Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN UMUM
alih
sepenuhnya
oleh
Pemerintah
Republik
Indonesia,
tetapi
2.3 Iklim
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pangkalpinang
(2013), Iklim di Pulau Bangka dipengaruhi oleh iklim (musim), yaitu: musim
hujan dan musim kemarau. Periode musim hujan terjadi antara Bulan Oktober
sampai Maret 2014 dengan variasi suhu udara antara 22 0C sampai dengan
260C. Jumlah hari hujan pertahun rata-rata 108 hari atau 29,59 % dari jumlah hari
dalam satu tahun dengan rata-rata curah hujan 2.074 mm per tahun. Periode
musim kemarau terjadi antara Bulan April sampai September 2014.
Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim tropis yang dipengaruhi angin
musim yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan
bulan kering selama lima bulan terus menerus. Tahun 2013 bulan kering terjadi
pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober dengan hari hujan 11 - 15 hari per
bulan. Untuk bulan basah hari hujan 16 - 27 hari per bulan, terjadi pada Bulan
Januari sampai dengan Juli dan November sampai Desember.
Musim hujan atau dikenal dengan musim Barat, biasanya juga disertai
dengan angin kencang dan gelombang besar. Kondisi seperti inilah yang perlu
diwaspadai terhadap kegiatan operasi penambangan KIP. Karena hal ini dapat
mempengaruhi produksi laju pemindahan tanahnya kecil atau berkurang.
Keadaan
kedalaman
penambangan KIP. Untuk itu perlu diperhitungkan kondisi pasang surut air laut
pada setiap penempatan lokasi rencana kerja.
Perhubungan Laut, maupun Dinas Angkatan Laut. Tinggi laut rata-rata (TLR) atau
Zo untuk daerah Laut Cupat Dalam dihitung berdasarkan :
Zo
: 160 cm
Malysia dan pada Mesozoikum Bawah Tengah menghasilkan busur gunung api
(magmatic arc) dalam bentuk deretan Pulau Kundur, Singkep, Bangka, Belitung
dan sebagian dari Kalimantan Barat.
2.5.2
Stratigrafi
Statigrafi Pulau Bangka yang terletak di bagian Utara menurut Mangga dan
Djamal (1994) dari tua ke muda tersusun oleh Kompleks Malihan Pemali (CPp),
Formasi Tanjung Genting (Trt), Granit Klabat (TrJkg), Formasi Ranggam
(TQr) dan Endapan Aluvium (Qa) dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Kompleks Malihan Pemali (CPp)
Terdiri dari skiss, phillit, batulempung, rijang, tuff, gneiss, sisipan kuarsit
dan lensa batugamping. Batuan tersebut berstruktur sedimen masif, dengan
kandungan fosil berupa Fusulinidae dan Radiolaria. Batuannya terlipat kuat,
terkekarkan dan terpatahkan. Kompleks yang berumur Perm ini secara umum
diterobos oleh Granit Klabat.
b. Formasi Tanjung Genting (Trt)
Berupa perselingan batupasir termetamorfkan dan batupasir lempungan
dengan lensa batugamping. Batuan berumur Trias tersebut berstruktur sedimen
silang siur dan mengandung fosil Montlivaltia moluccana, Perodinella
sp.,
Entrochus sp. dan Encrinus sp. Formasi ini terlipat kuat, terkekarkan dan
terpatahkan yang berada tidak selaras di atas Kempleks Malihan Pemali serta
diterobos pula oleh Granit Klabat.
10
serta geraham gigi gajah berumur Pleistosen, Formasi berumur Miosen Akhir ini
berada tidak selaras di atas Granit Klabat.
e. Endapan Aluvium (Qa)
Terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lempung dan gambut yang berupa
endapan rawa dan endapan sungai yang terdiri dari material lepas dan tersebar
mengikuti aliran sungai di sepanjang lembah maupun pantai. Satuan yang
berumur Quarter ini berada tidak selaras di atas Formasi Rangggam.
2.5.3
Struktur Geologi
Katili (1967), mengatakan bahwa pada batuan metamorf dan sedimen di
Bangka Utara terdapat adanya perlipatan silang akibat perbedaan dua deformasi.
Deformasi pertama mengakibatkan lipatan dengan arah barat laut-tenggara,
11
umurnya sulit ditentukan dengan pasti. Struktur lipatan berarah timur laut-barat
daya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura Atas. Orogen yang kedua
ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua.
Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi
kecenderungannya mempunyai arah utara selatan (Katili, 1967). Ko (1986),
mengatakan di Pulau Bangka terdapat beberapa sesar yang umurnya berarah timur
laut-barat daya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 30 E memotong
Granit Klabat ke selatan sepanjang 3 km.
12
logam lunak,
Daya tahan terhadap korosi cukup tinggi,
Tidak beracun,
Berat jenis rendah 7,3 dan titik cair rendah 232oC,
Tahanan jenis 0,15 ohm mm2/m.
Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia yang
13
dengan jurus umum berarah timur-barat dan kemiringan yang curam, sedang di
Pemali jurus berubah arah menjadi barat laut-tenggara.
Endapan timah primer terdapat pada batuan granit dan daerah sentuhan dan
pada batuan endapan malih. Jenis endapan ini pertama ditemukan pada bagian
barat pulau Belitung tepatnya daerah Tikus yang terdiri dari lensa kuarsa dengan
kandungan cassiterite dan wolframite dengan jumlah kadar yang dapat
dimanfaatkan sebesar 0,4%. Di daerah Kelapa kampit terdapat endapan timah
jenis yang khas karena terdapat sebagai urat pada bidang perlapisan dan terhampar
mengikuti bidang jurus perlapisan sehingga arah penyebarannya dapat
diramalkan. Selain itu endapan timah daerah ini mempunyai kemiringan yang
curam dan umumnya berasosiasi dengan mineral sulfida ataupun bersifat magnet.
Endapan timah sekunder, berasal dari endapan primer yang telah mengalami
pelapukan, dan hasil rombakannya kemudian diendapkan di suatu tempat yang
tidak jauh. Endapan ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu endapan eluvial
(endapan kulit) dan aluvial (endapan kaksa). Endapan eluvial umumnya terdapat
pada lereng bukit sedangkan endapan aluvial terdapat didasar lembah. Oleh
karena itu, endapan timah sekunder di lepas pantai umumnya mengandung
cassiterite berbutir halus. Penyelidikan timah primer dimulai dengan pemetaan
geologi, survey geofisika dilanjutkan dengan pembuatan test pit dan pemboran
dangkal, Untuk endapan aluvial di pantai dilakukan dengan geofisika dan cara
pemboran.