Professional Documents
Culture Documents
Dalam bisnis yang modern ini, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi
orang-orang yang profesional di bidangnya. Mereka dituntut mempunyai
keahlian dan keterampilan bisnis yang melebihi keterampilan dan keahlian bisnis
orang kebanyakan lainnya. Kaum profesional bisnis ini dituntut untuk
memperlihatkan kinerja tertentu yang berada diatas rata-rata kinerja pelaku
bisnis amatir. Kinerja ini tidak hanya menyangkut aspek bisnis, manajerial, dan
organisasi teknis murni, melainkan juga menyangkut aspek etis. Kinerja yang
menjadi prasyarat keberhasilan bisnis ini juga menyangkut komitmen moral,
integritas moral, disiplin, loyalitas, kesatuan visi moral, pelayanan, dan sikap
mengutamakan mutu, penghargaan terhadap hak dan kepentingan pihak-pihak
terkait yang berkepentingan (stakeholder), yang lama kelamaan akan
berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam sebuah perusahaan.
Tekanan ekonomi dan bisnis yang kompetitif
Dalam persaingan bisnis yang ketat, para pelaku bisnis sadar bahwa perusahaan
yang unggul bukan hanya perusahaan perusahaan yang mempunyai kinerja
bisnis yang baik, melainkan juga perusahaan yang mempunyai kinerja etis, etos
yang baik. Hanya perusahaan yang mampu melayani kepentingan semua pihak
yang berbisnis dengannya, mempertahankan mutu, mampu memenuhi
permintaan pasar dengan tingkat harga, kualitas, dan waktu yang tepat yang
akan menang. Hanya perusahaan yang mampu menawarkan barang dan jasa
sesuai dengan apa yang dianggapnya baik dan diterima masyarakat itulah yang
akan berhasil dan bertahan lama.
Hal yang paling pokok untuk bisa untung dan bertahan dalam pasar yang penuh
persaingan adalah sejauh mana suatu perusahaan bisa merebut dan
mempertahankan kepercayaan konsumen dan tentunya ini bukanlah merupakan
hal yang mudah. Karena dalam pasar yang bebas dan terbuka, dimana beragam
barang dan jasa yang ditawarkan dengan harga dan mutu yang kompetitif, sekali
konsumen merasa dirugikan mereka akan berpaling dari perusahaan tersebut.
Hal ini akan memiliki efek berantai yang mempengaruhi konsumen lainnya
sehingga lama kelamaan jika perusahaan tidak berhati-hati, mereka akan dijauhi
oleh semua konsumen dan ini sangat disadari betul oleh semua perusahaan.
Kepercayaan konsumen hanya mungkin dijaga dengan memperlihatkan citra
bisnisnya sebagai bisnis yang baik dan etis.
Pendekatan stakeholder
Pendekatan stakeholder adalah cara mengamati dan menjelaskan secara analitis
bagaimana berbagai unsur dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan
tindakan bisnis. Pendekatan ini mempunyai satu tujuan imperatif: bisnis harus
dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak terkait yang
berkepentingan dengan suatu kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan, dan
dihargai. Dasar pemikiran pendekatan ini adalah bahwa semua pihak yang
memiliki kepentingan dalam suatu kegiatan bisnis terlibat didalamnya karena
ingin memperoleh keuntungan, maka hak kan kepentingan mereka harus
diperhatikan dan dijamin.
Supaya bisnis dari perusahaan dapat berhasil dan bertahan lama, perusahaan
manapun dalam kegiatan bisnisnya dituntut, atau menuntut dirinya, untuk
menjamin dan menghargai hak dan kepentingan semua pihak yang terkait
dengan bisnisnya. Jika salah satu saja dari pihak yang berkepentingan dirugikan,
pihak tersebut tidak akan mau lagi menjalankan bisnis dengan perusahaan
tersebut. Bahkan, pihak yang belum menjalin bisnis dengannya juga akan
menganggap perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang harus diwaspadai
dalam relasi bisnis selanjutnya.
Peran Pemerintah
Syarat utama untuk menjamin sebuah sistem ekonomi pasar yangfair dan adil
adalah perlunya suatu peran pemerintah yang merupakan kombinasi dari
prinsip no-intervention, dan prinsip campur tangan, khususnya demi
menegakkan keadilan. Dalam teori Smith, peran bahkan campur tangan
pemerintah tidak ditolak sama sekali atas dasar prinsip no-harm, yaitu bahwa
demi menegakkan keadilan no-harm, pemerintah harus campur tangan.
Karena itu, dalam sistem ekonomi pasar, pemerintah dibatasi perannya hanya
pada tingkat minimal, tetapi sekaligus efektif. Minimal karena pemerintah
dibatasi perannya hanya pada tiga tugas utama. Pertama, tugas melindungi
masyarakat dari kekerasan dan invasi dari masyarakat merdeka lainnya; kedua,
tugas melindungi, sebisa mungkin setiap anggota masyarakat dari ketidakadilan
dari setiap anggota lainnya, atau tugas menjamin keadilan secara ketat; ketiga,
tugas membangun dan mengelola pekerjaan-pekerjaan umum tertentu dan
lembaga-lembaga umum tertentu yang tidak bisa dijalankan oleh swasta karena
tidak menguntungkan, tetapi sangat berguna bagi kehidupan bersama.
Lingkungan Etis untuk Akuntan Profesional
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah
sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum
perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara
berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari
pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul
berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang
modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan
berkembang. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan investor
mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen perusahaan.
Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang
di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan
temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan
oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa
konsultasi.
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan
laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan
memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar untuk memutuskan
alokasi sumber-sumber ekonomi.
KAP Arthur Anderson tahu mengenai salah saji yang dilakukan pihak Worldcom.
Karena seharusnya KAP Arthur Anderson bertugas untuk mengaudit kesalah
semacam itu, apalagi kesalah ini sangat material. KAP Arthur Anderson
seharusnya lebih peka terhadap kondisi keuangan Worldcom, yang dapat
mengakibatkan manajemen perusahaan melakuakan hal diluar kewajaran
praktek akuntansi.
Kasus Enron
Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston,
Texas, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1930 sebagai Northern
Natural Gas Company, sebuah konsorsium dari Northern American
Power and Light Company, Lone Star Gas Company, dan United
Lights and Railways Corporation. Kepemilikan konsorsium ini secara bertahap
dibubarkan antara 1941 hingga 1947 melalui penawaran saham kepada publik.
Pada 1979, Northern Natural Gas mengorganisir dirinya sebagai perusahaan
induk, Internorth, yang menggantikan Northern Natural Gas di New York Stock
Exchange. Enron sebelum tahun 2001 mempekerjakan sekitar 21.000 orang
pegawai dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam
bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, serta komunikasi
(wikipedia.co.id).
Enron menyalahgunakan kekuatan ekonomi dan hubungan pribadi pada Arthur
Andersen untuk mencapai pendekatan agresif dalam akuntansinya. Tim Audit
Andersen yang dipimpin David Duncan kelihatannya mengakomodasi keagresifan
Enron. Ketika ada akuntan Andersen yang bereaksi secara tidak simpatik
terhadap upaya Enron untuk memaksimalkan laba atau untuk
memanipulasinaturan akuntansi, besar kemungkinannya dia digeser dari
penugasannya di Enron yang prestisius.
Sejak tahun 1998 Enron mulai mengeluh terhadap keputusan-keputuwsan yang
dibuat Professional Standards Group (PSG). Sebenarnya PSG adalah suatu
lembaga kunci di Andersen yang mempunyai wewenang tertinggi menetapkan
hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan akuntansi, atau masalah-masalah
yang mungkin timbul mengenai kebijakan akuntansi.
Pada 2 Desember 2001, Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter
11 akibat kebangkrutan yang melanda perusahaan tersebut. Kebangkrutan ini
disebabkan kegagalan pada proses bisnis dan manajemen (Eiteman, dkk, 2007).
Juga akibat adanya penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan
direncanakan secara kreatif (wikipedia.co.id).
Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron disebabkan terganggunya
proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun pada November 2001. Hal
ini dikarenakan sebagai perusahaan trading, membutuhkan rating nilai investasi
untuk melakukan perdagangan dengan perusahaan lain. Tidak ada nilai yang
baik, maka tidak akan ada perdagangan (Eiteman, dkk, 2007).
Terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan disebabkan hutangnya
yang terlalu besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance
sheet) kemudian diklasifikasikan ulang sehingga tercatat dalam neraca (on
balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi bertambah
hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat
banyak special purpose entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam
neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat
dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas
perusahaan jatuh (Eiteman, dkk, 2007).
Meningkatnya defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya
masalah manajemen keuangan yang mendasar pada Enron. Pertumbuhan
perusahaan membutuhkan adanya modal eksternal. Tambahan modal dapat
diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff Skilling, enggan
untuk menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena akan mendilusi laba
dan jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham. Pilihan menggunakan
utang juga terbatas, dengan tingkat utang yang tinggi menyebabkan rating
Enron hanya sebesar BBB, tingkat rating yang rendah oleh lembaga pemberi
rating (Eiteman, dkk, 2007).
Andrew Fastow bersama dengan asistennya membuat SPEs, alat yang digunakan
dalam jasa keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual asetaset yang bermasalah ke rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari
neraca, mengurangi tekanan akibat utang dan menyembunyikan kinerja buruk
investasi. Hal ini dapat mendatangkan dana tambahan untuk membiayai
kesempatan investasi baru. Kedua; memperoleh pendapatan untuk memenuhi
laba yang disyaratkan oleh Wall Street.
SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk saham treasury, (2)
ekuitas dalam bentuk minimum 3% dari aset yang berasal dari pihak ketiga yang
tidak berhubungan, (3) jumlah yang besar dari utang bank. Modal ini berada
pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi pada sisi kiri modal digunakan untuk
membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs berkaitan
dengan harga saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron terapresiasi. Sedangkan saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron
ter-depresiasi (Eiteman, dkk, 2007).
Menurunnya harga saham Enron hingga $47 per lembar saham pada bulan Juli
2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini menyebabkan Sherron Watkins,
wakil presiden Enron mencoba memperingatkan Kenneth Lay dengan membawa
6 lembar surat yang menjelaskan proses akuntan yang tidak wajar sehubungan
dengan SPEs dan memperingatkan akan kecurangan proses akuntan. Akan tetapi
peringatan Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay, sehingga terjadilah
tsunami di Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1 per lembar saham
yang menyebabkan Enron bangkrut. Pada Bulan Februari 2002, Sherron Watkins
dipanggil oleh DPR untuk menjelaskan skandal Enron, tentang aktivitas akuntansi
perusahaan.
Kaitan Kasus Enron dengan Etika Bisnis:
Adapun kaitan kasus Enron dengan Etika Bisnis, jika dilihat dariEkspektasi
Masyarakat terhadap Bisnis dan Akuntansi yaitu:
Jika dilihat dari prinsip keuntungan dan etika:
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang
melakukan kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis),
yaitu opportunity; pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat
kita hindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain
sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan
memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Namun, hal
tersebut tidak dilakukan oleh Enron, yang menjadikannya bangkrut dan hancur
serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini
tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang
menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di
pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor
terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di
bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah
menciderai kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk
memberikan suatu fairrness informationmengenai pertanggungjawaban dari
pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini
manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya
(self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS
padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan
keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Dalam pihak Andersen
sendiri pun mengalami pergejolakan akan etika, dimana seorang staf PSG
(Professional Standard Group) yaitu Carl Bass tidak diperkenankan turut campur
menangani Enron, karena menentang kebijakan akuntansi yang diterapkan
Enron. Sekalipun hal ini diluar tradisi Andersen, dan ditentang oleh orang-orang
penting PSG, tetap saja Carl Bass tidak diperkenankan ikut campur. Akuntan
Andersen yang lain juga mengalami nasib yang sama, yaitu Jennifer Stevenson
dan Pattie Grutzmacher. Keduanya digeser dari bagian tertentu dalam audit
Enron setelah mereka mengambil posisi yang berlawan dengan keinginan klien.
Selain itu, Tim audit Enron yang dikepalai oleh David Duncan dan anggota senior
dalam tim auditnya mengabaikan saran PSG dan untuk tidak menggabungkan
masing-masing SPEs menjadi satu, walaupun sebenarnya di Andersen nasehat
PSG tidak pernah diabaikan, dan secara umum pendapat PSG lah yang
menentukan. Ketika kasus ini menyeruak, Duncan memerintahkan untuk
menghancurkan seluruh dokumen Enron kecuali kertas kerja audit inti. Hal ini
untuk mencari jalan keselamatan, yang tidak sesuai dengan etika.
Peran Pemerintah
Dalam masalah Enron dan Andersen, kasus ini bergaung keras karena
melibatkan politisi-politisi penting. Enron mempunyai hubungan dekat dengan
Presiden George Bush. Enron sejak lama menjadi pendukung keuangan Bush.
Keterlibatan keuangan Enron melaampaui Gedung Putih, dan menyeret banyak
kalangan dari partai Republik. Dukungan keuangannya membuka kesempatan
bagi Enron untuk mendapat akses ke lembaga negara yang sensitif
seperti Energy Committee-nya, yaitu Wakil Presiden Richard Cheney. Sehingga,
peran pemerintah secara preventif dalam kasus ini menjadi tidak berfungsi.