Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Terapi nutrisi merupakan salah satu bagian dari perawatan rutin pasien sakit
kritis. Nutrisi adalah terapi tambahan, dengan tujuan utama adalah mencegah
terjadinya malnutrisi dan mencegah defisiensi makro dan mikronutrien. 1,2,3
Malnutrisi adalah masalah umum yang dijumpai pada kebanyakan pasien yang
masuk ke rumah sakit dan cenderung kurang mendapat perhatian.3,4 Malnutrisi
adalah keadaan dimana terjadi defisisensi energi total atau protein (atau nutrien
lainnya) yang menyebabkan pengurangan Body Cell Mass dan disfungsi organ,
dapat disebabkan oleh intake yang tidak adekuat, menurunnya absorbsi atau
meningkatnya kebutuhan.3,4 Sebanyak\]= 40% pasien dewasa menderita malnutrisi
yang cukup serius yang dijumpai pada saat mereka tiba di rumah sakit dan dua
pertiga dari semua pasien mengalami perburukan status nutrisi selama mereka
dirawat di rumah sakit.3,4,5,6 Untuk pasien kritis yang dirawat di Intensive Care
Unit (ICU) sering kali menerima nutrisi yang tidak adekuat akibat dokter salah
memperkirakan kebutuhan nutrisi dari pasien dan juga akibat keterlambatan
memulai pemberian nutrisi.4 Pasien-pasien yang masuk ke ICU umumunya
bervariasi. Kebanyakan dari pasien-pasien tersebut ditemukan malnutrisi sebelum
dimasukkan ke ICU.4,5 Keparahan penyakit dan terapinya dapat mengganggu
asupan makanan normal dalam jangka waktu yang lama. Selanjutnya, lamanya
tinggal di ICU dan kondisi kelainan sebelumnya, seperti alkoholisme dan kanker
dapat memperburuk status nutrisi.4
Syndrome).7 Pada
pasien
dengan
stroke
menunjukkan
fisiologi
menunjukkan
penghambatan
katabolisme,
menurunkan
komplikasi,
BAB II
TERAPI NUTRISI PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INTENSIF
badan;
status
protein
visceral;
nilai
laboratorium
yang
4
4
acquisita
(AIDS)
dapat
menjadi
penyebab
malnutrisi.4,5,8,9
2. Pemeriksaan Fisik
Asupan kalori dapat dinilai dengan melihat lemak di ekstremitas, pantat
dan pipi. Kecukupan masukan protein dapat dievaluasi pada tonjolan
otot ekstremitas, kekuatan genggaman dan ukuran otot temporal.
Defisiensi vitamin dapat muncul sendiri sebagai perubahan tekstur kulit,
cheilosis, glossitis atau hilangnya indera taktil dan orientasi posisi tubuh.
Pemeriksaan kepala dan leher menunjukkan xerostomia, malocclusion,
odinofagia, disfagia, esofagitis atau tanda lain yang menunjukkan
kesulitan dalam makan.3,4,8,9
3. Anthropometrik
Pengukuran digunakan untuk menaksir lemak dan protein tubuh. Lemak
tubuh kira-kira sesuai dengan tebalnya lipatan kulit triceps (TSF) dan
status protein ditaksir dengan mid-arm muscle circumference (MAMC).
MAMC = mid-arm circumference lemak
MAMC = mid-arm circumference (0.314 x TSF)
Data ini kemudian dibandingkan dengan nilai normal untuk menentukan
status nutrisi pasien. Cara ini tidak berlaku bila ada edema anasarca.
Penyesuaian perkiraan dapat didasarkan atas kalkulasi IBW dengan
mengukur tinggi dan berat badan. Tidak berguna banyak pada pasien
sakit kritis karena ukuran berat badan cenderung untuk berubah.3,4,8,9,12,13
4. Pemeriksaan Biokimia
Plasma Protein
Level
ketersediaan substrat. Penurunan level ini tidaklah spesifik karena halflife biologis, katabolic rate, dan berbagai faktor non nutrisional dapat
merubah level protein plasma. Misal, terjadi hemodilusi atau kebocoran
protein pada trauma, sepsis dan penyakit berat lain, perubahan
permeabilitas kapiler dan perubahan sintesis dan degradasinya. Penyebab
lain dari hipoproteinemia adalah penyakit hepar, sindroma nefrotik,
eklampsia dan enteropati dengan hilangnya protein.4,8
Jenis protein yang paling sering diukur adalah albumin serum.
Level albumin yang rendah merefleksikan status nutrisi penderita yang
dihubungkan dengan proses penyakit dan atau proses pemulihan. Pada
pasien kritis terjadi penurunan sintesa albumin, pergeseran distribusi dari
ruangan intravascular ke interstitial, dan pelepasan hormon yang
meningkatkan dekstruksi metabolisme albumin. Level serum prealbumin juga dapat menjadi petunjuk yang lebih cepat adanya suatu
stress fisiologik dan sebagai indikator status nutrisi.3,4,8,9
Level serum hemoglobin dan trace elements seperti magnesium
dan fosfor merupakan tiga indikator biokimia tambahan. Hemoglobin
digunakan sebagai indikator kapasitas angkut oksigen, sedangkan
magnesium atau fosfor sebagai indikator gangguan pada jantung, saraf
dan neuromuskular.3,4,8,9
Fungsi immunologik
Delayed hypersensitivity dan Total Lymphocyte Count (TLC) adalah dua
pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur fungsi imun
sekaligus berfungsi sebagai screening.3,4,8,9
Persamaan Harris-Benedict
Persamaan
Harris-Bennedict
pada
pasien
hipermetabolik
harus
pengukuran
jumlah
energi
yang
dikeluarkan
untuk
2. Kalorimetri indirek
Kalorimetri
dapat dipertimbangkan
sebagai
10
Rumus prediktif
Tujuan suplemen protein adalah menurunkan derajat kehilangan LBM
karena tak ada cadangan protein dalam tubuh. Perkiraan kebutuhan
protein berdasar BB pasien, derajat penyakitnya, dan luasnya organ
yang gagal. Dosis steroid yang sering diberikan pada kasus neurologi,
juga meningkatkan kebutuhan protein karena terjadi katabolisme.
Kebutuhan protein normal = 0.8 1.0 g protein/kg/hari
Kebutuhan stress ringan; 1 1.2 g protein/kg/hari
Kebutuhan stress sedang: 1.2 1.4 g protein/kg/hari
Kebutuhan stress berat: 1.4 1.6 g protein/kg/hari
Pasien gagal ginjal dengan HD: 1.2 g protein/kg/hari
Pasien dengan encephalopathy: 0.8 g protein/kg/hari.
Penelitian pada pasien trauma kepala mendapat protein 1 1.5 g
protein/kg/hari dilaporkan masih balans nitrogen negatif. Rekomendasi
sekarang adalah 2 g protein/kg/hari bila fungsi renal normal dan
penilaian ulang balans nitrogen dalam beberapa hari kemudian. Pasien
pasca bedah membutuhkan 2 g protein/kg/hari. 3,4,8,9,14
2. Balans nitrogen
Keseimbangan
nitrogen
dapat
digunakan
untuk
menegakkan
11
12
dapat
dicerna,
diabsorbsi
dan
digunakan
oleh
tubuh
13
dari
diet
karbohidrat.
Penting
juga
bagi
kita
untuk
14
15
16
B. Mikronutrien
a. Vitamin
Pasien sakit kritis membutuhkan vitamin-vitamin A, E, K, B1 (tiamin),
B3 (niasin), B6 (piridoksin), vitamin C, asam pantotenat dan asam
folat yang lebih banyak dibandingkan kebutuhan normal sehariharinya. Khusus tiamin, asam folat dan vitamin K mudah terjadi
defisiensi pada TPN. Dialisis ginjal bias menyebabkan kehilangan
vitamin-vitamin yang larut dalam air. 3,4,8,9,12,14
Vitamin
Vit A
Jumlah
1000 mcg
Vit E
10 mg
Vit C
60 mg
Riboflavin
1.7 mg
Vit B6
2 mg
Vit B12
2 mcg
Vitamin
Jumlah
Vit D
5 mcg
Vit K
80 mcg
Thiamine
1,5 mcg
Niacin
19 mg
Folate
200 mvg
Oral
10 15 mg
Intravena
2.5 4.0 mg
17
Chromium
50 - 290 mcg
10 15 mcg
Copper
1.2 - 3 mg
0.5 1.5 mg
Manganese
0.7 - 5 mg
0.15 0.8 mg
Selenium
50-200 mcg
40 120 mcg
Molybdenum
200 mcg
18
19
usus.
Abnormalitas
sekunder
lainnya
adalah
perubahan
20
21
Tipe formula:3,4,8,9,14
1. Polimerik. Nutrisi polimer mengandung protein utuh (berasal dari
whey, daging, isolate kedelai dan kasein), karbohidrat dalam bentuk
oligosakarida atau polisakarida. Formula demikian memerlukan enzim
pankreas saat absorbsinya. Lipid biasanya berasal dari minyak nabati
yang mengandung banyak trigliserida rantai panjang, tapi juga berisi
trigliserida rantai sedang yang lebih mudah diserap. Proporsi kalori
dari non protein seperti karbohidrat biasanya dua pertiga dari total
kebutuhan kalori.
22
2. Kaya serat
Serat diberikan untuk menurunkan insiden diare. Serat dimetabolisme
oleh bakteri menjadi asam lemak rantai pendek, yang digungakan oleh
koloni untuk pengambilan air dan elektrolit. Elektrolit, vitamin dan
trace mineral ditambahkan sampai volume yang mengandung 2000
kkal.
3. Padat kalori
4. Elemental
Nutrisi elemental dengan sumber nitrogen (asam amino maupun
peptide) tidaklah menguntungkan bila digunakan secara rutin, namun
dapat membantu bila absorbsi usus halus terganggu, contohnya pada
insufisiensi pancreas atau setelah kelaparan dalam jangka panjang.
5. Modular
6. immunonutrisi
Pyloric
Feeding
nasojejunal
atau
jejunostomi.
23
yang akan menjalankan operasi mayor intra abdomen atau pasien yang
intoleran dengan gastric feeding
C. Nutrisi Parenteral
Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat
dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk tetap memberikan
nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi
parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan
dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada
pasien ICU, kebutuhan dalam sehari diberikan lewat infus secara kontinu
dalam 24 jam. Monitoring terhadap faktor biokimia dan klinis harus
dilakukan secara ketat. Hal yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi
parenteral total (TPN/Total Parentetal Nutrition) melalui vena sentral
adalah infeksi. 3-5,8,9,13,14,18
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:4
a) Insersi subklavia: infeksi lebih jarang dibanding jugular interna dan
femoral.
b) Keahlian operator dan staf perawat di ICU mempengaruhi tingkat
infeksi.
c) Disenfektan kulit klorheksidin 2% dalam alkohol adalah sangat efektif
d) Teknik yang steril akan mengurangi resiko infeksi.
e) Penutup tempat insersi kateter dengan bahan transparan lebih baik.
f) Kateter sekitar tempat insersi sering-sering diolesi dengan salep
antimikroba
24
b.
Asam amino
c.
Emulsi lemak
d.
Rute pemberian dapat melalui vena perifer atau vena sentral. Nutrisi
parenteral biasanya dimulai dengan infus pelan dan kemudian infus
dinaikkan tiap 12 24 jam sampai kecepatan target tercapai. Bila infus
dihentikan maka harus secara pelan untuk menghindari hipoglikemia
karena terjadinya kenaikan insulin akibat infus parenteral.
Refeeding Syndrome
Pasien dengan malnutrisi berat atau telah mengalami kelaparan dalam
periode tertentu berisiko untuk mengalami refeeding syndrome. Gambaran
klinisnya antara lain kelemahan, gagal nafas, gagal jantung, aritmia,
kejang dan kematian3,4,8,13,14
2.
Overfeeding
25
Hiperglikemia
Pada pasien kritis terjadi resistensi terhadap insulin akibat respon stress.
Kejadian hiperglikemia harus merupakan target pengobatan pada tiga hari
pertama. 3,4,8,13,14
4.
5.
26
menurunkan
morbiditas
dan
mortalitas
sampai
40%.
Penelitian
menunjukkan bahwa kontrol ketat gula darah pada cedera otak berat akan
menurunkan cedera neurologi sentral dan perifer.
4. Trigliserida yang meningkat dan atau yang sudah tinggi merupakan
predisposes untuk terjadi pancreatitis. Perlu berhati-hati memakai propofol
sebagai sedasi karena efek potensial menimbulkan hipertrigliseridemia.
BAB III
PENUTUP
27
Weissman C. Nutrition in The Intensive Care Unit. Crit Care 1999; 3: R67-R75
28
2.
Roberts SR, Kennerly DA, Keane D and George C. Nutrition Support in The
Intensive Care Unit. Adequacy, Timelines, and Outcomes. Crit Care Nurse. 2003;
23: 49-47
3.
4.
5.
Griffiths RD, Bongers T, Nutrition Support for patient in The Intensive Care Unit.
Postgrad Med J 2005; 81.629-636
6.
7.
Ghanbari C. Protocols for Nutrition Support of Neuro Intensive Care Unit Patients:
A Guide for Residents. The Internet Journal of Emergency and Intensive Care
Medicine TM ISSN: 1092-4051.
8.
9.
Nutritional
Support
in
Critical
Patient.
Available
http://neuroanesthesia.info/nutrition_support_in_Critical_Patient.htm
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Available
at
at
29