Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme-bakteri, virus, jamur, parasit-namun
pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan
fisik seperti suhu atau radiasi. Peradangan parenkim paru yang disebabkan
oleh penyebab selain mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi) sering disebut
sebagai pneumonitis. (Darmanto, 2009)
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun
yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di
Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran
napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti
di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan
penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu.
Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas
bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia.
Berdasarkan laporan profil Kabupaten/Kota diketahui pada tahun
2009 di Jawa Timur terdapat 64.100 kasus pneumonia. (Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Timur, 2009). Di Surabaya, jumlah penderita Pneumonia dari
tahun ke tahun menunjukkan adanya tren peningkatan. Di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan
angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia menduduki peringkat keempat
dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun. Penderita Pneumonia
ini didominasi oleh bayi dan balita, umur 0-2 tahun . Hal ini dikarenakan
1
pencegahan
merupakan
komponen
strategis
dalam
Topik yang dibahas pada makalah ini adalah pneumonia pada anak.
Pada makalah juga dijelaskan mengenai definisi pneumonia, klasifikasi
pneumonia, etiologi pneumonia, patofiologi pneumonia, manifestasi klinis
pada pneumonia, penatalaksanaan pneumonia, pemeriksaan diagnosis
pneumonia, prognosis pneumonia, komplikasi pada pneumonia, dan
asuhan keperawatan yang tepat bagi anak yang menderita pneumonia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi pneumonia ?
2. Apa saja klasifikasi pneumonia ?
3. Apa etiologinya sehingga timbul pneumonia ?
4. Bagaimana patofisiologi pneumonia ?
5. Apa saja manifestasi klinis pneumonia ?
6. Apa WOC pneumonia ?
7. Apa saja komplikasi pneumonia ?
8. Apa prognosis dari pneumonia?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pneumonia ?
10. Apa saja pengobatan dan penjegahan pneumonia ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak yang terkena pneumonia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memahami dan
mampu membuat asuhan keperawatan mengenai penyakit pneumonia yang
terjadi pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi pneumonia
2. Mengetahui klasifikasi pneumonia
3. Mengetahui etiologi pneumonia
4. Mengetahui patofisiologi pneumonia
5. Mengetahui manifestasi klinis pneumonia
6. Mengetahui WOC pneumonia.
7. Mengetahui komplikasi pneumonia.
8. Mengetahui prognosis pneumonia.
9. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari pneumonia.
10. Mengetahui pengobatan dan pencegahan pneumonia
11. Menyusun asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai pneumonia
2. Menambah literature terkait dengan penyakit pneumonia
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi
terhambat dan tidak berfungsi maksimal. (Irman, 2009)
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme-bakteri, virus, jamur, parasitnamun pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena
paparan fisik seperti suhu atau radiasi. Peradangan parenkim paru yang
4
Klasifikasi
Menurut Wong pada tahun 2009 jika dilihat secara morfologik,
maka pneumonia dapat digolongkan menjadi tiga golongan yakni sebagai
berikut:
1. Pneumonia lobarismelibatkan semua atau segmen yang luas dari
satu lobus paru atau leih. Jika kedua paru terkena disebut pneumonia
bilateral atau pneumonia ganda.
2. Bronkopneumoniadimulai pada
bronkiolus
terminal,
yang
pada
tahun
2010
pembagian
melewati
periode
neonates,
pneumonia
bakteri
1) Berdasarkan Umur
a. Kelompok umur < 2 bulan
1)Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti
menyusu (jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa
kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak
yang tenang, mengi, demam (38C atau lebih) atau suhu tubuh
yang rendah (di bawah 35,5 C), pernapasan cepat 60 kali atau
lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral
(pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen
tegang.
2) Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali
permenit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis
sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada,
anak kejang dan sulit dibangunkan.
2) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernap
as dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis
sentral dan dapat minum.
3) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa
penarikan dinding dada.
4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau
penarikan dinding dada.
5) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah
2.3
Etiologi
Penyebab pneumonia yang paling sering selama usia beberapa
tahun pertama adalah virus pernapasan. Mucoplasma pneumoniae
mendapat peran dominan pada etiologi pneumonia pada anak usia
sekolah dan anak yang lebih tua.
Menurut Irman pada tahun 2009, penyebab pneumonia yang
paling sering dijumpai berdasarkan klasifikasinya:
A. Sindroma Tipikal :
Streptococcus pneumonia tanpa penyulit.
Streptococcus pneumonia dengan penyulit.
B. Sindroma Atipik :
Haemophilus influenza.
Staphilococcus aureus.
Mycoplasma pneumonia.
Virus patogen.
C. Aspirasi :
Aspirasi basil gram negatif, Klebsiela, Pseudomonas,
Enterobacter, Escherichia proteus, basil gram positif.
Stafilococcus.
Aspirasi asam lambung.
D. Hematogen :
Terjadi bila kuman pathogen menyebar ke paru-paru
melalui aliran darah, seperti pada kuman Stafilococcus,
E.coli, anaerob enteric.
2.4
Patofisiologi
Dari berbagai macam penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri,
jamur, dan riketsia, pneumonitis hypersensitive dapat menyebabkan
penyakit primer. Pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi, yang paling
jelas adalah pada klien yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi
berbicara,
mikroorganisme dilepaskan kedalam udara dan terhirup oleh
orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas
nebulasi) dari peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora
normal orofaring dapat menjadi patogenik
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar
melalui sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat
IV yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru
dikeluarkan atau bertahan dalam pipi melalui mechanism perubahan diri
seperti reflex batuk, kliens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag
alveolar.Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk ke dalam tubuh
memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan
menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya
mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh
beberapa microorganism merusak membrane mukosa bronchial dan
membrane alveolokapiler. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini
dan bronchial esterminalis terisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang
menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan
oleh staphilococcuc atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis
parenkim paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons
inflamasi, dan eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya
mengarah pada perubahan-perubahan lain . sedangkan pada pneumonia viral
disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan dan self-limited tetapi dapat
membuat tahap untuk infeksin sekunder bakteri dengan memberikan suatu
lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak sel-sel epitel
cepat
adalah
gejala
yang
sering
disebabkan
oleh
(bab)
dan
10
9. Muntah
Muntah adalah keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Isi muntahan
dapat berupa cairan bercampur makanan atau cairan lambung saja.
Muntah pada anak sering menimbulkan kecemasan bagi kita. Hal
tersebut sangat wajar karena muntah yang terjadi terus-menerus dapat
menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) yang merupakan salah
satu kondisi bahaya pada anak.
10. Nyeri perut, bisa timbul akibat terjadinya peradangan pada pleura.
11. Kelelahan, bisa terjadi aakibat dispnea.
12. Anoreksia
Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita seseorang berupa
kehilangan nafsu makan, meski sebenarnya lapar dan berserela
terhadap makanan.
13. Sianosis circumoral
warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena
kandungan oksigen yang rendah dalam darah. Kondisi ini terutama
mencolok di bibir dan kuku. Sianosis dapat muncul dalam berbagai
kondisi medis di mana konsentrasi oksigen darah rendah. Sianosis
pada bagian dalam bibir (yang tidak terkena dingin), pipi, lidah dan
konjungtiva mata, dapat menjadi bukti saturasi oksigen darah rendah
sekunder. Sianosis yang muncul di bagian luar, seperti ujung jari,
ujung hidung atau bagian luar dari bibir dapat disebabkan oleh
penurunan aliran darah ke kulit karena paparan suhu rendah.
Mestasi klinis dari pneumonia yang lebih spesifik karena ditujukan
pada jenis pneumonianya. (Arief, 2009)
a. Pneumonia Bakterial
Gambaran klinis didahului oleh gejala infeksi saluran pernapasan
akut bagian atas, nyeri ketika menelan, kemudian demam dengan suhu
sampai di atas 40 C, menggigil. Batuk yang disertai dahak yang kental,
kadang kadang bersama pus atau darah (bloodstreak). Pada pemeriksaan
fisik, terlihat ekspansi dada terlinggal pada sisi yang terkena radang,
terdapat bunyi redup pada perkusi, dan pada auskultasi terdengar napas
bronkial disertai ronkhi.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah
leukosit hingga 30.000 / L pada infeksi bakteri, sedangkan infeksi yang
11
yang
disebabkan
Mycoplasma
pneumoniae
MK : nyeri
Partial oclusi
nyeri dada
panas dan demam
pleuritis
Sakit kepala, otot /
nyeri sendi.
Dispnea,
sianosis,
Batuk
Luas permukaan
membran respirasi
Penurunan ratio
ventilasi-perfusi
2.6
WOC
Trakikardia.
Gelisah /
perubahan
mental.
Hipoksia.
perubahan
frekuensi,
kedalaman
pernapasan
kelemahan,
kelelahan,
keletihan.
takipnea
Takikardia
MK : Intoleransi/
aktivitas
12
MK :
Gangguan pertukaran gas
MK : Bersihan
jalan napas
tidak efektif
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi :
3. Efusi pleura.
4. Empiema.
5. Abses Paru.
6. Pneumotoraks.
7. Gagal napas.
8. Sepsis
13
(Berman, 2009)
2.8 Prognosis
Prognosis untuk pneumonia umumnya baik, dengan pemulihan yang cepat
bila gejala telah terdeteksi dan diobati sejak dini.
Prognosis untuk pneumonia akibat virus umumnya baik, meskipun infeksi
virus saluran pernapasan menyebabkan anak lebih rentan terhadap invasi
bakteri sekunder, terutama jika terdapat penggundulan mukosa bronkus.
Pengobatan biasanya bersifat simtomatik dan mencakup berbagai tindakan
untuk meningkatkan oksigenasi dan kenyamanan, seperti pemberian oksigen
dengan uap dingin, fisioterapi dada dan drainase postural, antipiretik untuk
penatalaksanaan demam, asupan cairan, dan dukungan keluarga. Meskipun
beberapa penulis menganjurkan pemberian terapi antimikroba untuk
mengurangi atau mencegah infeksi bakteri sekunder, namun biasnya hal ini
hanya dilakukan pada anak-anak yang keberadaan infeksi sudah dibuktikan
dengan kultur yang tepat.
Prognosis untuk infeksi pneumokokus umumnya baik, dengan pemulihan
yang cepat jika dikenali dan diatasi secara dini. Durasi infeksi streptokokus
bervariasi namun biasanya pulih secara spontan. Perjalanan pneumonia
stafilokokus biasanya cukup lama. Prognosisnya bervariasi sesuai dengan
lamanya penyakit sebelum pengobatan dimulai, meskipun pengenalan dan
pengobatan dini biasanya efektif. Kompliksi pneumonia bakteri antara lain
adalah efusi pleura, empiema, dan tension pneumotoraks. (Berman, 2009)
bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum
tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat
menunjukan bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin.
membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain.
Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia).
7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan
jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik
sel rekayasa(rubela). (Marlyn E. Dongoes, 1999)
2.10
1. Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu :
-
Golongan Penisilin
TMP-SMZ
Makrolid
15
Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
-
Aminoglikosid
Tikarsilin, Piperasilin
Siprofloksasin, Levofloksasin
Vankomisin
Teikoplanin
Linezolid
Hemophilus influenza
-
TMP-SMZ
Azitromisin
Fluorokuinolon respirasi
Legionella
-
Makrolid
Fluorokuinolon
Rifampisin
Mycoplasma pneumonia
-
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolon
Chlamydia pneumonia
-
Doksisikin
Makrolid
Fluorokuinolon
16
17
terkontaminasi
serta mengandung
faktor-faktor antibody
18
napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita
salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar
mereka menjadi pneumonia karena malnutris.
(Berezin EB, 2009)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
a.
Pengkajian
Anamnesa :
1. Identitas klien.
Pneumonia dapat menyerang semua usia tergantung kuman
penyebabnya diantaranya adalah pneumonia bakterialis dapat terjadi
pada semua usia, pneumonia atipikal sering pada anak dan dewasa
muda, dan pneumonia virus sering pada bayi dan anak.
2. Keluhan utama.
Keluhan didahului dengan infeksi saluran pernafasan, kemudian
mendadak panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan
nafas ngos.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
19
Frekuensi ISPA
Riwayat Alergi
Kebiasaan merokok
Pengguaan obat-obatan
Imunisasi
Riwayat penyakit keturunan
Aktifitas/istirahat.
20
Gejala
: - Kelemahan, kelelahan.
Tanda
- Insomnia.
: - Letargi.
- Penurunan toleransi terhadap aktifitas.
Sirkulasi.
Gejala
Tanda
: - Takikardi.
- Penampilan kemerahan/pucat.
Intergritas ego.
Gejala
: - Banyaknya stressor.
- Masalah finanssial.
Makanan/cairan.
Gejala
Tanda
Tanda
Kenyamanan.
Gejala
: - Sakit kepala.
- Nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri
dada substernal (influenza).
Tanda
- Mialgia, atralgia.
: - Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur
pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
Pernafasan.
Gejala
Tanda
dengan konsolidasi.
- Gesekan friksi pleural.
- Bunyi nafas : menurun atau tak ada diatas area yang
terlibat atau nafas bronchial.
- Warna : pucat, atau sianosis bibir/kuku.
Keamanan.
Gejala
Tanda
b.
22
Inspeksi
tachipnea,
- Apakah ada tanda tanda kesadaran meenurun
:
-
lebih singkat).
Gerakan pernapasan
Raba apakah dinding dada panas
Kaji vocal premitus
Penurunan ekspansi dada
Didapatkan suara bronkial, suara bisik jelas,
kadang-kadang
Perkusi
pleura.Suara
terdengar
suara
Sonor/Resonans
gesek
merupakan
23
2. B2 (Blood)
Inspeksi: Memperoleh kelemahan fisik umum
Palpasi: Denyut nadi perifer melemah
Perkusi: Batas jantung tidak mengalami pergeseran
Auskultasi: Tekanan darah biasanya normal. Jantung ekstra suara
biasanya tidak diperoleh.
3. B3 (Brain)
Klien dengan gangguan pneumonia akan sering kehilangan
kesadaran, sianosis diperoleh bila perifer perfusi jaringan berat
gangguan. Pada penilaian obyektif, wajah klien tampak meringis,
menangis, merintih, menggeliat, dan membentang.
4. B4 (Bladder)
Pengukuran volume urin yang berhubungan dengan asupan cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memantau keberadaan oliguria karena
merupakan tanda awal syok.
5. B5 (Bowel)
Pada klien Pneumonia dijumpai adanya konsolidasi abdomen. Klien
biasanya juga mengalami mual, muntah, nafsu makan menurun, dan
penurunan berat badan.
6. B6 (Bone)
Pada klien Pneumonia sering terjadi kelemahan otot yang dapat
mengganggu sistem pernafasan.
c.
Pemeriksaan penunjang.
1.
- Analisa darah
Pemeriksaan laboratorium.
: Untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya
dan jumlah leukosit.
- Analisa urine
2.
- Foto thoraks.
- Pemeriksaan ECG.
- Pemeriksaan gram / kultur sputum.
- Pemeriksaan serogi : kultur virus.
3.2 Analisis Data
24
Data Objektif
Etiologi
Masalah
1.
Pasien mengatakan
RR : 32x/menit
Bakteri/Virus
Keperawatan
Bersihan jalan
Nadi :
98x/menit
napas tidak
Inhalasi mikroba
tampak kesulitan
efektif
melalui udara
bernafas.
Reaksi inflamasi
Paru-paru
meradang
SDM, SDP, dan
cairan keluar
Penumpukan
sekret
Jalan nafas tidak
2.
efektif
Bakteri/Virus
Pasien mengatakan
RR : 32x/menit
Nadi
sekret : pasien
98x/menit
disertai sekret.
100/80
Suhu = 39
Bersihan jalan
napas tidak
Inhalasi mikroba
efektif
Reaksi inflamasi
Suara napas
terdengar
Paru-paru
ronchi
meradang
SDM, SDP, dan
cairan keluar
25
Penumpukan
sekret
Dispnea
Perubahan
frekuensi
kedalaman
pernapasan
Bersihan jalan
3.
Klien mengatakan
Klien tampak
meringis.
karena batuk.
Klien tampak
Inhalasi Mikroba
Klien mengatakan
gelisah.
denga jalan
TD : 100/80
melalui udara
saat mengambil
mmHg
nafas.
N : 98x/menit
Proses inflamasi
RR : 32x/menit
trakeabronkial
nyaman : nyeri
S : 380C
BB : 15 kg
4.
Pasien mengatakan
TB : 120 cm
S: 38,6 C
badannya panas
N : 120 x/menit
Bakteri/Virus
Hipertermia
dengan jalan
Proses inflamasi
teraba
hangat
Klien tampak
26
5.
Klien mengatakan
rewel
Klien
kehilangan nafsu
cemas
makan.
gelisah.
Klien mengatakan
Klien
mengalami mual
pucat.
dan muntah.
tampak Bakteri/Virus
dan
Gangguan
nutrisi
Inhalasi mikroba
tampak melalui udara
mmHg
Nadi : 120x / Paru-paru
menit
meradang
BB : 13 kg
(turun 2 kg dari SDM, SDP, dan
yang
15 kg)
TB : 120 cm
Penumpukan
sekret
Dispnea,
Sianosis, Batuk
Lemah, letih
Nafsu makan
6.
hilang
95/57 Bakteri/Virus
Klien mengatakan
TD
Penurunan
tidak mampu
mmHg
melakukan aktvitas
Suhu : 36,50C
Inhalasi mikroba
intoleransi /
sehari-hari
RR : 24x/menit
melalui udara
aktivitas
nutrisi,
Reaksi inflamasi
Paru-paru
meradang
27
Klien mengatakan
Hipoksemia
sesak napas
Warna
pucat
menurun
Bakteri/Virus
kulit
Gangguan
pertukaran gas
Inhalasi mikroba
melalui udara
Reaksi inflamasi
Paru-paru
meradang
SDM, SDP, dan
cairan keluar
Partial oklusi
Daerah paru
menjadi padat
28
Difusi menurun
8.
Klien mengatakan
Suhu
Hipoksia
tubuh Bakteri/Virus
klien
tinggi
perut, serta
(demam)
Inhalasi mikroba
merasakan tidak
Muntah
melalui udara
Menggigil
tubuh
Dysuria
Infeksi
Reaksi inflamasi
(kencing yang
menyakitkan)
Demam, nyeri
otot, sakit kepala
Seluruh tubuh
sakit
29
jalan
napas
alami,
napas
menurunkan
paten.
Penekanan
ketidaknyamanan
dada
oksigenasi seluler
Mencegah terlalu lelah dan
menurunkan kebutuhan atau konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan
infeksi.
Kolaborasikan dalam pemberikan terapi Tujuan terapi oksigen adalah
mempertahankan PaO2 di atas 60
oksigen dengan benar, mis., dengan
mmHg. Oksigen diberikan dengan
nasal prong, masker, masker venture
metode yang memberikan pengiriman
tepat dalam toleransi pasien.
kemampuan/kebutuhan
aktivitas.
memudahkan
Catat
laporan
dispnea, pasien
dan
pilihan
stres
dan
rangsangan
Dorong
penggunaan
pengobatan
dan
perlunya akut
untuk
menurunkan
kebutuhan
Pembatasan
aktivitas
31
Berikan
peningkatan
aktivitas
dan
penyembuhan
3.4
a.
Evaluasi
Pasien mampu mempertahankan peryukaran gas yang adekuat yang dittunjukkan
oleh warna kulit normal, status mental normal, gas gas darah dalam batasan
pernafasan normal.
Pasien mampu menunjukkan peningkatan toleran aktifitas.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme-bakteri, virus, jamur, parasit-namun
pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan
fisik seperti suhu atau radiasi.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan lokasi anatominya, pneumonia
dapat terbatas pada segmen, lobus, atau menyebar (diffuse). Menurut gejala
kliniknya, pneumonia dibedakan menjadi pneumonia klasik dan pneumonia
atipik. Menurut lingkungan kejadiannya, pneumonia dibedakan menjadi :
pneumonia community-acquired, hospital-acquired, serta pneumonia pada
pasien immunocompromised.
32
Saran
Dari kesimpulan di atas kami menyarankan untuk pembaca agar
menjaga serta mencegah terjadinya penyakit pneumonia. Pada makalah ini
juga membahas bagaimana pencegahan yang tepat bagi seseorang yang
belum terjangkit pneumonia. Dan untuk para perawat kami sarankan untuk
lebih mempelajari patofisiologi pneumonia dan asuhan keperawatan pada
klien dengan pneumonia untuk diterapkan ketika bertemu klien.
33
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. EGC : Jakarta
Berezin EB. Treatment and prevention of nosocomial pneumonia. Chest 2009; 108: 1 S16S
Berman, Audrey, et. al. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier &
Erb. Ed. 3. Jakarta: EGC.
Broyles, B.E. 2009. Clinical Companion for Pediatric Nursing. Delmar : Cengage
Learning.
Burns, Catteherine E et al. 2009. Pediatric Primary Care. (4th ed.). USA :
Saunders Elsevier
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta: EGC.
Goroll, Allan.H & Albert G. Mulley. 2009. Primary Care Medicine: Office
Evaluation and Management of the Adult Patient. (6th ed.). Philadelphia :
Wolters Kluwer
Hockenberry, Marilyn J., & David Wilson. 2009. Wongs Essential of Pediatric
Nursing. (8th ed.). Missouri : Mosby Elsevier.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa,
Usia
Lanjut,
Pneumonia
Atipik
&
Pneumonia
Atypik
34
Wong, D.L., Wilson, D., et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6.
Jakarta: EGC
35