Professional Documents
Culture Documents
UJI STABILITAS
NAMA
NPM
: 260110140110
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM
ASISTEN
ABSTRAK
Stabilitas merupakan kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat dan
karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya saat dibuat dalam batasan yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. Asetosal adalah salah
satu sediaan obat yang bekerja sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar asetosal dalam berbagai variasi
suhu dan waktu tertentu serta memperlihatkan penguraian sedian farmasi yang
disebabkan oleh kenaikan suhu. Metode yang digunakan adalah metode titrasi asam
basa dan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan faktor A suhu, faktor B waktu,
4 variasi suhu yaitu 30oC, 40oC, 50C dan 60C, 4 periode waktu yaitu 0 menit, 15
menit, 30 menit dan 45 menit. Analisis kadar asetosal menggunakan metode titrasi
asam basa. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi suhu, nilai tetapan laju k
semakin kecil. Semakin tinggi suhu, kadar asetosal semakin besar dan nilai potensi
terhadap waktu semakin kecil. Menggunakan persamaan Arrhenius dan ekstrapolasi
grafik, hubungan log k dengan 1/T adalah berbanding terbalik. Semakin kecil nilai
log k maka semakin besar nilai 1/suhu mutlaknya.
Kata Kunci : Uji Satbilitas, Asetosal, persamaan Arrhenius
ABSTRACT
Stability is the ability of product to maintain its nature and characteristics similar to
its origin during storage and use period. Asetosal is one of drugs product that works
as analgesic , antipyretic , and anti-inflammatory. The purpose of this experiment
was to determine the levels of asetosal in a variety of temperature and time as well as
the pharmaceutical shows perfomed decomposition caused by rising temperatures.
The method using in this experiment is acid-base titration method and Factorial
Complete Random design. There are two factors in this experiment, factor A is
temperature (30oC, 40oC, 50C and 60C) and factor B are period (0 minute, 15
minutes, 30 minutes and 45 minutes). The results showed that at higher temperature ,
the value of the rate constant k is getting smaller . At higher temperature , the greater
the levels of aspirin and the potential value of the time is getting smaller . Using the
Arrhenius equation and extrapolating graph, it can be seen that the relationship
between log k with 1 / T is inversely proportional . The smaller value of log k ,
greater value of 1 / absolute temperature.
Keywords: stability, Asetosal, Arrhenius equation
I. Tujuan
1. Membuat larutan yang mengandung 4% asetosal dan 10% natrium sitrat.
2. Menentukan kadar asetosal dalam berbagai variasi suhu dan waktu tertentu
dengan menggunakan titrasi asam basa.
3. Memperlihatkan penguraian sediaan farmasi yang disebabkan oleh kenaikan
suhu.
4. Meramalkan kecepatan sediaan yang terurai pada suhu penyimpanan yang
biasa (suhu kamar) dengan menggunakan persamaan Arrhenius dan
ekstrapolasi grafik.
II. Prinsip
1. Hukum Arrhenius
Persamaan Arrhenius menyatakan hubungan antara energi aktivasi dan laju
reaksi (Ilmu kimia,2014).
2. Reaksi netralisasi
Reaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan H2O netral (pH=7) hasil
reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa (Sumardjo,2006).
3. Azas le Chatelier
Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan
mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi
sekecil-kecilnya (Ratna, 2009).
4. Laju reaksi
Laju reaksi dapat diartikan sebagai penambahan atau pengurangan
konsentrasi zat per satuan waktu (Sukardjo,2002).
5. Titrasi asam-basa
Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap
sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Titrasi
yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam basa (Muchtaridi,
2007).
6. Pengenceran
Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang lebih
pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan proses pengenceran, perlu
diingat bahwa penambhaan lebih banyak pelarut ke dalam sejumlah tertentu
larutan stok akan mengubah (mengurangi) konsentrasi larutan tanpa
mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan (Chang,
2005).
7. Stoikiometri
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa dalam pembentukkan senyawanya (Alfian,2009).
III. Reaksi
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O (Svehla,1990).
IV. Teori Dasar
Obat adalah bahan kimia atau paduan bahan kimia yang dimaksudkan
untuk dipakai dalam mendiagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan dan
menyembuhkan penyakit, gejala penyakit, luka, kelainan fisik dan mental, pada
manusia atau hewan, ataupun untuk maksud meningkatkan kesegaran fisik
maupun mental dan bahan ini tidak tergolong makanan atau minuman
(Moningka, 2007).
Obat-obatan terkadang memiliki struktur kimia yang cukup rumit, dan
berdasarkan definisinya merupakan senyawa aktif biologi. Maka, tidaklah
mengherankan jika molekul-molekul reaktif ini mengalami reaksi-reaksi kimia
yang menyebabkan terjadinya dekomposisi dan deteriorasi molekul itu sendiri,
dan proses ini terjadi segera setelah obat-obatan tersebut disintesis atau
diformulasi. Reaksi dekomposisi tersebut kebanyakan menyebabkan obat-obatan
menjadi kurang aktif dari yang diharapkan (efikasi rendah); dan yang lebih parah
lagi, dekomposisi dapat menyebabkan obat menjadi toksik bagi pasien. Hal ini
jelas merupakan berita yang buruk, kecuali bagi pengacara. Oleh karena itu,
proses dekomposisi dan deteriorasi harus dipahami untuk meminimalkan risiko
tersebut di atas terhadap pasien (Cairns, 2004).
Stabilitas Obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan
sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat
(identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf-life) (Joshita, 2008).
Semua obat mengalami penguraian kimia seiring dengan waktu, dan laju
terjadinya penguraian ini penting untuk menentukan lamanya obat dalam
mempertahankan potensinya. Stabilitas kimia obat dapat ditentukan dengan
menggunakan kinetika kimia, dan saat menetapkan stabilitas obat, orde reaksi
dan laju reaksi harus diteliti. Sebagian besar obat dan eksipien terurai pada reaksi
orde nol dan orde pertama, sehinggaakan menjadi satu-satunya orde reaksi yang
dicakup dalam subbab ini. Dalam persamaan yang dipakai dalam kinetika kimia,
sering ditemukan empat variabel (Ansel, 2004).
Stabilitas kimia merupakan kemampuan untuk mempertahankan keutuhan
kimiawi dan potensi zat aktif yang tertera pada etiket dalam batasan spesifikasi.
Adapun yang mempengaruhi stabilitas kimia antara lain :
Orde reaksi adalah jumlah atom atau molekul yang terlibat dalam
reaksi yang konsentrasinya mennetukan laju reaksi.
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu bagi setiap orang dengan
kaitan bidang kefarmasian mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien. Beberapa
prinsip dan proses laju yang berkaitan dimasukkan dalam rantai peristiwa ini :
yang
menyebabkan
ketidakaktifan
obat
melalui
dengan
berbagai
factor,
seperti
metabolism,
5.2 Bahan
1. Air
2. Asam oksalat
3. Asetosal
4. NaOH
5. Na-sitrat
5.3 Gambar Alat
No
Nama
Buret
Corong
Gambar
Erlenmeyer
Gelas kimia
Gelas ukur
Kertas Indikator pH
Labu ukur
Neraca Analitis
Penangas
10
Pipet
11
Statif
VI. Prosedur
VII.
Data Pengamatan
Kelompok 1
Waktu
Titrasi (mL)
Kadar
Potensi
Log
pH
Rata-rata
asetosal (mg)
(%)
Potensi
11,2
10,1
10,65
4585,702
151,919
2,18
15
12,5
12,5
12,5
5381,78
143,56
2,15
30
15,8
11,9
13,85
5963,57
137,69
2,13
45
11,5
12,5
12
5166,98
145,82
2,16
Log K
1,0235
-2,9899
Ea
Log A
-7903,78649 1,2048 x
x 10-3
10-5
K25
t90
6,3314
0,0166
4,919
Log Potensi
2.19
2.18
2.17
2.16
Log Potensi
2.15
2.14
2.13
2.12
0
10
20
30
40
50
Kelompok 2
Titrasi (mL)
Waktu
Kadar
asetosal
Potensi (%)
Log
pH
Rata-rata
11
13
12
5166,99
145,82
0,164
15
11,9
11
11,45
4930,17
148,31
0,171
(mg)
Potensi
30
12,3
12,4
12,35
5317,69
144,24
0,159
45
13,7
12,5
13,1
5640,63
140,86
0,149
Log K
Ea
Log A
K25
t90
0,0009
3,045
-7919,111
1,695 x
-4,77
5,88
0,0178
10-5
Log Potensi ( % )
0.17
0.165
0.16
Log Potensi (%)
0.155
0.15
0.145
0
10
20
30
40
50
Waktu ( Menit )
Kelompok 3
Titrasi (mL)
Waktu
Rata-rata
Kadar
Asetosal
Potensi
Log
(%)
Potensi
(mg)
pH
13,5
12,5
12,60
5,425
143,1%
0,156
15
12,9
12,8
12,85
5,532
141,9%
0,152
30
13,2
13,1
13,15
5,662
140,6%
0,148
45
13
13,5
13,25
5,705
140,2&
0,147
Log K
Ea
Log A
K25
t90
4,606 x
-3.34
-7830.33
2.68 x 10-
-4.57
5.577
0.0188
10-4
0.154
0.152
0.15
Potensi (%)
0.148
0.146
0.144
0.142
0
15
30
45
Titrasi (mL)
Waktu
Kadar
Rata-rata
Asetosal
(mg)
Potensi
Log
(%)
Potensi
pH
13,2
12,5
12,85
5532,98
142%
0,152
15
13
13
13
5597,57
141,3%
0,15
30
13
13,25
13,25
5705.57
140,2%
0,147
45
13,1
13,3
13,3
5726,75
139,95&
0,146
Log k
Ea
Log A
K25
t90
3,07x10-4
-3,51
-7990,28
2,98
-4,52
5,46
0,019
10-5
Log Potensi
0.153
0.152
0.151
0.15
0.149
0.148
Series 1
0.147
0.146
0.145
0.144
0.143
0
15
30
45
1/303 K
1/313 K
1/323 K
-2.9
-3
-3.1
-3.2
-3.3
-3.4
-3.5
-3.6
Log K
1/333 K
VIII.
Perhitungan
8.1 Pembakuan NaOH
Volume Asam Oksalat
Volume NaOH
10 mL
10,3 mL
10 mL
10,6 mL
Volume rata-rata = 10 mL
10 0,1
10,45
= 0,095 N
100 %
x = V titran awal
y = V titran akhir
P0 =
(2 22,15) 12,85
22,15
Log P0 = 0,152
P15 =
(2 22,15) 13
22,15
P30 =
100 % = 141,3 %
(2 22,15) 13,25
22,15
100 % = 142 %
100 % = 140,2 %
P45 =
(2 22,15) 13,3
22,15
100 % = 139,95 %
( )
P0 =
P15 =
P30 =
P45 =
= 2,
Log K = -3,51
= 2,
3,51+2,989
2,97 10 4
= 1752,27
Ea = -7990,28
ln A = -10,41
A=
1 , 1
A = 2,98 x 10-5
Log A = -4,52
8.7 Perhitungan K25
K25 = log A 2,
K25 = 5,46
8.8 Perhitungan t90
t90 =
t90 =
,1
0,105
5,46
= 0,019
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan tentang uji stabilitas.
Adapun tujuan pada praktikum ini adalah membuat larutan yang mengandung
4% asetosal dan 10% natrium sitrat, menentukan kadar asetosal dalam
berbagai variasi suhu dan waktu tertentu dengan menggunakan titrasi asam
basa, memperlihatkan penguraian sediaan farmasi yang disebabkan oleh
kenaikan suhu, meramalkan kecepatan sediaan yang terurai pada suhu
penyimpanan yang biasa (suhu kamar) dengan menggunakan persamaan
Arrhenius dan ekstrapolasi grafik. Adapun prinsip yang digunakan pada
percobaan ini adalah titrasi asam-basa.
Pentingnya uji stabilitas pada pengembangan bentuk sediaan farmasi
telah diakui dalam dunia industri farmasi. Data uji stabilitas suatu obat sangat
diperlukan untuk menja min kualitas atau mutu dan keamanan obat tersebut.
Penerapan prinsip fisiko kimia tertentu pada pelaksanaan pengkajian
stabilitas telah terbukti sangat menguntungkan dalam penge mbangan sediaan
yang stabil di antaranya mengenai penerapan prinsip kinetika kimia
(Carstensen and Rhodes, 2000).
Adapun sampel obat yang akan kita gunakan adalah asetosal, dimana
asetosal ini merupakan obat yang berkhasiat sebagai analgesik, antipirerik,
dan anti-inflamasi (Depkes RI, 1995).
Pada percobaan ini larutan titran dibuat dengan mencampurkan
asetosal 4% dan Asam sitrat 10%. Larutan dibuat sebanyak 250 ml tanpa
mengurangi kadar tersebut yang telah ditentukan. Larutan dibuat dengan
melarutkan asetosal sebanyak 1 gram dengan etanol secukupnya kemudian
dicampurkan dengan larutan natrium sitrat (natrium sitrat dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 200 ml dalam labu ukur) dan ditambahkan aquadest
sampai mencapai volume 250 ml. Asetosal yang berupa serbuk hablur putih
(Depkes RI, 1995) dilarutkan dalam alkohol bukan dalam aquadest karena
asetosal sukar larut dalam aquadest tetapi mudah larut dalam etanol (Depkes
RI, 1995). Sedangkan Natrium sitrat berupa hablur tidak berwarna atau
serbuk halus putih (Depkes RI, 1995) dilarutkan dengan pembawa aquadest
bukan dengan etanol karena Natrium sitrat dalam etanol praktis tidak larut
tetapi mudah larut dalam air (Depkes RI, 1995). Larutan dibuat dalam labu
ukur
agar volumenya lebih tepat dan lebih akurat karena labu ukur
merupakan alat kimia yang mempunyai nilai ketelitian atau akurasi tinggi
dibandingkan dengan gelas beaker.
Penentuan stabilitas obat dilakukan dengan melakukan titrasi zat uji
dengan larutan baku NaOH. Sebelum dititrasi larutan titer (sampel)
dipanaskan terlebih dahulu dalam penangas air sampai suhu yang berbeda
suhu 30C untuk kelompok 1, suhu 40C untuk kelompok 2, suhu 50C
untuk kelompok 3 dan suhu 60oC untuk kelompok 4. Pemanasan dilakukan
bukan dengan api langsung melainkan dengan penangas air karena jika
dilakukan dengan api langsung akan menyebabkan kenaikan suhu yang
sangat cepat, sementara dalam praktikum ini dibutuhkan suhu yang konstan.
Indikator yang digunakan adalah indikator fenolftalein yang memiliki
rentang pH 8,0-10,0. Titrasi dihentikan apabila telah mencapai titik akhir
titrasi yang ditandai dengan berubahnya warna larutan dari tidak berwarna
menjadi warna merah muda atau pink-rose yang konstan. Perubahan warna
ini merupakan tanda bahwa larutan baku primer telah bereaksi sempurna
dengan larutan baku sekunder. Titrasi dilakukan duplo untuk memperoleh
data yang lebih akurat. Sebelum digunakan, NaOH terlebih dahulu dibakukan
dengan asam oksalat 0,1 N dan indikator fenolftalein, hal ini bertujuan untuk
mengetahui kadar sebenarnya dari NaOH yang digunakan, yang nantinya
digunakan dalam perhitungan karena NaOH ini merupakan larutan baku
sekunder.
Log Potensi
2.19
2.18
2.17
2.16
Log Potensi
2.15
2.14
2.13
2.12
0
10
20
30
40
50
Log Potensi ( % )
0.17
0.165
0.16
Log Potensi (%)
0.155
0.15
0.145
0
10
20
30
40
50
Waktu ( Menit )
0.154
0.152
0.15
Potensi (%)
0.148
0.146
0.144
0.142
0
15
30
45
Log Potensi
0.153
0.152
0.151
0.15
0.149
0.148
Series 1
0.147
0.146
0.145
0.144
0.143
0
15
30
45
1/313 K
1/323 K
1/333 K
-2.8
-2.9
-3
-3.1
-3.2
-3.3
-3.4
-3.5
-3.6
Log K
X. Simpulan
1. Dibuat larutan yang mengandung 4% asetosal dan 10% natrium sitrat.
2. Semakin tinggi suhu, kadar asetosal semakin besar dan semakin lama waktu
kadar asetosal semakin besar.
3. Semakin tinggi suhu, semakin banyak sediaan farmasi yang terurai.
4. Menggunakan persamaan Arrhenius dan ekstrapolasi grafik, hubungan log k
dengan 1/T adalah berbanding terbalik. Semakin kecil nilai log k maka
semakin besar nilai 1/suhu mutlaknya.
Daftar Pustaka
Alfian,Zul.2009.Kimia Dasar.Medan:USU Press.
Ansel H.C dan Shelly J. 2004. Kalkulasi Farmasetik. Jakarta : EGC.
Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : EGC.
Cartensen, J. and Rhodes, C.T., 2000, Drug Stability, Principles and Practices, Third
edition, Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc.New York, hal : 12,
25 - 46, 59 - 60.
Chang,Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Indonesia.
Ilmu
Kimia.
2014.
Energi
Aktivasi.
Available
at
Ratna.
2009.
Azas
Le
Chatelier.
Available
at
http://www.chem-is-
Lampiran
Pengocokan asetosal
Penambahan Na-sitrat
Pemanasan Sampel
yang dilarutkan
dalam asam sitrat
t 0 menit
t 0 menit
t 15 menit
t 15 menit
t 45 menit
t 30 menit
t 45 menit
t 30 menit
Hasil pengujian pH
sampel setelah titrasi