Professional Documents
Culture Documents
MODUL-2
DISPERSI DAN DAYA PRISMA
TENNY OCTAVIANI (140310080040)
Jurusan Fisika,FMIPA Universitas Padjadjaran
Senin, 8 Maret 2010
ABSTRAK
Suatu jenis gelombang, kecepatan rambatnya bergantung pada beberapa
sifat fisis medium yang dilalui. Ketergantungan kecepatan rambat gelombang
pada sifat-sifat medium menimbulkan gejala pemantulan dan pembiasan yang
terjadi jika suatu gelombang melintasi permukaan yang memisahkan dua media,
dimana gelombang merambat dengan kecepatan yang berbeda. Jika pada
permukaan sebuah prisma kita lewatkan cahaya sebagai suatu bentuk gelombang
maka akan terjadi suatu peristiwa pembiasan dan pemantulan.
Pembiasan (refraksi) adalah peristiwa pembelokan arah cahaya ketika
melewati bidang batas antara dua medium yang berbeda. Indeks bias merupakan
perbandingan laju cahaya di ruang hampa terhadap laju cahaya di dalam
medium. Pembiasan cahaya polikromatik pada prisma menghasilkan spektrum
warna monokromatik yang disebut dengan peristiwa dispersi. Pada percobaan ini
digunakan spektrometer, cahaya polikromatik akan dilewatkan melalui prisma
dan setelah keluar prisma cahaya tersebut akan terurai menjadi spektrum warna
penyusunnya. Dari Sudut deviasi minimum untuk tiap spektrum warna yang
teramati akan didapatkan indeks bias dari berbagai jenis prisma.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cahaya mempunyai sifat dualisme. Yaitu cahaya sebagai partikel dan cahaya
sebagai gelombang. Sebagai gelombang, cahaya dapat dipantulkan, menembus
benda bening, dan dapat dibiaskan. Pembiasan cahaya atau refraksi adalah
peristiwa pembelokan cahaya karena melalui dua buah medium yang berbeda
kecepatan rambatnya.
Sedangkan dispersi merupakan proses penguraian cahaya polikromatik
(putih) pada prisma dengan cara pembiasan cahaya. Peristiwa ini terjadi karena
adanya perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Bidang prisma adalah salah satu
bidang yang dilalui cahaya. Sebuah prisma jika dilalui cahaya akan menghasilkan
spektrum warna cahaya.
1.2 Identifikasi Masalah
Pada praktikum ini, objek percobaan adalah prisma. Kemudian kita akan
menentukan indeks relatif suatu prisma. Ada tiga buah prisma yang digunakan,
yaitu : prisma kaca, prisma berongga yang diisi dengan cairan ethanol dan cairan
gliserin. Dalam praktikum kali ini kita juga akan menggunakan spektrometergoneometer. Pada prisma ini akan terjadi proses refraksi dan dispersi sehingga
akan diketahui indeks bias prisma. Cahaya yang digunakan adalah cahaya
polikromatik (cahaya natrium). Sehingga hubungan antara indeks bias dan
panjang gelombang akan diketahui.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Mengatur spektrometer-goniometer
2. Menentukan refraktif indeks bias dari berbagai cairan dalam prisma berongga
3. Menentukan indeks bias berbagai prisma gelas
4. Menentukan garis spektrum air raksa
5. Menunjukkan hubungan antara indeks bias dengan panjang gelombang
1.4 Metoda Percobaan
Goneometer dilakukan pada prisma untuk mengukur indeks bias medium
tersebut yaitu dengan cara meletakkan posisi prisma sejajar dengan teropong pada
jarak yang telah ditentukan. Seberkas sinar dilewatkan melalui prisma dengan
memposisikan sumber sinar segaris dengan prisma dan teropong, kemudian
teropong digerakkan ke kanan dan ke kiri sampai diperoleh kedudukan teropong
dan besar sudut deviasinya. Dengan demikian nilai indeks bias prisma bisa
diketahui.
Pendahuluan
Berisi tentang Latar Belakang permasalahan, Identifikasi Masalah, tujuan
melakukan percobaan, metode apa yang digunakan dalam percobaan,
sistematika penulisan, serta tempat dan waktu melaksanakan percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan dualisme cahaya, cahaya bersifat sebagai gelombang. Hal ini
dikemukakan oleh Maxwell Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik.
Sebagai gelombang, cahaya mengalami pembiasan (refraksi), pematulan (refleksi),
polarisasi dan dispersi (penguraian cahaya).
Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Apabila terdapat cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya,
sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang
baru. Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut terhadap permukaan ( bukan
hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang
baru. Pembelokan ini disebut Pembiasan. Gambar dibawah menunjukkan sebuah
berkas yang merambat dari udara ke air. Sudut 1 adalah sudut datang dan 2 adalah
sudut bias. Perhatikan bahwa berkas dibelokkan menuju normal ketika memasuki air
dimana lajunya lebih kecil. Jika cahaya merambat dari suatu medium ke medium
kedua dimana lajunya lebih besar, berkas dibelokkan menjauhi normal.
normal
sinar datang
normal
sinar pantul
sinar bias
udara (n1)
air (n2)
2 sinar bias
Gambar n2 > n1
sinar pantul
udara (n2)
sinar datang
Gambar n2 < n1
air (n1)
Pembiasan menyebabkan terjadinya ilusi optik. Sebagai contoh, orang yang berdiri di
air yang dalamnya sepinggang tampak memiliki kaki yang lebih pendek. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar bahwa berkas yang meninggalkan telapak kaki orang
tersebut dibelokkan di permukaan.
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang
hubungan analits antar sudut datang dan sudut bias ditemukan secara eksperimential
oleh Willebrord Snell.
1 adalah sudut datang dan 2 adalah sudut bias ( keduanya diukur terhadap
garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media, seperti pada gambar diatas, n1
dan n2 adalah indeks indeks bias materi tersebut. Berkas berkas datang dan bias
berada pada bidang yang sama yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap
permukaan. Hukum snell didasarkan pada Hukum pembiasan
Jelas dari hukum snellius bahwa jika n2 > n1,maka 2 < 1,artinya jika
cahaya memasuki medium dimana n lebih besar ( dan lajunya lebih kecil ),maka
berkas cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 < n1,maka 2 > 1,sehingga
berkas dibelokkan menjauhi normal.
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan
kedua prisma disebut bidang pembias atau sudut pembias atau puncak prisma yang
diberi notasi .
Sudut deviasi
Untuk menentukkan sudut deviasi adalah dengan gambar dibawah ini. Sinar datang
mula mula dan sinar bias yang keluar dari prisma berpotongan di titik R dan
membentuk sudut yang dinamakan sudut deviasi.
T
N2
N1
D
P
.1
R
2
D
Dm
.1
4
Deviasi terkecil atau deviasi minimum ( Dm) terjadi pada saat sinar masuk simetris
dengan sinar yang keluar dari prisma membagi prisma menjadi segitiga sama kaki
sehingga sudut datang sama dengan sudut bias terakhir. Dengan demiikan terjadi
deviasi minimum dimana syarat agar terjadi deviasi minimum adakah :
1 = 4 dan 2 = 3
Maka :
Dm = 2.1 -
Selahjutnya diperoleh bahwa 1 = .( + Dm) dengan = 2.2 = 2.3, Jika indeks
bias prisma adakah np dan indeks bias medium adalah nm ,maka menurut hukum
snellius didapat bahwa :
nm.sin 1 = np. Sin 2
nm.sin .( + Dm) = np.sin .
Khusus untuk sudut pembias prisma yang kecil ( << 15 ), persamaannya menjadi :
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
1
Prisma berongga
Glycerol 250 ml
Methanol 500 ml
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
4.1 DATA PERCOBAAN
A Prisma gelas
Percobaan I
Deviasi
Warna
Minimu
Setelah
Cahaya
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
m (m)
8o 23'
8o 50'
8o 55'
9o 08'
Dikonversi (o)
8,383
8,833
8,917
9,133
Percobaan II
Warna
Cahaya
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
Deviasi
Minimu
m (m)
3o 10'
3o 20'
3o 55'
3o 45'
Percobaan I
Setelah
Dikonversi (o)
3,167
3,333
3,917
3,75
Warna
Cahaya
Merah
Kuning
Hijau
Ungu
Deviasi
Minimu
m (m)
23o 25'
23o 04'
23o 05'
23o 30'
Setelah
Dikonversi (o)
23,417
23,067
23,083
23,5
Percobaan II
Warna
Cahaya
Merah
Kuning
Hijau
Ungu
Deviasi
Minimu
m (m)
25o 40'
23o 20'
23o 25'
23o50'
Setelah
Dikonversi (o)
25,667
23,333
23,417
23,833
Percobaan I
Warna
Cahaya
Merah
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
Deviasi
Minimu
m (m)
34o 33'
35o 35'
37o 50'
38o 15'
43o 40'
Setelah
Dikonversi (o)
34,55
35,583
37,833
38,25
43,667
Percobaan II
Warna
Cahaya
Merah
Kuning
Hijau
Biru
Deviasi
Minimum
(m)
35o
35o 57'
35o 50'
35o 25'
Setelah
Dikonversi (o)
35
35,95
35,833
35,417
36o 27'
Ungu
36,45
4.2 PERHITUNGAN
a
;
1 =
Contoh perhitungan : untuk warna kuning pada percobaan I
min =8,3830 ; = 60o
+ m
60+8.383
sin
2
2
n=
=
=1,124
60
sin
sin
2
2
sin
Deviasi
Minimum (o)
8,383
8,833
8,917
9,133
n rata-rata1
Indeks
Bias (n)
1,124
1,13
1,132
1,135
1,13025
Percobaan II
Warna
Cahaya
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
Deviasi
Minimum
(derajat)
3,167
3,333
3,917
3,75
n rata-rata2
Indeks
Bias (n)
1,047
1,05
1,059
1,056
1,053
;
1 =
Contoh perhitungan : untuk warna kuning pada percobaan I
min = 23,4170 ; = 60o
+ m
60+23,417
sin
2
2
n=
=
=1.333
60
sin
sin
2
2
sin
Deviasi
Minimum
(derajat)
Merah
23,417
Kuning
23,067
Hijau
23,083
Ungu
23,5
n rata-rata1
Indeks
Bias (n)
1,333
1,326
1,326
1,332
1,32925
Percobaan II
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimum
(derajat)
Indeks
Bias (n)
Merah
Kuning
Hijau
Ungu
25,667
23,333
23,417
23,833
n rata-rata2
1,33
1,33
1,331
1,336
1,33175
;
1 =
Contoh perhitungan : untuk data warna kuning
min = 34.550 ; = 60o
+ m
60+34.55
sin
sin
2
2
n=
=
=1,469
60
sin
sin
2
2
Hasil perhitungan diberikan dalam tabel berikut ini :
Percobaan I
Warna
Cahaya
Deviasi
Minimum
(derajat)
Merah
34,55
Kuning
35,583
Hijau
37,833
Biru
38,25
Ungu
43,667
n rata-rata1
Indeks
Bias (n)
1,469
1,481
1,507
1,512
1,572
1,5082
Percobaan II
Warna
Deviasi
Indeks
Cahaya
Merah
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
Minimum (m)
35
35,95
35,833
35,417
36,45
n rata-rata2
Bias (n)
1,474
1,486
1,484
1,479
1,491
1,4828
Grafik indeks bias dengan panjang gelombang (prisma rongga cairan methanol)
700
600
500
400
panjang gelombang warna (nm) 300
200
100
0
1.33 1.33 1.34
indeks bias n
Grafik indeks bias dengan panjang gelombang (prisma rongga cairan gliserin)
700
600
500
400
panjang gelombang warna (nm) 300
200
100
0
1.45
1.5
1.55
indeks bias n
4.4 ANALISA
Pada praktikum ini bertujuan menentukan refraktif indeks bias dari berbagai
cairan dalam prisma berongga, indeks bias berbagai prisma gelas, garis spektrum
air raksa dan menunjukkan hubungan antara indeks bias dengan panjang
gelombang. Dari praktikum ini kita dapat mengamati proses terjadi pembiasan dan
dispersi serta spektrum warna yang dihasilkannya. Dalam percobaan ini, kita
menggunakan tiga buah prisma, yaitu : prisma gelas, prisma rongga yang berisi
cairan gliserin, prisma rongga yang berisi cairan methanol.
Pada percobaan prisma gelas spektrum warna yang dapat terlihat adalah
kuning, hijau, biru, dan ungu. Pada prisma rongga berisi cairan methanol terlihat
spektrum warna merah, kuning, hijau dan ungu. Sedangkan pada prisma rongga
yang berisi cairan gliserin terlihat spektrum warna merah, kuning, hijau, biru, dan
ungu. Jadi, hanya beberapa warna saja yang terlihat disebabkan tiap spektrum
warna saling berimpitan bahkan tidak terlihat. Tiap spektrum warna mempunyai
sudut deviasi yang berbeda-beda dan akan mencapai sudut dimana pada sudut
tersebut akan kembali ke posisi awal yang disebut sudut deviasi minimum. Karena
pada praktikum ini kita menggunakan prisma segitiga sama sisi, maka sudut bias
prisma nya sebesar 60o.
Dari data deviasi minimum yang didapatkan, kita dapat mengetahui indeks
. Maka
rongga
yang
berisi
cairan
methanol
mempunyai
indeks
bias
1,326<n<1,336. Dan prisma rongga yang berisi cairan gliserin mempunyai indeks
bias 1,469<n<1,572. Dari hasil percobaan gliserin mempunyai indeks bias paling
tinggi dan prisma gelas mempunyai indeks bias paling kecil.
Tetapi, jika dibandingkan dengan indeks bias literatur maka terjadi
ketidaksesuaian dengan hasil percobaan yang telah dilakukan. Prisma gelas
mempunyai indeks bias paling tinggi disusul dengan gliserin dan methanol. KSR
indeks bias prisma gelas sebesar 29,57% , prisma rongga berisi cairan methanol
sebesar 0,05% dan prisma rongga berisi cairan gliserin sebesar 2,65%.
Dapat dianalisa bahwa terjadi kesalahan pada saat praktikum. Besarnya KSR
disebabkan karena praktikan kurang teliti dalam mengamati spektrum warna yang
keluar karena antara satu warna dengan warna lain letaknya sangat berhimpitan.
Sehingga yang terlihat hanya beberapa warna saja. Dan juga disebabkan kesulitan
dalam menentukan sudut deviasi minimum tiap spektrum warna.
Setelah mendapatkan harga indeks bias untuk tiap medium, maka didapatkan
hubungan antara indeks bias dan panjang gelombang yang divisualisasikan dalam
grafik di atas. Dengan panjang gelombang tiap spektrum warna yang didapatkan
dari literatur dan diplotkan dengan indeks bias yang didapatkan. Dari grafik
hubungan indeks bias dengan panjang gelombang didapatkan bahwa semakin
besar nilai panjang gelombangnya maka indeks biasnya makin kecil, begitu juga
sebaliknya semakin kecil nilai panjang gelombangnya maka semakin besar nilai
indeks biasnya. n ~ 1/.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Cahaya bersifat sebagai gelombang karena dapat mengalami refraksi (pembiasan),
refleksi (pemantulan).
Pembiasan atau refraksi merupaka pembelokan cahaya karena cahaya melewati
dua buah medium yang berbeda cepat rambatnya.
Pembiasan cahaya polikromatik pada prisma menghasilkan spektrum warna
merah,jingga,kuning, hijau,biru, dan ungu. Penguraian cahaya putih menjadi
spektrum warna monokromatik disebut dengan pristiwa dispersi.
Indeks bias medium didefinisikan sebagai perbandingan antara cepat rambat
cahaya di udara dengan cepat rambat cahaya di medium tersebut.
n = c/v
Semakin panjang gelombang semakin kecil indeks bias, dan semakin pendek
gelombang semakin besar indeks bias.
Indeks bias prisma gelas berdasarkan literatur berkisar 1,55. Tetapi berdasarkan
percobaan 1,091625. Dengan KSR sebesar 29,57%.
Indeks bias prisma gelas berisi cairan methanol berdasarkan literatur sebesar 1,33.
Tetapi berdasarkan percobaan yang telah dilakukan berkisar n= 1,3305. Dengan
KSR sebesar 0,05%.
Indeks bias prisma gelas berisi cairan gliserin berdasarkan literatur sebesar 1,469.
Tetapi berdasarkan percobaan yang telah dilakukan n= 1,4955. Dengan KSR
sebesar 2,65%.
Warna merah memiliki panjang gelombang yang besar dan ungu memiliki panjang
gelombang yang paling pendek.
DAFTAR PUSTAKA
1. Halliday, Resnick, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1997.
2. Sutrisno, Seri Fisika Dasar Edisi Gelombang dan Optik, Penerbit ITB, Bandung
1979.
3. Sears, Zemansky, Fisika untuk Universitas III (Optika dan Fisika Modern),
Penerbit Bina Cipta, Bandung, 1987.
: TENNY OCTAVIANI
NPM
: 140310080040
Nama Partner
: Evan Mulyana
NPM Partner
: 140310080054
Hari / Tanggal
Waktu
Assisten
: Faisal
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 2
DISPERSI dan DAYA PRISMA
Nama
: TENNY OCTAVIANI
NPM
: 140310080040
Nama Partner
: Evan Mulyana
NPM Partner
: 140310080054
Hari / Tanggal
Waktu
Assisten
: Faisal
Asisten
Asisten
Loog Book
Fisika Eksperimen IB
Nama
: TENNY OCTAVIANI
NPM
: 140310080040
Nama Partner
: Evan Mulyana
NPM Partner
: 140310080054
Jadwal Praktikum