You are on page 1of 19

I.

PENGERTIAN

BANGSA,

FAKTOR

PENDORONG

TERBENTUKNYA BANGSA, UNSUR-UNSUR BANGSA, MAKNA


BANGSA INDONESIA.
1.1 PENGERTIAN BANGSA
Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki
identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi,
budaya dan sejarah. Dalam pengertian lainnya, bangsa adalah
sekelompok manusia yang dipersatukan karena memiliki persamaan
sejarah dan cita-cita yang mana mereka terikat di dalam satu tanah air.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian bangsa, yaitu :
1. Hans Kohn (Jerman)
Bangsa adalah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah.
Suatu bangsa merupakan golongan yang beranekaragam dan tidak
bisa dirumuskan secara eksak.
2. Ernest Renan (Perancis)
Bangsa adalah suatu nyawa, suatu akal yang terjadi dari dua
hal, yaitu rakyat yang harus bersama-sama menjalankan satu
riwayat, dan rakyat yang kemudian harus mempunyai kemauan atau
keinginan hidup untuk menjadi satu.
3. Otto Bauer (Jerman)
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai kesamaan
karakter. Karakteristik tumbuh karena adanya kesamaan nasib.
4. F. Ratzel (Jerman)
Bangsa terbentuk Karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu
timbul Karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat
tinggalnya (paham geo politik).
5. Jalobsen dan Lipman
Bangsa adalah suatu kesatuan budaya (cultural unity) dan
kesatuan politik (political unity).

Secara umum kata bangsa merupakan

terjemaha dari kata

"nation" yang berasal dari bahasa latin "natio" yang mengandung arti
sesuatu yang lahir atau muncul. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia
nation berarti bangsa. Seiring berkembangnya zaman pengertian

bangsa mengalami perubahan, yaitu bangsa dalam arti sosiologisantropologis dan bangsa dalam arti politis.
1. Bangsa dalam artisosiologis-antropologis yaitu persekutuan
hidup yang berdiri sendiri dimana masing-masing anggotanya
terikat oleh satu kesatuan ras, bahasa, agama, adat-istiadat,
tradisi, sejarah, dan daerah. Dalam hal ini persekutan hidup
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyebut
perkumpulan orang-orang yang saling membutuhkan dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan dalam suatu wilayah
tertentu. Ikatan-ikatan tersebut digunakan untuk membedakan
suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain. Misalnya Suku
Sasak dengan Suku Tengger, Suku Sasak dengan Suku Jawa.
2. Bangsa dalam arti politis yaitu kesatuan masyarakat dalam satu
daerah yang sama dan tunduk terhadap kedaulatan suatu negara
sebagai kekuasaan tertinggi. Sebagai suatu satu kesatuan yang
terdiri dari banyak individu atau orang-orang yang memiliki
kesamaan ras, bahasa, agama, adat-istiadat, tradisi, sejarah, dan
daerah. Bangsa dalam arti politis diikat oleh suatu organisasi
kekuasaan atau politik seperti wilayah nasional, hukum, dan
peraturan perundangan yang berlaku. Selain itu, bangsa dalam
arti politis harus mempunyai alat pemersatu seperti halnya
Indonesia yang mempunyai alat pemersatu yaitu :
a. Bahasa nasional, bahasa Indonesia.
b. Bendera negara, Sang Merah Putih.
c. Lagu Kebangsaan, Indonesia Raya.
d. Semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika.
e. Ideologi dan dasar negara, Pancasila.
f. Konstitusi, UUD 1945.

1.2 Faktor Pendorong Terbentuknya Bangsa.

Dalam membentuk bangsa, ada suatu pendorong kuat yang dapat


menyatukan berbagai macam watak orang yang ada di dalam suatu
bangsa tersebut. Faktor-faktornya yaitu :
a. Pertalian darah, suku, bahasa, dan adat istiadat.
b. Persamaan sejarah , penderitaan, dan nasib di masa lalu.
c. Pemerintahan yang sama.
d. Ideologi yang sama.
e. Bahasa nasional
f. Cita-cita dan tujuan yang sama
1.3 Unsur-unsur Bangsa
Menurut Friederich Hertz, setiap bangsa mempunyai 4 unsur, yaitu :
1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas
ekonomi, politik, agama, kebudayaan, komunikasi, solidaritas dan
kesatuan nasional.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional
sepenuhnya, yaitu bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa
asing terhadap urusan dalam negerinya.
3. Keinginan dalam kemandirian, keunggulan, individualitas, atau
kekhasan.
4. Keinginan untuk menonjol di antara bangsa-bangsa dalam
mengejar kehormatan, pengaruh dan prestise.
1.4 Makna Bangsa Indonesia
Makna bangsa Indonesia merupakan suatu identitas nasional yang
dimana hal tersebut hanya terdapat di dalam jiwa bangsa Indonesia.
Identitas bangsa Indonesia akan berbeda dengan identitas bangsa
Australia, bangsa Amerika dan bangsa lainnya. Identitas nasional itu
terbentuk Karena bangsa Indonesia mempunyai pengalaman bersama,
sejarah yang yang sama, dan penderitaan yang sama dan juga terbentuk
melalui adanya saling kerjasama antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain. Meskipun memiliki banyak perbedaan, namun
keinginan kuat diantara mereka untuk saling merekatkan kelompoknya
dengan kelompok lain dapat juga membentuk identitas. Ada beberapa
unsur-unsur identitas nasional yaitu :
1. Suku Bangsa
Suku Bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang sudah
ada sejak lahir, yang sama coraknya dengan golongan umur dan
jenis kelamin.
2. Agama

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis.


Agama yang berkembang di Indonesia antara lain Hindu, Islam,
Kristen, Katholik, Budha, Kong hu cu, Agama konghu cu pada
masa orde baru tidak diakui sebagai agama resmi Indonesia namun
sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama
resmi dihapuskan.
3. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang berisikan perangkat- perangkat atau modelmodel

pengetahuan

yang

secara

kolektif

digunakan

oleh

pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami


lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai pedoman untuk
bertindak dalam bentuk kekuatan dan benda-benda kebudayaan.
4. Bahasa
Bahasa merupakan unsure komunikasi yang dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana
berinteraksi antar manusia.

II.

ANALISIS

NILAI-NILAI

PANCASILA

PADA

ZAMAN

PRA-

SEJARAH
Secara etimologi, Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang diambil
dari kitab Negarakertagama yaitu Pantjasyila, Pantja yang berarti lima dan syila
yang berarti sendi/alas/dasar. Dalam pengertian lain, syila berarti juga peraturan
tingkah laku yang penting/baik. Dengan demikian, Pantjasyila (Pancasila) pada
waktu itu berarti lima dasar atau lima peraturan tingkah laku yang penting/baik.
Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam
pertengahan zaman tersier kira-kira 60 juta tahun yang silam. Baru pada zaman
quarter yang dimulai sekitar 600.000 tahun yang silam Indonesia didiami oleh
manusia, dan berdasarkan hasil penemuan fosil Meganthropus Paleo Javanicus,
Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis, serta Homo

Mojokertensis. Berdasarkan artefak yang ditinggalkan, mereka mengalami hidup


tiga jaman yaitu :
1. Paleolitikum
2. Mesolitikum
3. Neolitikum
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bukan berasal dari negara lain
tetapi benar-benar digali dari dalam ibu pertiwi sejak zaman purbakala. Nilai-nilai
Pancasila telah ada di dalam jiwa nenek moyang Indonesia. Hal ini dibuktikan
dari berbagai kegiatan dan cara hidup yang mencerminkan kelima sila-sila
pancasila.
1. Nilai Religi yang mencerminkan sila Ketuhanan yang Maha Esa
Pada masa prasejarah, nenek moyang Bangsa Indonesia mengenal
dua sistem kepercayaan atau yang kini dikenal dengan sebutan agama.
sistem kepercayaan tersebut adalah animisme dan dinamisme. Adanya
kerangka mayat pada Paleolitikum menggambarkan terdapat upacara
penguburan, terutama Wajakensis dan mungkin Pithecanthropus
Erectus, serta dalam menghadapi tantangan alam tenaga gaib sangat
tampak. Selain itu ditemukan alat-alat baik dari batu maupun perunggu
yang digunakan untuk aktifitas religi seprti upacara mendatangkan
hujan, dll. Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur juga dan
penempatan menhir di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap
sebagai tempat roh leluhur, tempat yang penuh keajaiban dan sebagai
batas antara dunia manusia dan roh leluhur.
2. Nilai Peri Kemanusiaan mencerminkan sila kedua Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab
Nilai ini tampak dalam perilaku kehidupan saaat itu misalnya
penghargaan terhadap hakekat kemanusiaan yang ditandai dengan
penghargaan

yang

tinggi

terhadap

manusia

meskipun

sudah

meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat baik terhadap


sesama manusia, yang pada hakekatnya merupakan wujud kesadaran
akan nilai kemanusiaan. Mereka tidak hidup terbatas di wilayahnya,
sudah mengenal sistem barter antara kelompok pedalaman dengan
pantai dan persebaran kapak. Selain itu mereka juga menjalin
hubungan dengan bangsa-bangsa lain.

3. Nilai Kesatuan yang mencerminkan sila ketiga Persatuan Indonesia


Adanya kesamaan Bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa
Austronesia, sehingga muncul kesamaan dalam kosa kata dan
kebudayaan. Hal ini sesuai dengan teori perbandingan bahasa menurut
H.Kern dan benda- benda kebudayaan Pra Sejarah Von Heine Gildern.
Kecakapan berlayar karena menguasai pengetahuan tentang laut,
musim, perahu, dan astronomi, menyebabkan adanya kesamaan
karakteristik

kebudayaan

Indonesia.

Oleh

karena

itu

tidak

mengherankan jika lautan juga merupakan tempat tinggal selain


daratan. Itulah sebabnya mereka menyebut negerinya dengan istilah
Tanah Air. Tradisi gotong-royong yang sudah diwariskan sejak zaman
nenek moyang juga merupakan bukti nilai kesatuan yang ada pada
masyarakat karena mengandung nilai kebersamaan.
4. Nilai Musyawarah yang mencerminkan sila keempat Kerakyatan yang
dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Nilainilai musyawarah ada pada kebiasaan bercocok tanam yang
dari dulu sampai sekarang dilakukan secara bersama-sama. Hal ini
menggambarkan bahwa sudah ada aturan untuk kepentingan tersebut
yang mengakibatkan timbulnya adat sosial. Pada zaman tersebut setiap
adat sosial / kelompok sudah dipimpin oleh Kepala Desa / Kepala
Suku yang dipilih secara bersama. Kegiatan ini menunjukkan bahwa
nenek moyang sudah mengenal nilai musyawarah dan nilai-nilai
kepemimpinan / leadership.
5. Nilai keadilan yang mencerminkan sila kelima Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia
Pada masa prasejarah nenek moyang mengenal pola kehidupan
bercocok tanam secara gotong-royong yang berarti masyarakat pada
saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering menuju
ke pola hidup foodproducing. Foodproducing yang berarti membuat
makanan sendiri dengan cara bercocok tanam. Pengaturan pengairan
sawah secara bergilir yang tentunya dilaksanakan secara adil dan
penimbunan hasil tani untuk kepentingan bersama untuk mewujudkan

kesejahteraan dan kemakmuran bersama secara tidak langsung


mencerminkan pengimplementasian sila kelima.
Dari beberapa bukti tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa nilainilai yang terkandung dalam Pancasila yakni nilai religi, nilai perikemanusiaan,
nilai kesatuan, nilai musyawarah dan nilai kepemimpinan serta nilai keadilan
sosial benar-benar bersumber dari dalam kebudayaan dan kebiasaan masyarakat
Indonesia bahkan sejak dari zaman purba atau prasejarah.
III.

NILAI-NILAI PANCASILA DARI ABAD 7 S/D 16


1. Masa Kerajaan Sriwijaya
Di dalam sejarah Indonesia ada dua buah kerajaan kuno yang selalu
disebut-sebut sebagai kerajaankerajaan yang megah dan jaya, yang
melambangkan kemegahan dan kejayaan bangsa Indonesia di masa lampau.
Kedua kerajaan itu adalah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Sriwijaya muncul pada abad ke-7 yang merupakan kerajaan
besar (kerajaan maritim) yang menitik beratkan keagungan armada laut.
Kerajaan ini bukan lagi merupakan negara senusa (negara yang berkuasa
atas satu pulau), melainkan penguasa antar nusa (negara yang memiliki
wilayah kekuasaan atas beberapa pulau), sehingga Kerajaan Sriwijaya
merupakan negara kesatuan yang pertama di Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya pada masa pemerintahan Balaputradewa
mengalami masa kejayaan, disini dapat dikatakan sebagai embrio berdirinya
Bangsa Indonesia karena upayanya untuk mempersatukan wilayah
Indonesia dapat dilakukan yaitu hampir separuh dari wilayah Indonesia
sekarang berhasil ditaklukan.
Nilai-nilai Pancasila pada masa kerajaan Sriwijaya

Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan
Hindu hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya
terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.

Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India


(Dinasti Harsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar di India.
Telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.

Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan


konsep negara kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.

Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat


luas meliputi (Indonesia sekarang) Siam, dan Semenanjung Melayu.

Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan


perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.

2. Masa kerajaan sebelum Majapahit


a. Jawa Tengah
Sebelum Kerajaan Majapahit muncul dan menggantikan peranan
Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan yang besar, muncullah beberapa
kerajaan kecil di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kerajaan Kalingga (abad ke-7), Sanjaya (abad ke-8), dan
Syailendra (abad ke-8 dan abad ke-9) terdapat di Jawa Tengah. Pada
masa berdirinya kerajaan-kerajaan itu, banyak terdapat hasil cipta,
rasa, dan karsa manusia yang berwujud sebagai karya-karya budaya.
Candi Borobudur dan Candi Prambanan merupakan peninggalan yang
tak ternilai. Begitu hebat serta tinggi nilai budayanya, sehingga
mengundang kekaguman siapa saja yang melihatnya. Di samping itu,
penggunaan teknologi juga cukup mengagumkan, contoh yang
sederhana adalah perekat yang digunakan, yang selain tahan lama dan
sukar ditembus air, juga aman terhadap cendawan. Bangunan yang
hebat dan mengagumkan itu hanya dapat terwujud dengan kerja keras
atas dasar gotong royong. Disamping itu, adanya bangunan yang hebat
dan mengagungkan itu juga dilandasi oleh jiwa keagamaan, yaitu
ketaatan serta rasa pengabdian yang mendalam kepada agama.
b. Jawa Timur
Di Jawa Timur berkembanglah kerajaan-kerajaan Isana (abad
ke-9), Darmawangsa (abad ke-10), Airlangga (abad ke-11), Kediri
(abad ke-12), dan Singasari (abad ke-13). Kerajaan Singasari memiliki

hubungan erat dengan Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1293-1520


Kerajaan Majapahit dapat dipandang sebagai negara kerajaan kuno
Indonesia yang besar. Majapahit mengalami puncak kejayaan pada
masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai
mahapatihnya serta Nala sebagai laksmana dengan armada yang hebat
(1350-1389). Dengan kerja sama yang baik di kalangan pimpinan
pemerintahan negara, Majapahit dapat berkembang dengan pesatnya
menjadi kerajaan besar yang disegani. Dalam hal ini, dukungan rakyat
tidak dapat dilupakan.
3. Masa Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur,
Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya
yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan
Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389 dan dengan
Gajah Mada sebagai mahapatihnya serta Nala sebagai laksmana dengan
armada yang hebat.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang
menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar
dalam sejarah Indonesia.
Wilayah kekuasan Majapahit terbentang dari semenanjung malayu
(Malaysia) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara. Dalam sejarah
Indonesia masa kekuasaan Kerajaan Majapahit merupakan suatu masa yang
paling mengesankan, karena dalam masa ini di Indonesia terdapat suatu
kerajaan besar yang disegani oleh banyak negara asing dan membawa
keharuman nama Indonesia sampai jauh keluar wilayah Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila pada masa pemerintahan Majapahit
Terdapat istilah Pancasila (kitab Negarakertagama , Mpu Prapanca
(1365)
Dalam kitab Negarakertagama karangan dari Mpu Prapanca
(1365) disebutkan di dalamnya terdapat istilah Pancasila, disini

Pancasila diartikan sebagai lima perintah kesusilaan (Pancasila Krama)


yang berisi lima larangan, yakni sebagai berikut :

Dilarang melakukan kekerasan.


Dilarang mencuri.
Dilarang berjiwa dengki.
Dilarang berbohong.
Dilarang mabuk karena minuman keras.

Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, di Majapahit ada
dua agama berkembang dengan baik, yaitu agama Hindu dan agama
Budha. Kedua agama itu dapat hidup berdampingan dengan damai, hal
ini membuktikan bahwa pada saat itu telah ada toleransi beragama yang
sekarangpun juga masih berkembang di Indonesia. Hal ini pula
menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah ada, tepatnya sila
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila kemanusiaan
Telah terwujud, yaitu hubungan Raja Hayam Wuruk dengan baik
dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Di samping
itu, juga mengadakan persahabatan dengan Negara-negara tetangga atas
dasar Mitreka Satata (bersahabat dengan negara tetangga).
Sila persatuan Indonesia
Bhineka Tunggal Ika (Kitab Sutasoma, Mpu Tantular)
Mpu Tantular yang menulis buku Sutasoma yang berisikan sloka :
Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua yang intinya
berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sikap nasionalis juga dapat
diketahui dari

Sumpah Palapa dari Patih Gajah Mada yang

berkeinginan untuk mempersatukan nusantara. Dalam Pancasila, rasa


itu termasuk dalam nilai-nilai pada sila Persatuan Indonesia. Sumpah
Palapa dari Patih Gajah Mada ( ingin mempersatukan Nusantara)

Sila kerakyatan (keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah dan


mufakat

Nilai demokratis yang merupakan cerminan sila Kerakyatan yang


dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

permusyawaratan/perwakilan, telah terbina dalam

dalam

dalam sistem

pemerintahan, ini terbukti dengan adanya perangkat kerajaan seperti


Rakryan,yang tugasnya memberi nasehat kepada Raja.

IV. PROSES PERUMUSAN PANCASILA DAN UUD 1945 SAMPAI DENGAN


PROKLAMASI 1945
PERUMUSAN PANCASILA DAN UUD 1945
Pembentukan (BPUPKI)
Pada akhir Perang Dunia II, Jepang mulai banyak mengalami kekalahan di
mana-mana dari Sekutu. Banyak wilayah yang telah diduduki Jepang kini jatuh ke
tangan Sekutu. Hal ini membuat Jepang merasa pasukannya sudah tidak dapat
mengimbangi serangan Sekutu. Untuk itu, Jepang menjanjikan kemerdekaan
kepada bangsa Indonesia agar tidak melawan dan bersedia membantunya
melawan Sekutu. Untuk membujuk bangsa Indonesia, pada 17 September 1944
Perdana Menteri Jepang Koiso mengemukakan akan memberi kemerdekaan
kepada bangsa indonesia. Sehingga pada tanggal 1 Maret 1945 pemerintah Jepang
mengumumkan akan membentuk badan yang bertugas menyelidiki dan
menyiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kemerdekaan dalam waktu dekat.
Akhirnya pada tanggal 29 April 1945 dibentuklah suatu badan yang diberi nama
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau

Dokuritsu

Zunbi

Choosakai

dengan

ketua

Dr.K.R.T.

Radjiman

Wediodiningrat, wakilnya adalah Ichibangase (Jepang), dan sebagai sekretarisnya


adalah R.P. Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI adalah 63 orang yang mewakili
hampir seluruh wilayah Indonesia ditambah 7 orang tanpa hak suara.

Sidang BPUPKI pertama (29 Mei 1 Juni 1945)


Setelah terbentuk BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa
persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai
dengan 1 Juni 1945. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas

rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan


dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan dipakai
Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad
Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
1. Mr. Mohammad Yamin
Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar
negara Indonesia merdeka dihadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29
Mei 1945. Pemikirannya diberi judul Asas dan Dasar Negara
Kebangsaan Republik Indonesia. Mr. Mohammad Yamin mengusulkan
dasar negara Indonesia merdeka secara lisan sebagai berikut:
I.

peri kebangsaan

II. peri kemanusiaan


III. peri ketuhanan
IV. peri kerakyatan
V.

kesejahteraan rakyat
Selain secara lisan, Mr. Moh. Yamin juga menyampaikan

pendapatnya dalam bentuk tulisan yaitu sebagi berikut.


I.

Ketuhanan Yang Maha Esa

II.

Kebangsaan Persatuan Indonesia

III.

Rasa Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

IV.

Kerakyataan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

V.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

2. Mr. Soepomo
Mr. Soepomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di
hadapan sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya
berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan
dasar negara Indonesia merdeka. Adapun pendapat Mr. Soepomo
sebagai berikut.
I.

Negara harus berdasarkan Negara Kesatuan yang bersifat


integralistis.

II.

Tiap warga negara dianjurkan berKetuhanan.

III.

Dalam

susunan

pemerintahan

harus

dibentuk

badan

permusyawaratan rakyat, agak kepala negara dapat bersatu jiwa


dengan wakil-wakil rakyat.
IV.

Sistem ekonomi hendaknya diatur berdasarkan asas kekeluargaan,


sistem tolong-menolong dan koperasi.

V.

Negara Indonesia yang besar atas semangat kebudayaan Indonesia


yang asli, dengan sendirinya akan bersifat negara Asia Timur Raya.
Disamping itu beliau mengusulkan dasar Negara berikut:
I. Persatuan
II. Kekeluargaan
III. Keseimbangan lahir dan batin
IV. Musyawarah
V. Keadilan sosial

3. Ir. Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mendapat kesempatan
untuk mengemukakan dasar negara Indonesia merdeka. Pemikirannya
terdiri atas lima asas berikut ini:
I.

kebangsaan Indonesia

II. internasionalisme atau perikemanusiaan


III. mufakat atau demokrasi
IV. kesejahteraan sosial
V.

ketuhanan Yang Maha Esa.


Ke lima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran

teman yang ahli bahasa. Untuk selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati
sebagai hari lahir istilah Pancasila. Ke lima asas tersebut kemudian
diberi nama Pancasila, kemudian diperas menjadi tiga sila yang disebut
Tri Sila, yaitu :
I. Socio-Nationalisme, Perasan Sila I&II
II. Socio-Democratis, Perasan Sila III&IV
III. Ketuhanan
Ketiga sila itu lalu diperas lagi menjadi satu sila dan disebut
Ekasila yaitu gotong royong.

Setelah berakhirnya sidang pertama BPUPKI, mereka belum juga


menetapkan dasar Negara Indonesia Merdeka, maka BPUPKI
membentuk suatu panitia yang disebut sebagai Panitia Sembilan pada
saat reses antara 2 Juni 9 Juli 1945. Panitia Kecil ini bertugas
merumuskan hasil sidang I dengan lebih jelas. Anggota Panitia Kecil
ada Sembilan orang sehingga sering disebut Panitia Sembilan.
Kesembilan tokoh tersebut ialah Ir. Soekarno (ketua), Moh. Hatta, A.A
Maramis, Abikusno Cokrosuyoso, Abdul Kahar Muzakhir, Agus Salim,
K.H. Wahid Hasyim, Achmad Soebardjo, Muh. Yamin. Pada akhirnya,
panitia sembilan berhasil merumuskan pancasila pada tanggal 22 Juni
1945 dan diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta oleh Muh.
Yamin. Adapun rumusan pancasila yang termuat dalam Piagam Jakarta
antara lain :
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sidang BPUPKI kedua (10 Juli- 16 Juli 1945)


Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan undangundang dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
yang diketuai Ir. Soekarno. Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil
yang beranggotakan tujuh orang yang khusus merumuskan rancangan UUD.
Kelompok kecil ini diketuai Mr. Soepomo dengan anggota Wongsonegoro,
Achmad Soebardjo, Singgih, H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil kerjanya
kemudian disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa
yang terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Soepomo. Ir.
Soekarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang pada
sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Pada laporannya disebutkan tiga hal
pokok, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang

dasar, dan undang-undang dasar (batang tubuh). Pada tanggal 15 dan 16 Juli
1945 diadakan sidang untuk menyusun UUD berdasarkan hasil kerja Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar. Pada tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan
hasil kerja penyusunan UUD. Laporan diterima sidang pleno BPUPKI.
Pembentukan PPKI
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk
menindaklanjuti hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut
Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh
lapisan masyarakat Indonesia. Mereka terdiri atas 12 orang wakil dari Jawa, 3
orang wakil dari Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang wakil dari
Sunda Kecil, Maluku serta penduduk Cina. Ketua PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, menambah anggota PPKI enam orang lagi sehingga semua anggota PPKI
berjumlah 27 orang.
PPKI dipimpin oleh Ir. Soekarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan
penasehatnya Achmad Soebardjo. Adapun anggotanya adalah Mr. Soepomo, dr.
Rajiman Widyodiningrat, R.P. Suroso, Sutardjo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Ki
Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Suryohamijoyo, Abdul Kadir, Puruboyo,
Yap Tjwan Bing, Latuharhary, Dr. Amir, Abdul Abbas, Teuku Moh. Hasan,
Hamdani, Sam Ratulangi, Andi Pangeran, I Gusti Ktut Pudja, Wiranatakusumah,
Ki

Hajar

Dewantara,

Kasman

Singodimejo,

Sayuti

Melik,

dan

Iwa

Kusumasumantri.

Sidang PPKI pertama (18 Agustus 1945)


Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang
pertama. Pada sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia,
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas
Presiden Indonesia. PPKI membahas konstitusi negara Indonesia dengan
menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI. Namun,
sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan
pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat ...
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

pada kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam


bagi pemeluk-pemeluknya.
Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo,
Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh.
Hassan. Mereka perlu membahas hal tersebut karena pesan dari pemeluk
agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari Indonesia bagian timur yang
merasa keberatan dengan kalimat tersebut. Mereka mengancam akan
mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah. Dalam
waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan
kalimat ... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-tokoh yang
sepakat menghilangkan kalimat .... dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Para tokoh PPKI berjiwa besar dan
memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Mereka juga mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada forum sidang agar
permasalahan cepat selesai. Dengan setelah disetujuinya perubahan itu maka
segera saja sidang pertama PPKI dibuka.
Di sidang tersebut, PPKI akhirnya menyetujui 2 perubahan yang
dilontarkan oleh kelompok Moh. Hatta. Perubahan tersebut antara lain:
1. Berkaitan dengan sila pertama yang semula berbunyi Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Berkaitan dengan Bab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi
Presiden ialah orang Indonesia yang beragama Islam diubah
menjadi Presiden ialah orang Indonesia asli.
Semua usulan itu diterima peserta sidang. Hal itu menunjukkan
mereka sangat memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa. Rancangan
hukum dasar yang diterima BPUPKI pada tanggal 17 Juli 1945 setelah
disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Keberadaan

UUD 1945 diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No. 7
Tahun 1946 pada halaman 4548.
Sistematika UUD 1945 itu terdiri atas hal sebagai berikut.
1. Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada
Alenia ke-4 UUD 1945 tercantum Pancasila sebagai dasar negara yang
berbunyi
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
2. Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan
peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan.
3. Penjelasan UUD 1945 terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan
pasal demi pasal.
Selain membahas tentang perubahan-perubahan yang dikemukakan,
sidang PPKI pertama juga telah menghasilkan sesuatu. Hasil sidang PPKI
pertama antara lain:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945
2. Memilih presiden dan wakil presiden pertama Indonesia (Soekarno dan
Moh. Hatta)
3. Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah
darurat.
Susunan dan rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945 merupakan perjanjian seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
mulai saat itu bangsa Indonesia membulatkan tekad menjadikan Pancasila
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PROSES PERUMUSAN PROKLAMASI
Sekitar pukul 20.00 WIB, rombongan Bung Karno dan Bung Hatta telah
kembali ke Jakarta. Mereka tiba dengan selamat. Setibanya di Jakarta, para

pemuda sibuk mencari tempat pertemuan yang aman untuk membahas


proklamasi. Atas usaha Mr. Achmad Soebardjo, diperolehlah tempat yang aman
untuk mengadakan pertemuan yaitu rumah Laksamana Maeda.
Laksamana Muda Maeda adalah Wakil Komandan Angkatan Laut Jepang.
Ia banyak menaruh simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Rumah itu
terletak di Jalan Imam Bonjol No. I Jakarta Pusat. Dipilihnya rumah Laksamana
Maeda, antara lain agar pembicaraan tentang proklamasi kemerdekaan berjalan
aman dari gangguan tentara Jepang. Sejak berita menghilangnya Bung Karno dan
Bung Hatta, memang mereka sibuk mencari kedua tokoh bangsa Indonesia
tersebut.
Di rumah Laksamana Maeda berkumpul tokoh-tokoh pemuda dan
beberapa orang anggota PPKI. Sebelum pertemuan dimulai, Bung Karno dan
Bung Hatta mendatangi Jenderal Nisyimura. Maksudnya untuk menjajaki sikap
dan garis kebijaksanaan Penglima Tentara Jepang terhadap proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Ternyata, sikapnya tidak menghendaki adanya
pengalihan kekuasaan. Berdasarkan kenyataan itu, Bung Karno dan Bung Hatta
kemudian memutuskan untuk mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
tanpa perlu berhubungan lagi dengan Jepang.
Kedua tokoh bangsa Indonesia itu kembali menuju rumah Laksamana
Maeda. Ir. Soekarno segera memimpin perumusan teks proklamasi. Ketika
pembahasan naskah proklamasi berlangsung, Laksamana Maeda mengundurkan
diri. Ia pergi ke ruang belajarnya di lantai dua. Sementara itu, kepercayaan
Jenderal Nisyimura, Miyosi, bersama tiga orang tokoh pemuda, yaitu Soekarni,
Soediro, dan B.M. Diah menyaksikan Bung Karno dan Bung Hatta merumuskan
naskah proklamasi. Yang lainnya menunggu di serambi depan.
Teks proklamasi ditulis tangan oleh Ir. Soekarno. Setelah rumusan teks
proklamasi selesai dibuat, tepat pukul 04.30 waktu Jepang atau 04.00 WIB,
mereka menuju serambi muka menemui tokoh-tokoh lainnya. Ir. Soekarno
kemudian membacakan konsep proklamasi. Ia kemudian menyarankan agar
semua yang hadir turut serta menandatanginya. Dalam kesempatan itu, Soekarni
menyerankan agar yang menandatangi naskah proklamasi itu cukup dua orang
atau Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Soekarni
tersebut disetujui oleh yang hadir.
Setelah dilakukan beberapa perubahan redaksi, Ir. Soekarno meminta
Sayoeti Melik untuk mengetik konsep proklamasi itu. Naskah proklamasi yang
ditulis Ir. Soekarno setelah diketik Sayoeti Melik, juga mengalami beberapa
perubahan. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut:

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Naskah Tulisan Ir. Soekarno


Proklamasi
Hal2
Tempoh
Djakarta 17-08-05
Wakil2 bangsa Indonesia

Naskah hasil ketikan Sayoeti Melik


PROKLAMASI
Hal-hal
Tempo
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia

Ada tiga perubahan redaksi pada naskah proklamasi yang disetujui.


Pertama, tempoh diganti dengan tempo. Kedua, wakil bangsa Indonesia diganti
dengan atas nama bangsa Indonesia. Ketiga, cara menulis tanggal Djakarta 17-805 diganti menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Naskah hasil ketikan
Sayoeti Melik kemudian ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas
nama bangsa Indonesia.
Dalam kesempatan itu, dibahas tentang tempat dan pelaksanaan upacara
proklamasi kemerdekaan. Soekarni kembali mengusulkan agar pembacaan
proklamasi itu dilangsungkan di lapangan IKADA. Namun, Ir. Soekarno
menyarankan agar upacara proklamasi kemerdekaan dilakukan di rumah
kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Saran Ir. Soekarno tersebut
disetujui oleh yang hadir. Kemudian disepakati, bahwa pembacaan proklamasi
akan dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, hari Jumat, tanggal 17
Agustus 1945, pukul 10.00 WIB.

You might also like