Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Di Indonesia eklamsia ( di samping penyakit infeksi ) masih merupakan sebab
utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis
dini preeklamsia, yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsia dan penanganannya
perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Jadi jelas
bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur dan rutin sangat perlu untuk mencari tanda
tanda preeklamsia.
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi dalam kehamilan disertai proteinuria
setelah usia gestasi 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat juga timbul
sebelum usia kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblast.
Dahulu adanya edema merupakan gejala penting dari preeklamsia. Namun
sekarang, untuk menegakkan diagnosis preeklamsia gejala tersebut tidak harus ada.
Komponen hipertensi pada penyakit ini adalah bila tekanan darah sistolik 140
mmHg, atau bila tekanan darah diastolik 90 mmHg pada wanita yang biasanya
memiliki tekanan darah yang normal sebelum hamil. Diagnosa preeklamsia memerlukan
paling sedikit 2 kali pemeriksaan tekanan darah yang abnormal, yang diukur sedikitnya
dalam selang waktu 6 jam.
Proteinuri timbul bila konsentrasi protein urin menunjukkan nilai > 300 mg
selama 24 jam. Pengumpulan urin 24 jam merupakan pemeriksaan yang penting untuk
menegakkan diagnosa preeklamsia. Namun bila pemeriksaan tidak mungkin dilakukan,
maka kadar 30 mg/dL ( sedikitnya +1 pada tes dipstick ) dalam sedikitnya 2 kali
pemeriksaan sample urin secara acak, dengan jarak masing masing 6 jam, dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosa preeklamsia.
BAB II
PREEKLAMSIA BERAT
Preeklamsia dapat diklasifikasikan menjadi preeklamsia ringan dan berat.
Preeklamsia berat sering dihubungkan dengan oliguria, gangguan serebral atau visual,
edema paru atau sianosis, nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen, gangguan
fungsi hati, trombositopenia, atau gangguan pertumbuhan janin. Pada preeklamsia ringan,
terdapat hipertensi dan proteinuria, tapi tidak terlalu menonjol dan pasien juga tidak
menunjukkan adanya disfungsi organ organ yang lain.
DEFINISI
Preeklamsia ialah patologi kehamilan yang ditandai dengan trias hipertensi,
edema dan proteinuria yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera
setelah persalinan.
EPIDEMIOLOGI
Di USA preeklamsia terjadi sekitar 6 8 % dari seluruh kehamilan. Rata rata eklamsia
adalah 0,05 %. Preeklamsia berhubungan dengan angka rata rata morbiditi dan mortaliti
perinatal yang tinggi. Preeklamsia adalah penyebab kematian maternal tertinggi kedua,
sekitar 12 18 % dari kehamilan yang berhubungan dengan kematian maternal. Wanita
berkulit hitam mempunyai resiko relatif 2 kali lebih besar untuk preeklamsia
dibandingkan wanita berkulit putih sedangkan wanita yang lebih muda mempunyai resiko
relatif 3 kali lebih besar untuk preeklamsia dibandingkan wanita yang lebih tua.
Pre-eklampsia adalah penyakit yang umumnya ditemukan pada primigravida dan
usia ibu yang ekstrim. Gangguan hipertensi mengenai hampir 8% gestasi dan preeklampsia mengenai sekitar 5-7% kehamilan, dengan insiden 23,6 kasus per 1000
kelahiran di Amerika serikat, di Singapura 0,13-6,6%, sedangkan di Indonesia 3,4-8,5%.
Dari penelitian tahun 1980 didapatkan kasus pre-eklampsia 4,78%. Pre-eklampsia dan
eklampsia menyebabkan 90% kematian ibu hamil di negara berkembang. Sekitar 15%
kelahiran prematur diindikasikan karena pre-eklampsia. Selain itu, data tahun 1990-1999
menunjukkan peningkatan 40% jumlah kasus pre-eklampsia. Akan tetapi, perbedaan
kriteria
diagnosis
dan
pencatatan
yang
kurang
baik
menyebabkan
sulitnya
Resiko relatif 4 kali lebih besar pada anak perempuan atau saudara perempuan
dari wanita yang pernah mengalami preeklamsia.
Resiko relatif 3 kali lebih besar pada wanita hamil pada usia muda
- Nuliparitas 85 % kasus preeklamsia terjadi pada wanita primigravida
- Kehamilan kembar ( gemelli )
PATOFISIOLOGI
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab preeklamsia belum
diketahui. Sampai sekarang banyak teori yang telah dikemukakan, namun belum ada
yang dapat menjelaskan secara lengkap terjadinya gejala gajala yang ada pada
preeklamsia.
Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal berikut ini :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, dan mola
hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklamsia pada kehamilan berikutnya.
Hilangnya
gejala
preEklamsia
setelah
lahirnya
plasenta,
menunjukkan
kemungkinan bahwa plasenta memiliki peranan utama pada kondisi ini. Ditambah lagi,
wanita yang mengalami peningkatan jaringan plasenta saat hamil, seperti pada mola
hidatidosa dan kehamilan kembar, menunjukkan peningkatan prevalensi terjadinya
preeklamsia. Bahkan, adanya hipertensi dan proteinuri setelah usia kehamilan 20 minggu
harus dicari kemungkinan adanya kehamilan mola, karena ia meningkatan kemungkinan
bertambahnya jaringan plasenta yang dapat menyebabkan timbulnya gejala preeklamsia.
Penyebab lainnya antara lain penghentian obat atau kelainan kromosom pada janin
( misalnya : trisomi ).
Beberapa teori telah dikemukakan sebagai upaya untuk menerangkan terjadinya
preeklamsia. Sebuah teori menyatakan bahwa gejala pereeklamsia timbul akibat adanya
peningkatan jumlah sirkulasi mediator aktif pada kehamilan. Misalnya, peningkatan
kadar angiotensin II selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya spasme pembuluh
darah. Teori kedua menyatakan bahwa gangguan perkembangan plasenta menyebabkan
disfungsi endotel pembuluh darah plasenta dan insufisiensi uteroplasental. Disfungsi
endotel pembuluh darah menyebabkan peningkatan permeabilitas, hiperkoagulabilitas,
vasospasme yang luas. Teori lainnya menyatakan bahwa peningkatan cardiac output
selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia. Peningkatan tekanan dan
aliran darah mengakibatkan dilatasi kapiler, yang dapat merusak organ organ, yang
berakhir pada terjadinya hipertensi, proteinuria, dan edema.
Teori lain yang diajukan berdasarkan penelitian epidemiologi, menunjukkan
adanya peranan penting dari faktor genetik dan imunologik. Peningkatan prevalensi juga
ditemukan pada pasien yang menggunakan kontrasepsi, wanita multipara dengan
pasangan baru, dan wanita nullipara menunjukkan peran imunologis. Selain itu, analisa
pola genetik mendukung hipotesa adanya penurunan preeklamsia dari ibu ke janin
melalui gen resesif.
Penelitian terbaru menyatakan bahwa primapaternitas memiliki peran yang lebih
penting daripada primagraviditas.
Patofisiologi terjadinya kejang pada eklamsi tidak diketahui. Namun hal ini
diduga terjadi karena adanya vasospasme serebral, edema , iskemia, dan perpindahan ion
antar kompatemen intraseluler dan ekstraseluler di otak.
Hampir 10 % wanita dengan preeklamsia berat dan 30 50% wanita dengan
eklamsia mengalami hemolisis, peningkatan enzim hepar, dan rendahnya jumlah
trombosit. Semua ini dikenal sebagai HELLP syndrome. Wanita dengan preeklamsia dan
HELLP syndrome menunjukkan nekrosis hepatoselular dan disfungsi hepar. Mereka juga
peningkatan angka kematian, dan sepertiga wanita dengan preeklamsi berkembang
menjadi disseminated intravascular coagulation.
Konsep sekarang mengenai patofisiologi pre-eklampsia adalah kelainan multisistem yang
ditandai dengan vasokonstriksi, perubahan metabolik, disfungsi endotelial, adanya
aktivasi kaskade koagulasi yang bersamaan dengan respon inflamasi. Sebaiknya
gambaran ini dibagi menjadi dua tahap yaitu perubahan perfusi plasenta dan sindrom
maternal.
Pre-eklampsia hanya timbul bila ada plasenta, tidak membutuhkan janin, karena
dapat timbul pada kehamilan mola. Gejala dan tanda berkurang dramatis setalah plasenta
dilahirkan. Plasenta dari kehamilan pre-eklampsia memiliki banyak infark dan
memperlihatkan
sklerosis
arteriol.
Biopsi
plasenta
dari
wanita
pre-eklampsia
GAMBARAN KLINIK
Biasanya tanda preeklamsi timbul dalam urutan: pertambahan berat badan yang
diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsia berat ditemukan
gejala subyektif separti sakit kepala daerah frontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di
daerah epigastrium, penurunan jumlah urin, mual, dan muntah.
Tekanan darah meningkat karena adanya spasmus pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Dengan biopsi ginjal, Altchek dkk (1968Z) menemukan
spasmus yang hebat pada arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus lumen
arteriola begitu kecilnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah.
Bila dianggap bahwa spasmus arteriola juga ditemukan di seluruh tubuh, maka
mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat nampaknya merupakan
usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar oksigenasi jaringan dapat
dipenuhi.
Jika tidak ada penyakit ginjal yang mendasari maka setelah satu minggu
persalinan, proteinuria dan hipertensi membaik.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
1. Hipertensi tanpa gejala yang ditemukan selama Ante Natal Care
2. Edema merata memiliki spesifisitas yang tinggi bagi preeklamsia
3. Gejala gejala neurologis, seperti edema papil dan hiperefleksia harus ditangani
segera, karena dapat merupakan tanda tanda mulai terjadinya eklamsia.
4. Ptechiae dan memar dapat menunjukkan koagulopati
9
11
Pemeriksaan edema
Pemeriksaan funduskopik
12
Pemeriksaan
fungsi
hati
bilirubin,
protein
asam,
aspartat
4. USG
Untuk melihat perkumbangan fetus. Selain itu, pada wanita yang menunjukkan
gejala dan tanda preeklamsia pada usia kehamilan > 20 minggu, sebaiknya
dilakukan pemeriksaaan dengan USG untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
kehamilan mola.
5. Kardiotokografi
PENATALAKSANAAN
13
14
1.
Pertimbangkan rawat inap jika tekanan darah sistolik 160 mmHg, atau tekanan
darah diastolik 100 mmHg, atau hipertensi dan protinuria +, atau jika terdapat
gejala nyeri perut dengan hipertensi +/- proteinuria.
2.
Awasi tekanan darah, edema, gejala, fundus optik, refleks +/- klonus, urinalisis
untuk protein, volume urin, balans cairan.
3.
4.
Prinsip tatalaksana:
a.
Obati hipertensi jika tekanan darah sistolik 170 mmHg, atau tekanan
darah diastolik 110 mmHg, atau tekanan arteri rata-rata 125 mm Hg dengan
target tekanan darah 130-140/90-100 mmHg. Perhatikan CTG selama dan setelah
pemberian obat dalam 30 menit. Obat yang dapat digunakan berupa hydralazin,
labetolol dan nifedipine.
b.
c.
ii.
Klorpromazin 50 mg IM
iii.
Diazepam 20 mg IM
d.
ii.
iii.
e.
15
Diindikasikan pada pre-eklampsia berat, eklampsia, dan preeklampsia hampir term. Diberikan secara IV/IM untuk
profilaksis kejang pada pre-eklampsia. Gunakan IV untuk
onset aksi yang lebih cepat pada eklampsia.
Dosis
Kontraindikasi
Interaksi
Kehamilan
16
Dosis
Kontraindikasi
Interaksi
Kehamilan
Nama obat
Dosis
mg
Hipersensitivitas, syok kardiogenik, edema pulmoner,
Kontraindikasi
bradikardia berat
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simptomatis, karena etiologi preeklamsia dan
faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya belum diketahui.
Tujuan utama dalam pengelolaan ialah :
1. Mencegah timbulnya eklamsia
17
Sindroma HELLP
Pengobatan medicinal:
-
Diuretikum
18
MgSO4 dihentikan bila ada tanda intoksikasi dan setelah 8 24 jam pasca persalinan,
yaitu berupa:
-
19
Pengelolaan konservatif:
Kehamilan dapat dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan medicinal:
-
Edema
Nil
Pretibial
Umum
Proteinuria
g/dl
stick
<0,5
Nil
0,5-2
+
2-5
++
>5
+++
Sistolik
<140
140-160
160-180
>180
Diastolik
< 90
90-100
100-110
>110
KOMPLIKASI PEB
Gagal Ginjal Akut (Acute Renal Failure)
20
Merupakan sindrom yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus secara
mendadak dan cepat yang menyebabkan terjadinya retensi produk sisa nitrogen seperti
ureum dan kreatinin.
Terbagi atas 3 fase :
-
Penyebab:
Prerenal akibat hipoperfusi ginjal :
-
2. Nutrisi:
-
21
anuria
Azotemia (Ur>200mg/dl)
Ensefalopati uremikum
Renjatan:
Apabial status hidrasi cukup namun pasien tetap hipotensi dapat diberikan
vasopressor seperti :
Dopamin dosis 8mcg/KgBB/mnt atau efinefrin 0,1-0,5 mcg/kgBB/mnt.
Penurunan kesadaran
22
Perdarahan otak
-
DNR
Prognosis
Prognosis neonatus yang lahir dari ibu pre-eklampsia ditentukan dengan masalah yang
berhubungan seperti prematuritas, berat badan lahir rendah.
DAFTAR PUSTAKA
23
24