You are on page 1of 6

PORTOFOLIO KASUS II

No. ID dan Nama Peserta: / dr. Abdul Mubdi Ardiansar


No. ID dan Nama Wahana: Poliklinik Bedah RS Sayang Rakyat Makassar
Topik: Abses Pedis
Tanggal (kasus): 9 Mei 2014
Nama Pasien: An. R
No.RM: 012758
Tanggal Presentasi: Mei 2014
Pendamping: dr. Ilham Iskandar Tompo
Tempat Presentasi: Ruang Pertemuan RS Sayang Rakyat Makassar
Objektif Presentasi: Anggota Komite Medik & Dokter Internsip RS Sayang Rakyat
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi:
Seorang anak laki-laki, 8 tahun, datang ke poli bedah dengan keluhan utama luka pada
telapak kaki kiri sejak 1 minggu yang lalu, awalnya pasien mengaku menginjak paku
berkarat kemudian luka dan tidak memberitahu ibunya. Pasien kemudian mengeluh
demam selama 3 hari, riwayat kejang tidak ada.
BAB: biasa, BAK: normal
Tujuan: menegakkan diagnosis Abses Pedis dan memberikan penatalaksanaan yang sesuai.

Bahan
bahasan:
Cara
membahas:

Tinjauan
Pustaka

Riset

Kasus

Audit

Diskusi

Presentasi dan
diskusi

E-mail

Pos

Data pasien :
Nama: An. R
No. Registrasi: 012758
Nama RS
:
Poliklinik Bedah RS. Sayang Rakyat
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis
: Abses Regio Plantar Pedis
Gambaran Klinis : Seorang anak laki-laki, 8 tahun, datang ke poli bedah dengan keluhan
utama luka pada telapak kaki kiri sejak 1 minggu yang lalu, awalnya pasien mengaku
menginjak paku berkarat kemudian luka dan tidak memberitahu ibunya. Pasien kemudian
mengeluh demam (+) selama 3 hari, riwayat kejang tidak ada.
BAB: biasa, BAK: normal.
Pemeriksaan fisis, TD: 100/60 mmHg, N: 104 x/menit, P: 18 x/menit, S: 38,20C.
Kepala: anemis (-).
Thorax dan jantung dalam batas normal. Abdomen dalam batas normal. Ekstremitas:
edema (-).
Abdomen : peristaltik (+) dalam batas normal
Ekstremitas : Status Lokalis: Plantar pedis sinistra : tampak edema (+) hiperemis (+)
sekitar luka, port dentry (+), fluktuasi(-), nyeri tekan (+)
2. Riwayat Pengobatan: Belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Tidak ada
1

4. Riwayat Pekerjaan

: Siswa

5. Lain- lain
:
Pemeriksaan darah rutin
HB : 12,4 WBC : 10.450, PT : 11 APTT : 23
Kimia darah : GDS 94 mg/dL
6. Daftar Pustaka:
David C. Sabiston, Jr., M. D. Buku Ajar Bedah (Essentials of Surgery) Vol I. Editor : dr.
Jonathan Oswari. EGC. 2005
Gutner CG. Wound Healing : Normal and Abnormal. In textbook Plastic Surgery, Grabb
and Smith. 6th Edition. Lippincott & Williams. 2007
Bolognia JL. Jorizzo J, Rapini RP. Dermatology. 2nd Editiion. British Library. 2008
7. Hasil Pembelajaran
1. Defenisi, gejala, dan tanda Abses
2. Diagnosis Abses
3. Diagnosa banding Abses
4. Pengobatan Abses
5. Eksisi Abses

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO


1. Subjektif
Seorang anak laki-laki, 8 tahun, datang ke poli bedah dengan keluhan utama luka pada
telapak kaki kiri sejak 1 minggu yang lalu, awalnya pasien mengaku menginjak paku
berkarat kemudian luka dan tidak memberitahu ibunya. Pasien kemudian mengeluh
demam (+) selama 3 hari, riwayat kejang tidak ada.
BAB: biasa, BAK: normal.
2. Objektif
Pemeriksaan Fisis
Status generalis : sakit sedang/gizi baik/ composmentis
Tanda- tanda vital:
TD : 100/60 mmHg
N : 104 x/menit
P : 18 x/menit
S : 38.4 0C.
Kepala
: anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)
Thorax
I
: simetris kanan- kiri
2

P
: MT (-), NT (-)
P
: sonor kanan= kiri
A
: BP vesikuler, BT (-)
Jantung
: BJ I/II, murni reguler
Abdomen
I
: datar, ikut gerak napas
A
: peristaltik (+) kesan normal
P
: MT (-), NT (-)
P
: timpani, asites (-)
Ekstremitas : edema (-)
Reg. Plantar Pedis Sinistra
I
: tampak edema (+) ukuran 2x2 cm (+) hiperemis (+) sekitar luka, port
P

dentry (+)
: NT (+), konsistensi lunak (+), permukaan sama seperti daerah sekitar,
fluktuasi(-)

Pemeriksaan Laboratorium
HB : 12,4 WBC : 10.450, PT : 11 APTT : 23
Kimia darah : GDS 94 mg/dL
3. Assesment
Abses adalah peradangan purulenta yang juga melebur ke dalam suatu rongga (rongga
Abses) yang sebelumnya tidak ada, berbatas tegas . Abses adalah pengumpulan nanah yang
terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan Organism piogenik, nanah merupakan
suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan leukosit yang sudah mati yang dicairkan
oleh enzim autolitik.Pedis adalah anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk
berjalan dari pangkal paha ke bawah.
Etiologi Infeksi mikrobial Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada
proses radang ialah infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan cara
multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu sintesis
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang atau melepaskan endotoksin yang ada
hubungannya dengan dinding sel.
Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen
dan makanan pada daerah bersangkutan, yang akan mengakibatkan terjadinya kematian
jaringan, kematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya infeksi.
Pada tepi daerah infark sering memperlihatkan suatu respons, radang akut.
Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu
organ saraf. Gejalanya bisa berupa:
1. Nyeri
3

2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan.
Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah,
maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di
dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses
dalam mungkin lebih menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.
Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran
atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organisme atau benda asing membunuh sel-sel
lokal yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan sitokin. Sitokin tersebut memicu sebuah
respon inflamasi yang menarik kedatangan sejumlah besar leukosit ke area tersebut dan
meningkatkan aliran darah setempat. Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya
dinding abses, atau kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk
mencegah pus menginfeksi struktur lain di sekitarnya. Meskipun demikian, seringkali proses
enkapsulasi tersebut justru cenderung menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau penyebab
peradangan (agen infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam
pus.
Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di
dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada
akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses
tersebut. Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menginvasi ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel
mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Selsel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, leukosit akan mati. Leukosit yang mati inilah
yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka
jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan
menjadi dinding pembatas abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah
penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar
di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan peningkatan leukosit darah dan laju
4

endap darah. Untuk mengetahui luas abses biasanya bisa memakai USG.
4. Plan
Diagnosis
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis, ditemukan gejala dan tanda yang mengarah ke
diagnosis abses pedis
Penatalaksanaan
Cross incision dilakukan untuk mengeluarkan isi abses sehingga proses penyembuhan
akan lebih cepat dan mencegah penyebaran infeksi. Pasien merupakan pasien anak
sehingga harus mendapatkan anestesi umum.
Langkah-langkah:
1. Pasien di bawah pengaruh anestesi umum IVA
2. lakukan desinfeksi lokal dengan alkohol dan anestesi lokal
3. lakukan desinfeksi dengan betadin, pasang doek streil
4. lakukan cross insisi di daerah abses, kontrol perdarahan
5. lakukan kuretase pada daerah abses
6. semprotkan H2O2 di dalam kavitas abses
7. lakukan penjahitan pada ke empat ujung insisi
8. tutup luka dengan perban
9. operasi selesai
Pengobatan : Rawat inap, ceftriaxon 0,5 gr/12 jam /iv, ketorolac 1/2 amp/8 jam/iv, Bcom
1x1, PCT 3x1
Pendidikan
Pasien dianjurkan untuk mengontrol luka operasi secara rutin di rumah sakit.
Konsultasi dan Rujukan
Konsultasi dan rujukan diperlukan untuk penatalaksanaan lebih lanjut bagi pasien Oleh
karena itu dilakukan konsultasi dan rujukan untuk penatalaksanaan dan perawatan lebih
lanjut oleh spesialis bedah.
Prognosis
Prognosis pasien bonam kecuali bila fokus infeksi sudah menyebar luas baik
5

percontinuitatum dan hematogen.


Makassr, Mei 2014
Peserta

dr.Abdul Mubdi Ardiansar

Pendamping

dr. Ilham Iskandar Tompo

You might also like