Professional Documents
Culture Documents
GLAUKOMA SIMPLEK
Disusun oleh:
Devi Haryati 09310056
Pembimbing
dr. Sutrisno, Sp. M
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intra okuler yang disertai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah
katarak. Di Indonesia glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk.
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian yaitu glaukoma primer,
glaukoma sekunder, glaukoma kongenital dan glaukoma absolut sedangkan
berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi
menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Penatalaksanaan glaukoma berupa pengobatan medis, terapi bedah dan laser.
Primary Open Angle Glaucoma (POAG) merupakan glaukoma yang
paling sering ditemui dan biasanya pada orang dewasa. Suatu glaukoma primer
yang ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. POAG juga dikenali sebagai
glaukoma kronik simpleks. Glaukoma simplek diagnosisnya dibuat bila
ditemukan glaukoma pada kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa
ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab. Glaukoma simplek
mempunyai respon yang baik terhadap obat-obatan dan harus digunakan seumur
hidup, jika kerusakan saraf penglihatan masih dalam tahap awal.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Sudut Camera Oculi Anterior
Gambar 1.Anatomi Bilik Mata Depan, Kanalis Schlemm dan Trabekula Meshwork
konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi, dan konsentrasi
protein, urea, dan glukosa lebih rendah.
Aqueous diproduksi badan siliaris. Ultrafiltrat plasma diproduksi pada
stroma prosesus siliaris, kemudian dimodifikasi dengan sekresi epitel prosesus
siliaris. Memasuki kamera okuli posterior, aqueous melewati pupil menuju
kamera okuli anterior kemudian ke trabecular meshwork pada sudut kamera
okuli anterior dimana terjadi pertukaran komponen dengan darah di iris.
Trabecular meshwork terdiri atas kolagen dan jaringan elastin yang
dilapisi sel trabekular yang membentuk filter dengan ukuran pori yang
semakin mengecil ketika mendekati kanal Schlemm. Kontraksi muskulus
siliaris melalui insersinya pada trabecular meshwork memperbesar ukuran
pori sehingga meningkatkan drainase aqueous. Jalan menuju kanal Schlemm
tergantung dari formasi siklik kanal transelular pada lapisan endotel. Kanal
eferen dari kanal Schlemm menyalurkan cairan ke vena. Sebagian aqueous
melewati muskulus siliaris dan melalui sklera (aliran uveoskleral).
Tahanan aliran keluar aqueous dari kamera okuli anterior adalah
lapisan endotel pada kanal Schlemm dan sebagian trabecular meshwork.
Tekanan pada jaringan vena di episklera menentukan tekanan intraokular
minimal yang dapat dicapai dengan terapi medis.
C. Definisi Glaukoma
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau
kebiruan, yang ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil
saraf otak, dan menciutnya lapang pandang.
Glaukoma adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan
oleh meningkatnya tekanan bola mata, sebagai akibat adanya hambatan
sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih yang membawa
oksigen, gula dan nutrient/zat gizi penting lainnya ke bagian-bagian mata dan
juga untuk mempertahankan bentuk bola mata). Meningkatnya tekanan di
dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara produksi dan
pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak jaringan jaringan
syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata. Kerusakan ini tidak
dapat disembuhkan dan dapat menyebabkan kebutaan pada tahapan yang
parah.
D. Epidemiologi Glaukoma
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah
katarak. Di Indonesia glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk.
Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun
dengan tingkat risiko penderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir
separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita
penyakit tersebut. Menurut survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia
glaukoma merupakan penyebab kebutaan utama yang ketiga untuk kedua
mata, setelah katarak dan kebutaan karena kelainan refraksi, dengan
prevalensi sekitar 0,16% jumlah penduduk Indonesia. Menurut data dari WHO
pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak
(47,8%),
galukoma
(12,3%),
uveitis
(10,2%),
age-related
mucular
E. Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer, penyebab timbulnya glaukoma tidak
diketahui. Glaukoma primer dibagi atas 2 bentuk yaitu glaukoma sudut
tertutup atau glaukoma sudut sempit dan glaukoma sudut terbuka, yang
disebut juga sebagai glaukoma simpleks atau glaukoma kronik.
a. Glaukoma Sudut Tertutup
1) Sudut Tertutup Akut
Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit. Pada
glaukoma sudut tertutup terjadi penutupan pengaliran keluar cairan
mata secara mendadak. Tekanan yang mendadak ini akan
memberikan rasa sakit yang sangat di mata dan di kepala serta
perasaan mual dan muntah. Keadaan mata menunjukkan tanda-tanda
peradangan seperti kelopak mata bengkak, mata merah, tekanan bola
mata sangat tinggi yang mengakibatkan pupil lebar, kornea suram
dan edem, iris sembab meradang, penglihatan kabur disertai dengan
adanya halo (pelangi disekitar lampu). Serangan glaukoma mudah
terjadi pada keadaan ruang yang gelap seperti bioskop yang
memungkinkan pupil melebar, dan akibat mengkonsumsi beberapa
obat tertentu seperti anti-depresan, influenza, anti-histamin, antimuntah serta obat yang melebarkan pupil. Keluhan ini hilang bila
pasien masuk ruang terang atau tidur karena terjadi miosis yang
mengakibatkan sudut bilik mata terbuka. Hanya pembedahan yang
dapat
mengobati
glaukoma
sudut
tertutup
akut.
Tindakan
tertutup
sama
sekali.
Masing-masing
keadaan
sudut
terbuka
kronik
(simpleks)
adalah
Glaukoma Steroid
Pemakaian kortikosteroid topikal ataupun sistemik dapat
mencetuskan glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks). Pada
pasien glaukoma steroid akan terjadi peninggian tekanan bola mata
dengan keadaan mata yang terlihat dari luar putih atau normal.
Pasien akan memperlihatkan kelainan funduskopi berupa ekskavasi
papil glaukomatosa dan kelainan pada lapang pandangan. Bila
steroid diberhentikan maka pengobatan glaukoma steroid masih
diperlukan sama seperti pengobatan pada glaukoma lainnya.
3)
neovaskuler
adalah
glaukoma
sekunder
yang
b. Glaukoma Maligna
Glaukoma maligna adalah suatu keadaan peningkatan tekanan
intrakuler (TIO) atau tekanan pada bola mata oleh karena terdapatnya
hambatan siliar (ciliary block). Hambatan siliar pada glaukoma maligna
terjadi karena penempelan lensa dengan badan siliar atau badan kaca
dengan badan siliar. Hal ini menyebabkan terjadinya penimbunan cairan
mata (akuos humor) hasil produksi badan siliar di bagian belakang yang
mendesak ke segala arah. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya
pendangkalan bilik mata depan.
c. Glaukoma dengan Hambatan Pupil
Glaukoma dengan hambatan pupil adalah glaukoma sekunder
yang timbul akibat terhalangnya pengaliran cairan mata (akuos humor)
dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Hambatan ini dapat
bersifat total dan relatif. Pada hambatan yang bersifat total, glaukoma
terjadi akibat perlekatan iris dengan lensa ataupun iris dengan badan
kaca. Hal ini biasanya terjadi sesudah peradangan. Pada hambatan yang
bersifat relatif, glaukoma terjadi akibat iris dan pangkal iris terdorong
kedepan, sehingga menutup sudut bilik mata depan. Akibatnya terjadi
tekanan yang lebih tinggi di bilik mata belakang dibandingkan dengan
bilik mata depan.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital merupakan suatu keadaan tingginya
tekanan bola mata akibat terdapatnya gangguan perkembangan
embriologik segmen depan bola mata. Gangguan perkembangan
embriologik dapat berupa kelainan akibat terdapatnya membran
kongenital yang menutupi sudut bilik mata depan pada saat
perkembangan bola mata, kelainan pembentukan kanal Schlemm, dan
kelainan akibat tidak sempurnanya pembentukan pembuluh darah bilik
yang menampung cairan bilik mata. Akibat pembendungan cairan mata,
tekanan bola mata meninggi pada saat bola mata sedang dalam
perkembangan sehingga terjadi pembesaran bola mata yang disebut
10
11
1. Definisi
Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai dengan
penggaungan diskus optikus (cupping), penurunan lapang pandang serta
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okular. Glaukoma kronik
sering disebut juga dengan glaukoma simpleks ataupun glaukoma primer
sudut terbuka/Primary Open Angel Glaucoma (POAG).
12
b.
TIO >21mmHg
c.
d.
e.
13
tua menderita glaukoma dan meningkat menjadi empat kali lipat pada
pasien dengan saudara sedarah yang menderita glaukoma primer sudut
terbuka. Miopia juga memiliki kaitan khusus dengan peningkatan insiden
terjadinya galukoma dan lebih rentan terjadi kerusakan akibat glaukoma.
4. Patogenesis
14
15
16
17
peningkatan
tekanan
intra-orbita.
Pemeriksaan
yang
18
dan
Brinzolamide.
Bekerja
dengan
Penatalaksanaan bedah
Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan
baru dilakukan bila terjadi beberapa keadaan antara lain:
1) TIO tak dapat dipertahankan di bawah 22 mmHg
19
berbagai
cara
yang
tersedia
diantaranya,
argon
laser
20
sekitar 80% pasien glaukoma sudut terbuka dengan terapi medis yang
tidak terkontrol menunjukkan penurunan TIO.
3) Trabekulektomi
Trabekulektomi merupakan suatu cara yang konservatif dalam
penanganan glaukoma. Trabekulektomi merupakan teknik bedah untuk
mengalirkan cairan melalui saluran yang ada dan sering dilakukan
pada glaukoma sudut terbuka. Pada trabekulektomi ini cairan mata
tetap terbentuk normal akan tetapi, pengaliran keluarnya dipercepat
atau salurannya diperluas. Tujuannya agar cairan mata bisa melewati
anyaman trabekula menuju ruang subkonjungtiva dimana pada saat
bersamaan tekanan intraokuler optimal tetap dipertahankan ( tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah ) sebagaimana mempertahankan
bentuk bulat mata ( mencegah pendangkalan bilik mata depan). Teknik
ini dimulai dengan melakukan beberapa tahapan, yaitu: eksposure,
robekan konjungtiva, flap sclera, parasintesis, sklerostomi, iridektomi,
pentupan flap sclera, pengaturan aliran dan penutupan konjungtiva.
Gambar 6. Trabekulektomi
21
Pemeriksaan skrining
Masalah utama dalam mendeteksi glaukoma primer sudut terbuka
adalah tidak adanya gejala yang terjadi sampai penyakit sudah lanjut.
Pemeriksaan skrining sebaiknya dilakukan pada populasi risiko tinggi
(misalnya ras Afrika-Amerika), pada orang lanjut usia, pada pasien
asimptomatik berusia 40 tahun atau lebih muda dan lebih sering pada yang
berusia lebih lanjut. Pemeriksaan skrining sebaiknya dilakukan pada
pasien dengan riwayat keluarga setiap dua tahun pada usia diatas 40 tahun
dan setiap tahun setelah usia 50 tahun.
Pemeriksaan skrining yang dianjurkan adalah pemeriksaan tekanan
intraokular (tekanan >21 mmHg), pemeriksaan oftalmoskop (CD rasio
vertikal >0,4), dan pemeriksaan lapang pandang.
10. Prognosis
Tanpa tatalaksana yang adekuat, POAG dapat berprogresi terus
hingga menjadi kebutaan total. Apabila obat drop anti-glaukoma dapat
mengontrol TIO
belum mengalami
kerusakan
progresi
glaukoma
walaupun
telah
mendapat
terapi
medikamentosa.
SIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24