Professional Documents
Culture Documents
2.1 Definisi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan (Sarwono,
2005).
Kontrasepsi
merupakan
metode
yang
dapat
digunakan
untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda (fase menunda
atau mencegah kehamilan), jarak kelahiran yang terlalu dekat (fase menjarangkan
kehamilan) dan melahirkan pada usia tua (fase menghentikan atau mengakhiri
kehamilan).
2.2 Tujuan
Kontrasepsi bertujuan untuk pasangan yang ingin menunda kehamilan,
menjarangkan kehamilan setelah persalinan atau setelah keguguran, selain itu
pemberian kontrasepsi berupa pil berguna dalam penekanan Luteinizing Hormon
(LH) yang dapat mempengaruhi kadar HCG dalam kasus molahidatidosa.
Perencanaan pemilihan kontrasepsi apa yang akan dipakai nantinya harus rasional.
Fase
menunda
kehamilan
Pil
IUD
Sederhan
a
Implan
Suntikan
IUD
Suntikan
Minipil
Pil
Implan
Sederhana
Steril
Tabel 1. Urutan Pemilihan Kontrasepsi yang Rasional
IUD
Suntikan
Pil
Implan
Sederhana
Steril
IUD
Implan
Suntikan
Sederhana
Pil
2.3 Syarat
-
Persetujuan tindakan medis oleh pasangan suami istri atau diri sendiri
Tidak hamil
Klien tidak hamil apabila :
1. Tidak senggama sejak haid terakhir
2. Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
3. Sekarang dalam 7 hari pertama haid terakhir
4. Sekarang dalam 6 minggu pasca persalinan
5. Sekarang dalam 7 hari pasca keguguran
6. Sedang menyusui dan tidak haid
Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan
tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina
supaya sperma tidak tumpah.
Gambar 1. Kondom
2. Diafrgama
Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk
mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam
tipis yang tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang tergulung
sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per.
Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempunyai
diameter antara 55 sampai 100mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan
diameter masing-masing 5 mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai
oleh akseptor ditentukan secara individual.
Diafragma dimasukkan kedalam vagina sebelum koitus untuk menjaga
sperma tidak masuk ke uterus. Untuk memperkuat efek diafragma, obat
spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya.
Diafragma vaginal sering dianjurkan dalam hal:
Keadaan dimana tidak tersedia cara lebih baik.
Jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan
perlindungan terus menerus;
4
Jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk
sementara waktu oleh karene sesuatu sebab.
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat
dibenarkan, misalnya pada:
Prolapsus uteri
Fistula vagina
spermatisida
yang
dipergunakan,
atau
oleh
karena
terjadi
diafragma vaginal. Pinggir mangkuk dijepit antara ibu jari dan jari telunjuk, dan
diafragma dimasukkan kedalam vagina sesuai dengan sumbunya.
Gambar 3. Spermisida
2.5 Metode Modern
Kontrasepsi hormonal
Dibawah pengaruh hipothalamus, hipofisis mengeluarkan menurut
urutan tertentu Follicle Stimulating Hormon (FSH) Luteinizing Hormone (LH).
Hormon-hormon ini dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan
progesteron. Dua hormon terakhir ini menumbuhkan endometrium pada waktu
daur haid, dalam keseimbangan yang tertentu, menyebabkan ovulasi, dan akhirnya
penurunan kadarnya mengakibatkan disintegrasi endometrium dan haid.
Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa baik estrogen maupun progesteron
dapat mencegah ovulasi. Pengetahuan ini menjadi dasar untuk menggunakan
kombinasi estrogen dan progesteron sebagai cara kontrasepsi dan jalan mencegah
terjadinya ovulasi.
Pil-pil hormonal terdiri atas komponen estrogen dan komponen
progestagen, atau oleh salah satu dari komponen itu. Hormon steroid sintetik
dalam metabolismenya sangat berbeda dari hormone steroid yang dikeluarkan
oleh ovarium. Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen estrogen dalam pil
dengan jalan menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel dan ovarium.
Karena pengaruh estrogen dari ovarium tidak ada, tidak terdapat pengeluaran LH.
Ditengah-tengah daur haid kurang terdapat FSH dan tidak ada peningkatan kadar
LH menyebabkan ovulasi terganggu. Pengaruh komponen progestagen dalam pil
kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk mencegah ovulasi, sehingga dalam
95-98% tidak terjadi ovulasi. Selanjutnya, estrogen dalam dosis tinggi dapat pula
mempercepat perjalanan ovum dan menyulitkan terjadinya implantasi dalam
endometrium dari ovum yang sudah dibuahi.
Komponen progestagen dalam pil kombinasi seperti tersebut diatas
memperkuat daya estrogen untuk mencegah ovulasi. Progestagen sendiri dalam
dosis tinggi dapat menghambat ovulasi, akan tetapi tidak pada dosis rendah.
Selanjutnya progestagen mempunyai khasiat sebagai berikut:
kadang-kadang
mamae
mengecil,
flour
albus
hipomenorea.
Kontraindikasi mutlak
1. Adanya tumor yang dipengaruhi estrogen
2. Penyakit-penyakit hati yang aktif, baik akut maupun menahun
3. Pernah mengalami tromboflebitis, tromboemboli, kelainan serebro-
vaskuler
4. Diabetes mellitus
5. Kehamilan
Kontraindikasi relatif
1. Depresi
2. migrain
3. Mioma uteri
4. Hipertensi
5. Oligomenorea
Pemberian pil kombinasi kepada wanita yang mempunyai kelainan
10
dianjurkan
untuk
melakukan
pemeriksaan
sediaan
apus
(Papanicolaou smear) dan pemeriksaan mamae setahun sekali pada pemakai pil.
2. Mini pil
Pada Tahun 1965 Rudell dkk. Menemukan bahwa pemberian progestagen
(khlormadinon asetat) dalam dosis kecil (0,5 mg per hari) menyebabkan wanita
tersebut menjadi infertile. Mini pill bukan merupakan penghambat ovulasi oleh
11
karena selama memakan pil mini ini ovulasi kadang-kadang masih dapat terjadi.
Efek utamanya ialah terhadap lendir serviks, dan juga terhadap endometrium,
sehingga nidasi blastokista tidak dapat terjadi. Mini pill ini umumnya tidak
dipakai sebagai kontrasepsi.
3. Morning After pil
Pada tahun 1966 Morris dan Van Wagenen ( Amerika serikat ) menemukan
bahwa estrogen dalam dosis tinggi dapat mencegah kehamilan jika diberikan
segera setelah coitus yang tidak dilindungi. Penyelidikan mereka lakukan pada
wanita sukarelawan dan wanita yang diperkosa. Kepada sebagian wanita-wanita
tersebut diberikan 50 mg dietilstilbestrol ( DES) dan kepada sebagian lagi
diberikan 0,5 sampai 2 mg sehari selama 4-5 hari setelah terjadinya koitus.
Kegagalan cara ini dilaporkan dalam 2,4 % dari jumlah kasus. Kiranya dengan
cara ini dapat dihalangi implantasi blastokista dalam endometrium.
Cara Pemberian :
- Bentuk pil : diminum pertama kali dalam batas waktu sampai 3 hari
setelah sanggama
- Dosis berikutnya diminum 12 jam kemudian setelah dosis pertama
- Batas waktu sampai 7 hari pasca senggama, kegagalan : 0.1% - 2.0% jika
dimulai dalam 72 jam pasca senggama sebelum ovulasi. Jika sudah terjadi
kehamilan, tidak bermanfaat lagi. Jika sudah terjadi kehamilan, tidak
bermanfaatlagi.
Masalahnya, umumnya pasien baru datang sesudah terlambat haid (sekitar
2-3 minggu setelah kemungkinan ovulasi / fertilisasi), dan bukannya pada
hari sesudah senggama tanpa proteksi tersebut.
Amenore sesudah minum pill (post pill amenorrhea)
Sembilan puluh delapan persen (98%) wanita yang minum pil dapat haid
lagi disertai dengan ovulasi dalam 3 bulan setelah pil dihentikan. Pada 2% yang
lain haid mulai lagi kadang-kadang memerlukan waktu sampai 2 tahun.
Makin lama amenore berlangsung, makin kecil kemungkinan bahwa
keadaan menjadi normal kembali. Walaupun lamanya mnum pil dan umur yang
bersangkutan memegang peranan dalam timbulnya amenorea, namun ada juga
12
yang menderita kelainan tersebut sesudah minum pil tidak lebih dari 3 bulan.
Mengenai sebab timbulnya amenore sesudah minum pil ada 2 kemungkinan:
pemakaian pil menghambat pengeluaran releasing factor dari hipotalamus, sedang
kemungkinan lain ialah bahya sebabnya terletak pada ovarium. Perlu dipikirkan
pula behwa amenore sekunder itu mempunyai sebab-sebab lain diluar pemakaian
pil.
b. Injeksi / suntikan
1. Depo Provera
Depo-provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk
tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat
efektif. Obat ini termasuk obat depot. Noristerat juga termasuk dalam golongan
ini.
Mekanisme Kerja
1. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan Releasing Factor dari hipotalamus.
2. lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma
melalui serviks uteri.
3. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi
4. Kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah
Keuntungan metoda depot ialah: 1) efektifitas tinggi; 2) sederhana
pemakaiannya; 3) cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4 x
setahun); 4) reversibel; 5) cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.
Kekurangan metoda depot ialah: 1) sering menimbulkan perdarahan yang
tidak tertatur (spotting, breakthrough bleeding), dan lain-lain; 2) dapat
menimbulkan amenore. Obat suntikan cocok digunakan bagi ibu-ibu yang
beru saja ersalin dan sedang menyusui anaknya.
Waktu Pemberian dan dosis
Depo Provera sangat cocok untuk program postpartum oleh karena tidak
mengganggu laktasi, dan terjadinya amenore setelah suntikan Depo Provera tidak
akan mengganggu ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa post partum, Depo
Provera disuntikkan sebelum ibu meninggalkan Rumah Sakit, sebaiknya sesudah
air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 s/d hari ke-5. Depo Provera
13
Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang
( 5 tahun dan bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada
dalam waktu satu tahun setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai
90 % wanita daat menjadi hamil kembali.
14
15
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti)
16
Dapat dipasang segera estela melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
Perdarahan
Gangguan pada suami benang AKDR keluar dari portio uteri terlalu
pendek atau terlalu panjang.
Komplikasi AKDR
Infeksi adanya infeksi sub akut atau menahun pada traktus genitalis
sebelum pemasangan AKDR
Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas sectio sesaria,
enukleasi mioma
Kontraindikasi absolut:
Kehamilan
17
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut:
Post partum
Post abortus
3. Sterilisasi
- Vasektomi pada pria
Pengikatan / pemotongan vas deferens kiri dan kanan pad pria untuk mencegah
transport spermatozoa dari testis melalui vasa ke arah uretra. Dilakukan dengan
cara operasi, dapat dengan operasi kecil atau (minor Surgery)
Gambar 6. Vasektomi
Seorang yang telah mengalami vasectomy baru dapat dikatakan betul-betul
steril jika dia telah mengalami 8-12 kali ejakulasi setelah vasectomy. Oleh karena
18
itu sebelum hal tersebut diatas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan pada saat
koitus memakai kontrasepsi lain.
Komplikasi vasectomy antara lain adalah infeksi pada sayatan, reasa
nyari, terjadinya hematoma karena perdarahan kapiler, epididimitis dan
granuloma.
Kegagalan vasectomy dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi
spontan, gagal mengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya
anomali vas deferns misalnya ada 2 vas deferens pada kanan atau kiri, koitus
dilakukan sebelum kantong seminalnya batul-betul kosong.
Tubektomi
Pengikatan / pemotongan tuba falopii kiri dan kanan pada wanita untuk
mencegah transport ovum dari ovarium melalui tuba ke arah uterus.
Dilakukan dengan cara operasi (laparotomi / laparoskopi), dengan berbagai
metode. Efektifitas tinggi, reversibilitas rendah, sehingga disebut kontrasepsi
mantap.
Manfaat:
Kontrasepsi
Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempan selama tahun pertama
penggunaan)
Permanen
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium.
Nonkontrasepsi
Berkurangnya resiko kanker ovarium.
Sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat
berikut:
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
19
Kapan Dilakukan:
Pasca persalinan:
-
Pasca keguguran:
-
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, 2002. Kontrasepsi; Dalam Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
sarwono, Jakarta.
Sarwono, 2002. Siklus Haid ; Dalam Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
sarwono, Jakarta.
Sarwono, 2002. Siklus Haid ; Dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
sarwono, Jakarta.
Kontrasepsionline, 2008. Kontrasepsi. www. Kontrasepsi.com. Diakses tanggal
19 Oktober 2008.
22