Professional Documents
Culture Documents
Krissi Stiffensa
102010125
Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan
mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus
untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan
dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan. Permukaan
dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang
membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada
konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradangan
konjungtiva disebut konjungtivitis.
Anamnesis
Dari anamnesis, diketahui pasien mempunyai keluhan utama kedua mata mata merah
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan mata terasa berat, sekret serous, gatal
minimal dan silau bila melihat cahaya namun pandangan tidak kabur.
Anatomi Mata
Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebraris) dan permukaan
anterior sclera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebrais melapisi permukaan
posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus,
konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus
jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris.
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat
berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.1
Histologi
Secara histologi, lapisan sel konjungtiva terdiri dari dua hingga lapisan sel epitel
silindres bertingkat, superficial dan basal. Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel
goblet bulat atau oval yang mensekresi mucus yang diperlukan untuk disperse air mata.
Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superficial dan dapat
mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva dapat dibagi menjadi lapisan adenoid (superfisialis) dan satu
lapisan fibrosa (profundus). Lepisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak
berkembang sampai bayi berusia 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan
penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata.3
Perdarahan dan Persyarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua
arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva
membentuk jaringan vaskularkonjungtiva yang banyak. Konjungtiva juga menerima
persyarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang relative
sedikit.3
Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit
mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak
2
membalikan
tangkai
menggunakannya sebagai titik tumpu. Ibu jari sekarang dapat dipakai untuk
aplikator,
memegang
kelopak mata yang dibalik, tangkai aplikator dapat diangkat. Setelah inspeksi konjungtiva
tarsalis, mintalah pasien untuk melihat ke atas untuk mengembalikan kelopak mata pada
posisi normal.
Konjungtiva normal seharusnya berwarna merah muda. Perhatikan jumlah pembuluh
darah. Normalnya hanya terlibat sedikit pembuluh darah. Mintalah pasien untuk melihat ke
atas dan tariklah kelopak mata bawah ke bawah. Bandingkan vaskularitasnya.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untk
mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan
granula- granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik
bebas.
Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajad pandangan perifer klien karena
jika terdapat secret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran
visus/melihat halo.
Etiologi
Bakteri
- Hiperakut (purulen)
Neisseria gonorrhoeae
Neisseria meningitidis
Bakteri
3
Parasit
- Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis
kronik.
Thelazia californiensis
Parasit
Loa loa
Ascaris lumbricoides
Trichinella spiralis
Schistosoma haematobium
Taenia solium
Pthyrus pubis
Larva lalat (Oestrus ovis)
Imunologik (alergika)
- Reaksi hipersensitivitas segera (humoral)
Konjungtivitis hay fever (serbuk sari,
tumbuhan, bulu hewan)
Keratokonjungtivitis vernal
Keratokonjungtivitis atopik
Keratokonjungtivitis papilar raksaksa
- Reaksi hipersensitivitas lambat (selular)
Fliktenuloris
Konjungtivitis ringan sekunder terhadap
blefaritis kontak
- Penyakit autoimun
Keratokonjungtivitis sika pada sindrom
sjogren.
Viral
Kimiawi atau iritatif
- Konjungtivitis folikular viral akut
- Iatrogenik
- Demam faringokonjungtivitis adenovirus
Miotik
Idoxiuridine
tipe 3 dan 7.
Obat topikal lain
- Keratokonjungtivitis epidemika adenovirus
Larutan lensa kontak
tipe 8 dan 19.
- Yang berhubungan dengan pekerjaan
- Virus herpes simpleks
Asam
- Konjungtivitis hemorargik akut oleh
Kimiawi atau Iritatif
Viral
Basa
enterovirus tipe 70
Asap
- Konjungtivitis folikular viral kronik (virus
Angin
Sinar UV
moloscum kontaginosum)
- Bulu ulat
- Blefarokonjungtivitis viral (varicella, herpes
zooster, virus campak)
Riketsia
- Konjungtivitis
non-purulen
dengan
(steven
- Demam mediterania
- Demam-Q
Jamur
- Eksudatif kronik
candida
- Granulomatosa
Rhinosporiidium
Coccidioides immitis
Sporotrix schenckii
Tabel 1. Penyebab Konjungtivitis.3
Epidemiologi
Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang dari pada di daerah hangat, dan
hampir tidak ada di daerah dingin. Biasanya mulai pada tahun-tahun pubertas dan berlangsung
selama kurang lebih 5-10 tahun.
Penyakit ini lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Konjungtivitis vernal paling banyak ditemukan di Afrika sub-sahara dan Timur tengah dan
parah pada musim semi, musim panas dan musim gugur.
Gejala Klinis konjungtivitis.3
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair, eksudasi, pseudoptosis,
a.
juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hiperemik dan menambah jumlah air mata tersebut.
Eksudasi
Adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudasinya berlapis-lapis dan amorf
pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konjungtivitis alergika. Pada hampir semua
d.
e.
Hipertrofi papilar
Reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus
atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk
substasi papila (bersama unsur sel dan eksudat) mencapai membran basal epitel, bercabang-
Diagnosis Kerja
A. Konjungtivitis Viral
Definisi
Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis
virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan
yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri
Etiologi dan Faktor resiko
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah
virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling
membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster,
picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus.
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat
menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus
(fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.1
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis
konjungtivitis
ataupun
mikroorganisme
penyebabnya.
Mikroorganisme
yang
dapat
difokuskan pada
gejala-gejala
yang
membedakan
tipe-tipe
menurut
Komplikasi
Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis.
Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut linear halus
atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit
Tatalaksana
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa
umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau
sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Pasien konjungtivitis juga
diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi
Diagnosis Banding
B. Konjungtivitis Bakterialis
Konjungtivitis bakterialis adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri.
Pada konjungtivitis ini biasanya disertai mata merah, secret pada mata dan iritasi mata.
Etiologi dan Faktor resiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk yaitu hiperakut, akut,
subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan okeh N.
gonorrhoeae, Neisseria kochii dan Neisseria meningitides. Bentuk yang baru disebabkan
Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptus.
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata
yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi
pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan
imunodefisiensi
Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci,
staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh
ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.
Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal,
penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah.
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab
perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotic
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi
konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal
dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,
mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada
mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva.
Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi
konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis
bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan
sering dijumpai edema pada kelopak mata.
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis
bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata,
sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang
saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan gram untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab.
Pemeriksaan sensitivitas bakteri pun diperlukan.
Komplikasi
Blefaritis marginal kronik disebabkan infeksi staphylococcal, ulkus dan perforasi
merupakan komplikasi yang dapat terjadi juga. ulserasi kornea dapat disebabkan oleh n.
gonorrhoeae, N. kochii, N. meningitides, H. aegyptius, S.aureus dan M. Cattarrhalis, apabila
toksin men embus bilik mata anterior dapat menyebabkan iritis toksisitas.
Terapi
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya.
Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis
purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi
topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis
harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva.1
C. Konjungtivitis Alergika (Imunologik)
Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun.
Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi
hipersensitivitas tipe 1.
Reaksi Hipersensitivitas Humoral Segera
1. Konjungtivitis Hay Fever
Radang konjungtiva non-spesifik ringan umumnya menyertai hay fever (rhinitis
alergika). Biasanya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput, bulu hewan, dll. Pasien
9
mengeluh gatal, kemerahan, mata berair dan sering mengatakan matanya seakan-akan
tenggelam dalam jaringan sekitarnya.
Terdapat injeksi ringan disekitar konjungtiva palpebraris dan konjungtiva bulbaris;
selama serangan akut sering ditemukan kemosis berat (yang menjadi sebab kesan
tenggelam). Terdapat sedikit kotoran mata, khususnya setelah pasien menggucek matanya.
Eosinofil sulit ditemukan pada kerokan konjungtiva. Jika alergennya menetap, dapat
menjadi konjungtivitis papilar.
Pengobatan dilakukan dengan penetesan vasokonstriktor-antihistamin topikal.
Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin peroral hanya sedikit
manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan cukup memuaskan, namun kekambuhan
sering ditemukan, kecuali bila antigennya dihilangkan. Untungnya, frekuensi serangan dan
beratnya gejala cenderung menurun dengan meningkatnya usia.
D. Konjungtivitis Jamur
Definisi
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan
infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat
timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain
Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium
serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang.5
.
Temuan klinis dan sitologi
Gatal
Hiperemia
Mata berair
Eksudasi
Adenopati periaurikular
Viral
Minimal
Generalisata
Banyak
Minimal
Sering
Bakteri
Minimal
Generalisata
Sedang
Banyak
Jarang
Klamidia
Minimal
Generalisata
Sedang
Banyak
Hanya sering
Alergika
Hebat
Generalisata
Minimal
Minimal
Tak ada
pada
konjungtivitis
Pada kerokan dan eksudat Monosit
Bakteri,
inklusi
PMN,
yang dipulas
PMN
plasma,
sesekali
badan inklusi
Tak pernah
dan demam
Tabel 2. Pembagian jenis-jenis konjungtivitis umum1
Terapi
10
sel Eosinofil
Tak pernah
Konjungtivitis bakterial biasanya diobati dengan tetes mata atau krim antibiotik, tetapi
sering sembuh dalam waktu sekitar dua minggu walaupun tanpa pengobatan. Karena
konjungtivitis bakterial sangat menular diantara anggota keluarga dan teman sekolah,
diperlukan teknik mencuci tangan yang baik dan pemisahan handuk bagi individu yang
terinfeksi. Anggota keluarga tidak boleh bertukar bantal atau seprai. Konjungtivitis yang juga
berhubungan dengan otitis media diobati dengan antibiotik sistemik. Kompres hangat pada
mata dapat mengeluarkan rabas.
Konjungtivitis viral biasanya diobati dengan kompres hangat. Teknik mencuci tangan
yang baik diperlukan untuk mencegah penularan.
Konjungtivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin.
Antihistamin atau tetes mata yang mengandung steroid dapat digunakan untuk mengurangi
gatal dan inflamasi.
Konjungtivitis yang disebabkan iritan diobati dengan mengeluarkan benda asing,
diikuti dengan penggunaan obat antibakteri.6
Komplikasi
Infeksi bakteri tertentu (gonore, beberapa jenis konjungtivitas klamidia), dan infeksi
virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata jika tidak diobati. Benda asing
dimata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pembentukan jaringan parut.
Konjungtivitis dapat menjadi gejala awal penyakit sistemik berat, yaitu penyakit
Kawasaki. Penyakit ini adalah salah satu vaskulitis yang tersebar luas yang mempengaruhi
banyak organ tubuh termasuk jantung, otak, sendi, hati dan mata. Penyakit ini dimulai secara
akut dengan demam tinggi yang diikuti secara singkat dengan konjungtivitis bilateral yang
signifikan karena tidak adanya rabas dan prosesnya lama. Ruam dan pembengkakan tangan
dan kaki menyertai gejala awal ini. Diagnosis dini penting untuk mencegah kerusakan pada
arteri koroner. Terapi untuk penyakit Kawasaki mencakup penggunaan aspirin dan globulin
gamma.6
Pencegahan
Pencegahan infeksi pada anggota keluarga lain merupakan pertimbangan penting pada
kasus konjungtivitis bakteri. Waslap dan handuk anak harus dipisahkan dengan yang
digunakan individu lain. Tisu yang dipakai untuk membersihkan mata harus dibuang. Anak
harus menahan diri untuk tidak menggosok mata dan dilatih mencuci tangan yang baik.
Strategi untuk mencegah kebutaan pada anak harus diupayakan agar bisa mencakup 3
tingkatan pencegahan :
- Pencegahan primer : mencegah keberadaan penyakit dalam masyarakat.
- Pencegahan sekunder : mencegah komplikasi yang mengancam terjadinya gangguan
penglihatan dan kebutaan pada suatu penyakit.
11
Konseling genetik, adalah strategi pencegahan primer terhadap kelainan genetik. Hal
ini semakin dianggap penting di berbagai negara, tetapi sampai saat ini belum
diterapkan secara luas mengingat sumber daya yang dibutuhkan dan adanya
Prognosis
Konjungtivitis pada umumnya bersifat self limited disease, artinya dapat sembuh
dengan sendirinya..
Kesimpulan
Konjungtivitis adalah salah satu penyakit mata yang dapat mengganggu penderita
sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si
penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivitis, bahkan bayi yang baru lahir.
Penularan terjadi ketika seseorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita
atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita
harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari
penularannya.
13
Daftar Pustaka
1. Ilyas, Sidartha. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;
2009. h. 121-38.
2. Riordan Paul, Whitcher John. Oftalmologi umum. Edisi ke 17. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 97-115.
3. Bates, Barbara. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2009.
4. N, Mitchell et al. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran.
Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.430-1.
5. Sudoyo, Aru. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata, Marcellus.
Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 1. Jakarta Pusat : Interna
Publishing; 2009.h. 1583-95.
6. Hartono, Andry. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006. h. 143.
14