PEDOMAN
KREDENTIAL DAN KEWENAANGAN KLINIS
(CLINICAL PRIVILEGE) DI RUMAH SAKIT
PERHIMPTINAN RITMAH SAKIT SFT TRUE INDONESIAJakarta - 2009
KATA IENGANTAR PENYUSUN,
Dengan disahkannya undang-undang rumah sakit yang baru di
Indonesia, keselamatan pasien telah menjadi issue sentral. Salah satu
upaya menuju keselamatan pasien tersebut adalah dengan mencegah
terjadinya kecclakaan medis akibat inkompetcnsi tenaga medis «li rumah
sakit. Penjelasan pasal 29 ayat (1) butir r. Undang-undang Republik
Indonesia tentang Rumah Sakit tahun 2009 menetapkan bahwa dalam
statuta rumah sakit (medical staff bylaws) diatur tentang kewenangan
klinis (clinical privilege) setiap tenaga medis di rumah sakit.
Perhimpunan Rumah Siakit Seluruh Indemesia (PERSI) berinisiatif
mendorong dilaksanakannya proses kredensial dengan baik di rumah
sakit. Selama ini proses kredensial hanya ditujukan untuk penerimaan
pegawai saja tanpa melakukan pengaturan tentang kewenangan klinis
secara terinei (delineution of clinical privilege). Untuk ita PERSI menyusun
buku “ PFEDOMAN KREDENTIAL DAN KEWENANGAN KLINIS
(CLINICAL PRIVILEGE) DI RUMAH SAKIT”.
Semoga buku pedoman ini dapat digunaka.n untuk membant a rumah
sakit dalim mclaksanakan Iicucusial tcuaye rucdis denyau baik.
Jakarta, Oktoler 2009
alo yo
a 2 =
Herkutanto
Ketua Tim Penyusun
KATA. SAMBUTAN KETUA PERSI
Kredensial sesunggulinya merupakan kegiatan dan fungsi Komite
Medik Rumah Sakit yanjg sangat menentukan mutu pelayanan medik di
rumah sakit tersebut. Sel:ma ini kegiatan tersebut sudah selalu dilakukan
oleh Komite Medik Rumiah Sakit dengan membentuk Panitia K:redensial.
Sayangnya hasil dari tugas Panitia Kredensia! ini sampai saat ini belum
seperti yang diharapkan. Panitia Kredensial diberi tugas melakukan
“selek:
Hasil dari seleksi tersebut berupa usulan atau rekomendasi kepada
” terhadap tenaga medis yang akan bekerja di satu rumah sakit.
pimpinan rumah sakit apakah tenaga medis tersebut diterima atau tidak,
Jadi dalam hal ini fungsi Komite Medik: tidak lebih hanya sebagai
penyclcksi, scbagaimana yang dilakukan olich personil pengelola sumber
daya raanusia ( HRD). Sesungguhnya tugas Komite Medik jauh lebih
mulia lagi karena akan menentukan pemiberian asuhan medis yang
beroricntasi kepada keselamatan pasien.
Oleh karena itu sesungguhnya rekomendasi Komite Medik sebagai
hasil Kerja Panitia Kredensial adalah berujpa usulan atau rekomendasi
tentan)z pemberian Kewenangan Klinis (clinical privileges) bagi ara dokter
yang akan bertugas di suiatu rumah sakit. [Dengan adanya kewenangan
klinis ini (disertai delineasinya) diyakini pasien akan mendapatkan asuh-
an medis dari seorang profesional yang tejpat. Sayangnya di Indonesiasangat jarang bahkan muingkin belum ada rumah sakit yang rnclakukan
“credentialing” dengan benar ,sesuai yang seharusnya dilakukan.
Menanggapi masalah ini, PERSI berprakarsa membentulc Tim Pe-
nyusun Pedoman Kredensial yangdipimpin oleh Prof. DR. Dr. Herkutanto,
SpF(K), SH, LLM , dengan tugas menyusun pedoman kredensial dan
kewenangan klinis
Buku “PEDOMAN KREDENTIAL DAN KEWENANCGIAN KLI-
NIS (CLINICAL PRIVILEGE) DI RUM.AH SAKIT” ini diharapkan
dapat dijadikan acuan dasar dalam kegiatan: kredensial oleh rumah sakit
di Indonesia. Sudah tentu. masih diperlukan pedoman pelaksanaan teknis
yang lebih detil lagi. Oleh karena itu buku pedoman ini bersifit dinamis,
yang akan selalu di review, dan diperlukan :masukan dari berbagai pihak
guna penyempurnaanya.
Akhirnya saya ucapkan selamat dan terirmakasih atas hasil karya dari
tim penyusun ini, mudah mudahan niat baik kita bersama mandapat
ridho dan bimbingan dari Tuhan Y.M.E dalam rangka pengabdian kita
kepade, negara dan bangsa.
Jakarta, Otober 2009
KETUA UMUM PERSI
WM
Dr. Adib A Yahya, MARS.
TIM DENIVITCTINEPenasehat : Dr. Samisi Jacobalis, SpB
Dr. Adib A. Yahya (Ketua PERSD)
Dr. A.EL Sanoesi Tambunan, SpPD (Ketwa Makersi)
Ketua Tim; DR. Dr. Herkutanto, SpF(K), SH, LLM
(Ketua Sompartemen Hukum dan Pembelaan Arggote)
Anggota Tim ; Dr, Nico A. Lumenta, MM (Ketue KKP-RS)
Dr. Supmriyantoro, Sp.P, MARS
( Ketua Komp. Muiu & Abereditasi)
Dr. Sri Rachmani, M.Kes (Ketua Komp. Pelkesmas)
Dr. Johan T. Saleh, MSc
(Ketua ‘Komp. Komunikusi Organisasi)
Definisi
1. Breve: pengakuen tentang keablian scorang dokter oleli kulegiuit
suatu cabang ilmu keclokteran tertentu.
2. Proses Kredensial (Credentialing): proses evaluasi oleh suatu rumah
salcit terhadap seseorang untuk menentukan apakah yang
bersangkutan layak idiberi kewenangan klinis (kewenangan blinis
(clinical privilege) menjalankan tindalan medis tertentu dalam
lingkungan rumah sakit tersebut untuk suatu periode tertentu
3. Proses Re-Kredensial (Re-Credentialing): proses re-evaluasi oleh
suatu rumah sakit terladap dokter yang telah bekerja dan rr emiliki
kewenangan klinis (ke wenangan klinis (clinical privilege)) dirumah sakit
tersebut untuk menentukan anakah vano hersanoluitan macih lavadiberi kewenangan Klinis tersebut untuk sizatu periode tertentu.
4. Kewenangan Klinis (clinical privilege): kewenangan klinis untuk
melakukan tindakan medis tertentu dalam lingkuagan sebuah rumah
sakit tertentu berdasarkan penugasan yang diberikan Kepala 2umah
Saicit.
5. Surat Penugasan (Clistical Appointment): surat yang diterbitkan oleh
Kepala Rumah Sakit |cepada seorang dok:ter atau dokter gig. untuk
melakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang ditetapkan baginya.
6. Duty of Due Care: kewajiban untuk memperhatikan dan peduli akan
kecelamatan pihak lain
7. Mitra Bestari (Feer-group): sekelompok orang dengan reputasi tinggi
yang memiliki kesamaan profesi, spesialisasi dengan seorang dokter
yang sedang menjalani proses kredensial, dan atau dianggag' dapat
menilai kompetensi unituk melakukan tindiakan medis tertentu,
8. Tenaga Medis: dokter dan dokter gigi termasuk dokter spesialis dan
dolster gigi spesialis
1. LATAR BELAKANG
Undzng-undang tentang Rumah Sakit yang lparu ditetapkan menuntut
rumah sakit untuk melindungi keselamatan pasien, antara lain dengan
melaksaizakan clinical govervance bagi para Klinisinya.' Setiap dokter di
rumah sakit harus bekerja dalam koridor kewenangan Klinis (clinical
privilege) yang, ditctapkan olch kepala rumah oalcit.
Waleupun frekuensi kecelakaan yang berkaitan dengan tindakan me-
dis dokter di rumah sakit |elum diketahui dengan pasti jumlahaya di
Indones'a, namun diduga jimlah tersebut tidak kecil. Jumlah Kla'm ter-
hadap tindakan medis dokter yang mengakibatkan gantirugi di /ABO-
PADDY aalams tahun 2007 tomnatat V7 lene dan nada bulan Januari2008 mencapai 12 kasus.?
Salalisatu faktorkrusial dalam keselamatan pasien adalah kewer angan
dokter untuk melakukan tin dakan medis yang siaat ini tidak dikenc alikan
dengan adekuat olch komite medis rumah sakit. Dalam hal szorang
doktcr icurang kempeten dalam melakukan tindakan medis tertentn
Karena sebab apapun,} belum ada mekanisme yang mencegah dokter un-
tuk melakukan tindakan medis tindakan medis tersebut di rumah: sakit.
Pada gilirannya kondisi ini dapat menimbulkan kecelakaan pada pasien.
Demi menjaga keselama tan pasien dari tindakan medis yang dile kukan
oleh dol:ter yang kurang korapeten rumah sakit jyerlu mengambil langkah2
pengamanan dengan cara pemberian kewenangan klinis melalai me-
kanisme kredensial yang dilaksanakan oleh komite medis, Beberapa pi-
hak yang terkait dengan wpaya ini adalah Kolegium Kedokterar. Indo-
nesia dan komite medis rumah sakit. Kolegituum Kedokteran Inc onesia
dapat menjadi acuan untuk menennikan Tinglaip dan jenis? kewenangan
Klinisbegisetiap cabang iimu kedokteran, Komite medis akan menentukan
jenis-jer.is kewenangan Klisis bagi setiap setiap dokter yang hekerja di
rumah sakit berdaserkan kompetensinya melalui mekanisme krecensial.
Dengan terkendalinya tindakan medis disetiap rumah sakit maka pasien
lebih te:lindungi dari tindakan medis yang dilakukan oleh doktor yang,
tidak kompeten.
Pedoman ini disusun oleh Tim Penyusun Pedoman Mekanisme
Kredensial Dokter di Rumah Sakit berdasarkan SK Pengurus: Pusat
PERSI No, 41/SK/PP.PERSI/II/2008 dengar: mengacu pada kelaziman
praktik pernmah sakitan yaing haik di negara mnajn, antara lain ICAHO4
Pedoman ini dimaksudkari agar menjadi panduan bagi rumah sakit di
Indonesia untuk melakukan kredensial para tenaga medis dengan baik,
benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.
2, TUJUAN1.
3
Tojuan Umum
Pedoman ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk me indungi
keselamatan pasien melalui mekanisme kredensial dokter
dirumah sakit.
‘Tujuan Khusus
memberikan panduan mekanisme kiredensial dan re-kredensial
bagi para dokter i rumah sakit
memberikan pand uan bagi komite medis untuk menyusun jenis2
kewenangan kliniss kewenangan klinisi (clinica! privitege) bagi setiap
dokter yang melakukan tindakan medis di rumah sakit sesuai
dengan cabang ilrau kedokteran yang ditetapkan oleh Kolegium
Kedokteran Indonesia
memberikan pand uan bagikepala rumah sakit untuk menerbitkan
kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap dokter untuk
melakukan tindak.an medis di rumah sakit
meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas tenaga medis dt
rumah sakit
meningkatkan reputasi dan kredibilitas para dokter dan institusi
rumah sakit dihadapan pasien, penyandang dana, dan stake
holder rumah sakit lainnya.
KONSEP DASAR! KREDENSIAL DOKTER
DI RUMAH SAKIT
Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan
menjaga standar profesi dan kompetensi para dokter yang mclakukan
tindakan medis terhadiap pasien di rumah sakit, Upaya ini dilakukan
dengan cara mengatur agar setiap tindakin medis yang dile kukan ter-
hade
.p pasicn hanya dilakukan oleh tenaga medis yang benar-benar kom-peten. Hersyaratan kom) etensi imt meliputiidua Komponen, (1) Komponen
kompetensikeprofesian medis yangterdiridaripengetahuan, keterampilan,
dan perilaku professional; dan, (2) komponen kesehatan yarg meliputi
keselaatan fisik dan merital.
‘Walaupun seorang diokter telah menda patkan brever spesialisasi dari
holeyiuin iluw kedukieran yang bersangkulan, mamun rumah sakit wajib
melakukan verifikasi k2mbali kompetensi seseorang untuk melakukan
tindakan medis dalam lingkup spesialisasi tersebut, hal ini dike nal dengan
istilah credentialing. Proses credentialing ini dilakukan dengan dua alasan
utama, Alasan pertama, banyak faktor yan g mempengaruhi kompetensi
setelah sescorang mendapatkan brevet spesialisasi dari koleyinm Per-
kembangan ilmu dibideg kedokteran untuk suatu tindakan medis ter-
tentw: sangat pesat, sehingga kompetensi yang diperoleh saat menerima
brevet bisa kedaluarsa, bahkan dapat dianiggap sebagai tindakan yang
tidak aman bagi pasien. Selain itu, lingkup suatu cabang ilmu kedokteran
tertentu senantiasa berk embang dari waktu-kewaktu schingga suatu tin-
dakan yang semula tidak diajarkan pada penerima brevet pada periode
tertentu, dapat saja belakangan diajarkan pada periode selanjutnya, bah-
kan dianggap merupakan merupakan suatu kemampuan yarig standar.
Hal ini mengakibatkan bahwa sekelompok dokter yang menyandang
breve: tertentu dapat saja memiliki lingkup kompetensi yang berbeda-
beda Alasan kedua, keadaan keschatan seseorang dapat saja menurun
akibat penyakit tertentu atau bertambahnya usia sehingga mengurangi
keamanan tindakan medis yang dilakuke.nnya. Kompetensi fisik dan
mental dinilai melalui uji kelaikan kesehatan_baik fisik maupun mental
‘Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit
disebiat sebagai mekanis me credentialing, dan hal ini dilakukan demi ke-
selamatan pasien, Tinda kan verifikasi kom petensi ini juga dilakukan pa-
da profesi lain untuk keamanan kliennya. Misalnya kompetensi profesi
penerbang (pilot) yang senantiasa diperiksa secara teratur dalam periode
tertentu oleh perusahaan penerbangan.Setelah seorang dokter dinyatakan koinpeten melalui suatu proses
kredensial, rumah sakit menerbitkan suatu ijin bagi yang be-sangkutan
untuk. melakukan serangkaian tindakan-tindakan medis terteniu dirumah
sakit :ersebut, hal ini dikenal sebagai keweniangan Klinis (clinical privilege).
Tanpi adanya kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut scorang dokter
tidak diperkenankan untuk melakukan tind.akan medis dirumzh sakit ter-
sebut, Luasnya lingkup kewenangan klinis (clinical privilege) seseorang
dokter spesialis dapat saja berbeda dengan koleganya dalam spesialisasi
yang sama, tergantung pada ketetapan komite medis tentang kompetensi
untuk melakukan tiap tundakan medis oleh yang bersangkutan berdasar-
kan basil proses kredensial. Dalam hal tindakan medis seoring dokter
membahayakan pasien niaka kewenangan klinis (clinical privilege) scorang
dokter dapat saja dicabut sehingga tidak diperkenankan untuk melakukan
tindakan medis tertentu dilingkungan dirumah sakit tersebut. Fencabutan
kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut dilakukan melalui prosedur
tertentu yang melibatkart komite medis.
Kewajiban rumah salcit untuk menetapkan kewenangan klinis (clinical
privilege) tersebut telah diatur dengan tegas dialam Undang-undang tentang
Rumeh sakit. Dalam Undang-undang Rumah Sakit pasal 29 ayat (1) butir
x telah ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib menyusun dan me-
laksanakan hospital bylaws, yang dalam penjelasan undang-undang ter
sebut ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib melaksanakan tata ke-
lola Ilinis yang baik (good clinical governana:). Hal ini harus disumuskan
oleh setiap rumah sakit clalam peraturan staf medis Rumah Sakit (medical
stuff irylen) antara lain diatur kewenangan Klinis (liniul privilege).
Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan
menimbulkan tanggungjawab hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi
kecelakaan tindakan medis. Setiap rumah sakit wajib melindungi
pasieanya dari segala tirdakan medis yang dilakukan oleh setiap dokter
di vilewel Sabie iseeabad Wel int Aivanel Ubhewad dhe dian Al dia WowTanggungjawab rumah ssakit tersebut berlaku tidak hanya terhadap tin-
dakan yang dilakukan olleh dokter pegawai rumah sakit saja, tetapi juga
setiay: dokter yang bukari berstatus pegawai (dokter tamu). Rumah sakit
wajib mengetahui dan rnenjaga keamanan setiap tindakan medis yang
dilakyykan dalam lingkwngannya demi keselamatan semua pasien yang
dilayaninya sebagai bagian dari the duty of due care.
4, PERANAN KOMITE MEDIS DAN S'TATUTA STAF MEDIS
(MEDICAL STAFF B'YLAWS) DALAM. MEKANISME
KIEDENSIAL
Komite medis memilik peran sentral dalarn mekanisme kredensial pa-
ra dokter karena tugas utamanya menjaga profesionalisme tenaga medis
dan melindungi pasien runvah sakit untuk hal.2 yang berkaitan dengan tin-
dakan rnedis. Disebuah rumah sakit, komite medis dianalogkan dengan
konsil Kedokteran atau “nuedical board” suati negara untuk mvlindungi
masyarikat dari tenaga medis yang tidak kom peten. Tiga tugas utama ko-
mite medis adalah (1) menapis tenaga medis yang akan diper>olehkan
melakulcan tindakan medis dirumah sakit tersebut; (2) memelihara kom-
petensi dan memantau kualitas kinerja profesi tenaga medis, dan ; (3)
mercko mend
n untuk melarang tenaga medis yang diangyap tidak
aman bagi pasien untuk tidak melakukan tindaikan medis tertentu dirumah
sakit tersebut. Oleh karena nya, struktur komite medis paling sedikit men-
cakup tiga komponen furgsi diatas, yaitu subkomite krendensial, sub-
komite mutu profesi medis, dan subkomite disiplin profesi.
Melanisme kredensial dan re-kredensial dirumah sakit adalah
tanggurigjawab komite medis yang dilaksanakan oleh subkomit2 kreden-
sial, Pada akhir proses kred ensial, komite medis menerbitkan rekomendasi
kepada kepala rumah sakit tentang lingkup kewenangan klinis: seorang
tenaga medis secara rinci (delineation of clinical privilege). Untul: itu sub-
komite kredensial melakulcan serangkaian kegiatan berupa pemanggilancalon, racnyusun tim mitra bestari, dan melalcukan penilaian kompetensi
seorang tenaga medis yang meminta kewenaingan klinis tertentu. Selain
itu subkomite kredensial juga menyiapkan berbagai instrumen kredensial
dan pemberian kewenangan Minis untuk disiahkan kepala rumah sakit.
Instrumen tersebut paling sedikit meliputi (1) perangkat kebijakan rumah
sakit tentang kredensial dian kewenangan Klinis; (2) borang-borang (for-
mulir) yang diperlukan, dan; (3) pedoman penilaian kompeteasi Klinis
yang diperlukan untuk memberikan kewenargan klinis tertent oleh mi-
tra bestari. Tugas, fungsi, dian wewenang komite medis dalam melaksana-
kan kredensial diatur dalarn statuta staf medis (medical staff bylaws),
Statuta staf medis adalah landasan utama untuk melakukan |credensial
dan re-bredensial para dokter di sebuah rumah sakit. Disebuih rumah
sakit, statuta staf medis dianalogkan dengan undang-undang praktik ke-
dokteran (medical practice act) suatu negara yang mengatur kvberadaan
kousil kedokteran dan peranghatuya. Statuta staf uicdis ini ditetaphau
oleh kepala rumah sakit (untuk rumah salcit pemerintah) atau badan
pengampu (governing board) rumah sakit (untuk rumah sak t non-pe-
merintala).. Secara umum, statuta staf medis mengatur keberedaan dan
mekanisme kerja komite midis. Pelaksanaan kredensial merupz kan salah
satu hal penting yang diatur dalam statura staf medis.
Dalam statuta staf medis ini diatur mekani sme pemberian ke wenangan
Klinis termasuk syarat yang harus dipenuhi oleh seorang tenaga medis
untuk memperoleh kewenzingan klinis tersebut. Selain itu, diatur pula tata
cara perentuan mitra bestziri untuk melakukain proses kredensic| dan tata
cara pengambilan putusan dalam menentukai kewenangan klinis seorang
tenaga medis, Statuta staf medis digunakan sebagai pedoman, norma, dan
acuan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang timbul sebelum,
selama, dan sesudah proses kredensial dan re-kredensial dilakul.an.2. AURAL BICEUEINDIAL VAN FEMBEIUAN
KEWENANGAN KLINIS BAGI TEINAGA MEDIS
DI RUMAH SAKIT
Proses utama kredensieil ditujukan untuk mengendalikan kewenangan
melakukan tindakan mediis yang terinei (dalination clinical privilege) bagi
setiap diokter yang bertumpu pada tiga tahap. Pertama, praktisi medis
is dengan
melakukan permohonan untuk memperoleh kewenangan Klis
metode seff assessment. Kedua, mitra bestari mengkaji dan memberikan
rekesssedasi tindakan medis yang diajukan oleh pemohoa. Ketiga,
kepala rumah sakit menerbitkan surat penugasan (clinical appointment)
berdasarkan rekomendasi dari mitra bestari yang berlaku untuk periode
tertentu, Secara periodik, dokter akan melailui proses rekredensial saat
masa berlaku surat penugasannya berakhi, di mana tiga proses inti
tersebut akan berulang.
Taha pertama: permohonan untuk memperoleh kewenangan klinis
Setiaiy tenaga medis mingajukan permohionan kepada kepala rumah
sakit untuk melakukan tindakan medis. Teriaga medis terscbut mengisi
beberaps. formulir yang disediakan rumah sakit, antara lain daftar
tindakan medis yang ingin dilakukannya sesuai dengan bidang
keahliannya. Tenaga medis tersebut memilih tindakan medis yang tertera
dalam formulir daftar tindakan medis tersebut dengan cara mencontreng,
dan meniyerahkan copy semua dokumen yang di persyaratkan kepada
rumah sakit, Syarat-syarat tersebut meliputi juga kesehatan fisik dan
mental jintuk melakukan tindakan medis tertentu. Setelak. formulir
lengkap, rumah sakit menyerahkannya kepada komite medis untuk
ditindak lanjuti
ih ARISEurnceps mecasnee, nugeurs irene Yesuurt
Komite medis menugaskan subkomite kredensial untuk memproses
permol.onan tersebut. Subkomite kredensial menyiapkan mitra bestari
yang berjumlah sekitar 4 hingga 6 orang sesuai dengan bidang keahlian
yang akan dinilai. Mitra bestari tersebut tidak harus anggota subkomite
kredensial, bahkan dapat berasal dari luar rumah sakit bila diperlukan.
Para m tra bestari yang biertugas tersebut dapat terdiri dari beberapa bi-
dang spesialisasi sesuai dengan kewenangan Klinis yang dimir ta. Misal-
nya, bila seorang dokter mengajukan permohonan untuk melakukan ti-
roidektomi, maka mitra bestari yang dipilih dapat terdiri dari para spesialis
bedah umum, bedah tumor, dan spesialis THT-KL. Dengan demikian
kelompok mitra bestari tersebut dapat berbecla untuk setiap tenaga medis
yang mengajukan permohonaa kewenangan klinis.
Mitra bestari mengkaji setiap tindakan medis yang diajuka’ oleh pe-
mohon. Pengkajian setiap tindakan medis yang diajukan olch pemohon
tersebut dilakukan secara obyektif didasarkan pada suatu buku putih
(white peper). Sebuah buku putih untuk tindalcan medis tertentu yang me-
muat syarat-syarat kapan seorang dokter dianggap kompeten melakukan
tndakan medis tersebut. Misalnya, dalam buku putih untuk melakukan
tiroidekiomi, seorang dokter harus menjalani pendidikan bedah dasar,
pelatiha‘n2 tertentu, dan telah menangani sejumlah kasus terteritu dalam
kurun waktu tertentu. Berd.asarkan buku putild (white paper) terscbut mitra
bestari dapat merekomend.asi atau menolak permohonan tindakan medis
yang diajukan.
Sclain menilai kompeteusi, mitra bestari juga menilai kemamipuan pe-
mohon |perdasarkan kesehatan fisik dan mental untuk setiap tindakan
medis yang diajukan. Rumah sakit mempersiapkan sarana dan prasarana
dan panel dokter untuk melakukan uji kesehatan fisik dan mental
tersebut.Faua aknir proses Krecensial, mitra pestan merekomendasikan se-
kelompok tindakan medis tertentu yang boleh dilakukan oleh pemohon
di rumala sakit terscbut. Selanjutnya komit: medis mengkaji kembali
rekomendasi tersebut dan rnengadakan beberapa modifikasi bila diperlu-
kan dan selanjutnya diseraihkan kepada kepala rumah sakit.
Tahap ketiga: penerbitan surat penugasan
Kepala rumah sakit mcnerbitkan surat penugasan kepada tenaga me-
dis pemohon berdasarkan rekomendasi tersebut. Kepala rumah sakit
dapat saja meminta komite medis untuk menykaji ulang rekomendasi ter-
sebut bersama pihak meniajemen rumah sakit bila dianggap peru, Surat
penugasian tersebut memuat daftar sejumlah kewenangan klinis untuk
melakulcan tindakan medis yang bagi tenajza medis pemohon. Setiap
tenaga inedis dalam satu bidang spesialisasi tertentu dapat saja memiliki
daftar kewenangan Klinis yang berbeda dengain sejawatnya dengan bidang
spesialisasi yang sama. Suatu tindakan medis tertentu dirumah sakit
hanya boleh dilakukan olela dokter yang telah memiliki surat kewenangan
Minis berdasarkan surat penugasan.
Daftar kewenangan klinis seorang tenaga medis dapat dimodifikasi
setiap saat. Seorang tenaga medis dapat saja mengajukan tambahan ke-
yang tidal: dimiliki scbclumn ya dengan mengajukan per-
wenangan kl
mohonain kepada kepala rumah sakit. Selaryjutnya komite medis akan
melakulan proses kredensial khusus untuk tindakan tersebut, dan akan
memberikan rekomendasinya kepada kepala rumah sakit. Namun
sebaliknya, kewenangan klinis tertentu dapat saja dicabut, baik untuk se-
mentaro, atau sctcrusnya karcna alasan tertentu seperti aan ciuraikan
pada ba berakhirnya kewenangan klinis.
6. B)ISRAKHIRNYA KEWENANGAN ILINIS
Kevrenangan klinis akain berakhir bila surat penugasan (clinical appoint.
ment) habis masa berlakurtya atau dicabut olizh kepala rumah skit. Suratpenugasan untuk setiap tenaga medis memiliki masa berlaku untuk
periode tertentu, misalnya dua tahun, Pada akhir masa berlakunya surat
penugasan tersebut rumali sakit harus melalcukan rekredensial terhadap
tenaga medis yang bersangkutan. Proses rekiredensial ini lebih iederhana
dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan
diatas karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap dekter yang
melakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut, Penerbitan ulang surat
penugasan (reappointment)
Surait penugasan dapat berakhir setiap saiat bila tenaga medis tersebut
dinyatakan tidak kompeten untuk melakukian tindakan medis tertentu,
Walaupun seorang tenag medis pada awalnya telah memperoleh ke-
wenangan klinis untuk melakukan tindakan medis tcrentu, namun ke-
wenangan itu dapat dicabiat oleh rumah sakit berdasarkan pertimbangan
komite medis. Pertimbangian pencabutan kewenangan klinis tertentu ter-
sebut didasarkan pada kinerja profesi dilaparigan, misalnya tenaga medis
yang bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental
Selain itu, pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila
terjadi kecelakaan medis yang diduga karena inkompetensi atau karena
tindakan disiplin dari komite medis.
Namun demikian, kewenangan Klinis yang dicabut tersebut dapat di-
berikan kembali bila tenaga medis tersebut dianggap telah pulih kom-
petensinya. Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang tenzga medis
diakhiri, komite medis akan meminta subkornite peningkatan mutu pro-
fesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar kompetensi yang
bersang kutan pulih kembali. Komite medis diapat merckomendasikan ke-
pada kepala rumah sakit rremberian kembali kewenangan klinis tertentu
setelah melalui proses pembinaan.
Pade, dasarnya kredensial tetap ditujukan \untuk menjaga keselamatan
pasien, sambil tetap membina kompetensi seluruh tenaga medis dirumah
sakit tersebut. Dengan dernikian jelaslah bah wa komite medis can statutastaf medis memegang peranan penting dalam proses kredensial dan pem-
berian kewenangan Klinis untuk setiap tenaga medis.
Catatan Akhir:
(Endnotes)
Lihat Penjelasan pasa! 29 ayat (1) butir r. Undang-undang
Republik Indonesia tentang Rumah Sakit tahun 2009.
Data Klaim yang dise lesaikan Asuransi Proteksi Profesi
Bumi Putera Muda 2(007 dan Januari 20098, Jakarta,
tidak dipublikasikan
Inkompetensi ini dapat disebabkan olett hendaya (jmpairment) fisik
& mental, maupun kurangnya training.
Joint Commission clarification regarding: core privileges,
April, 2008
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 631 /
MENKES/ SK/ IV /2005 Tentang Pedoman Peraturan Internal
Rumah Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit.