih dari batubara, kemudian
golongkan ke dalam blend product (Hi-Ash).
Gunakan excavator kecil untuk digging batubara tipis atau
sisa.
Pembuatan channel dilakukan untuk mengetahui kondisi
permukaan floor batubara sehingga akan terhindar dari
overcut.

Gambar 6.2.4.3 Pembuatan channel

Sisipan/parting berupa material selain batubara yang


mempunyai ketebalan kurang dari 10 cm bisa langsung
dicampur dengan produk batubara dalam proses diggingnya.
Koordinasikan dengan pihak engineering atau pihak
blasting untuk menghindari masuknya flying rock ke
batubara expose/collected.
Lakukan selective loading dengan alat gali yang efektif
(PC-200 s/d PC-300) di area batubara yang banyak
didapati splitting clay atau sisipan-sisipan yang sulit
teridentifikasi.

Lakukan cleaning parting atau sisipan dengan


menggunakan excavator kecil, misal: PC-200/PC-300
sebelum menggali batubara di bawahnya.
Maksimalkan pengambilan dengan cara menempatkan
pengawas khusus untuk daerah dengan selective loading.
Hindari pengambilan batubara secara drop cut karena
berpotensi terhadap kontaminasi dan loss coal.
Koordinasi dengan pihak QC anda jika akan melakukan
hal ini.
Gunakan barikade pita atau tanda lain jika menemukan
kondisi yang berpotensi terhadap kontaminasi dan
bahaya.
Hindari penurunan yang tidak seimbang antara OB dan
batubara yang akhirnya akan menimbulkan longsoran di
batubara exposed.
Hindari genangan air di floor batubara karena akan
berpotensi terhadap bahaya longsor.
Tidak dibenarkan menghasilkan batubara ukuran besar
(diameter > 50 cm), hal ini akan mengganggu kinerja
crusher .
Lakukan pemecahan batubara besar di ROM serta beri
peringatan ke pihak tambang untuk tidak mengulangi hal
yang sama.
Hindari salah dumping akibat tidak efektifnya komunikasi
dan koordinasi antara operator dan pengawas terutama
pada loading kombinasi batubara dan OB.
Tidak dibenarkan menggunakan batubara produk sebagai
bundwall ataupun barikade air/drainage channel, sebab
akan meningkatkan keberadaan ash dan TM di batubara
product, apalagi terlalu lama (lebih dari satu minggu).
Pada daerah bersisipan dilarang melakukan expose
batubara terlalu tinggi (jauh) karena akan menyulitkan
dalam pemotongan generalisasi sisipannya.
Lakukan pencarian dengan metal detector dan excavator
kecil jika salah satu bagian metal dari alat berat terlepas di
front loading batubara (misalnya: tooth bucket, pin tooth
bucket, baut, dll).
Buat berita acara dari kasus ini agar tidak terulang di
kemudian hari.

Gunakan alat support wheel dozer atau loader untuk


merapikan front loading.
Lakukan perapian front loading sebelum ditinggal.
Sebelum meninggalkan front loading sebaiknya batubara
yang sudah lose segera di-loading ke ROM.
Jangan menyisakan batubara di floor, hal ini akan
berakibat longsor dan terbakarnya batubara.

1.12 Penutup
1.12.1 Evaluasi Implementasi Mining Face Coal

1.12.2 Referensi
MIHA.SOP.0558.R01 Pengupasan Tanah Penutup (8 Juni
2010)
No.
SWM.1006.GMP MINING FACE COAL.R00
Tanggal Efektif 01 Juli 2010
Tim Penyusun Auzer Nasarudin
Penyunting
Disetujui Oleh

Suhernomo
Rommel Lucindo Cruz

BAB VII
DISPOSAL MANAGEMENT
1.13 Pendahuluan
1.13.1 Tujuan
Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro
Indonesia dan kontraktor dalam melakukan pekerjaan
pembentukan disposal dengan memperhatikan aspek keselamatan
dan mencakup disain, konstruksi, dan maintenance sehingga target
produksi dapat tercapai.
1.13.2 Ruang Lingkup
Manual book ini membahas mengenai disain, konstruksi, dan
maintenance disposal di area kerja PT Adaro Indonesia.
1.13.3 Definisi
a. Disposal adalah tempat pembuangan / penumpukan
material penutup lapisan batubara.
b. Disposal adalah tempat pembuangan / penumpukan
material tak dipakai ( OB, Sub Soil, Dll ).
c. Disposal adalah tempat (areal) pembuangan batuan atau
tanah penutup lapisan batubara.
d. Disposal adalah tempat yang dirancang untuk
menampung material dari proses overburden removal.
e. Bench adalah jenjang yang dibuat untuk menjaga
kestabilan lerang,yang biasa dibuat dengan tinggi dan
grade tertentu.
f. Grade adalah perbandingan antara beda vertikal dengan
jarak horisontal.
g. Berm adalah tanggul yang biasanya dibuat permanen
untuk menghilangkan potensi bahaya karena adanya
beda tinggi.
h. Single slope adalah kemiringan dari crest ke toe pada
bench.
i. Overall slope adalah kemiringan total dari beberapa slope,
yaitu dari crest tertinggi sampai ke toe yang paling
terdalam.

j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.

Back slope adalah kemiringan yang dibuat menurun dari


crest line ke toe line suatu bench disposal dengan tujuan
untuk mencegah air mengalir melewati crest line disposal.
Top soil stock adalah tempat pengumpulan soil atau
humus di area tertentu yang nantinya akan digunakan
untuk proses rehabilitasi / reklamasi.
Drop structure adalah konstruksi yang dibuat berupa
tangga/teras yang berfungsi untuk mengurangi kecepatan
aliran air dan mengurangi erosi pada paritan.
First layer disposal adalah lapisan/layer pertama disposal
dari topografi original.
Windrow adalah tanggul pengaman buangan dump truck
yang berfungsi sebagai pembatas atau patokan saat
membuang overburden.
Frame adalah bagian terluar dari lapisan pertama
disposal.
Dump man adalah orang yang kompeten untuk
mengawasi aktifitas operasional di disposal.
Unspread dump adalah buangan dari dump truck ke
disposal yang tidak didorong oleh unit support (dozer).
Undulasi adalah ketidakrataan permukaan tanah yang
tidak mengikuti arah umum pola pengaliran bidang.

1.13.4 Tanggung Jawab


a. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pembentukan
disposal agar sesuai dengan design dan memperhatikan
aspek-aspek yang telah ditentukan.
b. Mine Production Section kontraktor bertanggung jawab untuk
melakukan pekerjaan pembentukan disposal dengan mengacu
pada design dan memperhatikan aspek-aspek yang telah
ditentukan.
1.14 Isi
1.14.1 Disposal Design
a. Kapasitas
Kapasitas disposal ditentukan berdasarkan pembagian
material dari pit, misalnya untuk tahun 2010 dengan design
tertentu untuk sisi high wall (HW)l akan mengeluarkan material

sebanyak 10 juta bcm. Jumlah disposal di sisi HW sebanyak 2


disposal, berarti masing-masing harus menampung volume 5
juta bcm, dengan memperkirakan luas dan ketersediaan area.
Disposal di-design dengan mengunakan software Minescape.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Misal diperlukan disposal dengan volume x juta bcm.
Buat polygon di area yang telah ditentukan.
Drape terhadap topography terbaru (end of month)
Pada polygon hasil drape, ubah elevasinya dengan
elevasi terendah.
Lakukan Project 20 dan Offset 24 untuk polygon tersebut
Buat triangle nya
Intersect triangle terhadap topography
Lakukan triangle volume, untuk mengetahui volumenya
sudah cukup atau tidak.
Jika itu disposal final, kemudian breakdown menjadi yearly
design berdasarkan scheduling-nya yang mengacu pada
block & strip.

Gambar 7.2.1.1 Design Disposal pada Minescape

b. Dimensi
Dimensi untuk design disposal berbeda-beda perlakuannya untuk
setiap material. PT Adaro Indonesia telah menentukan parameter untuk
design disposal sbb:
Tinggi jenjang
: 12 m
Final slope
: 20
Penempatan material lumpur
: 100 m dari frame
terluar
Back slope
: 1% - 2%
Lebar bench
: minimal 24 m
Dengan acuan tersebut, diharapkan kestabilan lereng dari disposal bisa
bertahan dan dianggap aman.
c. Bench Grade & Ramp Grade
Bench grade pada disposal untuk frame final adalah 20 dengan dicover oleh material top soil dan dibentuk back slope agar air tidak
melewati crest line dan merusak frame disposal.
Ramp grade di jalan tambang adalah 8%, diharapkan tidak lebih dari
10% dan tidak terlalu landai yang dapat mengakibatkan biaya hauling
terlalu mahal.

Gambar 7.2.1.2 Ramp dan back slope di disposal

d. Sequence

Gambar 7.2.1.3 sequence disposal

Faktor-faktor yang mempengaruhi disposal sequence adalah:


Kapasitas dari topografi original
Lebar bench (cress toe)
Tinggi bench
Waktu penimbunan yang diperlukan tiap layer (bench)
Dari faktor-faktor tersebut, dapat dibuat sequence dari suatu disposal
yang berfungsi sebagai estimator untuk mempersiapkan rencana
buangan overburden setiap waktu tertentunya.
e. Lokasi Stock Soil, Mud, dan Drop Structure

Mud Location
Drop Structure
Stock Top Soil
Connect W/ Sispal
Drainage

Gambar 7.2.1.4 Lokasi Stock Soil, Mud dan Drop Structure

Penentuan lokasi untuk stock soil memperhatikan


beberapa faktor, yaitu berapa lama soil tersebut akan

f.

digunakan, kapasitas stock soil, dan jarak bila soil tersebut


digunakan meng-cover frame disposal.
Mud location digunakan untuk membuang material jelek
(material lembek/lumpur) dan bisa juga berupa creek yang
ada di disposal, dengan perhitungan bahwa adanya mud
location tidak mengakibatkan timbulnya gangguan
kesttabilan lereng nantinya. Jarak minimal antara frame
terluar disposal dengan mud location adalah 100 m.
Drop structure dibuat untuk mengurangi kecepatan aliran
air dan meminimalisir erosi oleh air. Dibuat pada lokasilokasi tertentu yang berpotensi memiliki tingkat erosi
tinggi, dengan perhitungan sama dengan menentukan
luasan dimensi saluran terbuka.

Reklamasi
Reklamasi di PT Adaro Indonesia menggunakan beberapa cara, yaitu:
metode hydroseeding, metode alat mekanis, metode handseeding dan
metode penanaman pohon.

Metode Alat Mekanis

Metode Hydroseeding

Metode Penanaman Pohon

Metode Handseeding

Gambar 7.2.1.5 Metode Reklamas

g. Drainage
Drainage sengaja dibuat untuk mengendalikan air yang ada di pit
ataupun disposal sehingga dapat terkendali dan tidak mengganggu
proses penambangan. Pada umumnya drainage pada tambang terbuka
menggunakan paritan dan gorong-gorong.
Untuk dimensi dari paritan ini tergantung dari catchment area sekitar
parit dan debit air yang mengalir ke parit tersebut.
Debit paritan (Qp) harus lebih besar dari penjumlahan debit aliran
catchment (Qc) dan debit air dari pompa (Qs).
Q c 0,002855 C I A

Keterangan:
Qc = Debit Aliran Catchment (m3/s)
C = Koefisien Run-off
I
= Curah Hujan Rencana Per Hari (mm)
A = Catchment Area (ha)

Gambar 7.2.1.6 Open Channel

Dalam pembentukan drainage di disposal, langkah-langkah yang harus


diikuti adalah sebagai berikut.
Pastikan ke Strategic Planning Section PT Adaro
Indonesia bahwa disposal sesuai dengan plan yang sudah
ditetapkan
Pastikan terdapat grade box di area disposal untuk
membantu melakukan pengontrolan arah kemiringan
disposal.
Pastikan arah kemiringan disposal sesuai dengan arah
drainage yang sudah ditetapkan. Kemiringan disposal
dibuat maksimal 1%.

Untuk menghindari aliran air ke bagian crest disposal,


maka benching berbentuk back slope dengan kemiringan
1%.
Untuk mengalirkan air tersebut sampai di kolam
penampungan dan mengatasi air dari luar area disposal
maka sekeliling disposal dibuat paritan sesuai dengan
catchment area-nya.

Gambar 7.2.1.7 Saluran Drainage di Disposal

Posisi SISPAL menyambung dengan system main drainage yang terdapat


di disposal.
1.14.2 Disposal Construction
a. First Layer Disposal
First layer disposal merupakan layer buangan overburden pertama
yang melapisi topografi originl. Sebelum melakukan pembuangan
overburden, harus dilakukan land clearing terlebih dahulu sehingga
tumbuhan dan top soil tidak tertimbun karena hal ini bisa menyebabkan
sliding yang diakibatkan pembusukan pepohonan.

Gambar 7.2.2.1 First Layer Disposal

b. 12-m Bench Dump


Tinggi bench yang ditetapkan oleh PT Adaro Indonesia adalah 12 m.
Secara operasional bila dibuat lebih dari 12 m akan menyebabkan
banyak terjadinya disposal aktif yang patah dan berbahaya untuk
dilakukan dumping.

12 m

Gambar 7.2.2.2 12-m Bench Dump

e. Windrow
Setiap pendorongan harus menyisakan material di ujung disposal
(windrow) setinggi minimal setengah dari ban terbesar truk yang
dumping di disposal tersebut. Windrow dibuat bukan sebagai sarana
berhenti truk yang sedang mundur, tetapi hanya sebagai patokan batas
truk berhenti.

12m

Gambar 7.2.2.3 Windrow

f.

Back-Slope
Pembentukan back-slope mutlak harus dikerjakan untuk menghindari
adanya aliran air mengarah ke crest disposal yang dapat menyebabkan
robeknya frame disposal dan dapat mengakibatkan terganggunya
kesetabilan lereng disposal. Grade dari back-slope adalah antara 1% 2%.

Gambar 7.2.2.4 Back-Slope

g. Level Control
Kontrol elevasi perlu dilakukan untuk menjaga agar pengerjaan
operasional di lapangan tidak berbeda dengan design yang telah
disetujui dan diperhitungkan oleh engineer, sehingga tidak
mempengaruhi sequence pembentukan disposal.

Gambar 7.2.2.5 Grade Box

h. Framing dengan Top Soil


Pelapisan final frame dengan top soil dimaksudkan untuk mempercepat
tumbuhnya tanaman yang ditanam (tanaman keras) ataupun
disiramkan (hydroseeding) oleh tim reklamasi guna menghindari

terjadinya erosi pada bagian frame yang dapat mempengaruhi


kesetabilan lereng itu sendiri.

Gambar 7.2.2.6 Framing

i.

Dumping Sequence Box


Dumping sequence box digambar pada peta dan digunakan sebagai
acuan untuk mengetahui limit atau batas areal dumping yang diijinkan
untuk sequence saat itu dan memberikan informasi keterkaitan dengan
pihak-pihak tertentu (environment, waste, survey,dll).

RL 120

Gambar 7.2.2.7 Dumping Sequence Box

j.

Unit Support
Saat operasional di disposal berjalan, maintenance bench dan akses
disposal harus kontinyu dilakukan dengan unit-unit support seperti
grader untuk menghilangkan undulasi di akses jalan, dozzer kecil
(misal: DZ85) untuk spreading top soil di frame disposal dan dozzer
sedang atau besar untuk mendorong material overburden.

Gambar 7.2.2.8 Unit Support

k. Dump-Man
Dump-man adalah orang yang kompeten dalam mengawasi
operasional pembuangan material di disposal. Dump-man bertanggung
jawab atas keselamatan, design dan produktifitas alat support dan
truck.

Gambar 7.2.2.9 Dump-Man

l.

Night-Shift Operation
Operasional pembuangan material ke disposal saat shift malam harus
disertai dengan penerangan yang cukup, dimana pada area dumping
point memiliki minimum pencahayaan adalah 20 lux.
Dimana 20 lux memiliki arti :
- Tingginya 7m (harus lebih tinggi dari unit hauling tertinggi)
- Jumlah lampu 3
- Jenis lampu Halogen atau Mercury 1000 - 1500 Watt
- Sudut kemiringan 30 - 60.

Layer 1

4 m

Arah sinar ke obyek yang paling bagus dari atas atau samping, tidak
dianjurkan searah atau berlawanan karena menimbulkan silau atau
bayangan.

Layer 1
untuk Dumping di Atas Lumpur/Air
Layer 2

4 m
4 m

Jika Panjang lantai kerja (Loading front suda


mencapai > 30 meter maka Grade Box dipindah ke posisi
Gambar 7.2.2.10 Jarak
lantai kerja dan Benang Grade Box disesuaikan dengan
elevasi Lantai Kerja.

4 m

Layer 1
Layer 2

Pada saat Elevasi Lantai kerja / Layer 1 Tercapai


Dipasang patok Kontrol Elevasi untuk menandakan
bahwa digger harus membentuk lantai kerja yang Flat

4 m

4 m

30 meter
m. Dumping di AtasPadaLumpur/Air
Layer 2
Saat Digging Pembentukan RAM
Benang
Grade
dipasang Sesuai
Untuk dumping didenganboxatas
lumpur/air
yang
berpotensi
adanya
kemiringan
retakan/patahan pada disposal, diharuskan membuang (dumping)
10m dari sisi tebing dan adanya pengawasan terus-menerus selama
aktivitas dumping di atas lumpur/air berlangsung.

30 meter
1.14.3 Disposal Maintenance
a. Undulating
Untuk mengatasi undulating, sebelum aktifitas penimbunan dimulai,
pastikan grade box sudah terpasang pada area yang ditentukan
sebagai acuan arah disposal.

Grade box dipasang dengan jarak maksimal dari Front Dumpping


pada radius 50 meter.
Benang Grade Box disesuaikan dengan target Dumping
untuk menjaga agar Front Dumping sesuai dengan target
elevasi per 12 meter

Patok OFFSET Toe line Disposal harus dipasang jika ada Front Dumping yang aktif

Gambar 7.2.3.1 Penempatan Grade Box di Disposal

Saat operasional di disposal berjalan, maintenance bench dan akses


disposal harus kontinyu dilakukan dengan unit-unit support seperti
grader untuk menghilangkan undulating di akses jalan. Dozzer kecil
(misal: DZ85) untuk spreading top soil di frame disposal dan dozzer
sedang atau besar untuk mendorong material overburden.
b. Drainage
Drainage Maintenance dilakukan secara berkala. Apabila saluran dalam
keadaan rusak ataupun kritis maka digunakan grader untuk
pembentukan cross fall pada akses jalan disposal, excavator kecil/long
arm untuk saluran open chanel, dan dozzer untuk membantu
pembentukan back slope pada disposal.

Arah dan grade back slope

Arah dan grade disposal


Gambar 7.2.3.1 Penempatan Grade Box di Disposal

1.15 Penutup
1.15.1 Evaluasi Implementasi Disposal Management

1.15.2 Referensi
MIHA.SOP.0555.R01 Pembuatan Disposal ( 8 Juni 2010 )
MIHA.SOP.0557.R01 Pembuatan Jalan Di Area Tambang (8
Juni 2010)
Kepmen 555.K/26/M.PE/1995
No.
SWM.1007.GMP DISPOSAL MANAGEMENT.R00
Tanggal Efektif 01 Agustus 2010
Tim Penyusun Marianus Antimus Buku
Muhammad Anurian Anjar
Penyunting
Disetujui Oleh Suhernomo
Rommel Lucinda Cruz

BAB VIII
SUMP MANAGEMENT
1.16 Pendahuluan
1.16.1 Tujuan
Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro
Indonesia dan kontraktor dalam melakukan pekerjaan dalam
rangkaian aktifitas sump, yaitu mulai perencanaan, proses
konstruksi dan operasional dengan tetap memperhatikan aspek
K3LH.
1.16.2 Ruang Lingkup
Manual book ini membahas mengenai rangkaian aktifitas sump,
yaitu mulai perencanaan, proses konstruksi dan operasional
dengan tetap memperhatikan aspek K3LH di area kerja PT Adaro
Indonesia.
1.16.3 Definisi
a. Sump adalah sumuran atau kolam terbuka tempat
penampungan air sementara di dalam pit sebelum
dilakukan pemompaan ke luar pit.
b. Catchment Area adalah daerah tangkapan hujan yang
dibatasi oleh punggung - punggung gunung/pegunungan
dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan
mengalir menuju suatu titik/stasiun yang ditinjau (dalam
hal ini sump).
c. Pompa adalah peralatan atau media yang berfungsi
sebagai penghisap material bersifat cair untuk
memindahkannya kesuatu tempat yang telah ditentukan.
d. Outlet pompa adalah tempat keluarnya air dari rangkaian
pemompaan.
e. Front loading adalah area kerja pemuatan oleh alat muat
ke alat angkut.
f. Area kerja pemuatan batubara atau overburden oleh
excavator ke dump truck.
g. Drainage adalah sistem saluran atau metode untuk
mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat
yang ditentukan dengan cara membuat paritan atau
contour drainage (kemiringan suatu area).

h. Pipa HDPE adalah pipa tempat mengalirnya material


fluida (cairan) yang terbuat dari bahan High Density
Polyethyline.
i. Settling Pond adalah sarana pengolahan air tambang agar
aliran ke aliran masyarakat sesuai baku mutu.
1.16.4 Tanggung Jawab
a. Mine Plan Section PT Adaro Indonesia bertanggung jawab
untuk melakukan perhitungan, perencanaan mengenai
penentuan lokasi sump, kebutuhan pompa setiap periode dan
melakukan evaluasi.
b. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
pembuatan sump agar sesuai dengan design, memastikan dan
memperhatikan aspek-aspek yang telah ditentukan.
c. Kontraktor bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan
dengan mengacu pada design, hal yang telah disepakati dan
tentunya tetap memperhatikan aspek-aspek yang telah
ditentukan.
1.17 Isi

Pada metode penambangan open pit mempunyai kelemahan,


salah satunya adalah terpengaruh oleh cuaca (hujan). Untuk itu
pembuatan sump sendiri dimaksudkan agar semua air yang jatuh
ke dalam pit menuju satu titik lokasi yaitu sump, agar proses
penambangan batubara tetap berjalan baik tanpa terganggu
genangan air yang menutupi front / area kerja. Seperti gambar
dibawah ini.

Gambar 8.2.1 Sump di Pit Wara (Area kerja PT RMI)

Adapun tahap tahap pembuatan sump yaitu :


1.17.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan ada beberapa tahap yaitu: pengumpulan,
olah data (curah hujan, luas catchment dll), perhitungan debit air
(surface water & ground water), pengendapan lumpur di sump,
penentuan lokasi sump, dan perhitungan kebutuhan pompa.
Hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sump adalah
sebagai berikut:
Cukup dari segi kapasitas volume air yang di tampung.
Kapasitas minimum sump harus mampu menampung 3 kali
curah hujan maksimum tanpa pemompaan)
Posisi pada elevasi terendah
Tidak terganggu dalam waktu yang lama
Diusahakan jarak terhadap outlet pemompaan pendek karena
berhubungan dengan kebutuhan pipa HDPE nantinya

Gambar 8.2.1.1 Design Sump Pit Central (Area Kerja PT BUMA)

Setelah menentukan lokasi dan design sump, maka selanjutnya


menghitung dan mensimulasikan kebutuhan jumlah pompa yang
harus beroperasi pada periode tertentu.
Untuk di area PT Adaro Indonesia di tentukan juga elevasi kritis
yaitu 2 m dari atas permukaan air maksimum yang ada di sump. Ini
dimaksudkan agar area kerja tidak sampai tergenang air. Seperti di
tunjukan grafik dibawah ini.

Gambar 8.2.1.2 Grafik Critical Leveli vs Actual Level


(Sump Pit Wara Area Kerja PT RMI)

Selain menghitung dan membuat perencanaan mengenai main


sump, maka perlu juga di buat perencanaan untuk temporary
sump. Karena sump temporary merupakan kunci sukses dalam
pembuatan main sump.
1.17.2 Pembuatan Sump
Setelah mengetahui hasil perencanaan konstruksi sump berupa
lokasi, design (pemasangan menggunakan acuan patok survey),
dan volume material (volume lumpur, overburden & batubara) yang
harus di pindahkan maka langkah langkah dalam pengerjaannya
yaitu:
a. Pembuatan Temporary Sump
Adapun maksud pembuatan temporary sump adalah
mengalihkan air yang semula terkonsentrasi di main sump
menjadi terkonsentrasi di temporary sump agar proses loading
lumpur atau proses konstruksi sump (pendalaman elevasi)
tidak terganggu oleh air. Adapun waktu pembuatan pada
musim panas dimana kuantitas air sedikit di pit. Dan tentunya
berada di elevasi terendah, juga harus tetap di pasang pompa
yang cukup untuk dapat segera mengeringkan air, karena
salah satu fokus pekerjaan pada dry season adalah
pendalaman tambang. Fungsi main sump juga bisa digantikan
temporary sump (lihat gambar 8.2.2.1) apabila main sump

akan di lakukan loading lumpur. Maka harus dibuatkan saluran


air ke arah temporary sump seperti gambar 8.2.2.2.
Main Sump
Temporary Sump

Gambar 8.2.2.1 Temporary Sump


(lokasi sump High Wall area kerja PT SIS)
Temporary Sump

Gambar 8.2.2.2 Pembuatan Saluran Air


(lokasi sump HW area kerja PT SIS)

b. Loading Lumpur
Setelah adanya temporary sump berarti air sudah teralihkan
dari main sump, sehingga proses loading lumpur di area main
sump bisa dilakukan.
Ada beberapa metode untuk melakukan loading lumpur salah
satunya yaitu dengan metode blending (pencampuran material
padat dan cair) seperti metode ganjal dan kombinasi dengan
metode kocoran yang di tunjukan gambar 8.2.2.3.

Lumpur Cair
Ganjal dari
material Blending

Gambar 8.2.2.3 Metode Loading Lumpur


(lokasi sump HW area kerja PT SIS)

c. Konstruksi Main Sump Baru


Konstruksi main sump baru di laksanakan pada dry season
(quarter III & IV), dengan harapan pada saat musim hujan
datang maka sump sudah siap dan telah sesuai apa yang
direncanakan baik elevasi yang direncanakan atau kapasitas
sump yang diinginkan. Dan setiap design juga harus
memenuhi kaidah geoteknik yang telah ditentukan.
Untuk itu maka haruslah cermat dalam strategi penambangan
dan pengalokasian alat karena pembentukan main sump baru
juga biasanya terkendala dengan front yang sempit.
Sebelum project di lakukan maka setiap kontraktor akan
membuat rencana kerja. Dengan mencantumkan segala
aktivitas yang dilakukan, target waktu pembuatan, alat yang
digunakan, dan target waktu ataupun volume yang harus
dicapai seperti yang ditunjukan gambar 8.2.2.4 dan tabel
8.2.2.1.

Gambar 8.2.2.4 Proses Konstruksi Main Sump RL 120


(lokasi sump area kerja PT PAMA)

Tabel 8.2.2.1 Schedule Konstruksi Main Sump RL 120


(lokasi sump area kerja PT.PAMA)
Ini dimaksudkan sebagai alur controling agar proses konstruksi sump
tepat waktu dalam mencapai hasil yang direncanakan.

1.17.3 Instalasi Pompa & Pipa HDPE


Setelah proses konstruksi main sump, maka tahap selanjutnya
adalah instalasi pipa HDPE, pompa dan booster bila diperlukan.
Berapapun besarnya kapasitas sump yang terbentuk tidak akan
berarti jika salah dalam penentuan jumlah pompa yang beroperasi.
Maka haruslah cermat dalam penentuan jumlah pompa yang
beroperasi. Berikut salah satu penentuan jumlah pompa yang
beroperasi seperti grafik 8.2.3.1.

J UML AH P OMP A OP E R AS I D I T AH UN 2010


J UML AH P OMP A OP E R AS I D I T AH UN 2010

J UML AH P OMP A OP E R AS I D I T AH UN 2010


J UML AH P OMP A OP E R AS I D I T AH UN
2010
J UML
AH P OMP
A OP E R AS I D I T AH UN 2010
40

E RIAS
I T AH
2010 35
PAEOP
R40AS
D IITDAH
UNUN
2010
-

35

25

20

14 15
10
10
14
10
10
10
1025 - 10
10
- 5
- 1
1
- 101
-- 20 1 14 6 -1
8 0
1514
8
8
1 17 19
17
- 17 17
1610
19

I T AH UN 2010T AH- 30
UN -2010

30

6
-

-10

8-

10
-

14
-

--

10

10

10

1 -8
8Dredger

Dredger

12
1
12

14

Dredger

Dredger
Dredger-

8
P P N150
1

Dredger

- P P N150 12
Multiflo 390
19 Multiflo19390
8
1
- Warman 8/6
-

14 8

8
-

12

P P N150
1

P P N150
Multiflo 390

Multiflo 420 C learing


Multiflo
390
12
Head
Multiflo 420

20
20
17 8
17
17
15
8 16 8
1
-P P N150
101
1 - 10Warman 8/6
10
1
P- P N150
1
- 1
1 12
1
- Warman 8/6
AUG
S E1
P 390
OC T420 C learingMultiflo 420 C learing
Dredger 12 1
Multiflo
Multiflo
8 Dredger
Multiflo 390
Head 42020C learing Head
20 Multiflo
198/6 20
19 1 19 20Warman
- P17
P N150
Multiflo 420
Head
Multiflo 420
20
20
20
20
19
- 17
- 17
19 Multiflo 420
19
12 - 17P P N150 1 17
1
17 8/6
Warman
16
15
Multiflo
390
12
Multiflo 420 C learing
8
58
Multiflo 390
8
81
Multiflo
420 CPompa
learing yang Beroperasi
20 Warman
208.2.3.1Head
1 19
Gambar
Penentuan
19
8/6
Multiflo
420
1
S
E
P
OC
T
Head
1
Warman
8/6
S E 19
P
OC T 20 (lokasi sump area kerja PT PAMA)
20
S E P AUG 19
OC420
T SCElearing
P
OC T
Multiflo 420
Multiflo
Head
Multiflo
420
C
learing
20
20
19
Multiflo
jenis 420
pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal
Head
20 OC T Adapun
20
19
Multiflo8.2.3.1)
420
(lihat gambar
yang bisa memompa secara vertikal keatas

OC T
OC T

OC T

Dredger

Warman 8/6

dengan kemampuan total head pompa sesuai spesifikasi tertentu.


Apabila pompa sudah tidak mampu memompa keatas dikarenakan
sudah / lebih mencapai total head maksimal, maka akan di tambah
pompa booster (sebagai penguat) untuk memompa keatas.

Gambar 8.2.3.1 Jenis Pompa Sentrifugal Multiflo MF-420


(lokasi sump area kerja PT RMI)

Setelah instalasi pipa di dalam tambang, maka hal yang perlu


diperhatikan adalah di area out let pompa sebagai hilir dari sistem
pemompaan dimana penentuan harus cermat dan terdapat
pemecah arus untuk mengurangi gerusan atau erosi.

P P N150
Multiflo

Warman
Multiflo
Head
Multiflo

Pada paritan yang dibuat untuk mengeluarkan air dari outlet pompa
ke final pit design juga tidak pada bidang lemah agar kestabilan
lereng tetap terjaga.

Gambar 8.2.3.2 Outlet Pompa dan Perawatan Parit Menuju Setling Pond
(lokasi area kerja PT RA)

1.17.4 Operasional Pemompaan


Dalam hal operasional pemompaan, hal yang harus diperhatikan
adalah masalah safety Untuk itu petugas pompa harus mempunyai
keterampilan berenang dan setiap pekerjaan harus didukung APD
(Alat Pelindung Diri) seperti life jacket dan lainnya (gambar
8.2.2.3). Selain itu diharuskan juga tetap mengikuti aturan seperti
JSA, WIN, & SOP mengenai operasional pemompaan air tambang.

Safety
Helmet
Life Jacket

Safety Shoes

Gambar 8.2.2.3 Penggunaan APD di Area Sump


(lokasi sump area kerja PT RMI)

Tugas setiap kontraktor juga yaitu membuat laporan harian


kegiatan pelaksanaan pemompaan dan kondisi pond air sisa
pemompaan dan melaporkannya kepada PT Adaro Indonesia.
Untuk outlet pompa dimana airnya sangat berpengaruh dengan
masyarakat sekitar tambang maka waktu dan pelaksanaan
pemompaan akan diatur oleh pengawas PT Adaro Indonesia.
Kegiatan operasional pemompaan di job site PT Adaro Indonesia
tentunya akan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Seperti
ditunjukkan gambar 8.2.2.4 bahwa setiap aliran air tambang wajib
untuk melalui setling pond sebelum dialirkan ke drainase umum. Ini
dimaksudkan agar mutu air keluaran dari tambang tetap memenuhi
standar baku mutu lingkungan.

Gambar 8.2.2.4 Spanduk Mengenai Aliran Air Tambang


(lokasi area kerja PT RMI)

1.18 Penutup
1.18.1 Evaluasi Implementasi Sump & Dewatering

1.18.2 Referensi
SOP.MIN-4.4.6-6-14 Pemompaan Air Tambang
WI-MN-4.4.6-14-01 Pemasangan, Penyambungan &
Pelepasan Pipa Dewatering Pump
WI-MN-446-14-02 Pengoperasian Pompa Air di Tambang
No.
Tanggal Efektif
Tim Penyusun
Penyunting
Disetujui Oleh

SWM.1008.GMP SUMP MANAGEMENT .R00


01 September 2010

Wisnu Adi
Dian Oktoriyanto
Suhernomo
Rommel Lucinda Cruz

BAB IX
MINE HAUL ROAD
1.19 Pendahuluan
1.19.1 Tujuan
Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro
Indonesia dan kontraktor dalam melakukan pekerjaan
pembentukan mine haul road dengan memperhatikan aspek
keselamatan dan mencakup disain konstruksi, operation dan
maintenance serta monitoring, sehingga target produksi dapat
tercapai.
1.19.2 Ruang Lingkup
Manual book ini membahas mengenai disain konstruksi, operation
dan maintenance serta monitoring, pada mine haul road di area
kerja PT Adaro Indonesia.
1.19.3 Definisi
a. Haul road adalah semua jalur yang digunakan untuk melintas
unit hauler atau unit lain untuk keperluan pemindahan OB /
coal atau keperluan developing yang lain.
b. Grade adalah perbandingan antara beda vertikal dengan jarak
horisontal.
c. Drainage adalah sistem saluran atau metode untuk
mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat yang
di tentukan dengan cara membuat paritan atau contour
drainage (kemiringan suatu area).
d. Culvert (gorong-gorong) adalah bangunan fisik yang dibangun
memotong jalan/galengan/bangunan lain yang berfungsi untuk
penyaluran air.
e. Surfacing pelapisan jalan tambang dengan batu split atau
dengan material keras lain untuk menjaga kekerasan jalan.
f. Devider pembatas pada jalan tambang yang berfungsi untuk
menjaga agar tidak ada kerancuan saat di belokan ataupun di
persimpangan.
g. Ramp adalah jalur melandai yang dipakai sebagai akses untuk
unit produksi ataupun non-produksi yang memiliki dimensi
tertentu yang kemiringannya diukur dengan satuan grade
(perbandingan antara beda vertikal dengan jarak horisontal).

h. Cross fall kemiringan yang dibentuk pada jalan tambang agar


air yang berada di badan jalan bisa mengarah ke saluran
drainase dan tidak merusak badan jalan.
i. Super elevasi adalah kemiringan jalan ke satu arah, biasanya
di area tikungan.
j. Spoil adalah adalah material hasil pembersihan jalan oleh
motor grader, yang pada akhirnya menumpuk di pinggir jalan.
Material spoil tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
penyempitan badan jalan dan mengurangi faktor keselamatan
yang ada.
k. Slippery adalah suatu pekerjaan perawatan jalan setelah hujan
selesai.
l. Undulasi adalah ketidakrataan permukaan tanah yang tidak
mengikuti arah umum pola pengaliran bidang.
m. Batu split adalah batu kerikil yang berfungsi sebagai pelapis
jalan untuk memberikan kekerasan pada permukaan jalan
tambang.
1.19.4 Tanggung Jawab
a. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pembentukan
haul road agar sesuai dengan design dan memperhatikan
aspek-aspek yang telah ditentukan.
b. Mine Production Section kontraktor bertanggung jawab untuk
melakukan pekerjaan pembentukan haul road dengan
mengacu pada design dan memperhatikan aspek-aspek yang
telah ditentukan.
1.20 Isi
1.20.1 Construction
a. Design
Banyak factor yang mesti dipertimbangkan dalam mempersiapkan
perencanaan jalan angkut, antara lain adalah:
1. Menentukan rute yang paling ekonomis dari peta dan sumber
informasi yang lain
2. Memilih rute yang paling tepat dengan melakukan inspeksi lapangan
3. Menentukan perkiraan umur dan standar jalan atau bagiannya yang
akan dikontruksi.

4. Menentukan pemberlakuan tanjakan untuk truk bermuatan dan tidak


bermuatan dan memodifikasi rute seperlunya.
5. Mendisain tikungan harizontal dan vertikal untuk rute yang di usulkan
dan memeriksa jarak pandang dan jarak berhenti yang sesuai
6. Memastikan syarat-syarat drainase sudah dimasukkan dalam
perhitungan
7. Mengecek kinerja truk pengangkutan dan memodifikasi jalan-jalan
seperlunya
8. Melaksanakan survey secara rinci sepanjang kontur yang di usulkan
untuk rute dan garis tengah, mengecek drainase dan desain tanjakan
secara menyeluruh.
9. Menguji keadaan tanah secara menyeluruh guna menghindari
terjadinya tanah lunak.
10. Mendisain tikungan super elevasi dan pelebaran tikungan
horizontal di peralihan jalan lurus (transition lenght)
11. Melanjutkan desain draff untuk persetujuan awal.

Grade
Kemiringan jalan angkut / grade merupakan suatu faktor
penting yang harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian
terhadap kondisi jalan tambang. Hal ini dikarenakan kemiringan
jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut, baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi
tanjakan.
Tanjakan maksimum yang di ijinkan di jalan angkut Pit adalah
1 : 10 (10 %), kecuraman tanjakan melebihi angka ini harus
dilakukan penilaian resiko (risk assessment).
Dan untuk memaksimalkan keamanan, sudut dan puncak
harus didisain sedemikian sehingga operator alat berat mampu
melihat bahaya yang menghalang saat berjalan dengan kecepatan
normal.

design ramp jalan tambang

Dimensi jalan angkut


CATERPILLAR

Tanggul

778

778

Parit

1/2 Lt

Lt

1/2 Lt

Lt

1/2 Lt

L min

Dimensi jalan angkut

Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus


didasarkan pada rule of thumb yang dikemukakan menurut
American Association of State Highway Officials (AASHO) Manual
Rural High-Way Design dengan persamaan sebagai berikut 4):
L=
........... meter
Keterangan:
L
= Lebar minimum jalan angkut lurus, meter
n
= Jumlah jalur
Wt
= Lebar alat angkut total, meter
Nilai 0,5 pada rumus diatas menunjukkan bahwa ukuran aman
kedua kendaraan berpapasan adalah sebesar 0,5 Wt, yaitu
setengah lebar terbesar dari alat angkut yang bersimpangan.

Ukuran 0,5 Wt juga digunakan untuk jarak dari tepi kanan atau kiri
jalan ke alat angkut yang melintasi secara berlawanan.

Drainage
Sebaik apapun disain jalan tambang, tetap akan tergantung
disain kemampuan dreinasenya, dan kunci menjaga kondisi terbaik
pada struktur jalan tambang, adalah membatasi paparan air
permukaan dan membuang air permukaan secepatnya.
Ujung Bund

Dreinase

Jalan
1 % - 4% Kemiringan

Cross section mine haul road

Apabila konstruksi dreinse yang rumit menjadi tidak layak atau


ekonomis, cara paling sederhana untuk menekan kerusakan jalan
tambang akibat air adalah meninggikan jalan tersebut dari posisi
tanah sekitarnya.

Model
Pemodelan dari mine haul road bertujuan untuk mengalirkan
air (hujan) agar tidak terlalu lama berada di badan jalan, sehingga
jalan bisa segera digunakan kembali.
Cross fall untuk jalan lurus adalah 2% - 4 %, sedangkan untuk
tikungan, cross fall diarahkan ke bagian dalam dari tikungan.
Kemiringan tersebut bisa mencapai 5% - 10% pada sisi terluar
tikungan tersebut (tergantung dari radius tikungan). Cross fall pada
tikungan mengikuti arah superelevasi tikungan tersebut.

Rekomendasi Kemiringan untuk Jalan Angkut


1% to 2%

Untuk jalan dengan dreinase & pemadatan permukaan


yang sudah baik, kemiringan membujur adalah > 3%

2% to 3%

Untuk kebanyakan jalan angkut dengan dreinase dan


pemadatan permukaan yang mencukupi, Kemiringan
membujur adalah <3%.

3% to 4%

Tanjakan untuk jalan angkut dengan dreinase &


pemadatan
permukaan
kurang,
kemiringan
membujurnya dapat diabaikan.

Super elevasi tikungan


Perpindahan di tikungan dapat menghasilkan gaya
lontar yang besar pada ban. Gaya ini memberikan
kontribusi yang tinggi terhadap keausan dan robeknya
lapisan ban, dan tikungan super elevasi menghilangkan
gaya ini. Besarnya superelevasi tergantung pada radius
tikungan dan kecepatan menikung.
Tikungan superelevasi membahayakan saat terselip.
Karena alasan ini, maka tikungan dengan superelevasi
lebih dari 10% harus dijalani dengan waspada. Kecuali
kecepatan disesuaikan dengan elevasi tikungan, jika
tidak, kendaraan dapat tergeser ke sisi bawah tikungan.
Tikungan superelevasi harus terjaga dengan adanya daya
cengkram yang baik.

Tikungan Peralihan (Transition Curve)


Panjang = P

ST

CS

Circular Arch

er

p
Su

p
Su

er
E

2V

Super E

SC

Tikunga

iha
n Peral

Super N

rve)
sition Cu
n (Tran njang = P
Pa

V'
N

TS

2V'
N

CL

Legenda :
TS
SC
CS
ST
CL
N
E

=
=
=
=
=
=
=

Sprial garis singgung tikunganl


Lingkaran Spiral
Sprial lingkaran
Garis singgung spiral
Garis lingkaran
Kemirinann normal di lurusan
Maksimum Superelevasi

Super elevasi tikungan

Single cross fall


ONE - WAY CROSS FALL

Shoulder

Road

Shoulder

1 % - 4 %

Drain

Road Base

Single cross fall

Untuk memfasilitasi dreinase jalan angkut yang efektif,


jalan perlu dinaikkan di salah satu sisinya dengan kemiringan
maksimal crossfall adalah adalah 1-4%.

Double cross fall


TWO - WAY CROSS FALL

Road

Shoulder

1 % - 4 %

Drain

Shoulder

1 % - 4 %

Road Base

Double cross fall

Untuk meminimalisir potensi HD tergelincir dan


bersenggolan pada saat jalan licin, maka cross fall dibuat
model double cross fall,sehingga jika ada HD yang tergelincir
saat berpapasan akan bergerak saling menjauhi. Nilai dari
kemiringan cross fall ini sama dengan single cross fall, yaitu 14%.
b. Material
Untuk pembentuka mine haul road yang memenuhi standart maka
dalam pembentukannya diperlukan support material yang baik pula.
Kendala yang banyak dihadapi di lapangan adalah tidak semua material
yang didapat adalah material yang support untuk pembentukan mine
haul road. Maka peranan pengawas oprasional sangat penting dalam
proses pembentukan mine haul road tersebut.
Adapun jenis material yang terdapat di wilayah PT.adaro adalah:
1. clay stone
Meterial clay stone banyak tersedia di lokasi, dan memiliki ciri-ciri
fisik:
1. Abrasi > 90%, PI > 10, 100% lolos saringan 4 mm
2. Daya dukung hanya mengandalkan ikatan internal antar butir.
3. Dalam kondisi asli daya dukungnya cukup, apabila sudah
terkontaminasi air akan menurun drastis.
4. Pada saat terpapar di jalan, apabila terkena air maka
permukaan jalan akan menjadi licin tetapi tetap akan memiliki

2.

3.

4.

5.

daya dukung yang cukup pada bagian bawahnya,karena


termasuk material impermeable.
Sand stone
Material sand stone banyak tersedia di lokasi tambang tutupan
PT.Adaro, terutama pada daerah low wall, adapun cirri-ciri fisik dari
sand stone adalah:
1. Abrasi >90%, PI < 10, 90% lolos saringan 4 mm.
2. Dgn sifat fisik di atas, daya dukungnya rendah karena gaya
ikat antar butir sangat lemah.
3. Dalam kondisi tergelar di jalan, maka apabila terkena beban
berat, material akan terpecah menjadi butiran2 halus yg
akhirnya menjadi debu.
Sub Soil/Tanah Merah
Material sub soil jumlahnya sangat terbatas,material ini apabila
dipakai sebagai jalan angkut, sangat tidak memungkinkan, tetapi
karena unsur hara yang terkandung di dalamnya,maka material ini
dipakai sebagai pelapis frame terluar disposal yang nantinya akan
digunakan sebagai media hidup tumbuhan.
Ciri-ciri fisik adalah:
1. Abrasi > 90%, PI > 10, 90% Lolos saringan 4 mm.
2. Gaya ikat antar butir tdk sekuat clay, sehingga dalam kondisi
asli pun, daya dukungnya rendah.
3. Dalam kondisi tergelar di jalan, karena daya dukungnya
rendah, saat terkena beban berat, maka akan membuat unit
yang melintas akan amblas.
Scorea/Batu merah
Material ini sangat terbatas jumlahnya,dan biasa dipakai sebagai
pelapis pada mine haul road yang berfungsi sebagai pengeras
lapisan atas permukaan jalan sehingga dapat mengurangi waktu
slippery di jalan tambang.
Ciri-ciri fisiknya adalah:
1. Abrasi 35%, PI <10
2. Ukuran butirannnya beragam, sehingga friksi antar butir tinggi,
maka daya dukungnya tinggi.
3. Dalam kondisi tergelar di jalan, karena daya dukungnya
cukup, ukuran butirannya yg beragam dan kekerasan material
yg tinggi, maka jalan tidak licin.
Batu Split

Material ini terbatas jumlahnya dan dipakai sebagai pelapis pada


mine haul road yang berfungsi sebagai pengeras lapisan atas
permukaan jalan sehingga dapat mengurangi bahkan
menghilangkan waktu slippery di jalan tambang.
Cirri-ciri fisikny adalah:
1. Abrasi +- 15%, PI <10
2. Ukuran butirannnya beragam, sehingga friksi antar butir tinggi,
maka daya dukungnya tinggi.
3. Dalam kondisi tergelar di jalan, karena daya dukungnya
cukup, ukuran butirannya yg beragam dan kekerasan material
yg tinggi, maka jalan tidak licin.
c. Equipment
Dalam pembentukan mine haul road diperlukan beberapa equipment
guna memaksimalkan hasil pembentukan jalan tambang.
Beberapa jenis alat yang dipakai antara lain adalah:
1. Dozzer
Fungsi dari dozer adalah mendorong material, untuk membentuk
badan jalan sesuai acuan patok yang dipasang oleh team survey
dan engineering.

2.

Motor grader
Berfungsi sebagai alat perapian dan untuk membentuk cross
fall dari jalan tambang, sehingga tidak membuat badan jalan
tergenang air saat hujan.

3. Exavator kecil
Berfungsi sebagai alat yang membentuk paritan drainage di
sisi-sisi jalan, membuat tanggul sepanjang mine haul road
dan sebagai alat yang dapat dipakai untuk menggali dan
memposisikan gorong-gorong bila diperlukan.

4. Compactor
Digunakan untuk memadatkan atau merapatkan daya ikat
material yang dipakai sebagai base jalan.

1.20.2 Maintenance
a. Drainage
Drainage pada mine haul road perlu diperhatikan, karena bila air
menggenangi badan jalan,maka jalan akan cepat rusak dan waktu
slippery akan bertambah pula. Sebagus apapun disain jalan tambang
tergantung disain kemampuan dreinasenya
Perawatan saluran-saluran drainage dilakukan secara berkala maupun
dapat sewaktu-waktu bila diperlukan, bagian-bagian yang harus selalu
di maintenance adalah pada paritan sisi jalan, cross fall yang selalu di
jaga kemiringannya,inlet dan outlet gorong-gorong di jalan tambang
sehingga aliran air tidak tersumbat.

b. Traffic management

Pengaturan lalulintas di jalan tambang mutlak dilakukan untuk


menjaga agar semua pengguna jalan melihat dan mematuhi
rambu-rambu yang telah dipasang sehingga tidak terjadi kesalah
pahaman pengguna jalan dan menjaga keselamatan pemakai
jalan tersebut.
100 M

1.5
M

Lintasan Lurus

He
ig
ht

50 M

100 M

100 M

100 M

Legenda
Legend
: Direction of travel

: Reflektor Guide post - Semua jalan = setiap 100M

: Guide post reflectors - All roads = 50 M Spacing


(Reflector on inside corner of berm)

: Peringatan untuk Polisi Tidur

: Curve Left/Right = 100 M from corner

1.5 M Height

Tnggi 1.5 M

: Arah Tempuh

: Keep left

: Polisi Tidur

: Median road divider = 1.5 M(H)

: Chevron/ Marka Bahaya

: Chevron/Hazard Marker = 10M Spacing


(Placement dependent on road visibility)
Berm

Berm

Penempatan posh guide dan rambu pada tikungan dan jalur lurus 2 arah

5 M (P) x 1 M (T)

100 M

Lalu lintas Lurus

3M
5M

B
Legenda
: Petunjuk Arah Tempuh

: Persimpangan = Jarak 100 M dari Persimpangan

: Reflektor Guide post - Semua Jalan = Jarak 50 M

: Median pembagi jalan = 5M(P)x1M(T)


Opsi A : Keharusan
Opsi B : Pilihan

: Tetap Dikiri
:

Berhenti

Traffic pada simpang-3 (a), simpang-4 (b), simpang-Y (c) dan


tikungan mendatar (d)

c.

Support equipment
Peralatan pendukung untuk membantu merawat jalan tambang sangat
dubutuhkan guna mendapatkan hasil yang optimal dari fungsi jalan
tersebut.
Motor grader
Unit support motor grader digunakan dalam perawatan jalan
tambang untuk meratakan permukaan jalan. Perataan
merupakan elemen penting dalam pemeliharaan jalan angkut.
Perataan memudahkan pengangkutan material dari sisi atau
menurunkan bagian jalan yang tinggi dan mengisi titik-titik
rendah dengan kelebihan material.

Bulldozer
Pada permukaan jalan angkut yang undulasi dan terdapat
material lemah dibawahnya, sehingga jika hanya ditimbun dan
diratakan,tetap akan cepat rusak kembali jalan tersebut,maka
bulldozer digunakan untuk mengupas material lemah tersebut
dan ditimbun kembali oleh material yang lebih bagus,sehingga
jalan tambang tidak mudah undulasi.

Exavator
Banyak digunakan untuk mengangkat material-material spoil
di sisi-sisi jalan yang sudah terlalu banyak dan dapat
menyebabkan penyempitan badan jalan.

Water truck
Fungsi utama dari water truck adalah sebagai alat penyiraman
jalan, agar debu yang muncul karena panas dan adanya alatalat bergerak di jalan tambang, tidak mengganggu ataupun
membahayakan pengguna jalan tambang,khususnya HD yang
memiliki jarak pandang terbatas. Penyiraman putus-putus
sepanjang 10 meter dan selalu informasikan kepada unit truck
yang berada di belakang untuk menjaga jarak 40 meter dari
Water Tank pada saat menyiram kondisi turunan ataupun
tanjakan.

1.20.3 Monitoring
Pemantauan terhadap kerusakan jalan tambang harus dilakukan
agar kerusakan yang terjadi tidak menjadi bertambah parah, dan
dapat diperbaiki secepat mungkin.
Penyebab Kerusakan Jalan:
lubang bekas roda
Tertumpahnya produk atau material OB
Rusak akibat air baik alami maupun akibat truck air
Rusak akibat roda traktor
Kelebihan muatan, yaitu tekanan ban melebihi disain jalan
Keterampilan operator grader yang rendah
Perubahan dari mengeras menjadi becek
a.

Grade
Grade pada jalan tambang sudah memiliki standart
tersendiri,yaitu antara 8-10%,grade jalan harus dimonitoring
karena HD memiliki beban paling berat saat berada di
tanjakan,oleh karena itu kemerataan surface pada jalan
tanjakan harus selalu dijaga, missal dengan motor grader
setiap beberapa waktu tertentu.
b. Lebar jalan
Lebar jalan tambang yaitu 3.5x lebar HD terbesar pada jalur 2
arah, dan harus selalu dipantau dimensi jalannya,seperti lebar
badan jalan,bahu jalan dan drainasenya, biasa disaat setelah
hujan turun, motor grader akan melakukan penyekraban yang
dapat menyebabkan menumpuknya spoil di bahu jalan dan
menyebabkan penyempitan pada jalan tambang tersebut,oleh
karena itu moitoring secara berkala sangat perlu dilakukan
untuk menjaga optimalisasi dari fungsi jalan tambang tersebut.
c. Surface
Jalan tambang yang sering rusak/ undulasi menyebabkan
terganggunya produksi, untuk mengurangi loss time di jalan
tambang tersebut maka dilakukan pengerasan dengan batu
split ataupun dengan batu merah, yang akhirnya dapat
mengurangi hilang waktu karena slippery. Surfacing tersebut
juga tetap harus dirawat karena jika tidak,maka surfacing
tersebut akan sia-sia karena bisa tertimbun oleh clay kembali
dan mudah slippery kembali.

d.

Minimum speed HD
Kecepatan yang diharapkan sesuai spesifikasi jalan tersebut,
misal pada jalan dengan lebar 3.5x lebar HD terbesar adalan
maksimal 40km/jam, sehingga jumlah alat angkut yang
dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan alat muatnya. Pastikan
undulasi yang ada akibat jalan dilewati HD ukuran besar
langsung diratakan kembali oleh motor grader.
e. Drainage
Dibuat dikedua sisi jalan dan dipastikan air dapat mengalir
dengan minimum kemiringan saluran 1% atau mengikuti
kemiringan long section jalan. Dan pada culvert pastikan
saluran inlet dan outletnya tidak ada material yang dapat
mengakibatkan tersumbatnya saluran air.
1.21 Penutup
1.21.1 Evaluasi Implementasi Mine Haul Road

1.21.2 Referensi
MIHA.WIN.1340.R00 Pembersihan jalan dari spoil (03
Desember 2009)
MIHA.WIN.1339.R00
Penyiraman Jalan Tambang (03
Desember 2009)
MIHA.SOP.0557.R01 Pembuatan Jalan Di Area Tambang (8
Juni 2010)
MIHA.WIN.1360.R00 Melapis ulang jalan tambang dengan
batu split (03 Desember 2009)
Kepmen 555.K/26/M.PE/1995
No.
SWM.1009.GMP MINE HAUL ROAD.R00
Tanggal Efektif 01 Agustus 2010
Tim Penyusun Marianus Antimus Buku
Muhammad Anurian Anjar
Penyunting
Disetujui Oleh Suhernomo
Rommel Lucinda Cruz

BAB X
QUALITY CONTROL
1.22 Pendahuluan
1.22.1 Tujuan
Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro
Indonesia dan kontraktor dalam melakukan penambangan
batubara agar tercapai target produksi baik dari segi kuantitas
maupun kualitas.
1.22.2 Ruang Lingkup
Manual book ini membahas mengenai spesifikasi batubara
envirocoal, sumber kontaminasi, coal digging dan ROM handling
yang memperhatikan aspek kontrol kualitas batubara.
1.22.3 Definisi
a. Contamination adalah pencemaran batubara oleh material/
bahan lainnya.dan juga bisa menyebabkan turunnya kualitas
batubara.
b. Big coal adalah batubara hasil penggalian dengan dimensi
melebihi 50 cm x 50 cm x 50 cm.
c. ROM (Run Of Mine), adalah tempat penumpukan batubara
dari pit sebelum dibawa ke Pelabuhan Kelanis, di tempat ini
terjadi proses rehandling batubara ke dalam vessel trailer
menggunakan alat loading seperti excavator dan wheel loader
d. Handpicking adalah evakuasi kontaminasi dengan cara
pengambilan dengan tangan manusia
e. Bedding coal adalah batubara sebagai permukaan dasar ROM
sehingga penumpukan product batubara tidak kotor.
1.22.4 Tanggung Jawab
a. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab untuk melakukan pengawasan terhadap aktifitas
penggalian batubara agar selalu memperhatikan aspek kontrol
kualitas.
b. Quality control Section PT Adaro Indonesia bertanggung
jawab untuk melakukan pengawasan dalam menjaga kualitas
batubara, menentukan penempatan batubara berdasarkan

seam series dan menentukan suatu kualitas product batubara


setelah proses penambangan (ex:high ash).
c. Mine Production Section kontraktor bertanggung jawab untuk
melakukan penggalian batubara dengan memperhatikan
aspek kontrol kualitas.
d. Quality control Section kontraktor bertanggung jawab untuk
menjaga kualitas batubara dan kegiatan dalam usaha
pencegahan ataupun penanganan berbagai kontaminasi
ataupun big coal.
1.22.5 Isi
Setiap produsen dituntut untuk prima dalam menghasilkan kualitas
suatu product untuk menjaga kepercayaan costumer, ini juga yang
melandasi komitment PT Adaro Indonesia dalam menjaga kualitas
produknya, dalam ini adalah barubara.
Next process adalah costumer ini berarti kegiatan dalam menjaga
kualitas dimulai dari tahap pekerjaan paling awal sampai akhir.
1.22.6 Spesifikasi Batubara Envirocoal
Envirocoal merupakan suatu product batubara yang diperkenalkan
dan ditambang oleh Adaro Indonesia. Batubara yang diperkenalkan
dengan nama/cap kualitas batubara lingkungan yaitu batubara
dengan kadar belerang sangat rendah sehingga pada pembakaran
untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), tidak mengeluarkan
atau sedikit sekali mengeluarkan gas-gas belerang yang
berbahaya/beracun seperti SO (oksida belerang). Adapun
spesifikasi envirocoal sebagai berikut :
Total Moisture (TM) : 25 26 % (AR)
Inharent Moisture (IM) : 14,5 % (ADB)
Ash Content : 0 1,5 % (AR)
Volatile Matter (VM) : 41%
HGI (Hard Grove Grandability Index) : 48
Total Sulfure (TS) : 0,1 %
Calori Value (CV) : 5.200 KKal/kg (AR)
Calori Value (CV) : 5.800 Kkal/kg (ADB)
Size : 0 - 50 mm
Ash Fusion Temperature (AFT) : 1200 C (ID red)

1.22.7 Sumber Kontaminasi & Penanganannya


Adapun sumber kontaminasi batubara berasal dari proses
penggalian di tambang dan penanganan di ROM. Contohnya :
a. Material asing
1.Overburden

Gambar 10.1.7.1 material clay yang tercampur dengan batubara

2. Material logam (part A2B)

Gambar 10.1.7.2 part A2B tercampur dengan batubara

3. Sampah
Sampah disebabkan oleh kurangnya kesadaran pekerja
dalam menjaga house keeping di area penambangan

Gambar 10.1.7.3 sampah yang tercampur dengan batubara

4. Big coal
Adapun alasan big coal juga harus dihindari yaitu karena
menyebabkan terhentinya proses crushing & tejadi loss
time begitu besar pada saat penangannya seperti gambar
dibawah ini.

Gambar 10.1.7.4 Big coal di mulut crusher

Contoh Penanganan kontaminasi apabila ditemukan kontaminasi


atau adanya informasi lepasnya part A2B di tambang & big coal:
1. Memberikan informasi ke pengawas di ROM apabila tidak
ditemukan diloading point
2. Memisahkan tempat dumping agar mudah untuk dilakukan
pencarian part unit tersebut
3. Memberi tanda pita (blockade) apabila material sudah
masuk di stock utama untuk dilanjutkan pada siang
harinya (jika terjadi malam hari).

Gambar 10.1.7.5 Melakukan Blockade dengan pita sebelum


proses pencarian kontaminasi pada batubara

4. Melakukan pencarian dengan menggunakan A2B yang


ada di ROM atau hand picking.

Gambar 10.1.7.6 Proses pencarian kontaminasi dengan


cara hand picking

5.

Menginformasikan kepada pengawas QC atau ke


kelanis.dan membuat berita acara

Gambar 10.1.7.7 Contoh Berita acara kehilangan

teeth bucket exavator

6.

Jika diketemukan big coal di ROM maka langsung akan di


pecahkan dengan A2B seperti di baawah ini.

Gambar 10.1.7.8 Pemecahan big coal


7.

Jika kontaminasi atau big coal di temukan di kelanis, maka


akan dilakukan investigasi agar hal serupa tidak terjadi
lagi.

Gambar 10.1.7.9 Contoh Form Investigasi

1.22.8 Coal Digging


Sudah banyak hal yang dijelaskan di dalam GMP bab 6 Mining
Face Coal pada point persiapan penggalian batubara dan
pelaksanaan penggalian batubara salah satu tujuanya selain
masalah safety dalam aktivitas pengerjaannya, memperhatikan
efek terhadap lingkungan, juga aspek kualitas agar tidak terjadi
kontaminasi pada produk batubara yang dihasilkan.
Yang akan sedikit dijelaskan disini adalah langkah pencegahan
terjadinya poin-poin kontaminasi yang telah dipaparkan
sebelumnya yang saat ini diterapkan di lingkungan kerja area
pertambangan PT. Adaro Indonesia adalah sebagai berikut :
Untuk mencegah Kontaminasi :
1. P5M
Didalam P5M ini tidak hanya masalah safety saja yang dibahas,
tetapi untuk kembali mengingatkan dan meningkatkan
kesadaran house keeping juga di area pertambangan agar
kontaminasi seperti sampah dapat dihindari.

Gambar 10.1.8.1 Kegiatan P5M sebelum beroperasi

2. P2H
P2H yang dimaksud adalah untuk mengecek dan memastikan
kesiapan unit sebelum bekerja agar tidak ada part dari unit yang
lepas atau patah pada saat beroperasi nantinya.

Gambar 10.1.8.2 Kegiatan P2H sebelum beroperasi

3. Pemisahan, penandaan Overburden dengan batubara


Batubara yang akan diloading harus terexpose terlebih dahulu dan
telah di cleaning di sisi roof dan di permukaan atasnya.
Di sisi floor diberi patok sebagai acuan penggalian seperti juga bila
ada sisipan, ini semua dilakukan agar batubara tidak tercampur
material overburden.

Gambar 10.1.8.3 Kegiatan Cleaning batubara sebelum


kegiatan penggalian batubara

Gambar 10.1.8.4 Pembatasan seam batubara dengan overburden

4. Pembersihan Unit Batubara


Pembersihan unit wajib dilakukan sebelum melakukan kegiatan
penggalian batubara untuk menghindari tercampurnya batubara
dengan material clay yang menempel pada unit loading ataupun
hauler seperti pada gambar dibawah ini:

\
Gambar 10.1.8.5 Pembersihan alat loading batubara

Gambar 10.1.8.6 Pembersihan alat angkut batubara

5. Pemasangan Towerlamp
Penerangan yang cukup pada kegiatan penggalian batubara
padamalam hari akan menghindarkan terjadinya kesalahan
penggalian batubara & kemungkinan tercampurnya material
overburden kedalam hasil penggalian batubara.

Gambar 10.1.8.7 Lampu tambang

Untuk penggalian batubara tipis dengan ketebalan 1 2 m


dilakukan siang hari, karena berpotensi juga terhadap
tercampurnya overburden dengan batubara.
Untuk mencegah Big coal:
Adapun usaha yang dilakukan untuk menghilangkan potensi big
coal yaitu dengan melakukan ripping pada batubara HGI rendah
dengan jarak ripping maksimal 1x1m.

Gambar 10.1.8.8 Kegiatan Ripping pada batubara HGI rendah

Selain tindakan nyata dalam usaha untuk menghilangkan potensi


kontaminasi dan big coal, maka departement quality control juga
melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan inspeksi di
area penggalian batubara adapun item yang dicheck area front &
unit di area front seperti di daily inspeksi front dibawah ini.

Gambar 10.1.8.9 Form Inspeksi Front

1.22.9 ROM Handling


Sudah banyak yang dituliskan pada GMP bab 3 tentang ROM
mulai dari spesifikasi design, kontruksi, fasilitas, operasional,
ataupun kegiatan maintenance nya ini bertujuan agar faktor safety,
environment, & produksi dapat terpenuhi secara kuantitas dan
kualitas.
ROM merupakan tahap selanjutnya setelah penggalian batubara di
tambang di sini merupakan area penting untuk menghilangkan
potensi kontaminasi sebelum proses hauling batubara ke kelanis
dimana di sana untuk proses sizing batubara yang di lengkapi
metal detector dan fasilitas lain untuk meniadakan kontaminasi.
Adapun cara yang dilakukan di area ROM sama juga seperti P5M,
P2H, mengeluarkan kebijakan menghindari maintenace alat berat
di area ROM, ataupun mulai dari kebersihan unit unitnya seperti
gambar dibawah ini trailer melakukan test dumping untuk
memastikan tidak ada kontaminasi yang ada di veselnya.

Gambar 10.1.9.1 Kegiatan Check Dumping

Terdapat juga potensi tercampurnya material clay dengan batubara


di ROM dari base ROM itu sendiri, untuk itu dilakukan juga
peemeliharaan bedding coal, perbaikan, perapihan, dan
compacting base ROM seperti ditunjukan gambar dibawah ini :

Gambar 10.1.9.2 Perbaikan base ROM

Adapun improvement yang diterapkan di area ROM untuk masalah


big coal adalah seperti gambar dibawah ini :

Gambar 10.1.9.3 Pemakaian Sekat pada attachment


Whell loader di ROM

Selain itu Inspeksi di area ROM juga dilakukan sebagai langkah


pencegahan seperti ditunjukan form dibawah ini :

Gambar 10.1.9.4 Form Inspeksi di ROM oleh Quality control .

1.23

Penutup
Masalah Quality control adalah tanggung jawab kita bersama
sebagai team. Memang sudah ada section sendiri yaitu Quality
control untuk lebih fokus masalah ini baik dari PT adaro Indonesia
tetapi juga dari masing masing mitrakerjanya.
Adanya hal positif tersebut bukan berarti kita lepas tangan akan
masalah ini, karena potensi, penyebab kontaminasi & big coal ada
di setiap pekerjaan kita. Dengan impovement terus menerus kita
yakin untuk bisa menekan masalah ini & menjadikan kita menjadi
perusahaan terkemuka di bidang pertambangan batubara dengan
kualitas produk terbaik karena kita melakukan aktifitas
pertambangan dengan Good Mining Practice.

1.23.1 Evaluasi Implementasi

1.23.2 Referensi
Kep. Menteri Pertambangan No 555.K/26/M.PE/1995
MIHA.SOP.0556.R01 - Penggalian Batubara
MIHA.SOP.0613.R01 - Penggalian Batubara Tipis
MIHA.WIN.1379.R00 - Penempatan Tower lamp di front
loading batubara
MIHA.WIN.1378.R00 - Pencucian Alat Loading Batubara
MIHA.WIN.1381.R00 - Ripping Batu Bara HGI rendah
MIHA.SOP.0603.R01 - Management ROM (20 Oktober 2008)
MIHA.SOP.0611.R00 - Operasional Konstruksi ROM (23
Oktober 2009)

No.

SWM.1010.GMP
.R00

Tanggal
Efektif

01 Nopember 2010

Tim Penyusun

Wisnu Adi
Dian Oktorianto

QUALITY

Penyunting
Disetujui Oleh

Bradley Woodland
Rommel Lucinda Cruz

CONTROL

You might also like