Professional Documents
Culture Documents
Gejala serta tanda penyakit hati yang tersering adalah ikterus dan
hepatomegali. Ikterus atau warna kuning pada kulit atau sklera, hampir selalu
dihubungkan dengan hepatitis. Padahal arti hepatitis sebenarnya hanyalah
inflamasi sel hati yang digambarkan dengan peningkatan enzim aminotransferase
akibat berbagai keadaan. Penyebab tersebut di antaranya adalah infeksi oleb
berbagai macam virus, yang tidak selalu disertai ikterus. Warna kuning pada kuht,
sklera dan membran mukosa pada hepatitis terjadi akibat peningkatan kedua jenis
bilirubin (indirek dan direk). Bilirubin indirek meningkat karena proses hemolisis
yang terjadi pada keadaan infeksi, dan gangguan ambilan serta proses konjugasi
bilirubin indirek akibat kerusakan sel hati. Bilirubin direk meningkat pula akibat
gangguan transportasi bilirubin yang sudah dikonjugasi.1
Berbagai penyakit yang dapar menimbulkan ikterus pada anak besar dapar
dilihat pada Tabel 1.2 Hepatitis terutama akibat virus, adalah penyakit hati
tersering pada anak besar. Walaupun telah dikenal hepatitis virus A sampat G,
yang terutama menimbulkan masalah adalah hepatitis virus A, B, dan C. Berikut
ini akan dibahas hepatitis virus A, B, dan C terutama mengenai diagnosis serta tata
laksananya termasuk hubungannya dengan gejala kuning.
Hepatitis virus A
Hepatitis virus A (HVA) dijumpam hampir di seluruh dunia secara endemis,
epidemis maupun sporadis. Asia Tenggara adalah salah satu daerah endemis.
Sebagian besar HVA merupakan infeksi yang asimptomatis, dengan hanya < 5%
dan yang terinleksi yang dapat dikenal secara klinis. 4 Pada anak balita, seringkali
HVA ini simptomatis, subklinis dan anikterik hingga tidak dikenali, tetapi dapat
menjadi sumber penularan untuk orang sekitarnya.
Tabel 1. Berbagai penyakit yang menyebabkan ikterus pada anak 2
Pada yang simptomatis, angka kejadian yang paling tinggi adalah pada golongan
usia 5-14 tahun. Masalah HVA terutama ditemukan di negara berkembang dengan
sanitasi lingkungan dan higiene perorangan yang masih buruk termasuk
Indonesia, karena penularan HVA ini terutama melalui jalur fekal ora1. 5,6 Hepatitis
virus A menempati proporsi yang terbanyak dan hepatitis akut pada anak yang
dirawat (sampai 55%), maupun yang berobat jalan (data Divisi Gastro-Hepatologi
IKA/RSCM).
Di Indonesia, pola HVA tidak dapat ditetapkan secara seragam, karena
Indonesia adalah negara yang terdiri dan ribuan pulau dengan keadaan sosial
ekonomi yang sangat beragam. Indonesia dikategorikan sebagai daerah endemis
sedang. Di daerah endemis sedang ini dapat terjadi outbreak seperti yang terjadi di
SMP 259 Jakarta Timur pada tahun 2003, dengan angka kejadian 38,5% dari 1157
inunid yang berumur 12 16 tahun.7 Pada penelitian terbatas di Jakarta pada
tahun 1996 terhadap 58 anak yang berumur 6-8 tahun, dengan keadaan sosial
ekonomi menengah atas, anti virus hepatitis A (VHA) hanya didapatkan pada
seorang anak (1,7%).8 Jadi kelompok sosial-ekonomi ini adalah kelompok yang
rentan terhadap infeksi hingga rmerupakan populasi yang dianjurkan untuk
divaksinasi. Di negara maju, terdapat pula kelompok masyarakat yang berisiko
untuk tertular VHA ini, diantaranya pelancong yang bepergian ke negara
berkembang yang endemis. 9
Virus hepatitis A adalah virus RNA yang tahan panas, asam dan ether.
Virus ini bersifat sitopatik sehingga berperan dalam proses terjadinya penyakit,
serta menerangkan keadaan tidak adanya karier atau viremia yang menetap. 5,10
Proses imunologis dalam penghancuran sel hati yang sakit, berperan pula pada
HVA ini. Virus hepatitis A yang tahan asam ini dapat melalui lambung, lalu
sampai di usus halus, bereplikasi terutama di hati, dan selanjutnya melalui
kanalikulus biliaris dikeluarkan ke dalam usus bersama empedu. 11 Oleh karena itu
jalur fekal-oral merupakan jalur transmisi utama VHA, akibat kontak erat antar
individu. Virus dapat bertahan lama dalam tinja yang dengan pemeriksaan PCR,
RNA-VHA masih dapat dideteksi sampai 3-6 bulan, walaupun aminotransferase
sudah normal. Makanan dan air merupakan bahan untuk transmisi yang banyak
dilaporkan, dan menimbulkan wabah HVA sehingga disebut sebagai food atau
water borne disease. 12 Walaupun HVA ini dapat sembuh sendiri dan tidak
mengakibatkan kronisitas atau keganasan, tetapi untuk penyembuhannya
memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga berdampak pada produktivitas
individu, biaya yang harus dikeluarkan, dan pada anak usia sekolah akan
mempengaruhi pelajarannya.
Gambaran klinis
Gambaran klinis HVA dapat sangat beragam, berupa bentuk yang asimptomatis
atau simptomatis yang mungkin anikterik atau ikterik dan biasanya pada anak
lebih ringan serta lebih singkat dibandingkan dengan dewasa. 10 Pada anak yang
terinfeksi biasanya asimptomatis sebanyak 60%-90% pada anak yang berusia
kurang dan 6 tahun, 50-60% pada usia 6-14 tahun dan 20-3O% pada anak berusia
lebih dari 14 tahun.9,12 Pada usia dewasa, hanya 3-25% yang asimptomatis dan 4070% dan yang simptomatis disertai ikterik. Perkiraan kasus anikterik dan ikterik
pada anak adalah 12:1. 13 Bentuk yang asimptomatis, hanya dapat dikenali dari
petanda yangg sensitif untuk kerusakan sel hati dan biasanya mencapai nilai
tertinggi pada saat penderita mencari pertolongan dokter. Nilainya berkisar antara
50-2000 IU/mL dan pada beberapa kasus dapat > 20.000 IU/mL, tetapi tidak
berkorelasi dengan prognosisnya. Alkali fosfatase agak meningkat, tetapi sangat
meningkat pada tipe kolestasis.21
Untuk mencari penyebab inflamasi diperlukan deteksi komponen atau
partikel virus hepatitis A (HAV.RNA) atan respons antibodi spesifik (peningkatan
antibodi atau terdeteksinya IgM anti-VHA / IgA anti-VHA).22 Imunoglobulin yang
terbentuk pada fase akut yaitu pada masa antara mulai timbulnya gejala dan
puncak ikterus adalah 1gM anti-VHA yang merupakan standar baku untuk
diagnosis karena mempunyat nilai spesifisitas yang tinggi dan secara teknis
mudah diidentifikas. 21,22 IgM Anti VHA menetap sampai 3-6 bulan sesudah
timbulnya gejala, dan tidak dapat dideteksi lagi pada 50% penderita sesudah 4-5
bulan dan pada 75% penderita sesudah 6 bulan. Pada fase penyembuhan terbentuk
IgG anti-VHA yang dapat menetap sampai bertahun-tahun, dan merupakan
petanda imunitas serta resisten terhadap reinfeksi dan memberikan perlindungan
seumur hidup.10,18
Tata laksana
Tata taksana kuratif
Tidak ada medikamentosa khusus berupa antivirus untuk penderita HVA ini. 11
Terapi hanya simptomatis dan suportif, termasuk memantau perjalanan penyakit
untuk mengantisipasi timbulnya komplikasi. Tirah baring dianjurkan untuk
penderita dalam stadium akut dan yang berat dengan peningkatan kadar bilirubin
serta pemanjangan masa protrombin lebih dari 3 detik. Pembatasan aktifitas fisik
yang kompetitif bila kadar aminotransferase serum lebih dari 3 kali batas atas nilai
normal. Rawat inap dianjurkan bila penderita mengalami anoreksia dan muntah
hebat, dehidrsi, gangguan tingkah laku atau penurunan kesadaran akibat
ensefalopati hepatik (hepatitis fulminan) atau pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan nilai bilirubin > 15 20 mg/dl, nilai aminotransferase > 10 X batas atas
nilai normal, pemanjangan masa protrombin dan menetapnya hiperbilirubin
selama 2-3 minggu.18 Upaya suportif lainnya adalah diet rendah lemak dan
pemberian lemak nabati bila pasien merasa mual, dan bila perlu dapat diberikan
metoklopramid atau fenotiazin dosis rendah sebagai antiemetik selama fase akut,
dan semua obar yang bersifat hepatotoksik terutama golongan narkotik, analgesik
dan tranquilizers harus dihindari.5,18
Tata laksana preventif
Upaya preventif umum, mencakup upaya perbaikan sanitasi dan higiene yang
tampak sederhana tetapi sangat efektif dalam memotong rantai penularan.
Perbaikan higiene makanan dan minuman dilakukan dengan memasak air
dan makanan hingga mendidih,karena sifat VHA yang tahan panas tetapi menjadi
inaktif pada suhu 85C, serta mengupas kulit buah dan mencuci makanan yang
tidak dimasak.9,11 Harus dihindari pula kontaminasi oleh serangga.15 Juga
disarankan unnuk mencuci alat makan yang dipakai oleh pasien dengan air panas
atau sodium hipoklorit 1:100 atau forrnalin atau klorin 1 mg/L selama 30 menit.
kemudian diubah menjadi > 1 tahun, karena mereka rnerupakan sumber penularan
dan antibodi pasif dari ibu umumnya sudah menghilang. Sasaran populasi lainnya
yang dianjurkan untuk divaksinasi RVA adalah penderita penyakit hati kronis
karena risiko terjadinya hepatitis fulminan tinggi bila kelonipok populasi ini
terinfeksi VHA. Implementasi rekomendasi terakhir vaksinasi sesuai dengan yang
dianjurkan ACIP ini dapat menurunkan kejadian HVA. Di Amerika Serikat kasus
yang dilaporkan menurun drastis dan 26.000 kasus/tahun sebelum era vaksinasi,
menjadi 5683 kasus pada tahun 2004 dan distribusi umur bergeser ke umur yang
lebih tua.24
Pemeriksaan serologi pra-vaksinasi tidak dianjurkan untuk anak tetapi
pada dewasa dapat dilakukan dengan pertimbangan bahwa prevalens imunitas
pada umur tersebut masih rendah dan biaya vaksin yang lebih mahal jika
dibandingikan dengant biaya pemeriksaan serologis.
Kejadian ikutan pasca-vaksinasi, ringan termasuk sakit ditempat suntikan
dan mungkin terjadi indurasi (jarang). Lebih banyak terjadi pada dewasa dan
berkurang pada pemberian dosis kedua.
Hepatitis virus B
Hepatitis virus B (HVB) merupakan penyakit endemis di seluruh dunia, terutama
di Asia Tenggara dan paling sedikit te[ah menginfeksi secara kronis 50 juta orang
dengan angka kematian sebanyak 250.000 /tahun.34 Penderita HVB kronis ini
merupakan sumber penularan utama.
Penyebab HVB adalah virus DNA (partikel Dane) yang bersifat
hepatotropik. Virus ini hanya 1 serotipe tetapi ada 7 genotipe (A-C) yang
berhubungan dengan beratnya penyakit serta responsnya terhadap pengobatan.
Transmisi HVB terutarna melalui darah atau cairan tubuh (jalur parenteral) yang
terdiri dari transmisi vertikal (perinatal) dan horizontal. Transmisi perinatal terjadi
dari ibu ke bayi, sedang transmisi horizontal umumnnya terjadi karena kontak erat
antar anggota keluarga/individu. Transmisi perinata dari ibu yang terinfeksi virus
hepatitis B (VHB) ke bayi adalah salah satu cara transmisi yang paling serius
karena bayi yang lahir akan memiliki risiko tertinggi untuk menjadi hepatitis B
kronis dan dapat berlanjut menjadi sirosis atau karsinoma hepatoselular. Transmisi
vertikal ini dapat terjadi intrauterin (pranatal), saat lahir (intranatal), dan setelah
lahir (pasca-natal). Transmisi intrauterin sangat jarang, hanya terjadi pada < 2 %
dan seluruh kejadian transmisi perinatal. Besarnya risiko transmisi vertikal ini
sangatditentukan oleh status serologis ibu. Bila HBsAg dan HBeAg ibu positif,
maka risiko transmisi vertikal sangat tinggi yaitu sebanyak 70-90%, sementara
bila hanya HBsAg yang positif risiko transmisi vertikal tersebut lebih rendah yaitu
Gambaran kIinis
Infeksi akut
Gejala HVB akut pada anak sangat jarang dijumpai tergantung umur saat terkena
infeksi, yaitu kurang dari 5% pada bayi dan 5-15% pada usia 1-5 tahun,
sedangkan pada anak besar dan dewasa adalah 33-50%. 4 Gejala infeksi yang
terjadi umumnya sama dengan HVA, hanya masa inkubasinya yang berbeda yaitu
antara 28-180 hari (rerata 80 hari). Mungkin terdapat manifestasi ekstrahepatik
yang diperantarai oleh proses imunologik misalnya poliartritis migrans,
angioedema atau rash makulopapular/ urtikaria. Gejala umumnya menetap selama
1-2 bulan. Biasanya infeksi akut ini jarang bermanifestasi berat. Makin berat
gejalanya, makin kecil kemungkinannya untuk berlanjut menjadi kronis.
Komplikasinya adalah bentuk fulminan atau hepatitis kronis.43
Infeksi kronis
Hepatitis virus B kronis umumnya tidak menimbulkan gejala, atau hanya
anoreksia atau 1esu. Gejala klinis menjadi lebih jelas bila sudah terjadi sirosis (35% kasus) dan hipertensi portal atau karsinoma hepatoselular. Risiko kronisitas ini
mencapal 80-90 % bila terinfeksi perinatal. Risiko menjadi sirosis kecil bila nilai
aminotransferasenya normal. Faktor risiko untuk terjadinya karsinoma
hepatoseluler adalah serokonversi HBeAg lebih awal dan atau sirosis. Manifestasi
ekstrahepatik yang dilaporkan akibat kompleks imun yang beredar diantaranya
adalah poliarteritis nodosa dan glomerulonefnitis.
Diagnosis laboratorium
Pada infeksi akut, petanda virus yang muncul pertama kali adalah HBsAg, yang
timbul beberapa minggu atau bulan setelah terpapar dengan VHB. Petanda ini
menghilang dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang diikuti dengan
terbentuknya Anti-HBs. Periode antara menghilangaya HBsAg dan timbulnya
Anti-HBs disebut window period. Pada periode ini hanya IgM Anti-HBc yang
terdeteksi dan merupakan pertanda spesifik untuk menegakkan diagnosis HVB.
IgM Anti-HBc merupakan antibodi pertama yang timbul setelah infeksi, yang
selanjutnya akan menghilang dan digantikan oleh IgG Anti-HBc yang menetap.
Antigen e (HBeAg) umumnya timbul pada fase akut dan merupakan petanda
keadaan yang sangat infeksius. HBV-DNA juga dapat dideteksi di dalam darah
pada periode ini.35,40 Pemeriksaan HBeAg dan HBV-DNA ini hanya dilakukan
untuk rnemilih kandidat yang akan mendapat terapi antiviral pada hepatitis B
kronis dan untuk memonitor respons terapi.24 Diagnosis hepatitis B kronis dibuat
berdasarkan menetapnya HBsAg selama 6 hulan (Tabel 5).4,24,35 Skema gambaran
klinis dan serologis HVB akut dan kronis dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.35
Preventif
Tujuan utama program preventif HVB adalah menurunkan angka kronisitas, dan
mencegah infeksi akut HVB. Ini dapat dicapai dengan memotong rantai
transmisinya sejak dini dengan memberikari vaksinasi secara universal, pada
semua bayi, pertama kali sebelum usia 12 jam, kedua pada usia 1-2 bulan, dan
dosis ketiga pada usia 6 bulan tanpa memandang status serologis ibunya. Dosis
ketiga sebaiknya diberikan dengan jarak 8 minggu dari dosis kedua dan tidak
boleh diberikan sebelum berusia 24 minggu (Tabel 7)24 Bila diketahui bahwa bayi
tersebut lahir dari ibu dengan HBsAg positif maka selain vaksin juga diberikan
immunoglobulin hepatitis B pada 12 jam pertama. Bila bayi lahir prematur atau
bayi lahir dengan berat badan kurang dan 2000 g, dan ibu diketahui HBsAg
negatif, vaksinasi dapat ditunda sampai bavi berusia 2 bulan atau berat badan
2000 g, selanjunya 1 bulan kemudian dan 6 bulan dari pemberian pertama. Bila
bayi tersebut lahir dan ibu dengan HBsAg positif, selain diberikan imunog1obulin
hepatitis B, bayi diberi pula vaksin dosis pertama pada usia kurang dari 12 jam
(dianggap dosis 0) selanjutnya diberikan pada bayi berusia 2 bulan atau berat
mencapi 2000 g (dianggap dosis pertama) dilanjutkan 1 bulan kemudian dan 6
bulan setelah dosis pertama. Pasien dan ibu dengan karier hepatitis B dianjurkan
untuk memeriksa HBsAg dan AntiHBs 3 bulan setelah pemberian vaksin ketiga
saat pengaruh imunoglobulin sudah tidak ada, untuk mengetahui transmisi VHB
yang mungkin masih terjadi dan timbulnya antibodi setelah pemberian vaksinasi.
Bila HBsg negatif dan Anti-HBS positif > 10 mIU/mL, lakukan pemeriksaan yang
sama pada usia 3 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun. Bila HBsAg negatif dan antiHBs <
10 mTU/mL maka imunisasi diulang sebanyak 3 kali dengan jarak 2 bulan dan
dicek kembali.24
Pemeriksaan HBsAg dan antiHBs pada bayi dan ibu HBsAg (-) tidak perlu
dilakukan. Rekomendasi tatalaksana untuk individu yang terpapar perkutan dan
sumber yang mungkin terinfeksi HVB dapat pula dilihat pada Tabel 8. 2
Keberhasilan program vaksinasi masal ini dapat menurunkan angka karier HVB di
Taiwan dergan penurunan yang drastis dari 18% sebelum vaksinasi menjadi < 1 %
sesudah era vaksinasi.46
Upaya pencegahan umum terhadap HVB yang seyogyanya dilakukan pula
adalah melakukan uji tapis donor darah terhadap VHB, sterilisasi alat operasi, alat
suntik, peralatan gigi, penggunaan sarung tangan oleh tenaga rnedis, dan
mencegah kemungkinan teradinya mikrolesi yang dapat menjadi tempat
masuknya virus seperti pemakaian sikat gigi, sisir, alat pencukut rambut pribadi.
Untuk mencegah transmisi vertikal, semua ibu hamil terutama yang berisiko
terinfeksi HVB sebaiknya dianjurkan untuk diperiksa (uji tapis) terhadap VHB.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada awal dan trimester ketiga kehamilan 24.
Pada Tabel 9 dapat diihat rekomendasi umur dan jarak pemberian vaksin Hepatitis
A dan hepatitis B.24
Hepatitis virus C
Istilah hepatitis non-A non B telah dikenal sejak 1974 tetapi penyebabnya baru
dapat diidcntifikasi pada tahun 1989. Virus yang kemudian dikenal sebagai virus
hepatitis C (VHC) merupakan virus RNA dengan rantai tunggal berselubung, dan
bersifat sitopatik dan merusak sel hati melalui mekanisme imuniologis. 40 Berbeda
dengan penderita dewasa, pola epidemiologi, riwayat perjalanan penyakit dan
terapi infeksi VHC pada anak belum begitu jelas.
Anak terinfeksi VHC umumnya akibat transfusi darah yang
terkontarninasi VHC. Seroprevalens anti-HCV pada penderita thalasernia 60-65%,
hemofilia 59-95%, leukemia 52-72% dan yang menjalani hemodialisis antara
10%-20%.24 Sejak dilakukannya uji tapis darah donor, angka seroprevalens
hepatitis C menurun drastis.
Cara infeksi lain adalah melalui, transmisi vertikal dan sporadis yang tidak
diketahui sumbernya. Transmisi vertikal terjadi pada 5-9% bila ibu HCV-RNA
positif.40 Angka ini sangat rendah bila dibandingkan dengan transmisi vertikal
pada hepatitis B atau HIV. Transmisi vertikal selain dipengaruhi oleh tingginya
viremia pada ibu hamil jugadipengaruhi oleh terdapatnya ko-infeksi HIV. Salah
satu penelitian melaporkan transmisi vertikal sebanyak 22,1% bila ibu juga
menderita HIV, dibandingkan dengan 4,3% bila tanpa HIV.47
Gambaran klinis
Gambaran klinis penderita HVC sangat heterogen, tergantung dan cara transmisi,
Lamanya terinfeksi, fenotipe, tingkat viremia, penyakit dasarnya, ko-infeksi
dengan hepatitis B/HIV dan status imun pejamu.40 Masa inkubasi HVC, antara 2
minggu - 6 bulan (rerata 6-7 minggu) dan viremia timbul dalarn 1-2 minggu
sesudah terpapar. Perjalanan penyakit HVC akut pada anak umumnya
asimptomatis atau ringan. Mungkin terdapat gejala tidak spesifik seperti malaise,
anoreksia atau ikterus ringan. Ikterus hanya diternukan pada <20% pasien.
Kelainan fungsi hati yang terjadi lebih ringan bila dibandingkan HVB. lnfeksi
menjadi persisten pada 50-60% kasus dan umumnya infeksi kronik ini juga
asimptomatik dengan kadar ALT normal atau sedikit meninggi.4
Pada anak, kemungkinan menjadi penyakit hati dekompensasi (sirosis dengan
hipertensi portal) sangat jarang. Demikian pula dengan karsinoma hepatoseluler
primer hanya dilaporkan pada penderita dewasa.
Diagnosis
Untuk diagnosis laboratorium HVC terdapat 2 jenis pemeriksaan yaitu IgG AntiHCV dan HCV-RNA. Anti-HCV generasi terakhir memiliki sensitivitas sebanyak
paling sedikit 97% dan spesifisitas lebih dari 99%. Anti-HCV sudah terdeteksi
pada 80% pasien dalam waktu 15 minggu sejak terpapar atau 5-6 minggu sejak
awitan hepatitis. Anti-HCV yang didapat dan ibu penderita HVC masih dapat
dideteksi pada bayi sampai berumur 18 bulan.14
HCV-RNA sudah dapat dideteksi dalam plasma 1-2 minggu sesudah
terpapar dan beberapa minggu sebelum aminotransferase meningkat atau antiHCV terdeteksi. Tes ini diperlukan untuk mendeteksi VHC pada bayi yang lahir
dari ibu penderita VHC, karena pemeriksaan Anti-HCV yang positif pada bayi
mungkin berasal dan ibu. Sensitivitas tes ini diperkirakan 22% pada bayi umur < 1
bulan dan menjadi > 97% sesudahnya. Rekomendasi praktis untuk mengetahui
transmisi vertikal ii adalah menunda pemeriksaan HCV-RNA ini sampai umur 8
minggu.49 Tes ini juga bermanfaat digunakan pada pasien imunokompromais
karena mungkin terganggu kemampuannya untuk memproduksi Anti-HCV. Pada
pasien yang dengan viremia aktif, pemeriksaan RNA-VHC kuantitatif juga sangat
penting untuk menentukan pasien yang cocok untuk diterapi, untuk memonitor
respon terapi serta indikator prognostik.24 Skema gambaran klinis dan serologis
VHC akut dan kronik dapat dilihat pada Gambar 4 dan 55 Algoritme rekomendasi
praktis untuk mendiagnosis transmisi vertikal HVC dapat dilihat pada Gambar 6.
49
Tata laksana
Kuratif
Sejauh ini belum terdapat patokan yang jelas dalam terapi antiviral VHC pada
anak. Interferon -26 dan ribavirin telah disepakati oleh Food and drug
Administration Amerika Serikat untuk digunakan pada penderita VHC berusia 317 tahun.
1 sebanyak 53%). Reaksi simpang yang paling banyak terjadi adalah flu-like
illness (82%) dan leukopenia (75%).51
Preventif
Uji tapis diperlukan untuk anak dengan risiko terinfeksi VHC seperti anak yang
mendapat tranfusi darah, atau mendapat transplantasi organ. Bayi yang lahir dan
ibu dengan HVC dan rernaja yang menggunakan narkoba suntik memerlukan uji
tapis. Bayi adopsi belum direkomendasikan untuk menjalani uji tapis kecuali bila
ibu kandungnya diketahui menggunakan narkoba suntik.
Anak dengan dugaan HVC kronis memerlukan pemeriksaan awal lengkap
dan berkala meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium.
termasuk pemeriksaan darah tepi lengkap, tes fungsi hati, dan pemeriksaari
koagulasi. Pemeriksaan lain yang perlu pula dilakukan adalah pemeriksaan untuk
menilai faktor risiko infeksi dan mendeteksi adanya penyakit hati dan
kemungkinan sekuele. Penting pula untuk memberikan informasi mengenai HVC
pada saat diagnosis ditegakkan. 24
Kesimpulan
Ikterus pada hepatitis terjadi akibat gangguan transportasi serta konjugasi
biliruhin karena kerusakan sel hati yang ditandai oleh peningkatan bi[irubin direk
dan indirek. Umumnya disebabkan oleh HVA yang simptomatik pada anak yang
lebih besar. Selain ikterik juga ditemukan pula gejala sistemis infeksi virus pada
hati, yaitu demam, anoreksia, lemah, mual, muntah, nyeri tekan abdomen kanan
atas dan hepatomegali. Hepatitis virus B dan C pada anak lebih jarang
menimbulkan ikterus.
Diagnosis hepatitis virus ditegakkan dengan pemeriksaan serologis IgM
anti-HAV untuk HVA, HBsAg serta 1gM anti-HBc uncuk HVB akut, HBsAg
yang menetap selama > 6 bulart, IgG anti-HBc, dengan/tanpa HBeAg atau
dengan/tanpa anti-HBe untuk VHB kronik; anti.HCV dengan HCV-RNA untuk
VHC. Tidak ada tempat antiviral untuk hepatitis virus akut. VHB pada anak
karena umumnya didapat dari transmisi vertikal maka imunisasi dini (dalam 12
jam -7 hari pertama) harus segera dimulai dan dilanjutkan dengan skedul yang
dianjurkan. Antiviral hanya diberikan pada HVB kronis dan saat ini yang
digunakan untuk anak adalah interferon dan lamivudin. Pada anak dengan HVC,
karena transmisi utama dan produk darah dan sebagian kecil dan transmisi
vertikal, maka penting untuk melakukan uji tapis terhadap semua donor serta anak
yang sering mendapat produk darah dan bayi dari ibu penderita HVC. Antiviral
yaitu interferon dan ribavirin hanya boleh diberikan pada HVC kronis yang
berumur > 3 tahun.