Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
ANDHANI WIDYA HARTANTI, SKH
B94134106
DI BAWAH BIMBINGAN
Dr Drh GUNANTI, MS
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kucing merupakan salah satu jenis hewan yang banyak dipelihara manusia.
Kesehatan hewan peliharaan merupakan salah satu aspek kesejahteraan hewan
yang perlu diperhatikan. Berbagai macam penyakit maupun kelainan dapat terjadi
pada hewan peliharaan. Kedekatan hewan peliharaan dengan manusia membuat
hewan tersebut berisiko mengalami trauma, sakit, maupun stres.
Kelainan maupun penyakit pada abdomen merupakan kasus yang sering
dijumpai pada hewan peliharaan. Salah satu kelainan yang banyak ditemukan
pada kucing adalah hernia. Terdapat berbagai kasus hernia yang dapat terjadi pada
hewan, yaitu: hernia abdominalis, hernia umbilicalis, hernia inguinalis, hernia
femoralis, dan hernia diafragmatika. Hernia abdominalis merupakan salah satu
jenis hernia yang dapat terjadi pada kucing. Protursio dari isi abdomen pada
hernia abdominalis disebabkan kelemahan otot abdomen atau adanya
lubang/cincin pada otot tersebut. Oleh karena itu, isi abdomen dapat keluar dari
lubang/cincin akibat tekanan intraabdominal dan menyerupai bengkak dibawah
kulit.
Kasus hernia dapat ditangani dengan laparotomy untuk mereposisi isi hernia
ke dalam abdomen dan memfiksasi otot abdomen untuk mencegah protursio
kembali terjadi. Penanganan ini penting dilakukan karena hernia terkadang
menyebabkan rasa sakit karena adanya tekanan intraabdominal. Selain itu, isi
hernia rentan mengalami trauma akibat tidak terlindungi oleh otot abdomen.Kasus
yang ditangani kali ini adalah hernia abdominalis semu pada seekor kucing
domestic short hair. Kucing tersebut mengalami hernia abdominalis pada bagian
flank dextra. Penanganan yang diputuskan untuk kasus ini adalah laparotomy
flank dextra.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah mahasiswa calon dokter hewan mampu
melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan lanjutan, diagnosa penyakit, tindakan
operasi, dan perawatan pada hewan kecil yang mengalami kasus bedah.
Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah meningkatnya kemampuan mahasiswa
calon dokter hewan dalam menangani kasus bedah terutama pada hewan kecil.
TINJAUAN PUSTAKA
Hernia abdominalis eksternal adalah rupturnya dinding abdomen yang
menyebabkan protursio isi abdomen. Hernia abdominalis eksternal melibatkan
2
dinding abdomen. Hernia abdominalis terjadi akibat trauma benda tumpul maupun
kongenital. Isi hernia sejati biasanya tertutup dalam suatu kantung peritoneal, isi
hernia palsu biasanya merupakan protursio organ dalam keluar dari dinding
abdomen dimana jarang terbungkus oleh kantung peritoneal. Bagian yang sering
terjadi hernia abdominalis adalah prepubic dan flank (Duncan 2002).
Gejala klinis yang terlihat pada hernia abdominalis adalah pembengkakan
atau abdomen yang asimetri. Berdasarkan lokasi hernia, organ viscera dapat
berpindah sehingga lokasi pembengkakan tidak sama dengan lokasi hernia. Oleh
karena itu, lokasi hernia cukup sulit ditentukan. Selain itu, kondisi penipisan dari
sebagian dinding abdomen membuat hewan seperti mengalami hernia (Hobbs et
al. 2013).
Beberapa kasus hernia tidak menyebabkan kondisi fatal. Hernia yang
melibatkan organ viscera serta menimbulkan rasa sakit pada hewan perlu untuk
ditanngani. Penanganan yang dilakukan adalah operasi melakukan reposisi isi
hernia ke lokasi yang benar dan melakukan penjahitan pada otot. Operasi reposisi
hernia yang terjadi pada hewan peliharaan penting dilakukan untuk mencegah
organ mengalami gangguan vaskularisasi. Gangguan vaskularisasi dapat
menyebabkan ischemia pada organ yang mengalami hernia. Kematian sel pada
organ tersebut akibat ischemia dapat menyebabkan infeksi sehingga kondisi sepsis
dapat terjadi pada hewan (AAC 2009).
METODE
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada operasi kali ini adalah alkohol 70%,
tampon, cat gut 3/0, silk 3/0, iodin tincture 3%, atropin sulfat, ketamin HCL 10%,
amoxicillin, oxytetrasiklin, larutan infus NaCl, serta bahan penunjang lainnya.
Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain stetoskop, termometer, satu set
peralatan bedah minor (towel clamp, pinset anatomis, pinset sirurgis, gagang
scalpel, gunting runcing-runcing, gunting tumpul-runcing, gunting tumpultumpul, tang arteri anatomis dan sirurgis, serta needle holder), perlengkapan
operator dan asisten operator (sikat, handuk, penutup kepala, masker, baju operasi,
dan sarung tangan ), duk, blade, spoit, syiring, jarum jahit, serta peralatan lain
yang menunjang operasi.
Hasil
Nilai normal*
Interpretasi
Hb (g/dL)
10.2
8-15
Normal
PCV (%)
23.1
20-27.5
Normal
MCV (fl)
30.31
40-55
Menurun
MCH (pg)
13.38
16-30
Menurun
MCHC (g/fl)
44.15
30-36
Meningkat
7.62
5-10
Normal
27
6-18
Meningkat
4
Diferensial leukosit
Limfosit (%)
17
20-55
Menurun
Neutrofil (%)
81
35-75
Meningkat
Monosit (%)
1-4
Normal
Eosinofil (%)
2-12
Menurun
Basofil (%)
*Nilai normal menurut Rebar (2009)
0-1
Normal
Gambar 1
(A) Kondisi kucing yang mengalami hernia, (B) dan (C) Lokasi hernia
abdominalis, (D) Anestesi pada kucing
Operasi
Penyayatan pada kulit dilakukan dengan scalpel pada flank secara
dorsoventral di dekat lokasi cincin hernia. Musculus obliqus abdominis externus
terlihat setelah kulit disayat dan dikuakkan dengan arteri clamp. Eksplorasi (blunt
dissection) dilakukan menggunakan gunting tumpul untuk menemukan lokasi
cincin hernia. Berdasarkan eksplorasi, cincin hernia tidak ditemukan pada daerah
abdomen tersebut. Lapisan otot abdomen memiliki dinding yang tipis pada lokasi
yang diperkirakan sebagai hernia. Kondisi ini menyebabkan organ abdomen
mudah menonjol (protursio) tanpa ada rupture dari otot sehingga kucing seperti
mengalami hernia abdominalis.
Gambar 2
(A) Penyayatan kulit, (B) Eksplorasi cincin hernia, (C) Penjahitanotot, (D)
Penjahitan kulit
6
Bagian otot yang tipis kemudian dilipat dan ditarik ke dorsal searah serabut
otot sehingga otot tersebut lebih tebal dan kuat. Pelipatan otot bertujuan
peritoneum yang melapisi dinding abdomen bagian dalam dapat saling melekat.
Penjahitan sederhana dengan catgut 3/0 serta jarum berpenampang bulat
dilakukan untuk mencegah protursio organ abdomen akibat tekanan
intraabdominal. Penicillin 200 000 IU diberikan topical pada jahitan untuk
mencegah infeksi. Jahitan sederhana dilakukan pada sayatan kulit menggunakan
benang silk 3/0 dan jarum berpenampang segitiga.
Teknik jahitan sederhana dipilih untuk memfiksasi bagian otot serta
menjahit kulit. Menurut Duncan (2002), teknik ini memiliki keuntungan, yaitu
lepasnya salah satu simpul tidak akan menimbulkan lepasnya jahitan secara
keseluruhan. Teknik ini juga lebih mudah dan lebih cepat dilakukan. Jahitan
dilakukan dengan catgut karena dapat diserap dalam waktu 60 hari. Ukuran
benang yang dipilih 2/0 karena diharuskan memfiksasi otot abdomen dengan kuat.
Fiksasi otot bertujuan mempertebal dan memperkuat lapisan otot tersebut
sehingga organ tidak mudah mengalami protursio serta mencegah kemungkinan
terjadinya ruptur otot. Berdasarkan operasi yang telah dilakukan, kucing
mengalami hernia abdominalis semu.
Luka jahitan diolesi dengan iodin tincture dan dibalut dengan kasa.
Antibiotik sistemik yang diberikan, yaitu oxytetracyclin dengan dosis 14 mg/kg
BB IM. Durasi operasi adalah 50 menit dan maintenance anestesi tidak diberikan.
Selama operasi dilakukan terjadi penurunan denyut jantung hingga 84 kali/menit,
frekuensi napas 16 kali/menit, dan suhu 34.7C (Grafik 1). Menurut Dyson dan
Allen (1991), xylazine maupun ketamine mendepres sistem kardiovaskular dan
pernapasan sehingga suhu tubuh semakin menurun atau hipotermis.
116
108
95
92
92
84
38.6
20
36.7
16
35.8
20
35.3
18
34.9
18
34.7
19
10
20
30
40
50 (menit)
Suhu (C)
7
Post Operasi
Kucing sadar setelah selesai operasi serta mengalami muntah dan urinasi.
Suhu tubuh setelah operasi 35.4C (subnormal). Selain itu, mukosa dari mulut,
telinga, konjungtiva, dan anus pucat (anemis) serta sebagian membran nictitans
terlihat keluar. Kucing tersebut mengalami dehidrasi. Terapi yang diberikan postoperasi adalah infus NaCl fisiologis sebanyak 30 mL SC untuk memperbaiki
kondisi dehidrasi. Antibiotik amoxicillin diberikan dengan dosis 12.5 mg/kg BB
PO bid untuk mencegah infeksi sekunder. Selain itu, ekstrak echinaceae sebagai
imunostimulan diberikan sebanyak 2 mL sid. Pakan kering diberikan secara
teratur setiap hari serta air minum ad libitum. Suhu tubuh kucing dijaga dengan
memberikan kompres air hangat dan lampu pemanas setelah operasi dilakukan.
Denyut jantung, frekuensi napas, serta suhu kucing post-operasi relatif stabil,
yaitu 116 kali/menit, 28 kali/menit dan 37,8C (Grafik 2). Kucing mengalami
defekasi dan urinasi sehari setelah operasi dan tidak mengalami muntah. Kucing
memiliki nafsu makan yang baik, mampu defekasi dan urinasi dengan teratur,
tidak mengalami demam, serta persembuhan luka yang baik. Feses dengan
konsistensi baik menunjukkan tidak adanya gangguan saluran pencernaan postoperasi.Turgor kulit baik sehari setelah operasi (kurang dari 3 detik) sehingga
infus NaCl tidak perlu diberikan. Perawatan luka operasi dilakukan dengan
pemberian iodium tincture dan penggantian kasa setiap hari. Luka jahitan
menutup sempurna setelah 3 hari post-operasi dalam kondisi kering.
136
125
35.4
24
38.5
28
120
119
119
120
116
39
28
38.7
28
38.3
28
37.9
28
37.4
28
Malam (Hari Pagi (Hari Malam (Hari Pagi (Hari Malam (Hari Pagi (Hari Malam (Hari
ke-0)
ke-1)
ke-1)
ke-2)
ke-2)
ke-3)
ke-4)
Suhu (C)
Grafik 2
Monitoring suhu, frekuensi napas, dan frekuensi jantung selama post operasi
SIMPULAN
Kucing mengalami hernia abdominalis semu yang disebabkan adanya
sebagian otot abdomen dextra yang tipis. Hal ini menyebabkan protursio dari
organ abdomen menyerupai hernia abdominalis sejati. Tindakan laparotomy flank
8
dextra dilakukan untuk memfiksasi otot abdomen agar lebih tebal dan kuat.
Operasi berhasil dilakukan dan tidak terdapat komplikasi selama proses
persembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
[AAC] American Animal Care. 2009. Hernia surgery in cats, dogs, and
pets[Internet]. [diunduh pada 2014 Jan 27]. Tersedia pada http://www.lbah.com.
Duncan LL. Editor. 2002. Small Animal Sugery. Philadelphia (US): Mosby.
Dyson DH dan Allen DG. 1991. Injectable anesthetic agents for cats. Can Vet J 32.
Hobbs SJL, Demetriou J, Ladlow J. 2013. Feline Soft Tissue and General Surgery.
Philadelphia (US): Mosby.
Ingwersen W, Allen DG, Dyson DH, Pascoe PJ, OGrady MR. 1988.
Cardiopulmonary effects of ketamine hydrochloride/ acepromazine
combination in healthy cats. Can J Vet Res 52:1-4
Rebar AH. 2009. Hemogram Interpretation for Cats and Dogs. Ralston Purina
Company.
Sardjana IKW dan Kusumawati D. 2004. Anaestesi Veteriner Jilid 1. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press. Bulaksumur. Hlm. 1-85.