Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
molekuler
mengembangkan
tersebut
memungkinkan
strategi-strategi
pengobatan
para
ilmuwan
dan
dokter
yang
sangat
efektif
untuk
tersebut adalah dengan memotong sekuen gen tertentu pada organisme model
kemudian mempelajari bagaimana pengaruhnya terhadap organisme tersebut.
Salah satu contohnya adalah diketahui bahwa tikus dapat mengalami obesitas jika
kehilangan gen tunggal yang bernama Ob. Gen tersebut mengkodekan protein
yang disebut leptin yang diproduksi oleh sel adiposa dan ditransportasikan melalui
darah ke otak untuk mengatur dan menghentikan rasa lapar ketika cadangan
makanan dalam tubuh tikus telah cukup. Diketahui bahwa manusia ternyata juga
memiliki protein yang homolog dengan leptin, penemuan ini memberikan sudut
pandang baru bahwa ternyata faktor genetik mempengaruhi kelebihan berat badan
pada manusia, penelitian selanjutnya membuktikan bahwa anak-anak yang
mengalami obesitas diketahui disebabkan oleh adanya mutasi pada gen Ob.
Sehingga saat ini leptin banyak digunakan untuk terapi penyembuhan obesitas dan
hasilnya sejauh ini sangat efektif.
Gambar 1 Pengaruh leptin yang diekspresikan gen Ob terhadap obesitas pada Tikus
Human Genome Project menjadi pioner bagi proyek selanjutnya yaitu The
Cancer Genome Atlas Project (TCGA) yaitu suatu proyek untuk memetakan dan
mengidentifikasi perubahan genom yang terjadi pada berbagai jenis kanker.
Diharapkan dari proyek tersebut dapat dikembangkan metode diagnosa dan
pengobatan yang lebih baik pada berbagai jenis kanker.
yang
membantu
membentuk
plasenta.
Kelebihan
CVS
dibandingkan
amniocentesis adalah dengan metode ini akan didapatkan lebih banyak sel sampel
sehingga dapat langsung dilakukan karyotyping tanpa harus mengkulturkannya
terlebih dahulu. Kelebihan lainnya yaitu metode ini dapat dilakukan lebih dini
yaitu pada usia kehamilan 8 hingga 10 minggu.
b) Flourescence In Situ Hybridization (FISH)
Karyotyping saat ini telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi
kelainan kromosom, baik pada manusia dewasa maupun ketika masih dalam
kandungan. Teknik karyotyping modern yang dapat digunakan pada dewasa
maupun janin salah satunya adalah FISH. Langkah dari metode ini yaitu
kromosom dihibridasikan dengan penanda (flourescence probes) dengan suatu
metode yang disebut spectral karyotyping. FISH sangat efektif untuk
mengidentifikasi penambahan atau kromosom yang hilang, hal ini berkaitan
dengan penyakit genetik pada manusia yang umumnya disebabkan karena adanya
delesi atau gangguan pada proses replikasi.
Analisis ini didasarkan tentang konsep bahwa gen yang mengalami kelainan
ketika dipotong menggunakan enzim restriksi akan memiliki panjang yang
berbeda jika dibandingkan dengan pada gen normal karena perubahan nukleotida
pada gen mutan dapat mempengaruhi kerja enzim restriksi ketika memotong gen
tersebut (lebih panjang atau lebih pendek). Sehingga akan menunjukkan hasil
yang berbeda ketika dilakukan elektroforesis.
d) Analisis Microarray
Salah satu teknik untuk mempelajari penyakit genetik adalah dengan
menggunakan DNA Microarray yang juga biasa dikenal dengan gene chip.
Sebuah microarray dapat berisi penanda pada ribuan jenis gen. Data yang
dihasilkan microarray dapat digunakan untuk memprediksi resiko penyakit yang
mungkin diderita oleh pasien berdasarkan gen yang terekspresi.
Langkah dari metode ini yaitu dengan mengisolasi DNA atau RNA dari
sampel jaringan tubuh pasien, umunya jaringan yang digunakan adalah jaringan
darah. DNA pasien tersebut kemudian diberikan penanda khusus kemudian
dihibridasi didalam chip. Hasilnya akan terjadi perubahan warna yang bisa
diamati yang mengindikasikan kondisi struktur gen pasien.
Pada pembahasan selanjutnya akan dijelaskan mengenai berbagai produk
dan aplikasi bioteknologi dalam bidang kedokteran sehingga dapat digunakan
sebagai strategi dalam menyembuhkan berbagai penyakit pada manusia.
2.2 Produk dan Aplikasi Bioteknologi dalam Bidang Kedokteran
Mengidentifikasi
jenis
obat
baru
dan
mengembangkan
metode
Beberapa obat yang saat ini digunakan dalam kemoterapi dapat efektif
digunakan untuk mengatasi kanker karena target obat tersebut adalah pada sel
yang membelah dengan cepat. Namun obat tersebut ternyata juga memberikan
efek pada sel normal yang melakukan reproduksi secara terus menerus seperti sel
rambut, kulit serta sumsum tulang yang berperan dalam pembentukan sel darah.
Akibatnya muncul efek samping seperti rambut rontok, kulit kering dan
perubahan pada jumlah sel darah akibat penggunaan kemoterapi. Atas dasar
tersebut peneliti kemudian berusaha untuk menemukan obat yang dapat menarget
hanya pada sel kanker tanpa berefek pada sel normal yang lain.
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang menunjukan adanya
pengaruh keturunan yang memicu seseorang terkena penyakit tersebut. Wanita
yang menunjukan cacat pada kopian gen yang bernama BRCA1 dan BRCA2
memiliki resiko terkena kanker payudara lebih besar, namun tidak semua kanker
payudara dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika seorang wanita diketahui
memiliki tumor payudara yang berpotensi menjadi kanker, jaringan tersebut dapat
diambil kemudian untuk dilakukan analisis microarray terhadap SNP dari DNA
atau RNA, sehingga dapat diketahui gen apa yang terlibat dalam kanker payudara
yang diderita oleh wanita tersebut. Berbekal informasi genetik tersebut, dapat
didesain sebuah strategi pengobatan yang paling spesifik dan efektif terhadap
kanker tersebut. Wanita lain yang memiliki profil genetik berbeda mungkin akan
menjalani pengobatan yang berbeda.
Strategi ini kemudian digunakan oleh para peneliti di Genetech untuk
mengembangkan Herceptin, jenis antibodi monoklonal yang pertama kali
terdaftar di FDA pada tahun 1998. Herceptin dapat berikatan dan menghambat
kerja HER-2 yang diketahui mengalami overexpressed pada sekitar 30% kasus
kanker payudara. Wanita dengan tumor positif HER-2 umumnya memiliki kanker
yang agresif dengan kemungkinan yang lebih besar mengalami metastasis
(penyebaran). Herceptin terbukti efektif pada beberapa wanita, namun tidak pada
beberapa jenis tumor payudara lain. Masalah tersebut merupakan satu dari banyak
masalah yang dihadapi para ahli farmakogenomik dalam mengembangkan
pengobatan berbagai jenis kanker yang lain (Harries & Smith, 2002)
Satu
dari
contoh
sukses
dalam
bidang
farmakogenomik
adalah
(CML). Target Gleevec yaitu protein fusi BCR-ABL yang terjadi akibat adanya
pertukaran DNA antara kromosom 9 dan 22 menyebabkan terjadinya CML.
Gambar 8 Chronic myelogeneous leukimia (CML), kanker sel darah putih yang terjadi
akibat adanya pertukaran gen antara kromosom 9 dan 22 (Sumber: www.cancer.gov)
memonitor tekanan darah, kadar oksigen dalam darah dan konsentrasi hormon,
partikel nano yang mampu menghilangkan sumbat pada arteri serta mendeteksi
dan menghilangkan sel kanker.
Berbagai perusahaan yang bergerak dalam bidang bioteknologi berusah
untuk mengembangkan teknik penghantaran obat yang lebih efektif dan
meningkatkan fungsi obat tersebut. Saat ini banyak sekali obat yang dinilai kurang
efektif karena tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh sehingga pengobatan
menjadi sia-sia. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat efektivitas obat adalah
kelarutan dari obat tersebut, kemudahan obat dicerna oleh organ, dan eliminasi
obat oleh hati dan ginjal.
Microsphere merupakan partikel nano berukuran 1-100 nm yang dapat
dibungkus dengan obat, menjadi salah cara untuk meningkatkan efektivitas obat.
Bahan ini umumnya terbuat dari lipid yang mirip dengan fosfolipid yang
membentuk
membran
sel.
Microsphere
dapat
digunakan
dengan
cara
disemprotkan melalui hidung atau mulut, metode ini dinilai sukses dalam
mengobati kanker paru-paru, dan penyakit pernafasan lain seperti asma,
emfisema, tuberkulosis dan flu. Dalam pembahasan selanjutnya akan dibahas
tentang bagaimana salah satu jenis microsphere yang disebut liposom dapat
digunakan dalam terapi gen.
Gambar 10 Aplikasi teknologi nano dalam terapi gen menggunakan vektor berupa
virus
Saat ini banyak obat berbasis partikel nano diuji coba secara klinis di
seluruh dunia, dan kebanyakan didominasi obat untuk kanker. Penelitian terbaru
dalam teknologi nano ini yaitu pengembangan obat pintar menggunakan virus
atau partikel nano kecil seperti partikel emas yang dimasukkan ke dalam tubuh
untuk mencari dan mentarget virus atau sel tertentu seperti sel kanker, partikel
tersebut membawa obat tertentu untuk menghancurkan sel tersebut dengan cepat,
efektif dan sedikit efek samping.
B. Vaksin dan Terapi Antibodi
Vaksin dapat digunakan untuk merangsang sistem imun untuk menghasilkan
antibodi dan memberikan kekebalan pada tubuh terhadap infeksi mikroba.
Beberapa jenis vaksinasi yang terbukti sangat efektif misalnya vaksin polio,
tetanus, dll. Pengembangan jenis vaksin untuk perlindungan khususnya pada
patogen yang mematikan merupakan salah satu bidang penting dalam dunia
kedokteran.
Para ilmuwan terus mencoba untuk mengembangkan vaksin yang efektif
untuk penyakit berat seperti Alzheimer dan beberapa jenis kanker, namun hingga
saat ini vaksin untuk penyakit-penyakit tersebut belum terbukti efektif untuk
manusia. Vaksin untuk kanker yang dikembangkan saat ini bukan bersifat
preventif seperti vaksin pada umumnya, namun didesain untuk mengobati pasien
yang telah mengidap kanker.
Menggunakan antibodi sebagai terapi suatu penyakit merupakan salah satu
strategi yang dikembangkan dalam dunia kedokteran, karena antibodi bersifat
sangat spesifik terhadap suatu molekul atau patogen tertentu sehingga mengikat
target dengan afinitas yang sangat baik. Antibodi monoklonal merupakan salah
satu contoh pengobatan yang memanfaatkan sifat antibodi tersebut. Antibodi
monoklonal berpotensi menjadi peluru ajaib dalam pengobatan suatu penyakit
karena dapat langsung menuju target yang diinginkan. Salah satu metode
pembuatan antibodi monoklonal yaitu dengan menyuntikkan antigen penyebab
penyakit yang telah dimurnikan pada tikus. Setelah tikus membentuk antibodi
terhadap antigen (membutuhkan waktu hingga beberapa minggu) limfa tikus
diambil. Limfa tersebut kaya akan antibodi yang dihasilkan oleh limfosit B yang
biasa dikenal dengan sel B. Pada cawan petri, sel B tersebut kemudian
dicampurkan dengan sel kanker yang disebut myeloma. Dalam kondisi yang tepat,
beberapa sel B akan menyatu (fusi) dengan myeloma membentuk sel hibrid yang
disebut hybridomas.
Sel hybridoma dapat tumbuh dengan cepat pada medium cair karena sel
tersebut mengandung gen pembentuk antibodi dari sel B. Sel hybridoma akan
mensekresikan antibodi pada medium disekitar sel. Hybridoma kemudian
dipisahkan dengan sel lain yang gagal mengalami fusi dan dipindahkan ke
medium yang lain. Selanjutnya sel hybridoma tersebut disimpan pada temperatur
yang sangat rendah sehingga dapat digunakan sebagai stok yang sewaktu-waktu
dapat digunakan. Antibodi dapat diisolasi dalam jumlah besar dengan cara
menumbuhkan sel hybridoma tersebut pada medium kultur yang lebih besar
menggunakan bioreaktor.
Antibodi monoklonal pertama yang terdaftar di FDA pada tahun 1986 yaitu
OKT3 yang digunakan untuk mengatasi penolakan organ hasil transplantasi oleh
tubuh. Pada tahun 1990 antibodi monoklonal dikembangkan untuk mengobati
kanker payudara (Herceptin). Saat ini antibodi monoklonal sudah banyak
digunakan di seluruh dunia untuk mengobati kanker, penyakit jantung, alergi, dll.
Saat ini peneliti juga tengah mengembangkan untuk memasukkan bahan kimia
atau zat radioaktif pada antibodi monoklonal tersebut untuk merusak sel kanker
dan mematikannya. Strategi menggunakan terapi antibodi akan sangat berguna
bagi pasien yang kecanduan pada zat berbahaya seperti kokain dan nikotin. Badan
Narkotika Nasional (BNN) mencatat lebih dari 4,9 juta orang Indonesia
merupakan pengguna narkoba. Para ilmuwan percaya bahwa menstimulasi
produksi antibodi dapat mengobati kecanduan pada narkoba. Antibodi tersebut
akan berikatan dengan obat-obatan berbahaya sebagai antigen sehingga mencegah
obat tersebut mempengaruhi sel otak pemakai.
Penggunaan antibodi monoklonal juga bukan berarti tanpa efek samping.
Sebagai contoh pada pengobatan beberapa penderita Alzheimer penggunaan
antibodi monoklonal menimbulkan efek inflamasi karena adanya respon antibodi
antimouse. Produksi antibodi monoklonal pada tubuh manusia dinilai dapat
mengatasi permasalahan tersebut, namun hingga saat ini hal tersebut masih
menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak. Terlebih lagi antibodi
monoklonal tampaknya akan menjadi salah satu metode pengobatan yang akan
sangat memudahkan dunia kedokteran pada abad 21 ini. Pada pembahasan
selanjutnya akan dibahas mengenai terapi gen yang menjadi salah satu topik
kontroversial dalam bidang bioteknologi kedokteran.
C. Terapi Gen (Wf)
D. Pengobatan Regeneratif (Yulia)
Daftar Pustaka
Harries, M., & Smith, I. (2002). The Development and Clinical Use of
Trastuzumab (Herceptin). Endocrine-Related Cancer, 75-85.