You are on page 1of 19

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Payudara
Payudara wanita atau yang disebut glandula mammae adalah symbol dari
wanita dan feminitas tapi pada saat yang bersamaan payudara juga memiliki
fungsi penting, yaitu sebagai organ yang memproduksi air susu. Air susu sendiri
berasal dari kelenjar kecil yang menyerupai tandan buah anggur dalam payudara
(lobulus) dan dihantarkan oleh tubulus atau duktus sampai pada puting susu
(nipple). ASI sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan bayi yang baru lahir.
Payudara sebenarnya adalah kelenjar keringat yang dimodifikasi. Namun, saat
kelenjar keringat menghasilkan keringat, payudara menghasilkan susu.
2.2 Anatomi Payudara
Setiap payudara terletak pada setiap sternum dan meluas hingga antara costa
kedua dan keenam. Pada arah medial, dibatasi oleh sisi bagian lateral dari
sternum. Dan pada arah lateral mencapai garis mid-axillaris. Payudara terletak
pada fascia superficialis dinding rongga diatas muskulus pektoralis major dan
dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium.
Puting susu biasanya terletak pada ruang ICS IV pada wanita nullipara,
berwarna merah muda, coklat muda atau lebih gelap tergantung melanisasi tubuh.
Posisi puting biasanya berada di tengah depan, namun terkadang posisinya tidak
tetap bergantung pada ruang intercostal ketika payudara menggantung. Bentuknya
bervariasi mulai dari mengerucut (flattened), tergantung dari nervous, hormonal,
perkembangan dan faktor lain.
Areola adalah suatu diskus pada kulit, yang membulat dan menjadi dasar dari
puting payudara, warnanya mulai dari merah muda hingga coklat kehitaman
tergantung pada paritas dan ras.

2.3 Bagian-Bagian Payuara


Bagian-bagian Payudara
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
-

Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak


payudara.

Gambar 2. Anatomi payudara


2.3.1

Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu
beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara. ASI di salurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus laktiferus).

2.3.2

Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

2.3.3

Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar,

panjang dan terbenam (inverted).

Bentuk puting susu normal

Bentuk puting susu panjang

Bentuk puting susu pendek

Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

Kulit puting susu banyak mengandung pigmen tetapi tidak


berambut. Papilla dermis banyak mengandung kelenjar sabasea.
Sedangkan kulit pada areola juga banyak mengandung pigmen, tetapi
berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-kadang mengandung folikel
rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus kecil
pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.
Kelenjar payudara (mammae, susu) terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang
beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui
800 gram.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik
melalui puting susu, masing-masing saling tegak lurus. Jika payudara
dibayangkan sebagai piringan sebuah jam, satu garis menghubungkan
jam 12 dengan jam 6 dan garis lainnya menghubungkan jam 3
dengan jam 9. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah kuadran atas

luar (supero lateral), kuadran atas dalam (supero medial), kuadran bawah
luar (infero lateral), dan kuadran bawah dalam (infro medial).
Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero
lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung
lebih tebal ketimbang payudara lainnya. Kuadran luar atas ini
mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang lebih banyak atau
langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat neoplasia.
Pada kuadran medial atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarnya
lebih sedikit jumlahnya, dan yang paling minimal adalah yang di
kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat
terjadi di sepanjang garis susu, yang membentang dari lipatan garis
aksillaris anterior, menurun hingga lipatan paha.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan
otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.
2.4 Vaskularisasi Payudara
2.4.1

Arteri
Pasokan darah payudara berasal dari jaringan anastomosis kaya
axial, mammae internal dan arteri interkostal (Gambar 2).
Pembuluh darah

terbesar muncul dari arteri torakalis interna,

cabang perforasi yang menembus dinding dada berdekatan dengan tepi


sternal dari ruang interkostal pertama sampai keempat. Pembuluh darah
dalam ruang kedua biasanya yang terbesar dari keempatnya.
Keempat cabang dari arteri aksilaris adalah:
a. Toraks superior
b. Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di
antara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini
merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan
memberikan aliran darah ke glandula mamma bagian dalam (deep
surface)
c. Toraks lateral : Pembuluh darah ini berjalan turun menyusuri tepi
lateral muskulus (otot = m) pektoralis mayor untuk mendarahi
bagian lateral payudara.

d. Subscapular: A. thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan


cabang dari a. subskapularis. Arteri memberikan aliran darah ke m.
latissmus dorsi dan m. serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak
memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat
penting

artinya,

karena

pada

tindakan

radikal

mastektomi,

pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol,


sehingga daerah ini dinamakan the bloody angel
2.4.2

Vena
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena :
a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna
Merupakan vena yang tersebar pada jaringan payudara yang
mengalirkan darah dari payudara dan bermuara pada v. Mammaria
interna yang kemudian bermuara pada v. minominata.
b. Cabang v. aksillaris, : terdiri dari v. thorako-akromialis. v. thoraklais
lateralis dan v. thorako-dorsalis.
c. Vena-vena kecil bermuara pada v. InterkostalisVena interkostalis
bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada. Azygos
(melalui vena-vena ini, keganasan pada payudara akan dapat
bermetastase langsung ke paru).

2.4.3

Jaringan Kelenjar, Duktus dan Jaringan Penyokong


Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier
mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan
berdilatasi, sesampainya di belakang areola. Pada retro areolar ini,
duktus yang berdilatasi itu, menjadi lembut, kecuali saat dan selama ibu
menyusui, duktus ini akan mengalami distensi. Masing-masing duktus
ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus
eksretorius).
Tiap lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam
suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus askretorius
lobulus itu. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok alveolus yang
bermuara ke dalam laktiferus (saluran air susu) yang bergabung dengan
duktus-duktus lainnya, untuk membentuk saluran yang lebih besar dan
berakhir ke dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini
mendekati puting, saluran-saluran ini akan membesar, untuk menjadi
tempat penampungan air susu (yang disebut sinus laktiferus), kemudian
saluran-saluran tersebut menyempit lagi dan menembus puting dan
bermuara di atas permukaannya.
Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan

kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus


tersebut, ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang
merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan luar
fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan
memberi rangka untuk payudara.
a. Pembuluh Getah bening
1) Pembuluh getah bening aksilla: Pembuluh getah bening aksilla
ini mengalirkan getah bening dari daerah-daerah sekitar areola
mamma, kuadaran lateral bawah dan kuadaran lateral atas
payudara
2) Pembuluh getah bening mammaria interna: Saluran limfe ini
mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial
payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu
menembus fasia tersebut sistem pertorntes menembus m.
pektrolis mayor. Kemudian berjalan ke medial bersama-sama
dengan sistem perforantes menembus m. interkostalis dan
bermuara ke dalam kelenjar getah bening mamaria interna.
Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir
melalui trunkus limfatikus mamaria interna. Sebagian akan
bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara ke duktus
thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk
sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial
bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa
epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam
kelenjar getah bening preperikadial anterior yang terletak di tepi
atas diafragma, di atas ligmentum falsiform. Kelenjar getah
bening ini juga menampung getah bening dari diafragma,
ligamentum falsiforme dan bagian antero superior hepar. Dari
kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria
interna
b. Kelenjar-kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening aksilla. Terdapat enam grup kelenjar
getah bening aksilla:

1)

Kelenjar getah bening mammae eksterna. Untaian kelenjar ini


terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang

2)

tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalam 2 kelompok:


a) Kelompok superior, terletak setinggi ingerkostal II-III
b) Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI
Kelenjar getah bening scapula. Terletak sepajang

v.

subskapularis dan thoralodoralis, mulai dari percabangan v.


aksillaris mejadi v. subskapularis, sampai ke tempat masuknya
3)

v. thorako-dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.


Kelenjar getah bening sentral (central nodes). Terletak di dalam
jaringan lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di
antaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia
pada pusat aksila, kira-kira pada pertengahan lipat aksila depan
dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah
bening yang paling mudah diraba dan merupakan kelenjar

4)

aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.


Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes). Terletak
antara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami
pektoralis v. thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai empat

5)

buah.
Kelenjar getah v. aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak
sepanjang v. aksillaris bagian lateral, mulai dari white tendon
m. laitssimus dorsi sampai ke sedikit medial dari percabangan

6)

v. aksillaris-v.thorako akromialis.
Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak di sepanjang
v.aksillaris, mulai dari sedikit medial percabangan v.aksillarisv.thorako-aktomialis sampai dimana v. aksillaris menghilang di
bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini merupakan kelenjar
aksilla yang tertinggi dan termedial letakya. Semua getah
bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksilla
masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening

7)

aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.


Kelenjar getah bening prepektoral, Kelenjar getah bening ini
merupakan kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di
bawah kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral
atas disebut prepektoral karena terletak di atas fasia pektoralis.

8)

Kelenjar getah bening interna, Kelenjar-kelenjar ini terdapat di


sepanjangt trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm
dari tepi sternum, terletak di dalam lemak di atas fasia
endothoraiska. Pada sela tiga, diperkiran jumlahnya sekitar 6-8
buah.

2.4.4

Perkembangan Kehamilan , laktasi , dan Penuaan


Sebuah peningkatan drastis dalam sirkulasi estrogen ovarium dan
plasenta dan progestin jelas terlihat selama kehamilan , yang memulai
perubahan mencolok dalam bentuk dan substansi dari payudara.
Payudara membesar sebagai duktal dan berproliferasi epitel lobular,
kulit areolar gelap, dan aksesori kelenjar areolar ( kelenjar
Montgomery ) menjadi menonjol .
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan
jaringan interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya
somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel
asinus

payudara,

serta

meningkatkan

produksi

zat-zat

kasein,

laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae


membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi
kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat
pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.
Payudara akan membesar dan kencang, ini karena pada awal
pembuahan terjadi peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan
pelebaran pembuluh darah dan memberi nutrisi pada jaringan payudara.
a. Trimester 1
Dalam 3 bulan pertama,daerah sekitar putting dan putting susu akan
terlihat bewarna lebih gelap, karena terjadi peningkatan persediaan
darah keseluruh tubuh maka daerah sekitar payudara akan tampak
bayangan pembuluh-pembuluh vena dibawah kulit payudara.
Pada trimester pertama payudara akan terasa penuh, perih dan lebih
sensitif pada saat usia 4 minggu kehamilan. Estrogen dan
progesterone adalah hormone utama yang paling berpengaruh
terhadap perubahan payudara tersebut. Peningkatan estrogen
menumbuhkan jaringan lemak, saluran mamae, alveoli dan putting

susu. Progesteron memicu dalam pertumbuhan jaringan glandula


dan alveoli lobular.
Setelah dua bulan payudara akan mulai membesar dan sirkulasi
pembuluh darah meluas dengan pembuluh vena menjadi lebih
terlihat di bawah kulit. Puting susu akan menjadi lebih besar dan
lebih menonjol. Puting susu dan areola akan menjadi lebih gelap
warnanya.
Tanda tanda umum :
1) Peningkatan

ukuran

secara

bilateral,

seringkali

disertai

kesemutan tegang dan nyeri tekan.


2) Ketika diraba, nodular dan lobulus kasar semakin teraba akibat
hipertropi alvioli mamae.
3) Muncul rabas kolostrum( cairan kental jernih ) dari puting susu,
seiring berjalannya waktu rabas kolostrum menjadi kuning dan
kentalnya berkurang.
4) Polikel montgomery kelenjar sebasea di areola.
5) Pembesaran dan peningkatan elektrilitas puting.
6) Perluasan dan peningkatan pigmen tasi areola (areola primere).
7) Vena subcutan yang melebar biasa terjadi dibawah kulit sebagai
jejak vena kebiruan.
b. Trimester II
Pada trimester dua Estrogen dan progesteron mempengaruhi
pertumbuhan dari sistem duktus, lobuli dan alveoli dapat
meningkatkan produksi susu selama kehamilan. Konsentrasi dan
kadar prolaktin dalam darah ibu meningkat.
Tanda tanda umum :
1) Perubahan warna areola menjadi gelap dan pembentukan bercak
kulit disekitar dan diluar areola primer atau disebut juga areola
skunder.
2) Spinder angioma di dada atas.
3) Striae payudara
c. Trimester 3

Pada trimester tiga Pada payudara wanita terdapat striae karena


adanya peregangan lapisan kulit. Hal ini terjadi pada 50 % wanita
hamil. Selama trimester ini pula sebagian wanita mengeluarkan
kolostrum secara periodik. Mammae semakin tegang dan
membesar sebagai persiapan untuk laktasi akibat pengaruh
somatotropin, estrogen dan progesteron, dan pada trimester ini
kolostrum sudah mulai keluar. Aliran darah didalamnya lambat &
payudara menjadi besar lagi.

Gambar 8. Perkembangan Payudara


Setelah

melahirkan

plasenta,

progesteron

dan

estrogen

menurun, yang memungkinkan ekspresi penuh dari laktogenik


prolaktin. Produksi susu dan pelepasan dikendalikan oleh refleks
saraf yang berasal dari ujung saraf kompleks puting - areola.
Laktasi membutuhkan stimulasi rutin pada saraf sehingga dapat
terus menghasilkan sekresi prolaktin dan susu. Oksitosin memulai
kontraksi sel-sel mioepitel, yang menghasilkan kompresi alveoli
dan aliran susu ke dalam sinus laktiferus. Setelah penyapihan dari

bayi , pengeluaran prolaktin dan oksitosin menurun. Menyebabkan


peningkatan tekanan di dalam saluran dan alveoli, yang
menyebabkan atrofi epitel (Gambar C). Dengan menopause terjadi
penurunan sekresi estrogen dan progesteron oleh ovarium dan
involusi duktus dan alveoli payudara. Sekitarnya meningkat
fibrosa jaringan ikat dalam kepadatan, dan jaringan payudara
digantikan oleh jaringan adiposa (Gambar D).
2.5 Fisiologi Payudara
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan
pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18 - 19
minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi, dengan terbentuknya hormon
estrogen dan progesteron yang berfungsi untuk maturasi alveoli. Sedangkan
hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk produksi ASI disamping
hormon lain seperti insulin, tiroksin, dan sebagainya.
Perubahan pada hormon yang bersirkulasi menghasilkan perubahan yang
lebih dalam pada pertumbuhan duktus-lobus-lobulus selama kehamilan.
Placental lactogen, prolaktin, dan chorionic gonadotropin berkontribusi
terhadap kecepatan pertumbuhannya.
Dari sejak bulan ketiga kehamilan, bahan-bahan yang disekresi seperti
colostrum muncul pada alveolus.

Pada trimester kedua, laktogen plasenta

mulai merangsang produksi kolostrum. Karenanya, wanita muda dibawah 16


tahun yang hamil dapat menghasilkan kolostrum meskipun bayinya tak dapat
hidup. Hingga saat melahirkan, produksi susu ditekan oleh prolactin inhibiting
hormone yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon progesteron yang diproduksi
dari plasenta dikenal penting dalam menghambat produksi susu saat kehamilan.
Pada saat melahirkan, penarikan kembali hormon sex plasental dan luteal dan
daya hisap bayi menyebabkan hilangnya hormon penghambat dan merangsang
pelepasan prolactin releasing factor.
Awal pelepasan air susu saat melahirkan dan produksi yang berlangsung
terus menerus terjadi karena payudara telah berkembang secara ekstensif saat
kehamilan. Sistem duktus telah terbendung untuk membentuk jejaring yang
kuat pada duktus kolektikus. Alveolus kaya akan lapisan sel epitel, beragam
dalam bentuk dari gepeng hingga silindris , kesemuanya mampu menghasilkan
air susu. Beberapa sel nya menjulang/menonjol, sementara yang lainnya pendek
dan halus. Lumen alveolus penuh oleh bahan granul halus dan droplet lemak.

Diferensiasi sel epitel mammae dan sel alveolar presekretori dengan sel
sekretori pelepasan susu alveolar menyempurnakan persiapan produksi susu.
Biosintesis susu menyangkut sisi sel yang ini, sementara proses metabolik
berlangsung. Pada ujung terminal duktus terdapat sel stem dan sel alveolar
sekretori yang berdiferensiasi tinggi. Sel stem distimulasi oleh hormon
pertumbuhan dan insulin, yang bergabung dengan prolaktin untuk merangsang
aktivitas sekretori sel. Payudara bereaksi terhadap interaksi hormon pituitari,
thyroid, pankreatik, adrenal, dan ovarium.
Proses sintesis air susu menyangkut sekresi de novo poruduction dari lemak
dan protein dari sintesis laktosa menjadi glukosa. Ion ion berdifusi melewati
membran, dan pada beberapa kasus, ditransport aktif. Susu alveolar pertama
kemudian dilarutkan dalam lumen untuk menjadi isotonis dengan plasma dan
air yang berdifusi dari cairan ekstraseluler. Jalur sintesis air susu dan sekresi ke
alveolus mammae menyangkut : (1) exositosis protein dan laktosa, (2)
pembentukan globulus lemak susu, (3) sekresi air dan ion, (4) pinositosis dan
eksositosis dari imunoglobulin, (5) jalur paraseluler.
Karena menyusui itu diantisipasi, tubuh mempersiapkan payudara selama
kehamilan dan juga mengembangkan cadangan kebutuhan gizi maternal yang
akan sangat dibutuhkan selama menyusui, untuk memenuhi kebutuhan sesuai
kenaikan berat badan 6 8 pound dari berat badan bayi selain uterus dan isinya.
Ketika menyusui dimulai, ada redistribusi suplai darah dari uterus ke payudara,
dimana

terjadi

peningkatan

kebutuhan

gizi

dan

metabolik

untuk

mengakomodasi kebutuhan produsi air susu. Aliran darah kelenjar mammae,


kardiak output, dan sekresi susu, tergantung pada rangsang hisap. Rangsang
hisap menginduksi pelepasan hormon pituitari anterior, yaitu prolaktin dan
oksitosin, yang akan bertindak secara langsung pada jaringan payudara dan
uterus.
Sebagai persiapan, area nipel dan areola juga dipersiapkan untuk laktasi.
Terjadi peningkatan vaskularisasi. Kelenjar montgomery, sebagai kelenjar
sebacea, membesar dan mulai mensekresikan substansi yang dapat melubrikasi
dan melindungi areola dan nipel selama kehamilan dan laktasi.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen dan
progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada
saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Denagan menyusukan lebih dini, terjadi

perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hiposfisis, sehingga


sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam
proses laktasi; refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan
puting susu oleh hisapan bayi.
a. Refleks prolactin
Seperti telah dijelaskan di muka, dalam kelenjar puting susu terdapat
banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul impuls yang
menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis bagian depan
sehingga kelenjar ini mengeluatkan hormone prolaktin. Hormon inilah
yang berperan dalam produksi ASI tingkat alveoli. Dengan demikian
mudah dipahami bahwa semakin sering rangsangan penyusuan makin
banyak pula produksi ASI oleh sel kelenjar.
b. Refleks aliran (let down reflex)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai kelenjar
hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang
mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfugsi memacu kontraksi
otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran makin baik
sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, dan
menyusui akan makin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan
tidak hanya mengganggu penyusuan, tetapi juga berakibat mudah terkena
infeksi.
Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong
sangat penting agarb tidak terdapat terjadi pembendungan pada payudara.
Pembendungan pada oayudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan
sakit. Tak jarang mengakibatkan payudara mudah infeksi. Kadang-kadang
tekanan akibat otot polos tersebut begitu kuat mengakibatkan ASI
menyembur keluar. Hal ini membuat bayi tersedak.
Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim
makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat
pada hari-hari pertama menyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk
kembalinya rahim ke bentuk semula.
Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, rasa khawatir
dan rasa sakit (misalnya luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat
menghambat refleks tersebut. Diduga hhal tersebut menyebabkan
lepasanya hormon adrenalin yang menghambat oksitosin tidak dapat

mencapai otot polos. Dengan demikian tidak ada rangsangan kontraksi dari
otot polos.
Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi, adalah
refleks menangkap (rooting reflex), refleks menghisap dan refleks
menelan.
1) Refleks menangkap (rooting reflex)
Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh
kea rah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla mammae,
maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap
puting susu.
2) Refleks menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut (palatum) bayi
tersentuh, biasanya oleh puting. Supaya puting mencapai bagian
belakang palatum, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut
bayi. Dengan demikian, maka laktiferus yang berada di bawah areola
akan tertekan antar gusi, lidah dan platum, sehingga ASI terperas
keluar.
3) Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya. Penarikan kembali
hormon luteal dan placental dan rangsangan oleh prolaktin-releasing
factor menghasilkan peningkatan sintesis prolaktin oleh adenihipofisis,
yang merangsang sintesis susu pada kelenjar alveoli mammae.
Pelepasan air susu dari duktular kolektivus alveoli tergantung pada
refleks penolakan, yang diawali oleh rangsang hisap. Rangsang hisap
bayi, menstimulasi mekanoreseptor di nipel dan areola yang mengirim
sinyal sepanjang jalur saraf ke hipothalamus, yang kemudian
menstimulasi pituitari posterior untuk melepaskan oksitosin. Oxitosin
yang dibawa melalui aliran darah ke payudara dan uterus, merangsang
sel mioepitelial yang membungkus alveoli dan duktulus kolektivus di
payudara untuk mengeluarkan air susu melalui duktulus. Oksitosin juga
merangsang sel mioepitelial uterus untuk berkontraksi memperbesar
involusi uterin postpartum, sehingga uterus pada wanita menyusui cepat
kembali ke keadaan normal secara fisiologis. Pelepasan oksitosin juga
dapat dirangsang bila melihat atau mendengar bayi. Sementara prolaktin
dilepaskan hanya bila payudara distimulasi oleh pompa atau hisap.

Prolaktin yang juga dilepaskan oleh hipotalamus saat rangsang


hisap, merangsang produksi air susu. Kadar prolaktin saat awal
menyusui meningkat 10 sampai 20 kali lipat lebih besar dari normal.
Peran prolaktin terhadap jumlah kadar air susu belum jelas. Namun,
jelas bahwa peningkatan prolaktin hingga dua kali lipat dari kadar
biasanya penting untuk mensukseskan produksi suplai air susu.
Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme
minum dari botol, Karena dot karetnya panjang dan tidak perlu
diregangkan, maka bayi tidak perlu menghisap kuat. Bila bayi telah
biasa minum dari botol/dot akan timbul kesulitan bila bayi menyusu
pada ibu, karena ia akan menghisap payudara seperti halnya ia akan
menghisap dot. Terjadilah bingung puting. Pada keadaan ini ibu dan
bayi perlu bantuan untuk belajar menyusui dengan baik dan benar.
Menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi (
on demand), karena secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya
sendiri. Semakin sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi
ASI lebih banyak. Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi kembar,
dengan daya hisapnya maka payudara akan memproduksi ASI lebih
banyak; karena semakin kuat daya isapnya, semakin banyak ASI yang
diproduksi.
Produksi

ASI

selalu

berkesinambungan;

setelah

payudara

disusukan, maka akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada


keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI, karena ASI akan terus
diproduksi asal bayi tetap menghisap, ibu cukup makan dan minum
serta adanya keyakinan mampu memberi ASI pada anaknya. Menurut
literature, produksi ASI berkisar antara 600cc 1 liter sehari. Dengan
demikian ibu dapat menyusui bayi secara eksklusif sampai 6 bulan, dan
tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun bersama makanan
lain.
Bila kemudian bayi disapih, refleks prolaktin akan terhenti.
Sekresi ASI juga berhenti. Alveoli mengalami apoptosis (kehancuran),
kemudian bersama siklus menstruasi dimana hormone estrogen dan
progesterone berperan, alveoli akan terbentuk kembali.
Siklus berulang ketika ibu hamil (alveoli matur, siap produksi)
kemudian laktasi (alveoli memproduksi ASI) kemudian penyapihan

(alveoli gugur) disebut siklus laktasi dan akan selalu berulang selama
wanita belum menopause.
2.6 Proses Laktasi
2.7 Fase Laktasi

Prasetyo, Budi. 2011. Anatomi dan Fisiologi Payudara. Diakses dari http://smartpustaka.blogspot.com/2011/09/anatomi-dan-fisiologi-payudara.html tanggal 15 Maret
2014
Brunicardi et al, 2010. Schwartzs Principle of Surgery, The McGraw-Hill
Companies, USA.
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Peuperium Care. Pustaka
Pelajar, Jakarta.
Netter, 2008. Netter Atlas, Anatomy USA
Ellis, Harold. 2013. Anatomy and physiology of breast. Diakses dari
www.surgeryjournal.co.uk/article/S0263-9319(12)00234-7/abstract tanggal 16 April
2015

You might also like