Professional Documents
Culture Documents
Tim Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................... ii
Petunjuk Pengisian Status Dan Definisi Psikopatologi...................1
Keadaan Umum......................................................................... 1
Keadaan Khusus (Spesifik)........................................................4
Keadaan Afektif (Mood)..........................................................4
Hidup Emosi........................................................................... 5
Keadaan dan Fungsi Intelek...................................................5
Kelainan Sensasi dan Persepsi...............................................6
Keadaan Proses Berpikir.........................................................6
Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan........................8
Diagnosis Multiaksial..................................................................10
AKSIS I.................................................................................... 10
Gangguan Klinis...................................................................10
Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis..................11
AKSIS II.................................................................................... 11
Gangguan Kepribadian.........................................................11
Retardasi Mental..................................................................11
AKSIS III................................................................................... 12
Kondisi medik umum............................................................12
AKSIS IV.................................................................................. 12
Faktor stresor : Masalah psikososial dan lingkungan............12
AKSIS V................................................................................... 12
GAF Scale............................................................................. 12
Makna Hirarki Blok Diagnosis Dan Diagnosis Banding.............13
Resume Dan Formulasi Diagnostik.............................................15
Kesadaran adalah penghayatan atau pengetahuan yang penuh dari individu akan dirinya sendiri
dan lingkungannya; dalam pemeriksaan psikiatri, setidaknya ada tiga garis pengertian atau
penggunaan kesadaran, yaitu:
a.
Alam Sadar (Conscious), berisikan hal-hal yang berada dalam tingkat pengetahuan
sadar individu. Isi mental dalam hal ini dapat berupa ingatan, ide, sensasi, emosi,
bayangan mental, dan pengalaman sejenis lainnya.
Alam Prasadar (Preconscious), berisikan hal-hal yang tidak berada dalam tingkat
pengetahuan sadar individu, tetapi yang dengan mudah dapat ditarik ke alam sadar
dengan memusatkan perhatian.
Alam Tidak Sadar (Unconscious), berisikan hal-hal yang tidak dalam tingkat
pengetahuan sadar individu dan sangat sulit ditarik kembali ke Alam Sadar.
b.
c.
dapat dibedakan. Sejalan dengan itu, tanpa membedakan kesadaran psikik atau organobiologik,
penilaian kesadaran adalah meliputi:
-
Compos Mentis, terdapat kemampuan untuk menyadari keadaan diri dan lingkungannya
dengan baik
Kabur, kejernihan ingatan yang tidak lengkap dengan gangguan persepsi dan sikap
Delirium, kekacauan motorik dan bicara, gelisah, rasa disorientasi yang disertai rasa takut
dan halusinasi
Koma, derajat ketidaksadaran yang berat sehingga tidak bisa disadarkan dengan stimulus
apapun
Koma vigil (mutisme akinetik), koma dimana seseorang tampak tertidur namun bisa segera
dibangunkan
Dreamlike state (Keadaan seperti mimpi), perubahan kesadaran seperti memasuki alam
mimpi yang muncul mendadak dan bertahan beberapa lama, seringkali disertai halusinasi
visual, akustik, dan olfaktorik. Biasanya berhubungan dengan lesi lobus temporalis
2.
Somnolensi, Mengantuk yang abnormal yang paling sering ditemukan pada proses organik
Perhatian adalah proses mental yang sadar dimana individu memilih dan memeriksa dunia
dalam dan dunia luarnya untuk mendapatkan data yang diperlukan; kemampuan untuk
memusatkan pikiran
Adekuat, kemampuan untuk memusatkan perhatian menuju stimuli yang relevan dan
mempertahankannya dalam waktu yang cukup lama
Inatensi selektif, hambatan hanya pada hal-hal tertantu, yang biasanya tidak menyenangkan
atau menimbulkan kecemasan
Hipervigilensi, pemusatan yang berlebihan pada semua stimuli eksternal dan internal,
biasanya sekunder dari keadaan delusional atau paranoid
3.
Sikap adalah keadaan yang diperlihatkan oleh seseorang yang dapat menjadi patokan terhadap
jiwa orang tersebut
-
Kooperatif, bersahabat, menuruti petunjuk atau perintah, dan mau bekerja sama dan mampu
Apatik, sikap acuh tak acuh, masa bodoh dan tidak menghiraukan apapun yang terjadi di
lain
Infantile, sikap kekanak-kanakan dan tidak menunjukkan kedewasaan
Curiga, sikap yang tidak percaya dan seolah-olah menyangsikan maksud dari perkataan atau
kegelisahan
Tegang, sikap yang tidak tenang dan diliputi kegelisahan
Stereotipik, sikap yang bertahan dalam satu keadaan saja dalam waktu yang lama dan
sering tidak masuk akal
4.
Inisiatif adalah dorongan internal untuk melakukan perbuatan baru, tidak sekedar mencontoh
atau merespon stimulus eksternal
5.
Tingkah Laku Motorik adalah perbuatan dan pergerakan yang dipengaruhi keadaan jiwa
seseorang dan dapat dilihat.
-
Normoaktif, dorongan yang wajar untuk bergerak dan relevan dengan lingkungan
Hiperaktif, dorongan yang besar untuk bergerak, sehingga cenderung tidak terbendung
Hipoaktif, dorongan yang sangat kurang untuk bergerak walaupun diberi stimulus eksternal
Gelisah, gerakan yang menunjukkan adanya ketegangan jiwa yang memuncak
Terkoordinasi, adanya keadaan gerakan yang harmonis (ditulis : ada/tidak)
Stereotipik, gerakan yang bertahan dalam satu/dua gerakan yang khusus dan tidak sesuai
6.
Karangan/Tulisan/Gambaran
7.
Ekspresi Fasial adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dari wajah seseorang untuk
menentukan keadaan emosionalnya (ditulis: wajar, curiga, bengong, sedih, marah, cemas, takut,
datar dll)
8.
Verbalisasi adalah kejelasan pengucapan kata-kata (termasuk artikulasi) saat berbicara. (ditulis:
jelas, kurang jelas, tidak jelas)
9.
Cara Bicara adalah kelancaran berbicara seseorang. (ditulis: lancar, monosilabel, gagap, terbatabata, formal, berpantun, dll)
3
10. Kontak Psikis adalah kesanggupan seseorang untuk mengadakan hubungan mental atau
emosional. Terdiri dari kontak mata, fisik, dan verbal. (ditulis : ada, kurang, minimal, tidak ada)
Afek adalah emosi yang segera dirasakan berkaitan dengan ide; representasi mental dari
objek berupa ekspresi emosi yang bisa dilihat
Sesuai (appropriate), kondisi dimana irama emosional sesuai dengan
(restricted/constricted),
penurunan
intensitas
irama
bermanifestasi sebagai suara yang monoton dan wajah yang tidak berubah
Labil, perubahan irama yang cepat dan tiba-tiba dan tidak
Mood adalah emosi yang meresap dan dipertahankan dalam waktu lama, yang dialami
secara subjektif dan dilaporkan oleh seseorang dan terlihat oleh orang lain
-
kecemasan
Hidup Emosi
Suatu corak perasaan jiwa yang datangnya secara tiba-tiba dalam waktu yang relatif singkat,
hebat dan disertai kegiatan-kegiatan fisik
a.
b.
c.
d.
Adekuat-Inadekuat, kesesuaian reaksi emosional dengan makna dan isi perasaan (ditulis:
adekuat, inadekuat)
e.
f.
g.
Einfuhlung (Empati), tingkat perabarasaan emosi oleh orang lain (pemeriksa) (ditulis: bisa
dirabarasakan, sukar dirabarasakan, tidak bisa dirabarasakan)
h.
Arus Emosi, kecepatan reaksi emosional terhadap rangsangan (ditulis: cepat, normal,
lambat)
Daya ingat (amnesia, dsb), kemampuan untuk mengingat dengan baik kejadian di masa
lampau
b.
Daya Konsentrasi, kemampuan untuk memusatkan perhatian secara adekuat (ditulis: baik,
kurang, mudah beralih)
c.
Orientasi (waktu, tempat, dan orang), kemampuan individu untuk mengenali hubungan
dirinya dengan lingkungannya secara temporal, spatial, dan personal.
d.
e.
Discriminative Judgement, kemampuan untuk menilai secara benar dan untuk bertindak
secara tepat di dalam situasi tersebut
5
f.
Discriminative Insight, kemampuan untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari
suatu situasi (seperti sekumpulan gejala), terutama keadaan diri
g.
Dugaan taraf intelegensi, taksiran kemampuan kognitif (IQ atau perkiraan kasar) dinilai dari
performa pendidikannya di lembaga pendidikan formal.
h.
b.
Halusinasi, persepsi sensoris yang palsu dan tidak disertai stimuli eksternal nyata
Psikomotilitas, kecepatan pergerakan pikiran yang ditandai dengan ide yang muncul
b.
c.
Arus Pikiran
-
Flight of ideas, ide yang saling menyusul dengan cepat tanpa arah umum
Inkoherensi, ide yang berturutan diungkapkan tanpa urutan-urutan yang logik dan
ditandai dengan disorganisasi struktur kalimat
Sirkumstansial, pikiran yang maju secara pelan karena melibatkan detail kecil dan
tidak perlu namun masih mencapai tujuannya
Tangensial, pikiran yang maju secara pelan karena melibatkan detail kecil dan tidak
perlu namun tidak mampu mencapai tujuannya
Terhambat (inhibition), inisiasi dan majunya aliran pikiran melambat dan ide yang
dilontarkan sedikit. Dibutuhkan rangsangan berulang untuk kembali mengalirkan
pikiran individu.
d.
Lain-lain
Isi Pikiran
-
Pola Sentral, topik atau ide yang menjadi pokok pemikiran penderita
Waham, keyakinan salah dan tidak terbantahkan dan tidak sesuai dengan latar
belakang individu. Waham dapat dideskripsikan berdasarkan rincian berikut:
6
Menurut objek: allopsikik (bila objek waham merupakan orang lain) dan
autopsikik (bila objek waham merupakan dirinya sendiri)
Menurut sifat: primer (bila tidak didahului gejala lain) dan sekunder (bila
didahului gejala lain); serta sistematik dan non-sistematik/bizar
o
-
Ide terfiksir, pikiran-pikiran salah yang belum sampai taraf waham dan masih bisa
dibantah atau dikoreksi. Bisa berupa kecurigaan, ide bunuh diri, idea of reference, ide
kebesaran, dll
Fobia, rasa takut patologis yang persisten, irrasional, dan berlebihan terkait dengan
objek atau situasi tertentu, dan individu tersebut dapat menyadari ketakutan tersebut
tidak beralasan
e.
Lain-lain
Pemilikan Pikiran
-
Obsesi, pikiran yang terus mendesak kesadaran dan tidak dapat ditentang walaupun
disadari ide tersebut tidak relevan/logis sehingga menimbulkan kegelisahan yang
nyata
Alienasi (thought insertion), pikiran tidak dihayati sebagai milik sendiri dan
dianggap datang dari kekuatan luar tertentu
f.
Bentuk Pikiran
-
Dereistik, pikiran yang menyimpang dari logika, pengalaman, dan fakta realitas
g.
Lain-lain
Lain-lain
-
Neologisme, suatu kata baru yang dibuat dan hanya dapat dipahami oleh penderita,
yang seringkali merupakan kondensasi dari beberapa ide
Abulia/Hipobulia, penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir disertai sikap acuh
terhadap konsekuensinya, biasanya menyertai defisit neurologis
b.
c.
Posturing, mengambil postur tertentu (biasanya aneh dan tidak sesuai keadaan)
yang dipertahankan dalam waktu yang tidak masuk akal
Rigiditas, melawan usaha luar untuk mengubah posisi tubuhnya (seperti patung)
Stupor, penurunan aktivitas motorik yang nyata, seringkali sampai titik imobilitas dan
tampaknya tidak menyadari sekelilingnya
d.
Kompulsi, impuls yang tidak terkontrol untuk melakukan suatu tindakan secara berulang
-
e.
f.
g.
Kegaduhan Umum, dorongan yang muncul secara berlebihan dan tidak terkendali di hampir
semua aspek kejiwaan
h.
Autisme, penarikan diri secara aktif dari alam nyata ke alam fantasi yang kemudian
mendominasi pikiran penderita
i.
Deviasi Seksual, penyimpangan dalam identitas, orientasi, dan atau preferensi seksual dari
yang sewajarnya
j.
k.
l.
m.
n.
Lain-lain
Reality Testing Ability, kemampuan untuk membedakan realitas dan bukan, dinilai pada
alam perasaan, alam pikiran, dan alam perbuatan
Diagnosis Multiaksial
Diagnosis pada ilmu kedokteran jiwa terdiri dari 5 aksis, yang dikenal sebagai diagnosis
multiaksial. Aksis I,II,III merupakan aksis dari segi organobiologik dimana faktor-faktor ini berasal dari
masing-masing individu itu sendiri, yaitu merupakan faktor internal, sedangkan aksis IV merupakan
faktor lingkungan yang berada di luar individu tersebut jadi merupakan faktor eksternal dan aksis V
merupakan interaksi antara kedua faktor tersebut yaitu bagaimana kemampuan adaptasi dari individu
tersebut terhadap lingkungannya.
AKSIS I
Gangguan Klinis
Gangguan Klinis
Adalah sindrom klinik yang merupakan gabungan dari beberapa gejala-gejala yang kemudian
membentuk suatu diagnosis klinik, jadi bukan hanya satu gejala saja kemudian dibuat menjadi satu
diagnosis.
Contoh ada gejala anxietas lalu ditegakkan diagnosis ANXIETAS, ini jelas salah karena
anxietas dapat ditemukan dalam semua gangguan psikiatrik baik yang psikotik maupun yang nonpsikotik. Jadi karena kita mengikuti kaidah PPDGJ maka diagnosis ditegakkan menuruti pembagian
yang ada di dalamnya. Demikian juga gejala depresi yang dapat meliputi banyak diagnosis.
Pada gangguan klinis ini variasi diagnosis banyak sekali, tetapi penting untuk diingat bahwa
setidaknya kita harus dapat membedakan apakah kondisi tersebut bersifat PSIKOTIK atau NONPSIKOTIK dimana hal ini terkait nantinya dengan terapi, karena sangat berbeda. Tentunya kita harus
dapat memastikan apakah ada kelainan pada RTA-nya yang intinya adalah tidak adanya daya tilikan
(discriminative insight) pada alam pikiran dengan mempunyai manifestasi yang banyak seperti
gangguan asosiasi, halusinasi, waham, dll., yang biasanya juga dapat diikuti oleh gangguan aspek lain
seperti pada alam perasaan dan alam perbuatan. Jelas pada kondisi psikotik akan terdapat AUTISME
yang merupakan gabungan antara perilaku autistik yang dilandasi oleh cara pikir yang autistik.
Cara penulisan diagnosis ini menurut kaidah PPDGJ yang benar adalah dengan menuliskan
terlebih dahulu NOMOR KODE dari diagnosis tersebut.
10
20.0
AKSIS II
Gangguan Kepribadian.
Retardasi mental.
Gangguan Kepribadian
Diagnosis gangguan kepribadian ditegakkan apabila telah memenuhi kriteria diagnosis yang
sesuai. Apabila keadaan klinis tidak memenuhi kriteria tersebut, namun sudah diputuskan mengarah
ke salah satu diagnosis kepribadian yang ada, maka hendaknya ditetapkan sebagai ciri/gambaran
kepribadian khas. Penegakan diagnosis gangguan kepribadian juga harus menyertakan nomor kode
dari gangguan tersebut dan bila aksis ini merupakan diagnosis utama maka harus ditambahkan lagi
belakangnya keterangan (Diagnosis Utama). Bila masih merupakan ciri/gambaran kepribadian, maka
tidak perlu disebutkan nomor kodenya.
Contoh :
Axis II
Axis II
Retardasi Mental
Diagnosis ini dibuat bila terdapat perkembangan intelegensi subnormal dengan tetap menulis
nomor kode dan bila memang merupakan diagnosis utama juga harus disebutkan, seperti yang telah
disebutkan di atas.
11
AKSIS III
Kondisi medik umum
Di sini merupakan kondisi fisik yang kelainannya ada mulai kode A sampai dengan Z (kecuali
F) sesuai dengan pengkodean pada ICD-10. Secara ringkas, rujukan kode ini ada di buku saku
PPDGJ-III. Contoh hal yang penting adalah ada gangguan sistemik seperti masalah pada hati,
jantung, dan ginjal. Keterangan seperti ini diperlukan untuk pemilihan dan pemberian obat,
pertimbangan konsul ke bagian yang terkait, peringatan kepada lingkungan sekitar (misalnya bila ada
penyakit infeksi), dsb.
AKSIS IV
Faktor stresor : Masalah psikososial dan lingkungan
Di sini biasanya yang dinilai adalah yang terjadi dalam kurun waktu lebih kurang setahun
terakhir, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi beberapa tahun sebelumnya tetapi yang
traumanya atau akibatnya masih ada/terasa sampai sekarang, atau mungkin juga belum terjadi tetapi
sudah membayang, misalnya PNS dengan kemampuan ekonomi pas-pasan yang akan pensiun.
Hendaknya juga diberi spesifikasi mengenai derajat berat-ringannya stresor, serta apakah stresor
tersebut tergolong sebagai stresor pemberat ataukah sebagai stresor pencetus. Sesuai dengan
penjelasan dalam DSM-IV (yang menjadi rujukan diagnosis multiaksial dalam PPDGJ-III), maka
hendaknya didaftarkan semua kemungkinan stresor yang ada.
Derajat berat-ringan stresor secara umum didefinisikan sebagai seberapa besar kemungkinan
terjadinya gangguan kejiwaan akibat stresor tersebut pada populasi umumnya. Derajat ini
dikelompokkan menjadi 0 (tidak jelas), 1 (tidak ada), 2 (hampir tidak ada), 3 (ringan), 4 (sedang), 5
(berat), 6 (sangat berat), 7 (malapetaka).
AKSIS V
GAF Scale
Di sini akan dinilai gejala, fungsi, dan disabilitas dari individu yang dapat bersifat ringan,
sementara, sedang, berat, sangat berat/persisten dan serius terkait dengan lingkungan rumah,
keluarga, di luar rumah termasuk lingkungan dimana dia berinteraksi seperti sekolah/akademi,
pekerjaan, agama dll dimana dia ikut terlibat. Penilaian mengenai GAF scale bersifat sangat subjektif
dan membutuhkan pengalaman untuk menentukan secara lebih tepat. Karena itu, pemberian nilai
GAF scale dianjurkan tidak dengan angka pasti, tapi dalam rentang nilai. Nilai GAF scale sejatinya
12
selalu berubah dalam waktu yang singkat, namun yang dituliskan disini adalah rentang GAF scale
yang dipertahankan selama setidaknya beberapa bulan.
Perkiraan GAF scale dapat dilakukan dengan beberapa cara. Beberapa keluhan (seperti yang
berhubungan dengan agresi, usaha bunuh diri, dll.) bisa dijadikan patokan perkiraan GAF scale pada
waktu tersebut. Selain itu, penentuan GAF scale juga bisa dilakukan dengan menilai berat-ringannya
disabilitas yang dialami seseorang, pada fungsi kejiwaan, akibat gangguan yang dialaminya.
GAF scale dinilai selama satu tahun terakhir perkembangan gangguan kejiwaan yang dialami.
Ada 3 nilai yang bisa diidentifikasi pada rentang waktu tersebut, yaitu
I-
Nilai tertinggi. Nilai ini mempunyai makna prognostik bagi penderita, dalam arti
semakin tinggi akan semakin baik prognosisnya
II-
Nilai terendah, biasanya sewaktu MRS dan mempunyai nilai terapeutik. Semakin
rendah akan memerlukan terapi yang lebih kuat/tinggi dosisnya.
III-
Nilai terakhir, yang juga bermakna terapeutik, semakin cepat kenaikannya berarti
terapi berhasil bila tidak naik berarti obat tidak mempan. Waktu yang dipakai adalah waktu
terakhir kali bertemu pasien, biasanya waktu follow up (baik pasien rawat inap atau rawat
jalan)
13
Hal ini tidak mungkin karena salah satu kriteria gangguan paranoid adalah tidak adanya
gejala dari skizofrenia. Sehingga diagnosis banding skizofrenia berkisar pada subtipenya.
Demikian pula untuk diagnosis lainnya, tidak bisa dibandingkan dengan diagnosis di
bawahnya apabila tanda khas blok tersebut telah ditemui.
14
Status Internus
Termasuk di sini adalah pemeriksaan vital sign dan sistem-sistem tubuh
3.
Status Neurologikus
Termasuk di sini adalah pemeriksaan neurologis umum maupun spesifik sesuai kebutuhan
4.
St.Psychiatricus.
-
Sebab Utama
Keluhan Utama
Riwayat perjalanan penyakit: dibuat dalam satu baris lajur horizontal, mulai dari
awal penyakit sampai MRS dengan catatan lebih rinci untuk kurun waktu satu
tahun terakhir karena berisi data untuk aksis IV&V
Riwayat-riwayat lainnya
Kemudian dibuat suatu rangkuman psikopatologi yang diambil dari semua sumber data yang
telah diperoleh sebelumnya, yakni alloanamnesis, autoanamnesis, dan observasi baik saat pertama
kali bertemu maupun dari follow up yang dilakukan setelahnya. Hal ini menunjukkan bahwa semua
kemungkinan psikopatologi dipastikan telah dinilai (assessed) dan tidak ada yang terlewatkan, karena
data inilah yang digunakan untuk penegakan diagnosis nantinya. Perlu diingat bahwa penulisan
resume psikopatologi ini, bila datanya menunjukkan perubahan atau perbedaan, maka perlu diambil
yang paling mengarah ke diagnosis (biasanya merupakan suatu gejala yang paling patologis) dan bila
perlu ditambahkan keterangan waktu pengambilan datanya.
15
Contoh:
Psikopatologi
dicari
yang
Kegaduhan umum
Mutisme
Halusinasi
dari RPP
/alloanamnesis
+
-
status presens
/autoanamnesis
observasi
+
-
&
follow up
/autoanamnesis
observasi
+
&
Kesimpulan
/resume
+
+
+
Ilustrasi di atas menunjukkan keadaan pasien yang saat datang dengan keluhan utama
berupa kegaduhan umum, namun saat pertama kali diwawancara menunjukkan mutisme (walaupun
sebelumnya menurut sumber alloanamnesis tidak ada) dan tidak lagi menunjukkan kegaduhan
umumnya. Setelah diberikan terapi dan keadaan pasien sudah kooperatif dan tenang, diadakan follow
up yang mana pasien mengakui bahwa tingkah laku sebelumnya dilakukan karena ada suara yang
menyuruhnya demikian. Maka pada resume psikopatologi hendaknya semua gejala tersebut ditulis
ada, dan bila perlu ditambahkan keterangan waktu pengambilan datanya.
Setelah data yang diambil dirasakan cukup untuk menegakkan diagnosis, maka diperlukan
suatu dukungan teoritis untuk membenarkan diagnosis tersebut. Landasan teori yang dimaksud adala
kriteria diagnosis yang sesuai dan diterima. Kriteria diagnosis standar untuk Indonesia adalah PPDGJ,
namun juga boleh menggunakan kriteria diagnosis non-PPDGJ selama kriteria tersebut diterima dan
hendaknya disebutkan dalam formulasi. Dalam penulisan formulasi juga harus mencantumkan dasar
keputusan diagnosis pada aksis lainnya, serta kemungkinan diagnosis banding beserta alasannya.
Contoh Formulasi Diagnostik skizofrenia dengan menggunakan Kriteria Bleurer
Seorang wanita, berumur 40 tahun, sudah kawin dengan kepribadian premorbid cenderung
ke arah skizoid, selama 2 tahun ini sudah 6 kali dirawat, dengan gejala awal penyakit yang insidious,
yang kemudian menjadi kronik dan sering kambuh dengan gejala sisa. Saat ini pasien hanya tinggal
dirumah saja, mengurung diri serta tidak mampu bergaul lagi
(semua yang ada pada alenia ini menunjukkan data-data yang ada pada Aksis II-kepribadian
premorbid, Aksis I-perjalanan penyakitnya dan juga Aksis III bila ada, serta juga Aksis V-untuk
penilaian GAF scalenya).
(Alenia berikut ini untuk penegakan diagnosis)
Didapatkan kompleks gejala primer berupa autisme; gangguan asosiasi berupa inkoherensi
dan kadang disertai neologisme; adanya pendataran afek disertai dengan pendangkalan hidup emosi,
skala diferensiasi menyempit dan agak sukar dirabarasakan, di samping itu juga terdapat
kecenderungan ke arah ambivalensi.
16
Ditemukan juga gejala sekunder yaitu waham yang sangat menonjol berupa waham kejar dan
waham-waham lain yang bizar dan tidak sistematik; terdapat juga gejala halusinasi pendengaran
berupa phonema yang terus menerus terutama siang hari; dijumpai juga gejala depersonalisasi yang
bertahan dalam waktu relatif lama; gejala lain adalah mannerisme.
(Alenia berikut ini adalah untuk diagnosis dan diagnosis banding)
Atas dasar rangkaian gejala diatas dapatlah ditegakan suatu diagnosis nosologik menurut
kriteria Bleurer berupa skizofrenia. Dan karena waham merupakan gejala yang dominan, maka
ditentukan juga subtipenya berupa skizofrenia jenis paranoid. Tambahkan bila ada kemungkinan
diagnosis banding dan apa alasannya.
17