You are on page 1of 35

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 2015

: D611 14 010

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fosil adalah jejak/sisa kehidupan baik langsung/maupun tidak langsung
terawetkan dalam lapisan kulit bumi, terjadi secara alami dan mempunyai umur
geologi (>500.000 tahun).
Filum porifera adalah salah satu jenis fosil yang dipelajari dalam paleontologi.
Dimana Porifera berasal dari Bahasa Latin yaitu porus yang berarti lubang kecil atau
pori-pori, serta ferre yang berarti mengandung. Jadi, Porifera dapat diartikan sebagai
hewan yang di dalam tubuhnya terdapat lubang-lubang kecil atau berpori-pori.
Melalui praktikum paleontologi kita akan mengenal ciri-ciri porifera, bagian-bagian
tubuh porifera, serta pembagian kelas pada filum porifera serta bagaimana porifera
berperan dalam pengaplikasiannya dalam bidang geologi.
Sebagai wujud pemahaman praktikan dalam melakukan praktikum maka
dibuatlah laporan hasil praktikum dengan judul acara Filum Porifera.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui berbagai jenis fosil dari filum Porifera yang umum
dijumpai.
2. Mengetahui bentuk-bentuk fosil filum Porifera
3. Mengetahui proses penfosilan filum Porifera secara umum.
1.3 Alat dan Bahan
1. Kertas F4 sebagai media penulisan laporan serta gambar.
2. Pensil, pewarna, penghapus dan penggaris untuk perlengkapan menggambar.
3. Pulpen untuk menulis laporan sementara.
4. Larutan HCl untuk mengetahui apakah fosil tersebut mengandung kadar
CaCo3.

5. Lap halus digunakan untuk membersihkan fosil setelah ditetesi HCL.


6. Alat peraga fosil yang termasuk dalam filum porifera digunakan sebagai
objek penelitian.
7. Kamera Lenovo 13MP digunakan untuk mengambil gambar fosil yang
diamati.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 2015

: D611 14 010

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan ciri-ciri Porifera
Porifera berasal dari Bahasa Latin yaitu porus yang berarti lubang kecil
atau pori-pori, serta ferre yang berarti mengandung. Jadi, Porifera dapat
diartikan sebagai hewan yang di dalam tubuhnya terdapat lubang-lubang
kecil atau berpori-pori. Hewan ini biasanya hanya memiliki ukuran tubuh
sekitar 1-2 cm. Selain memiliki pori-pori mikroskopis pada tubuhnya,
porifera juga memiliki ciri khusus berupa sistem kanal atau sistem saluran air
yang berfungsi sebagai tempat bersirkulasinya air di dalam tubuhnya.
Fosil dari semua jenis porifera telah ditemukan di batuan tunggal dari
580 juta tahun yang lalu. Selain Archaeocyathids, yang fosil yang umum di
batuan dari 530-490000000 tahun yang lalu, kini dianggap sebagai tipe
spons. kerabat terdekat The sponge's bersel tunggal diperkirakan menjadi
Choanoflagellatea, yang sangat menyerupai sel spons gunakan untuk drive
sistem aliran air dan menangkap sebagian besar makanan mereka. Spons
umumnya disepakati, juga, untuk tidak membentuk kelompok monofiletik,
dengan kata lain melakukan tidak mencakup semua dan hanya keturunan
yang umum nenek moyang, karena Eumetazoa (hewan yang lebih kompleks)
adalah dianggap keturunan subkelompok dari spons. Namun yang pasti
kelompok spons terdekat untuk Eumetazoa, baik sebagai spons gampingan
dan subkelompok dari demosponges disebut Homoscleromorpha telah
dinominasikan oleh para peneliti yang berbeda. Selain itu, sebuah studi pada
tahun 2008 menyarankan hewan paling awal mungkin telah mirip dengan
ubur-ubur sisir modern. Beberapa spesies demosponge yang telah

sepenuhnya lembut kerangka berserat tanpa elemen keras telah digunakan


oleh manusia selama ribuan tahun untuk beberapa tujuan, termasuk sebagai
padding dan sebagai alat pembersih. Pada tahun 1950-an, walaupun, ini telah
ditangkap berlebih begitu berat bahwa industri hampir runtuh, dan sebagian
besar spons seperti bahan sekarang sintetis. Spons dan mikroskopis mereka
endosymbionts kini sedang diteliti mungkin sumber obat untuk mengobati
berbagai penyakit. Lumba-lumba telah diamati menggunakan spons sebagai
alat saat mencari makan.
Untuk mengenal porifera, maka terlebih dahulu harus diketahui ciricirinya. Ciri-ciri porifera adalah sebagai berikut:
1.
Merupakan hewan multiseluller (bersel banyak).
2.
Belum mempunyai organ pencernaan, sistem peredaran darah , sistem
saraf, dan otot; namun sel-sel tubuhnya dapat mengindra dan bereaksi
3.

terhadap perubahan lingkungan.


Mempunyai dua fase kehidupan, yaitu saat hidup berenang bebas
(fase larva) dan saat berbentuk sesil yang hidup menetap di dasar

4.

perairan (fase dewasa).


Merupakan hewan diploblastik yang memiliki dua lapis sel
pembentuk tubuh, yaitu ektoderma (lapisan luar dan endoderma

5.

(lapisan dalam).
Bentuk tubuh hewan ini ada yang seperti piala, jambangan, terompet,

6.

dan bercabang-cabang seperti tumbuhan.


Habitat utama di perairan (terutama di laut).

Selain ciri-ciri diatas, Porifera mempunyai ciri-ciri khusus yaitu:

1.

Tubuh memiliki banyak pori, yang merupakan awal dari sistem kanal
(saluran air) yang menghubungkan daerah eksternal dengan darah

2.

internal
Tubuh tidak dilengkapi dengan apendiks dan bagian yang dapat

digerakkan
3.
Belum memiliki sistem saluran pencernaan.
2.2 Bagian-bagian tubuh porifera
Bagian--bagian tubuh porifera yang dipelajari dalam geologi berbeda
dengan bagian tubuh yang dipelaja ri dalam geologi, bagian tersebut adalah:
1. Osculum: Lubang tempat keluarnya air dari tubuh.
2. Endoderm: tubuh bagian dalam porifera
3. Ektoderm: tubuh bagian luar porifera
4. Ostium: Tempat masuknya air (pori)
5. Holdfast:bagian tubuh porifera yang tertambat.
2.3 Pembagian kelas porifera

Selain itu, berdasarkan saluran air pada porifera dapat dibedakan


menjadi tiga jenis, yaitu ascon, sycon, dan leucon.
1. Ascon, adalah tipe sistem saluran air dimana lubang-lubang ostiumnya
langsung terhubung lurus ke spongosol.
2. Sycon, pada tipe saluran ini air akan masuk ke dalam ostium lalu
melewati saluran-saluran bercabang sebelum masuk ke dalam spongosol.
Saluran bercabang ini biasanya dilapisi oleh koanosit.

3. Leucon, adalah tipe saluran air yang ostiumnya dihubungkan dengan


rongga-rongga bercabang yang tidak terhubung langsung menuju
spongosol.

Berdasarkan kerangka dalam tubuhnya, Porifera dibagi dalam 3 kelas:


1. Calcarea, merupakan kelas porifera yang memiliki spikula dari zat
kapur. Contoh spesies calcarea antara lain Sycon sp. dan Clathrinasp
yang biasa hidup di daerah laut dangkal.
2. Hexactinellida, memiliki spikula yang tersusun atas zat kersik
(silikat). Contoh spesies dari kelas hexactinellida antara lain
Pheronema sp. dan Euplectella sp. yang hidup di laut dalam.
3. Demospongiae, merupakan porifera bertulang lunak dengan spikula
yang

tersusun

dari

zat

kersik.

Contoh

spesies

dari

kelas demospongiae antara lain Euspongia sp., Spongila sp., dan


Callyspongia sp.

Berikut

tabel

perbedaan

berdasarkan kerangka dalam tubuhnya.

ketiga

klasifikasi

porifera

Perbedaan

Calcarea

Hexactinellida

Demospongia

Penyusun

Spikula seperti

Spikula yang

Serabut spongin atau

kerangka

duri-duri kecil

mengandung silikat atau

campuran spongin

tubuh

dari Kalsium

kersik (SiO2). Ujung

dan zat kersik.

Karbonat.
Tinggi kurang

spikula berjumlah 6.
Tinggi rata-rata 10-30

Tinggi dan diameter

dari 10 cm.

cm.

mencapai lebih dari

Pucat

Pucat

1 m.
Cerah, mengandung

Ukuran
tubuh
Warna

pigmen pada
amoebosit yang
berfungsi untuk
melindungi tubuh
Seperti vas

Seperti vas bunga atau

dari sinar matahari.


Tidak beraturan dan

Bentuk

bunga, kendi,

mangkuk.

bercabang.

tubuh

dompet, atau

Tipe

silinder.
askon

Tipe sikonoid

Tipe leukonoid

saluran air
Laut dangkal
Habitat

Laut dalam maupun


Kedalaman laut 200 -

dangkal, meskipun

1.000 m.

ada yang di air tawar.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 2015

: D611 14 010

BAB III
PEMBAHASAN

Porifera (Latin, Phorus = pori-pori, ferre = pembawa) adalah hewan


invertebrata yang mempunyai tubuh berpori-pori atau sebuah filum untuk hewan
multiseluler yang paling sederhana.. Bentuk tubuh hewan ini tidak hanya kotak,
tapi bermacam macam. Ada yang seperti piala, terompet, dan ada yang
bercabang menyerupai tumbuhan. Struktur tubuhnya radial simetris. Porifera
hidup di air laut dan air tawar.
Ukuran porifera sangat beragam.Beberapa jenis porifera ada yang
berukuran sebesar butiran beras, sedangkan jenis yang lainnya bisa memiliki
tinggi dan diameter hingga 2 meter. Tubuh porifera pada umumnya asimetris
atau tidak beraturan meskipun ada yang simetris radial. Bentuknya ada yang
seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau bercabang seperti tumbuhan. Tubuhnya
memiliki lubang-lubang kecil atau pori(ostium).Warna tubuh bervariasi, ada
yang berwarna pucat, dan ada yang berwarna cerah, seperti merah, jingga,
kuning bahkan ungu.
Ahli Botani masa lalu, mengelompokkan spons (porifera) ke dalam
Kerajaan Plantae karena bentuknya yang bercabang-cabang dan tidak mampu
bergerak secara nyata. Spons baru dikelompokkan ke dalam Kingdom Animalia
pada tahun 1765, setelah dilakukan penelitian dan pengamatan arus air melalui
oskulumnya yang bergerak.
Anggota Filum Porifera disebut dengan sebutan spons. Spons merupakan
hewan air yang umumnya hidup di perairan laut dangkal yang bebas polusi. Di
dunia, terdapat sekitar 10.000 spesies spons, dan hanya 100 spesies saja yang

hidup di perairantawar. Spons dewasa bersifat sesil, hidup menempel pada batu,
cangkang kerang, dan permukaan keras lainnya

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 2015

: D611 14 010

Keterangan:

depan

belakang

Osculum

Endoderm

Ektoderm

Ostium

holdfast

samping

No. Sampel

: 01

No. Peraga

: 1643

Filum

: Porifera

Kelas

: Demospongiae

Ordo

: Spirosclerophorida

Family

: Hyalotragosidae

Genus

: Hyalotragos

Spesies

: Hyalotragos rugosum (MSTR.)

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk

:Conical

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Jura Atas ( 180- 135 juta tahun lalu )

Ling. Pengendapan

: Laut dangkal

Keterangan

Fosil ini berasal dari Filum porifera, family Hyalotrgosidae kelas demos
pongiae, Ordo Spirosclerophorida, genus Hyalotrgos, dan dengan nama spesies
Hyalotrgos rugosum (MSTR).

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media geologi
berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material
yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan itu, material-material sedimen
juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material akan terakumulasi,
semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari
tekanan tersebut akan mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori
akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar,
masuklah material sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi
dan terjadi proses leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini
adalah permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam
cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya,
sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Conical, yaitu fosil yang terbentuk
kerucut . Dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, ostia, yaitu lubang
kecil tempat maasuknya air ke dalam tubuh, spongocoel, salurantengah tubuh.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3), menandakan bahwa lingkungan pengendapannya adalah pada

laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu
antara 180-135 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi,

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi 2011/2012

Buku Lapangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

Hari /tgl.

: Senin 23 Februari 2015

: D611 14 010

Keterangan:
1. Osculum
2. Endoderm
3. Ektoderm
4. Ostium
5. holdfast
depan

belakang

samping

No. Sampel

: 02

No. Peraga

: 244

Filum

:Porifera

Kelas

:Anthozoa

Ordo

:Tabulata

Family

:Favositesidae

Genus

: Favosites

Spesies

: Favosites saginatus. LECOMPTE

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk

: Konveks

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Devon Tengah (antara 370-360 juta tahun lalu)

Ling. Pengendapan

: Laut dangkal

Keterangan

Fosil ini berasal dari filum porifera, kelas Anthozoa, ordo Tabulata, family
Favositesidae, genus Favosites, dan dengan nama spesies Favosites saginatus.
LECOMPTE.
Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media geologi
berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material
yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan itu, material-material sedimen
juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material akan terakumulasi,
semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari
tekanan tersebut akan mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori
akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar,
masuklah material sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi
dan terjadi proses leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan mterial sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini
adalah permineralisasi. Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga
dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang
memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Konveks, yaitu fosil yang cembung
slah satu sisinya, dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, ostia, yaitu

lubang kecil tenpat masuknya air kedalam tubuh, ektoderm yaitu lapisan dalam,
holdfast, dan endoderm, yaitu lapian dalam.
Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi membentuk
buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat
(CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah di laut
dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur fosil ini adalah Devon Tengah yaitu
antara 370-360 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi.

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi 2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil
Buku lapangan

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama

: Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

: D611 14 010

Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 2015


Keterangan
:
1. Osculum
2. Endoderm
3. Ektoderm
4. Ostium
5. holdfast

depan

belakang

samping

No. Sampel

: 03

No. Peraga

: 1721

Filum

:Porifera

Kelas

: Calcarea

Ordo

:Pleospolares

Family

: Verruculinanidae

Genus

: Verruculina

Spesies

: Verruculina tenuis

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk

: Konikal

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Kapur Atas ( 100-70 juta tahun yang lalu )

Ling. Pengendapan

: Laut dangkal

Keterangan

Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas calcrea, ordo pleospolares, family
Verruculinanidae, genus Verruculina, dan dengan nama spesies Verruculina tenuis.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media geologi
berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material
yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan itu, material-material sedimen
juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material akan terakumulasi,
semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari
tekanan tersebut akan mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori
akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar,
masuklah material sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi
dan terjadi proses leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini
adalah permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam
cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya,
sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang hingga seluruh tubuh fosil.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Konikal, yaitu fosil yang membentuk
seperti kerucut. Dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, endoderm yaitu
spongocoel, oskulum yaitu saluran penyebaran air, ostia yaitu lubang masuknya air,
endoderm lapisan dalam, dan eksoderm yaitu lapisan luar fosil atau organisasi..
Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi membentuk
buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat
(CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya di laut

dangkal.Berdasarkan skala waktu geologi, umur fosil ini adalah KapurAtas yaitu
antara 100-70 juta tahun yang lalu.
Adapun kegunaan fosil ini diantaranya adalah penentu umur relatif lapisan
sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu
iklim pada saat terjadinya sedimentasi,
Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi 2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil
Buku Lapangan

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 2015

: D611 14 010

Keterangan:
1. Osculum
2. Endoderm
3. Ektoderm
4. Ostium
5. holdfast
depan

belakang

samping

No. Urut

: 04

No. Peraga

: 750

Filum

: Porifera

Kelas

: Demospongiae

Ordo

: Spirosclerophorida

Family

: Hyalotragosidae

Genus

: Hyalotragos

Spesies

: Hyalotragos sugosum

Proses pemfosilan

: Petrifikasi (Mineralisasi)

Bentuk

: Chonical

Komposisi kimia

: Kalsium Karbonat (CACO3)

Umur

: Jura Atas (141-160 juta tahun)

Lingkungan pengendapan

: Laut dangkal

Keterangan

Fosil ini berasal dari Filum porifera, family Hyalotrgosidae kelas


demos pongiae, Ordo Spirosclerophorida, genus Hyalotragos, dan dengan nama
spesies Hyalotragos rugosum.
Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh mediageologi
berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material
yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itumaterial tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamandengan itu, material-material sedimen
juga ikut tertransportasikan. Di daerahcekungan inilah material akan terakumulasi,
semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari
tekanan tersebut akanmengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori
akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar,
masuklah materialsementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi
dan terjadi prosesleaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnyaorganisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga
organismetersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini
adalah permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga
dalamcangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang
memasukinya,sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.Proses
munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupatektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan
terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak di
permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Conical, yaitu fosil yang
terbentuk kerucut . Dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, ostia, yaitu
lubangkecil tempat maasuknya air ke dalam tubuh, spongocoel, salurantengah tubuh.
Jika

ditetesi

dengan

larutan

HCl

0,1

maka

fosil

ini

akan

beraksimembentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung


kalsiumkarbonat (CaCO3), menandakan bahwa lingkungan pengendapannya adalah
padalaut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur fosil ini adalah Jura
Atasyaitu antara 180-135 juta tahun yang lalu.
Adapun kegunaan fosil ini diantaranya adalah penentu umur relatif lapisan
sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan,dan penentu
iklim pada saat terjadinya sedimentasi.
Referensi :

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi 2011/2012


Http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 2015

: D611 14 010

Keterangan:
1. Osculum
2. Endoderm
3. Ektoderm
4. Ostium
5. holdfast
depan

belakang

samping

No. Sampel

:05

No. Peraga

: 1426

Filum

: Porifera

Kelas

: Calcarea

Ordo

: Scleractinia

Family

: Stephanocoenianida

Genus

: Stephanocoenia

Spesies

: Stephanocoenia schafhauft

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk

: konikal

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Trias atas (antara 215-195 juta tahun lalu)

Ling. Pengendapan

: Laut dangkal

Keterangan

Fosil ini berasal dari filum porifera, kelas calcarea, ordo Scleractinia, family
Stephanocoenianida,

genus

Stephanocoenia,

dan

dengan

nama

spesies

Stephanocoenia schafhauft.
Organisme ini dapat menjadi fosil karena memliliki bagian tubuh atau
cangkang yang keras. Selain itu karena organisme ini langsung terkubur oleh
material sedimen sehingga terhindar dari proses pelapukan. Setelah organisme ini
mati, maka fosil ini langsung terendapkan dan tertransportasi pada cekungan yang
stabil. Kemudian organisme ini akan langsung tertutupi oleh material sedimen
sehingga terhindar dari proses oksidasi ataupun reduksi.
Seiring dengan berjalannya waktu material sedimen ini semakin lama
semakin tebal. Akibatnya organisme ini mengalami pembebanan dan kompaksi
sehingga terjadi proses lithifikasi. Pada saat proses litifikasi berlangsung terjadi pula
proses pemineralisasi yaitu penggantian sebagian mineral yang tidak resisten oleh
mineral yang lebih resisten.hal ini dapat di ketahui karena masih terlihat bentuk
cangkang atau tubuh organisme ini.
Setelah mengalami proses litifikasi,maka organisme ini mengalami proses
petrifikasi yaitu berubahnya organisme menjadi batu sehingga organisme ini di sebut
fosil.adapun penemuan fosil ini di akibatkan oleh pergerakan tektonik bumi yang
mengakibatkan fosil terangkat ke permukaan dan terjadinya proses erosi dan udara
sehingga fosil ini tersingkap.
Adapun pengamatan yang dilakukan pada fosil ini adalah test yaitu bagian
keseluruhan pada tubuh fosil . berdasarkan pengamatana dapat diketahui bahwa fosil
ini berbentuk angular yang berarti bentuknya menyudut, fosil ini mengalami reaksi
ketika ditetesi larutan HCl hal ini membuktikan bahwa kompoosisi kimia fosil ini
adalah CaCO3 (kalsium karbonat) sehingga dapat diketahui bahwa lingkungan
pengendapannya terdapat di laut dangkal adapun umur fosil ini adalah trias atas
(antara 215-195 juta tahun lalu).

Adapun kegunaaan dari fosil ini adalah sebagai bukti bahwa ada pernah
terjadi kehidupan masa lampau ,sebagaipenentu umur relatif suatu batuan dan
sebagai penetu lingkungan pengendapan

Referensi :

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi 2014/2015


Http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

o Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 20

: D611 14 010

Keterangan:
1. Osculum
2. Endoderm
3. Ektoderm
4. Ostium
5. holdfast
depan

belakang

samping

No. Sampel

: 06

No. Peraga

: 1644

Filum

:Porifera

Kelas

: Calcarea

Ordo

: Heterocoela

Family

: Cnemidiastriumidae

Genus

: Cnemidiastrium

Spesies

: Cnemidiastrium rimulosum GOLDF.

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk

:Konikal

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

:Jura Atas ( 180-135 juta tahun lalu)

Ling. Pengendapan

: Laut dangkal

Keterangan

Fosil ini berasal dari Filum Porifera, kelas Calcarea, ordo Heterocoela,
family Cnemidiastriumidae, genus Cnemidiastrium, dan dengan nama spesies
Cnemidiastrium rimulosum GOLDF.
Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media geologi
berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material
yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan itu, material-material sedimen
juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material akan terakumulasi,
semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari
tekanan tersebut akan mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori
akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar,
masuklah material sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi
dan terjadi proses leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan mterial sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini
adalah permineralisasi. Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga
dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang
memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah konikal, yaitu fosil yang membentuk
seperti kerucut, dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, spongocoel yaitu
saluran bagian tengah tubuh, ostia lubang kecil tempat masuknya air, holdfast ,

oskulum yaitu saluran penyebar air dari tubuh, Ektoderm lapisan uar, dan endoderm
yaitu lapisan dalam fosil.
Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi membentuk
buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat
(CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya ada di laut
dangkal.Berdasarkan skala waktu geologi, umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu
antara 180-135 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi.

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi 2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 20

: D611 14 010

Keterangan:
1. Osculum
2. Endoderm
3. Ektoderm
4. Ostium
5. holdfast
depan

No. Sampel

belakang

samping

: 07

No. Peraga

: 1792

Filum

: coelenterata

Kelas

: anathozoa

Ordo

: seleractinia

Family

: cyclolitesidae

Genus

: cyclolites

Spesies

: cyclolites cllipticus LAM

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk

: Konikal

Komposisi Kimia

: Silika

Umur

: Kapur Atas (100-65 juta tahun lalu)

Ling. Pengendapan

: Laut dalam

Keterangan

Fosil ini berasal dari Filum Porifera, kelas demospongiae, family


cyclolitesidae, genus cyclolites, dan dengan nama spesies cyclolites cllipticus LAM.
Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media geologi
berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material
yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan itu, material-material sedimen
juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material akan terakumulasi,
semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari
tekanan tersebut akan mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori
akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar,
masuklah material sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi
dan terjadi proses leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini
adalah permineralisasi. Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga
dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang
memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah konikal, yaitu fosil yang membentuk
seperti kerucut, dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, spongocoel yaitu
saluran bagian tengah tubuh, ostia lubang kecil tempat masuknya air, holdfast ,
oskulum yaitu saluran penyebar air dari tubuh, Ektoderm lapisan uar, dan endoderm
yaitu lapisan dalam fosil.

Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini tidak terjadi apapun , maka
dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung silika hal ini menandakan bahwa
lingkungan pengendapannya ada di laut dalam .Berdasarkan skala waktu geologi,
umur fosil ini adalah Kapur Atas (100-65 juta tahun lalu)
Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi.
Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi 2014/2015


Http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 20

: D611 14 010

Keterangan:
1. Osculum
2. Endoderm
3. Ektoderm
4. Ostium
5. holdfast
depan

belakang

samping

No. Sampel

: 08

No. Peraga

: 1645

Filum

:Porifera

Kelas

:Hexactinellida

Ordo

:lychniscosa

Family

: Pachyteichismanidae

Genus

: Pachyteichisma

Spesies

: Pachyteichisma lopas Q.

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk

:Conical

Komposisi Kimia

:Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

:Jura Atas (180-135 juta tahun yang lalu.)

Ling. Pengendapan

: Laut dangkal

Keterangan

Fosil ini berasal dari filum porifera, klas hexactinellida, ordo lychniscosa,
family Pachyteichismanidae, genus Pachyteichisma, dan dengan nama spesies
Pachyteichisma lopas Q.
Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media geologi
berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material
yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan itu, material-material sedimen
juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah material akan terakumulasi,
semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari
tekanan tersebut akan mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori
akan mengecil, air yang terkandung di antara material-material akan keluar,
masuklah material sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi
dan terjadi proses leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan mterial sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini
adalah permineralisasi. Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga
dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang
memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga ondogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah
Conical, yaitu fosil yang berbentuk kerucut . Dan bagian fosil yang masih dapat
dijumpai seperti, ostia, yaitu lubang kecil tempat maasuknya air ke dalam tubuh,

oskulum yaitu saluran penyabar air dari tubuh, eksoderm yaitu lapisan luar, dan
endoderm yaitu lapisan dalam.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3). Adapun umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu antara 180-135 juta
tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi.

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi 2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil
Buku Lapangan

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti

Acara

: Filum Porifera

NIM

Hari/tgl.

: Senin 23 Februari 2015

: D611 14 010

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Proses pemfosilan pada umumnya dari filum Porifera adalah mineralisasi
dan permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pergantian unsur kimia dari
fosil hingga seluruh bagiannya, sedangkan permineralisasi hanya sebagian
saja.
2. Bentuk fosil filum Porifera yang umum dijumpai, diantaranya seperti
konikal yaitu berbentuk seperti kerucut, globular yaitu berbentuk membulat
seperti bola.
4.2 Saran
Saran saya yaitu sebaiknya disediakan alat peraga fosil yang lengkap agar
praktikan lebih banyak mengetahui informasi mengenai jenis fosil serta saran
saya bagi asisten yakni sebaiknya asisten jangan terlalu menampilkan sikap yang
kasa agar praktikan tidak tertekan dalam melakukan praktikum.

2. KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


3. UNIVERSITAS HASANUDDIN
4. FAKULTAS TEKNIK
5. JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
6. PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
7.
8. PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
9. ACARA 2 : FILUM PORIFERA
10.
11. LAPORAN
12.

13.
14.
15.
16. O L E H
17. NURBAETI
18. D611 14 010
19.
20.
21. GOWA
22. 2 0 1 5

You might also like