Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Disusun oleh:
ANDI AMALIA NEFYANTI
1410029033
RITA YULIANA
1410029036
Pembimbing:
dr. Diane M. Supit, Sp. A
Tutorial Klinik
Menyetujui,
dr. Diane M. Supit, Sp. A
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan yang
berjudul GIZI BURUK + PNEUMONI ASPIRASI + LARINGOMALACIA
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan referat ini tidak lepas
dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Diane M. Supit, Sp. A., sebagai dosen pembimbing klinik selama stase anak.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda angkatan 2014 yang telah bersedia memberikan
saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, Tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Penulis
BAB 1
RESUME
Pasien MRS pada tanggal 13 Maret 2015 melalui IGD RSU A.W.
Sjahranie Samarinda rujukan dari RS. Islam. Pasien dirawat di ruang PICU dan
dipindahkan ke ruang melati pada 10 April 2015.
1. Identitas Pasien:
Nama
: An. VY
Umur
: 3 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Muara ancalong
Tanggal masuk
: 13 Maret 2015
No. RM
: 2015 831789
2. Identitas Ayah Pasien:
Nama
: Bpk. A
Umur
: 41 tahun
Pekerjaan
: Buruh
Pendidikan terakhir : SD
Alamat
: Muara ancalong
3. Identitas Ibu Pasien:
Nama
: Ibu. I
Umur
: 23 tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat
: Muara ancalong
4. Anamnesis:
a. Keluhan Utama
Sesak nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sesak sejak lahir, namun memburuk sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Sesak muncul terus menerus hingga dada terlihat tertarik ke dalam.
Sesak disertai dengan nafas yang berbunyi mengi. Pasien juga sering tersedak tiap
kali minum susu, walaupun ibu pasien sudah memberikan susu secara pelan dan
selalu menepuk nepuk punggung pasien hingga pasien bersendawa. Pasien
tersedak hingga muntah lewat mulut dan hidung. Muntah berwarna hijau. Ibu
pasien khawatir, dan membawa pasien ke Rumah Sakit Islam. Dirumah sakit
Islam, pasien sempat dirawat 4 hari namun tidak mengalami perbaikan dan
mengalami penurunan berat badan. Dari berat awal 4,4 kg menjadi 3,3 kg. Lalu
pasien dirujuk ke rumah sakit AWS dan dirawat di ruang PICU selama 1 bulan.
Pasien dipindah ke ruang melati setelah pasien stabil. Saat ini pasien masih sesak
dengan nafas yang berbunyi serta mengalami penurunan berat badan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa pada anggota keluarga disangkal.
d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Post Persalinan
1. Selama hamil ibu pasien sering memeriksakan kehamilan ke bidan 1
bulan sekali. Pernah dilakukan USG sebanyak 1 kali. Hasil USG
menyatakan bayi letak sungsang. Ibu pasien tidak pernah sakit selama
hamil, tidak pernah mengalami keputihan atau perdarahan selama
kehamilan. Ibu pasien hanya mengkonsumsi obat yang didapat dari
bidan. Ibu pasien teratur makan selama hamil 3 kali sehari.
2. Bayi lahir dengan usia kehamilan 12 bulan dengan berat badan 3,5 kg
dan panjang badan 53 cm. Ibu pasien mengaku tidak pernah merasakan
adanya kontraksi pada kehamilan, sehingga pada usia kehamilan 9
bulan, ibu pasien memeriksakan dirinya ke bidan dan bidan menyatakan
belum ada pembukaan. Namun dengan induksi kehamilan pun, bayi
tetap tidak lahir. Pada usia kehamilan 12 bulan, bayi lahir spontan di
bidan. Namun yang keluar hanya kaki pasien. Karena letak bayi
sungsang. Bidan yang menolong, merujuk pasien ke Rumah sakit islam,
lalu dilakukan tindak section saesaria. Ketuban berwarna hijau.
3. Dari pengakuan dokter yang menolong, pasien menelan air ketuban.
Hingga terjadi aspirasi meconium. Sehingga pasien sesak. Setelah itu
pasien dirawat diruang incubator karena sesak selama 2 minggu.
Keadaan pasien membaik dan dibawa pulang oleh orang tua pasien.
selama dirumah berat badan pasien naik dari berat badan lahir 3,5 kg
menjadi 4,1 kg.
4. Pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi.
5. Riwayat Makanan & Minuman
ASI
: Pasien tidak pernah minum ASI sejak lahir, karena ASI ibu pasien
tidak keluar. Sehingga, sejak lahir pasien minum susu formula.
: 3500 gr
BB sekarang
: 2600 mg
PB Lahir
: 53 cm
TB sekarang
: 55 cm
Gigi keluar
:-
Berdiri
:-
Tersenyum
:-
Berjalan
:-
Miring
:-
Tengkurap
:-
Masuk TK
:-
Duduk
:-
Masuk SD
:-
Merangkak
:-
Sekarang kelas
:-
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: tampak sakit berat
Kesan
: pasien menangis kuat, lemah, gerak tidak aktif
Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah
2. Frekuensi nadi
3. Frekuensi nafas
4. Suhu
:
:
:
:
126 x/menit
64 x/menit
36,7oC
Status Gizi
Berat Badan
: 2600 mg
Tinggi Badan
: 55 cm
BB/PB
Lingkar kepala
Status generalisata
Kepala
KGB
Thorax
7
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
-),
Perkusi
splenomegali (-)
: timpani
8
Ekstremitas
Akral hangat (+), pucat (-), edema (-), baggy pants (+), turgor kulit
menurun (+)
Genitalia
Dalam batas normal
1. Diagnosa Kerja Sementara:
Gizi buruk + pneumoni aspirasi + laringomalacia
2. Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan laboratorium
Lab
Value
6/4/2015
7/4/2015
Normal
Haemoglobin
10,8
19,7
11-16,5 g/dl
Leukosit
13000
13400
4000-10000/
Trombosit
353000
210000
150000-450000/
Hematokrit
45,0
56,0
37,0-54,0 %
Na
137
135-155 mmol/L
4,5
3,6-5,5 mmol/L
Cl
8,8
95-108 mmol/L
Albumin
3,8
3,2-4,5
batuk (+), Sesak (-), muntah (-), Kejang (-), Demam (-), muntah (-),
Demam (+) lemas (+)
T: 37,10C BB: 3 kg
T: 36,00C BB: 3 kg
Kepala: ane (-/-), ikt (-), sianosis (-), Kepala: ane (-/-), ikt (-), sianosis (-),
napas cuping hidung (-) tonsil dan napas cuping hidung (-) tonsil dan
faring dbn, Thorax: retraksi (+), whe faring dbn, Thorax: retraksi (+), whe
(-), rho (+), s1s2 tunggal reguler
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 Ekstremitas: akral hangat, CRT <2
detik
P
detik
aquadest
cc/
aquadest
cc/
cc)
cc)
10
Kejang (-), Demam (-), muntah (-), Sesak (+), Batuk (-), demam (-)
susah tidur (-), lemas (+), tiap makan
BAB cair (+)
T: 36,00C BB: 3 kg
Kepala: ane (-/-), ikt (-), sianosis (-), Kepala: ane (-/-), ikt (-), sianosis (-),
napas cuping hidung (-) tonsil dan napas cuping hidung (-) tonsil dan faring
faring dbn Thorax: retraksi (+), whe dbn Thorax: retraksi (+), whe (+), rho
(-), rho (+), s1s2 tunggal reguler
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik
detik
P
aquadest 4 cc)
4. Nistatin 2 x 0,5 mg
5. Terapi
gizi
sesuai
hasil
perhitungan RDA
Kalori : 180-225 kkal
Protein : 4,5-6,75 g
Cairan : 495 ml
11
12
3. Penatalaksanaan
a. IVFD KAEN 4A 8 tpm
b. Inj. Cortidex 3x1 mg
c. Nebulasi 2x/hari (ventolin 1 fl + aquadest 4 cc/ budesonide 1 fl+ aquadest
4cc
d. Nistatin 2 x 0,5 mg
e. Terapi gizi sesuai hasil perhitungan RDA
Kalori : 180-225 kkal
Protein : 4,5-6,75 g
Cairan : 495 ml
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
MARASMUS
Definisi
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk atau kekurangan kalori
protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis yang sering
ditemui pada balita 2,5,6.
Etiologi
Marasmus disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang terutama
pemasukan kalori, atau protein atau keduanya yang tidak mencukupi akibat
kekurangan dalam susunan makanan, dan kebiasaan makan makanan yang tidak
tepat 3,5.
Marasmus dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi sering dijumpai
pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare. Marasmus dapat terjadi akibat berbagai penyakit
seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan (misalnya penyakit
Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus,
hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas), kelainan jantung bawaan,
prematuritas, malabsorpsi, gangguan metabolik (misalnya renal asidosis,
idiopathic hypercalcemia, galactosemia, intoleransi laktosa), penyakit ginjal
menahun dan gangguan saraf pusat 3,5.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marasmus 5:
Faktor diet.
Menurut konsep klasik, diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya
seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus.
Faktor infeksi.
Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat dapat
memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan dan meningginya
kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Infeksi yang berat dan lama
menyebabkan
marasmus,
terutama
infeksi
enteral
misalnya
infantil
Faktor kemiskinan.
Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan membeli bahan makanan
ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal
dapat mempercepat timbulnya KEP.
Patofisiologi
Pada keadaan marasmus terjadi pertumbuhan yang kurang atau terhenti
disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada mulanya
kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup
jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhi
dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada intake yang
kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein sebagai
sumber energi. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam
amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal 5,6.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi energi tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
esensial lainnya seperti berbagai asam amino. Karena itu pada marasmus kadangkadang masih ditemukan kadar asam amino yang normal, sehingga hati masih
dapat membentuk albumin 5,6.
15
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis serta pengukuran
antropometri. Anak didiagnosis marasmus apabila 3,7:
diare (encer/darah/lendir)
Kapan terakhir berkemih
Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami
dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.
Pemeriksaan fisik
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.
17
Pencegahan
Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi
bulan keatas.
Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan
kerap.
Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
Penatalaksanaan
Penanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 3 fase yaitu:
fase stabilisasi fase transisi, dan fase rehabilitasi 2,7.
Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3
mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau
18
larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit. Pemberian
makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.
Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah,
maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera
ditangani sesuai panduan.
Tatalaksana
Segera
beri
F-75
pertama
atau
modifikasinya
bila
penyediaannya
memungkinkan.
Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan
glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara
dua hari.
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-
75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena
(bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml
dengan NGT.
Beri antibiotik.
Pemantauan
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30
menit.
Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian
Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu,
lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang
malam.
19
Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut
hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau
lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya
(dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik,
letakkan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.
Beri antibiotik sesuai pedoman.
Pemantauan
Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5 C
atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5 C
Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada
malam hari
Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia
Pencegahan
Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas angin
kering
Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi,
malam hari
Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin,
Dehidrasi
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang
berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk. Hal ini
disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak
dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk
20
dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi ringan. Tanda
klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan
dehidrasi adalah :
Tatalaksana
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding
jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
- beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
- setelah 2 jam, berikan ReSoMal 510 ml/kgBB/jam berselang-seling
dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja
*ReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per liter.
Pemantauan
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah
jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya.
Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa
mengakibatkan gagal jantung dan kematian.
Periksalah:
frekuensi napas
frekuensi nadi
frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
21
Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan pada
anak dengan gizi baik, kecuali penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti
Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali
tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Oleh karena
itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka
22
datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik. Hipoglikemia dan
hipotermia merupakan tanda infeksi berat.
Tatalaksana
Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:
Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per
Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
UMUR
KOTRIMOKSASOL
AMOKSISILIN
ATAU
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 3 kali
BERAT BADAN
sehari untuk
5 hari
23
Tablet dewasa
Tablet Anak
Sirup/5ml
Sirup
80 mg trimeto
20 mg trimeto
40 mg trimeto
prim + 400 mg
125 mg
sulfametok
sulfametok
sulfametok
per 5 ml
sazol
sazol
sazol
(4 - < 6 kg)
4 sampai 12 bulan
2,5 ml
2,5 ml
(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5 thn
5 ml
5 ml
7,5 ml
10 ml
2 sampai 4 bulan
Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati
dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari.
Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis, malaria,
disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai.
Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria.
Walaupun tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti
tuberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga menderita
tuberkulosis.
Pengobatan terhadap parasit cacing
Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100 mg/kgBB)
selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol
setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya infestasi cacing.
Pemantauan
Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan pengobatan
sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik, lakukan
penilaian ulang menyeluruh pada anak.
Defisiensi zat gizi mikro
24
Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun
sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu
sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat
badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi
dapat memperparah infeksi.
Tatalaksana
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:
Multivitamin
Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)
Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan
terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
UMUR
DAN
TABLET BESI/FOLAT
SIRUP BESI
mg Asam Folat
BERAT BADAN
6 sampai 12 bulan
tablet
5 ml (1 sendok teh)
(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5 tahun
25
(DOSIS TUNGGAL)
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg)
tablet
tablet
1 tablet
1 tablet
Umur
Kapsul Vitamin A
Kapsul Vitamin A
200.000 IU
100.000 IU
1 kapsul
1 kapsul
26
Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidak terlalu
lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian).
Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapai kebutuhan
minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT. Jangan melebihi 100
kkal/kgBB/hari pada fase awal ini.
Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka anak perlu
mendapat ekstra air/cairan.
Pemantauan
Pantau dan catat setiap hari:
Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan
Muntah
Frekuensi defekasi dan konsistensi feses
Berat badan.
Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
Kembalinya nafsu makan
Edema minimal atau hilang.
Tatalaksana
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh-
27
kemampuan anak).
energi: 150-220 kkal/kgBB/hari.
protein: 4-6 g/kgBB/hari.
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan anak
sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup
energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji (ready to use
therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92
g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.
Pemantauan
Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat
dan napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan naik
5x/menit dan nadi naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali
28
pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda
bahaya (cari penyebabnya).
Lakukan segera:
kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari selama 24 jam
kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:
-
dijelaskan sebelumnya.
atasi penyebab.
Penilaian kemajuan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi
dan mendapat F-100:
Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan.
Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/kgBB/hari;
Jika kenaikan berat badan:
- kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap.
- sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan terpenuhi, atau
-
Kasih sayang
29
Prognosis
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian
sering disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara
kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri.
Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan.
Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya
progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang
irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition.
GAGAL TUMBUH
Definisi
Gagal tumbuh bukan merupakan suatu diagnosis tersendiri, tetapi
menggambarkan bahwa seorang anak, yang tidak dapat mencapai potensi
pertumbuhan sesuai usianya. Meskipun sering ditemukan pada usia dibawah 2
tahun, tetapi gagal tumbuh dapat terjadi kapan saja pada masa anak anak.7,8
Ada 3 kriteria umum untuk menentukan gagal tumbuh, dengan
menggunakan kurva pertumbuhan NCHS/CDC-2000 7,8:
a. Anak umur kurang dari 2 tahun, dengan berat badan dibawah persentil
ke-3 sesuai usianya pada lebih dari 1 kali pengukuran.
b. Anak umur kurang dari 2 tahun, dengan berat badan per umur kurang
dari 80%.
c. Anak umur kurang dari 2 tahun, dengan penurunan berat badan
memotong 2 persentil mayor atau lebih pada kurva pertumbuhan.
Ada beberapa hal yang perlu diperatikan sehubungan dengan kriteria
tersebut diatas, antara lain; anak dengan perawakan pendek, bayi kecil masa
kehamilan, dan bayi premature. Selama pertumbuhan anak mengikuti / pararel
garis kurva pertumbuhan normal. Maka tidak dapat sebagai gagal tumbuh.
Etiologi
Gagal tumbuh dapat disebabkan oleh faktor non-organik dan faktor organic.
Faktor non-organik umumnya terjadi akibat faktor lingkungan dan psikososial,
30
dan sering dihubungkan dengan interaksi yang buruk antara ibu dan bayi, baik
selama masa kandungan maupun setelah lahir. Keadaan ini menyebabkan asupan
makanan yang tidak adekuat. Gagal tumbuh akibat faktor organic umumnya
disebabkan oleh masalah medis sebagai berikut7,8 :
pylorus
renal : GGK, renal tubular asidosis
kardiopulmonal : gagal jantung, asma, fibrosis kistik
neurologi : serebral palsi
endokrin : hipotiroid, DM tipe 1
lain lain : keganasan, penyakit reumatik.
Diagnosis
Untuk menentukan seorang anak mengalami gagal tumbuh, maka harus dilakukan
pendekatan secara menyeluruh, meliputi 8:
didapat.
Faktor sosial keluarga, interaksi ibu dan anak, serta lingkungan tempat
anak dibesarkan.
31
ikat dermatomiositis.
3. Penilaian kemungkinan adanya tanda tanda kekerasan pada anak.
4. Penilaian adanya tanda tanda malnutrisi.
Pemeriksaan penunjang,
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menunjang temuan klinis yang
didapat dari anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pemeriksaan laboratorium pada
anak gagal tumbuh antara lain 8:
Tes tuberculin
AGD dan elektrolit serum
Fungsi ginjal
Fungsi hati
Skrining HIV
TSH dan T4 bebas untuk menyingkirkan hipotiroid dan panhipotuitarisme
Bone age
Bone survey
USG, MRI, echocardiografi (atas indikasi)
Diagnosis banding
a. Gagal tumbuh dengan mikrosefali. Anak dengan mikrosefali dibagi lagi
atas ada tidaknya kelainan neurologis. Anak dnegan mikrosefali tetapi
tidak menunjukan kelainan neurologis, kemungkinan pertumbuhan kepala
terhambat akibat malnutrisi berat. Jika disertai dengan kelaianan
neurologis perlu dicari adanya infeksi TORCH, genetic, serta trauma otak
8
.
b. Gagal tumbuh dengan perawakan pendek tanpa mikrosefali, perlu
dievaluasi apakah perawakan pendek tiu bersifat primer atau terjadi akbat
pertambahan berat badan yang tidak adekuat. Pada anak perawakan
pendek primer perlu dievaluasi kemungkinan adanya sindrom genetic yang
berhubungan dengan perawakan pendek. Demikian juga keadaan
teratogenik dan endokrinologik 8.
c. Gagal tumbuh dengan tinggi badan terhadap umur dan lingkar kepala yang
normal. Evaluasi penyebab sebaiknya dimulai dari menilai apakah nutrisi
yang masuk telah adekuat. Jika nutrisinya belum adekuat, maka dokter
harus menentukan apakah keadaan ini karena kelalaian atau tidak
disengaja. Sering ditemukan anak yang tidak mampu atau tidak ingin
meneruma makanan yang diberikan. Pada kasus ini, anak mempunyai
33
36
BAB 3
ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, Pasien by.VY usia 3 bulan
datang bersama orang tuanya ke IGD RSU AWS Samarinda pada 13 Maret 2015
dengan keluhan utama sesak. Pasien sesak sejak lahir, namun memburuk sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak muncul terus menerus hingga dada terlihat
tertarik ke dalam. Sesak disertai dengan nafas yang berbunyi mengi. Pasien juga
sering tersedak tiap kali minum susu, walaupun ibu pasien sudah memberikan
susu secara pelan dan selalu menepuk nepuk punggung pasien hingga pasien
bersendawa. Pasien tersedak hingga muntah lewat mulut dan hidung. Muntah
berwarna hijau. Ibu pasien khawatir, dan membawa pasien ke Rumah Sakit Islam.
Dirumah sakit Islam, pasien sempat dirawat 4 hari namun tidak mengalami
perbaikan dan mengalami penurunan berat badan. Dari berat awal 4,4 kg menjadi
3,3 kg. Lalu pasien dirujuk ke rumah sakit AWS dan dirawat di ruang PICU
selama 1 bulan. Pasien dipindah ke ruang melati setelah pasien stabil. Saat ini
pasien masih sesak dengan nafas yang berbunyi serta mengalami penurunan berat
badan.
TEORI
KASUS
ANAMNESIS
Tertelan
dari
menyebabkan
meconium
aspirasi
dapat
meconium
aspirasi.
Ketuban berwarna hijau, menandakan
berwarna hijau.
Sejak lahir pasien sesak disertai
adanya infeksi.
Gejala pneumoni :
Demam, batuk dengan napas cepat,
pernapasan cuping hidung, tarikan
selalu
dengan
gizi
buruk
badan.
Bayi tidak minum ASI sejak lahir.
akan
yang
didapatkan
kasus
kelemahan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Pada
infeksi
pneumonia
umumnya
juga
terjadi
Laringomalacia
38
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
Gizi buruk
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan
pemeriksaan
pant
dan
terdapat
kelemahan
PENATALAKSANAAN
Sesuai
dengan
10
langkah
aquadest
cc/
hasil
perhitungan RDA
Kalori : 180-225 kkal
Protein : 4,5-6,75 g
Cairan : 495 ml
39
DAFTAR PUSTAKA
1.
IDAI 2011. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik jilid I. Jakarta
2.
Nelson, behrman, & kliegman. 2000. Nelson teks book of pediatric. vol. 1.
Ed 15. alih bahasa A Samik Wahab. Jakarta. EGC.
3.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid
I. FKUI. Jakarta.; 360-66.
4.
WHO. 2008. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta.
Depkes RI.
5.
6.
7.
8.
40