You are on page 1of 40

A.

Definisi Low Back Pain


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang actual maupun potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah,
apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya,
yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya(2).
Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata,
meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan
hanya pada laporan pasien.

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang
dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1 (2,4).
B. Etiologi Low Back Pain (LBP)
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan
kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus
intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal,
aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat
gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan
lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas (2,4).

C. Patofisiologi Low Back Pain


Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri.
Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif.
Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan
berbeda diantara individu.
Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri
yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang
lain(1,3).
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada
stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa
kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks.
Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan
cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat.
Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan
vasodilatasi.
Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan
dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar.
Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin,
bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat
meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin.
Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah
endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf
pusat(1,3).
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar
nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi
terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal.
Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri(1,3).
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat
dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan
unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain
tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau
melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks
sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan
berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung(2,4).

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan
degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan
pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar
sepanjang saraf tersebut (2,4).
D. Manifestasi Klinis
Pasien biasanya Mengeluh nyeri punngung akut maupun nyeri punggung kronis dan
kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang
serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks,
panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat
ketidaknyamanan yang dialaminya.
Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi
serabut saraf. Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis
(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya
lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang.
Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas
yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang. Kadang-kadang dasar organic nyeri
punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan
nyeri.
Nyeri punggung bawah bisa merupakan anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi
terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri
punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga, variable lingkungan
dan situasi kerja (2,4).
E. Evaluasi Diagnostik
Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang mendertita nyeri punggung bawah.
Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis
atau scoliosis.
Computed Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari, seperti
adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus
intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis. MRI
memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang (2).
F. Penatalaksanaan Low Back Pain (LBP)
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan
tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan
matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian

rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf
lumbal.
Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau
berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan
dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadangkadang pasien perlu dirawat untuk penanganan konservatif aktif dan fisioterapi. Traksi
pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan
fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi
pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas,
kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan
kontra indikasi kompres panas.
Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler
karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang
ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat
pembengkakan pada stadium akut.
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan
untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaks
pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri.
Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk
mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia (2,4).
G. Pengkajian Low Back Pain
Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya (missal lokasi,
berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang berhubungan). Penjelasan
mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan tertentu atau dengan aktifitas dimana otot
yang lemah digunakan secara berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya.
Informasi mengenai pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area
untuk pendidikan kesehatan. Selama wawancara ini, perawat dapat melakukan observasi
terhadap postur pasien, kelainan posisi dan cara jalan.
Pada pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan tulang belakang, Krista iliakan dan kesimetrisan
bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya spasme dan nyeri tekan. Pasien dikaji
adanya obesitas karena dapay menimbulkan nyeri punggung bawah (2).
H. Diagnosa Keperawatan Low Back Pain
1. Nyeri berhubungan dengan masalah muskuloskeletal
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
kelenturan

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan teknik mekanika tubuh melindungi


punggung
4. Perubahan kinerja peran berhubungan dengan gangguan mobilitas dan nyeri kronik
5. Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan obesitas
I. Intervensi dan Implementasi Keperawatan Low Back Pain
1. Meredakan nyeri
Untuk mengurangi nyeri perawat dapat menganjurkan tirah baring dan pengubahan
posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal. Pasien diajari untuk
mengontrol dan menyesuaikan nyeri yang dilakukan melalui pernafasan diafragma
dan relaksasi dapat membantu mengurangi tegangan otot yang berperan pada nyeri
punggung bawah. Mengalihkan perhatian pasien dari nyeri dengan aktifitas lain
missal membaca buku, menonton TV maupun dengan imajinasi (membayangkan halhal yang menyenangkan dengan memusatkan perhatian pada hal tersebut).
Masase jaringan lunak dengan lembut sangat berguna untuk mengurangi spasme otot,
memperbaiki peredaran darah dan mengurangi pembendungan serta mengurangi
nyeri. Bila diberikan obat perawat harus mengkaji respon pasien pada setiap obat.
2. Memperbaiki mobilitas fisik
Mobilitas fisik dipantau melalui pengkajian kontinu. Perawat mengkaji bagaimana
pasien bergerak dan berdiri. Begitu nyeri punggung berkurang, aktifitas perawatan
diri boleh dilakukan dengan regangan yang minimal pada struktur yang cedera.
Perubahan posisi harus dilakukan perlahan dan dibatu bila perlu. Gerakan memutar
dan melenggok perlu dihindari. Pasien didorong untuk berganti-ganti aktifiats
berbaring, duduk dan berjalan-jalan dalam waktu lama. Perawat perlu mendorong
pasien mematuhi program latihan sesuai yang ditetapkan, latihan yang salah justru
tidak efektif.
3. Meningkatkan mekanika tubuh yang tepat
Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan mengangkat barang
dengan benar.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan mengangkat barang
dengan benar.
5. Memperbaiki kinerja peran
Tanggung jawab yang berhubungan dengan peran mungkin telah berubah sejak
terjadinya nyeri punggung bawah. Begitu nyeri sembuh, pasien dapat kembali ke
tanggung jawab perannya lagi. Namun bila aktifitas ini berpengaruh terhadap
terjadinya nyeri pungung bawah lagi, mungkin sulit untuk kembali ke tanggung jawab
semula tersebut tanpa menanggung resiko terjadinya nyeri pungggung bawah kronik
dengan kecacatan dan depresi yang diakibatkan.
6. Mengubah nutrisi dan penurunan berat badan
Penurunan Berat Badan melalui penyesuaian cara makan dapat mencegah
kekambuhan nyeri punggung, dengan melalui rencana nutrisi yang rasional yang

meliputi perubahan kebaisaaan makan untuk mempertahankan Berat Badan yang


diinginkan.
J. Evaluasi
1. Mengalami peredaan nyeri
1. Istirahat dengan nyaman
2. Mengubah posisi dengan nyaman
3. Menghindari ketergantungan obat
2. Menunjukkan kembalinya mobilitas fisik
1. Kembali ke aktifitas secara bertahap
2. Menghindari posisi yang menyebabkan yang menyebabkan ketidaknyamanan
otot
3. Merencanakan istirahat baring sepanjang hari
3. Menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung
1. Perbaikan postur
2. Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stress punggung
3. Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik
4. Berpartisipasi dalam program latihan
4. Kembali ke tanggung jawab yang berhubungan dengan peran
1. Menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri dengan
situasi stress
2. Memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain untuk
perawatan diri
3. Kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung telah sembuh
4. Kembali ke gaya hidup yang produktif penuh
5. Mencapai Berat Badan yang diinginkan
1. Mengidentifikasi perlunya penurunan Berat Badan
2. Berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan Berat Badan

3. Setia dengan program penurunan Berat Badan


Daftar Pustaka :
1. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
2. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
3. Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot,
Philadelphia, 2000
4. Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997
Semoga ada manfaatnya

makalah tentang LBP

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan


akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial. Definisi tentang
nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang di katakana individu atau

seseorang yang mengalaminya, yang ada kapanpun orang tersebut


mengatakannya. Peraturan utama dalam rawat pasien dengan nyeri adalah
bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh
karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.

Seiring dengan bertambahnya usia,biasanya diawali pada usia 35 tahun


tulang belakang akan mengalami proses degenerasi yang mana menimbulkan
nyeri punggung bawah.nyeri punggung bawah [low back pain] pada keluhan
sederhana,sering muncul spontan dengan suatu kondisi yang telah menjadi
patologi,sehingga perlu kajian khusus dalam penatalaksanaan terapsnya.
Disamping itu low back pain sebenarnya bukanlah suatu diagnosis namun sering
low back pain [LBP] atau nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang
dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah,L4-L5,dan L5-S1.

1.2 Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mempelajari patologi,etiologi dan


patofisiologi.

1.3 Manfaat
Penyusun mengharapkan makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa agar
nantinya bias mengaplikasikan ilmu tersebut atau menerapkannya pada pasien
low back pain dengan baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

PATOLOGI
Nyeri punggung bawah [Low Back Pain] adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran
ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000:265).

Herniasi diskus (carram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama


nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh), mungkin
sebagai dampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan
proses penuaan. (Doenges, Marylinn, 1999:320).

Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung


bawah, dapat merupakan nyeri local maupun radikuler atau keduanya, nyeri ini
terasa diantara sudut rusuk terbawah (torakal XII) dan lipat bokong bawah yaitu

didaerah lumbal dan lumbasakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
kearah tungkai dan kaki.

Low back pain nyeri punggung bawah adalah salah satu nyeri yang paling
sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, juga merupakan persoalan mayarakat
karena sering mengakibatkan penderita tidak dapat bekerja dalam
kesehariannya.
Low back pain dapat berupa rasa kemeng atau sedikit pegal sampai nyeri sekali,
sakit ini dapat timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam
waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada
tubuh bagian belakang, dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong
dan juga dapat menjalar ketungkai. Sering kali penderita cemas kalau LBPnya
berasal dari penyakit ginjal atau kencing batu anggapan itu tidaklah selalu benar.
Jika diperhatikan secara seksama keluhan LBP sangat bervariasi, kualitas nyeri,
intensitas serta penyebarannya sangat bervariasi, berbagai sikap badan seperti
berdiri, duduk atau berbaring sangat berpengaruh terhadap timbulnya rasa
nyeri.
Low Back Pain di bedakan menjadi dua menurut perjalanan klinis yaitu Acute
Low Back Pain dan Chronik Low Back Pain.

B. ETIOLOGI

Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :


a.

LBP Viserogenik (organ abdomen)


Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor
retroperitoneal, fibroid retrouteri

b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)


Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri glutea
superior

c. LBP Neuvogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering
menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik.
d. LBP Spondilogenik
Berasal dari :

Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic dan


spondilolistesis)

Sendi-sendir sakroiliakan

Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf akibat
stenosis spinalis.

e. LBP Psikogenik
Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis

Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi :


a. LBP Traumatik
1)

LBP pada unsur miofasial

2)

LBP akibat trauma pada komponen keras susunan neuromuskuloskeletal

b. LBP akibat proses degeneratif yang mencakup


1)

Spondilosis

2)

HNP

3)

Stenosis spinalis

4)

Oesteoartritis

c. LBP akibat penyakit inflamasi yaitu


1)

Artritis rematoid

2)

Spondilitis angkilopoetika

3)

Spondylitis

d. LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang


e. LBP akibat neoplasma
1)

Tumor myelum

2)

Retikulosis

f. LBP akibat kelainan congenital


g. LBP sebagai refered pain
h. LBP akibat gangguan sirkulatorik
i. LBP oleh karena psikoneurotik

C. PATOFISIOLOGI

Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic yang


tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksible (discus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh komplek sendi faset, berbagai
ligament dan otot paravertebralis.

Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas


sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap
goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan torak sangat penting
pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung.

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia


bertambah tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat
dan tak teratur. Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung yang
biasa diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling
berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus
pulposus) atau kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada
akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang
menyebar sepanjang saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung
bawah menderita hernia nucleus pulposus ( Brunner & Suddarth, 2002 : 2321 ).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Nyeri punggung bawah [Low Back Pain] adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran
ketungkai sampai kaki.

Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :


a.
b.
c.
d.
e.

LBP Viserogenik (organ abdomen)


LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
LBP Neuvogenik
LBP Spondilogenik
LBP Psikogenik

Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic yang


tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksible (discus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh komplek sendi faset, berbagai
ligament dan otot paravertebralis.

DAFTAR PUSTAKA

http //ameliarina.blogspot.com/2011/03/low-back-pain.html
http //www.google.com/search.patofisiologi.low-back pain.html
http://www.ilmufisioterapi.info/search/contoh-makalah-lbp
http://www.apotikherbal.com/list-info/2829-Makalah-Low-Back-Pain.html

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH


(LOW BACK PAIN / LBP)

A. Pengertian Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai
sampai kaki.

(Harsono,

2000)

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam
merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan
hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan
medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik
pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan
oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi
inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain
adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau
terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
B. Etiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)

Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.

o Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.


o Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis
spinal, spondilitis,osteoartritis.

Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.

Prosedur degenerasi pada pasien lansia.

Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.

Kegemukan.

Mengangkat beban dengan cara yang salah.

Keseleo.

Terlalu lama pada getaran.

Gaya berjalan.

Merokok.

Duduk terlalu lama.

Kurang latihan (oleh raga).

Depresi /stress.

Olahraga (golp,tennis,sepak bola).

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)

C. Faktor Resiko Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Faktor resiko secara fisiologi.
1. Umur ( 20 50 tahun ).
2. Kurangnya latihan fisik.
3. Postur yang kurang anatomis.
4. Kegemukan.

5. Scoliosis parah.
6. HNP.
7. Spondilitis.
8. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
9. Osteoporosis.
10. Merokok.
Faktor resiko dari lingkungan.
1. Duduk terlalu lama.
2. Terlalu lama pada getaran.
3. Keseleo atau terpelintir.
4. Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
5. Vibrasi yang lama.
Faktor resiko dari psikososial.
1. Ketidak nyamanan kerja.
2. Depresi.
3. Stress.
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Guna kerangka.

1. Menahan seluruh bagian-bagian badan (Menopang tubuh).


2. Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,jantung dan paru-paru.
3. Tempat melekatnya otot-otot dan pergerakan tubuh dengan perantaraan otot.
4. tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.
5. Memberi bentuk pada bangunan tubuh.

Ruas-ruas tulang belakang.


Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama,hanya ada bedanya
sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya.
Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian :

1.

badan ruas merupakan bagian yang terbesar,bentuknya tebal dan kuat,terletak


disebelah depan.

2. Lengkung luas.
Bagian yang melingkari dan melindungi lubang luas tulang belakang terletak di
sebelah belang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :

1. Prosesus spinosus / taju duri.


Terdapat ditengah-tengah lengkung luas,menonjol kebelakang.
2. Prosesus tranversum / taju sayap.
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.
3. Prosesus artikulasi / taju penyendi.
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).

Fungsi ruas tulang belakang.

1. Menahan kepela dan alat-alat tubuh yang lain..


2. Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
3. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.
4. Menentukan sikap tubuh.
Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan diantara masingmasing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram antara ruas
sehingga tulang belakang bias tegak dan membungkuk. Disamping itu disebelah
depan

dan

belakangnya

terdapat

kumpulan

serabut-serabut

kenyal

yang

memperkuat kedudukan ruas tulang belakang.


Ditengah-tengah bagian ruas-ruas tulang belakang terdapat pula suatu saluran yang
disebut saluran sum-sum belakang (kanalis medulla spinalis) yang didalamnya
terdapat sum-sum tulang belakang.

Bagian-bagian dari ruas tulang belakang.

1. Vertebra sedrvikalis (tulang leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil dan lubang
ruasnya besar. Pada tagu sayapnya terdapat lubang tempat lalunya syarap yang
disebut For Amentuam Versalis (Foramentuan Versorium). Ruas pertama vertebra
servikalis disebut Atlas yang memungkinkan kepala berputar kekiri dan kekanan.
Ruas kedua disebut prosesus ke 7 mempunyai taju yang disebut Prosesus
Prominan,taju ruiasnya agak panjang.
2. Vertebra Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas,badan ruasnya besar dan
kuat. Taju durinya panjang dan melengkung,pada daerah bagian dataran sendi
sebelah atas,bawah,kiri dan kanan ini membentuk persendian dengan tulang iga.
3. vertebra lumbalis (tulang pinggul) terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya besar,tebal dan
kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5 agak menonjol disebut
Promontorium.

4. vertebra sakralis (ruas tulang kelangkang) terdiri dari 5, yang membentuk sakrum
atau tulang kelangkang.
5. vertebra Koksigius (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi
sebuah tulang yang disebut Os Koksigialis dapat bergerak sedikit karena
membentuk persendian dengan sacrum.

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)

Anatomi Lumbal

E. Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


1. Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain
Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam
1 Nyeri Nosiseptif
2 Nyeri Neuropatik
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3
bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis)

ligamentum

kapsula

artikularis, fasia

dan

otot.

Semua

banguan

tersebut

mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus(mekanik, termal,


kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab
dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang
menyebabkan timbulnya persepsinyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang
bertujuan mencegah pergerakan

untuk memungkinkan berlangsung proses

penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat
adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan
iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang
merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor
yang merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai sumber
nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai
jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri
dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas
nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif.
2. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau
disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada
LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena Hernia Nukleus
Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau
jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh
tumor dan sebagainya.
Penanganan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan:
a.

Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya nosiseptor
dari nervi nervorum, yang menimbulkan inflamasi, nyeri dirasakan distribusi serabut
syaraf tersebut. nyeri bertambah jika terdapat peperangan serabut syarap, misalnya
karena pergerakan.

b.

Penekanan sampai mengenai serabut syaraf, sehingga ada kemungkinan terjadi


gangguan keseimbangan neuron sensorik melalui pelabuhan molekuler. Perubahan
molekuler menyebabkan aktivitas SSA menjadi abnormal, timbul aktifitas ektopik
(aktivitas di luar nosiseptor), akumulasi saluran ion Natrium (SI-Na dan saluran ion
baru di daerah lesi). Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru didaerah lesi
menyebabkan timbulnya mechsno-hot-sopt yang sangat peka terhadap rangsangan
mekanikal maupun termal(hiperagesia mekanikal dan termal). Ditemukan juga
pembentukan reseptor adrener menyebabkan stress psikologi yang mampu
memperberat nyeri. Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik baik

yang sepontan seperti parestesia, disestisia, nyeri seperti kesetrum dan sebagainya,
yang membedakan dengan nyeri inflamasi maupun yamg dibangkitkan seperti
hiperal dan alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri ncuropatik juga
disebabkan oleh adanya fenomena wind-up, LTP dan perubahan fenotip AB. Pada
nyeri nosiseptif, inhibisi meningkat sedang pada nyeri neuropatik terutama
disebabkan penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan peningkatan
cholesystokinin (CCK) yang menghambat kerja reseptor opioid.

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)


Pathway LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK
PAIN / LBP)

F. Manifestasi Klinik Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)

Perubahan dalam gaya berjalan.

1. Berjalan terasa kaku.

2. Tidak bias memutar punggung.


3. Pincang.

Persyarafan

1. Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi
pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah
yang tidak dirangsang.
2. Tidak terkontrol Bab dan Bak.

Nyeri.
1.

Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.

2.

Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.

3.

Nyeri otot dalam.

4.

Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.

5.

Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.

6.

Nyeri pada pertengahan bokong.

7.

Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

G. Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


1. Penata Laksanaan Keperawatan.
-

Informasi dan edukasi.

Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan,
posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi
(untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung
kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)

NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan
kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan
aktivitas.

2.

Medis

a. Formakoterapi.
-

NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi
epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler

NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,


karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid
(kalau sangat diperlukan)

b. Invasif non bedah


-

Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)

Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang


intractable)

c. Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
-

Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.

Defisit neurologik memburuk.

Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil

Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan


radiologik.

H. Pemeriksaan Diagnostik Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


1

Neurofisiologik

Electromyography (EMG)

Need EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih dari 3-4
minggu

Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, pemeriksaan


elektrofisiologik tidak dianjurkan.

Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan


mielopati spinal.

Radiologik

Foto polos.

Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.

Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.

Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)

Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP perlengketan

Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive

3
-

Laboratorium
Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor rematoid,
fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)

Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri

I.

Likuor serebrospinal (atas indikasi)

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)


Asuhan Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)

1. Pengkajian Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Data fokus yang perlu dikaji:
a. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
b) Riwayat penyakit sekarang

Diskripsi gejala dan lamanya

Dampak gejala terhadap aktifitas harian

Respon terhadap pengobatan sebelumnya

Riwayat trauma

c) Riwayat Penyakit Sebelumnya

Immunosupression (supresis imun)

Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)

Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau infeksi.

Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau infeksi) atau


pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)

Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati seronegatif: ankylosing


spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)

Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal, kelahinan otot
paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis,
NPB-spesifik)

Adanya demam (infeksi)

Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)

Keluhan visceral (referred pain)

Gangguan miksi

Saddle anesthesia

Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda ekwina)

Lokasi dan penjalaran nyeri.

b. Pemeriksaan fisik
1)

Keadaan Umum

2) Pemeriksaan persistem
3) Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap,
perasa)
4) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)

Pemeriksaan motorik

Pemeriksaan sens sensorik.

Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1) cross
laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal atas)

Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)

Pemeriksaan system otonom

Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)

Tes Naffziger

Tes valsava.

5) Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)

6) Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7) Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan eliminasi)
8) Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
9) Sistem Reproduksi
( Untuk pasien wanita )
10) Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan
neurologis))
3) Pola nutrisi dan metabolisme
4) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan menahan nyeri
yang hebat)
5) Pola kognitif dan perceptual
(Prilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan
kelainan psikiatrik))
6) Persepsi diri/konsep diri
7) Pola toleransi dan koping stress
((Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga
penderita berjalan

sangat hati-hati

untuk mengurangi

rasa

sakit tersebut

(kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau fraktur))


8) Pola seksual reproduksi
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola nilai dan keyakinan
2. Diagnosa Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Low Back Pain
adalah

a. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system syaraf

vascular)

b. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskula skeletal, kekakuan sendi,
kontraktur)
c. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
d. Defisit self care b.d nyeri

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)


3. Rencana Keperawatan
No
1.

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut b/d agen Setelah

Tujuan

Intervensi

dilakukan Manajemen nyeri (1400)

injuri (fisik, kelainan tindakan keperawatan


1.
muskulo

Lakukan pengkajian nyeri

skeletal selama x 24 jam kom-prehensif

(lokasi,

secara

karateristik,

dan system syaraf nyeri berkurang / hilang durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
vaskuler

dengan kriteria :

presipitasi).
2.

Batasan
karakteristik :

Verbal
Menarik nafas panjang, merintih

Tingkat nyeri (2102)

Observasi reaksi non verbal dari


ketidaknyamanan.

Melaporkan nyeri ber3. Gunakan teknik komunikasi terapetik


untuk mengetahui pengalaman nyeri

kurang / hilang

Frekuensi nyeri berku- klien.


rang / hilang

4.

Kaji

kultur

budaya

yang

Mengeluh nyeri

Lama nyeri berkurang


Ekspresi

Motorik

oral
5.
6.
otot

Ketegangan

Gerakan

8.

yang

tentang

ketidak

Bantu klien dan keluarga untuk


mencari dan menemukan dukungan.

berkurang / menurun

tidak stabil

lain

efektifan kontrol nyeri masa lampau.

7.
nyeri

Skala

Evaluasi bersama klien dan tim


kesehatan

Langkah yang ter- berku-rang / hilang


Dapat istirahat
seok-seok
Postur yang kaku /

Evaluasi pengalaman nyeri masa


lampau.

Menyeringaikan berkurang / hilang


wajah.

mempengaruhi respon nyeri.

Kontrol

lingkungan

yang

dapat

mempe-ngaruhi nyeri (suhu ruangan,


amat lambat atau Kontrol Nyeri (1605)
Mengenal faktor-faktor pencahayaan, dan kebisingan)
terpaksa

Respon autonom
Perubahan
sign

vital

9. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

penyebab

Mengenal onset nyeri 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri


Jarang / tidak pernah (farmokologi, non farmakologi dan
tindakan inter-personal)

melakukan

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk medengan

pertolongan

nentukan intervensi.

non analgetik
12.
Jarang / tidak pernah

Ajarkan

tentang

teknik

non

farmakologi.

menggunakan

13. Berikan analgetik untuk mengurangi

analgetik

Jarang / tidak pernah nyeri.


14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
nyeri

melaporkan

kepa-da tim kesehatan.15. Tingkatkan istirahat


Nyeri terkontrol

16. Kolaborasi dengan dokter jika ada


keluhan dan tindakan nyeri tidak

Tingkat kenyamanan berhasil.


17. Monitor penerimaan klien tentang

(2100)
Klien

melaporkan mana-jemen nyeri.

kebu-tuhan

istirahat
Andministrasi Analgetik (2210)

tidur tercukupi
Melaporkan

1. Tentukan lokasi, karateristik kualitas,


kondisi
dan derajat nyeri sebagai pemberian

fisik baik
Melaporkan

kondisi obat.
2.

Cek instruksi dokter tentang jenis

psikis baik

obat, dosis dan fekkuensi.


3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgenik yang diperlukan atau

kombinasi

dari

analgetik

ketika

pemberian lebih dari satu.


5. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri.
6.

Tentukan

analgetik

pilihan

rute

pemberian dan dosis optimal.


7.

Pilih rute pemberian secara iv-im


untuk pengobatan nyeri secara teratur

8.

Monitor vital
sesudah

sign

sebelum dan

pemberian

analgesik

pertama kali
9.

Berikan

analgesik

tepat

waktu

terutama saat nyeri hebat.


10. Evaluasi efektifitas analgesik tanda
2

Kerusakan

Setelah

dan gejala (efek sampingan)


dilakukan
1. Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi

mobilitas fi-sik b.d tindakan keperawatan de-ngan sekala 0-4 :


nyeri,

kerusakan selama X 24 jam


0 : Klien tidak tergantung pada orang

muskuloskeletal,

klien mampu mencapai lain

sendi mobilitas fisik dengan


1 : Klien butuh sedikit bantuan

keka-kuan

atau kon-traktur

kri-teria :

2 : Klien butuh bantuan sederhana


3 : Klien butuh bantuan banyak

Batasan

Mobility Level (0208)


: 4 : Klien sangat tergantung pada

karakteristik :

- Klien dapat melakukan pemberian pelayanan

Postur tubuh kaku mobilitas

secara
2. Atur posisi klien

tidak stabil.

bertahap dengan tanpa


3.

Jalan terseok-seok

merasakan nyeri.

Gerak lambat

yang

gerak.

- Penampilan seimbang4. Observasi / kaji terus kemampuan

Membatasiperubahan

Bantu klien melakukan perubahan

Menggerakkan

ge-rak dan sendi

otot gerak motorik, keseimbangan


5. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan

mendadak- Mampu pindah tempat sesudah melakukan latihan.

atau cepat

tanpa bantuan

Sakit berbalik

6. Anjurkan keluarga klien untuk melatih

Berjalan

tanpa dan memberi motivasi.

bantuan

7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain


(fisioterapi untuk pemasangan korset)
8. Buat posisi seluruh persendian dalam
letak anatomis dan nyaman dengan
memberikan penyangga pada lekukan
lekukan sendi serta pastikan posisi

3.

Gangguan

punggung lurus.
dilakukan Peningkatan
Tidur

pola Setelah

Sleep

tidur b.d nyeri, tidak tindakan keperawatan Enhancement (1850)


nyaman

selama X 24 jam
1. Kaji pola tidur / pola aktivitas
klien dapat terpenuhi
2. Anjurkan klien tidur secara teratur

Batasan

kebutuhan

tidurnya
3.

karakteristik :

dengan criteria :

Jelaskan tentang pentingnya tidur


yang cukup selama sakit dan terapi.

Pasien menahan

4. Monitor pola tidur dan catat keadaan

sa-kit (merintih, me- Tidur (0004)

fisik, psykososial yang mengganggu

nyeringai)

tidur

Jumlah jam tidur cukup


Pasien Pola tidur normal

mengungkapkan
tidak

bisa

karena nyeri

5. Diskusikan pada klien dan keluarga


tentang tehnik peningkatan pola tidur

Kualitas tidur cukup

tidur Tidur secara teratur


Tidak sering terbangun
Tanda

vital

Manajemen lingkungan (6480)

1 Batasi pengunjung
dalam

batas normal

2 Jaga lingkungan dari bising


3

Tidak

melakukan

tindakan

keperawatan pada saat klien tidur

Rest (0003)
Istirahat Cukup

Anxiety Reduction (5820)

Kualitas istirahat baik


Istirahat fisik cukup
Istirahat psikis cukup

Jelaskan semua prosedur termasuk


pera-saan

yang

mungkin

dialami

selama men-jalani prosedur


2 Berikan objek yang dapat memberikan
Anxiety control (1402)
Tidur adekuat

rasa aman

3 Berbicara dengan pelan dan tenang


Tidak ada manifestasi

fisik

4 Membina hubungan saling percaya

Tidak ada manifestasi


5
perilaku

klien

dengan penuh

perhatian

Mencari
untuk

Dengarkan

informasi
6 Ciptakan suasana saling percaya
7
mengurangi

Dorong orang tua mengungkapkan


pera-saan,

cemas

persepsi

dan

cemas

Menggunakan teknik secara verbal


re-laksasi

8
untuk

Berikan peralatan / aktivitas yang

mengu-rangi cemas

meng-hibur

Berinteraksi sosial

ketegangan

untuk

mengurangi

9 Anjurkan untuk menggunakan teknik


re-laksasi
10 Berikan lingkungan yang tenang
4.

Defisit srlf care b.d Seteleh dilakukan


nyeri

11 Batasi pengunjung
Self care assistance ;

tindakan keperawatan
pada pasien selama 3
x 24 jam diharapkan
kebutuhan perawatan
diri pasien dapat
terpenuhi, dengan
kriteria hasil :
1. klien terbebas dari bau
badan
2. Menyatakan

1. Monitor kemampuan klien


untuk perawatan diri yang
mandiri
2. Monitor kebutuhan klien untuk
alat-alat bantu
3. Sediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
memenuhi perawatan dirinya

kenyamanan terhadap
pemenuhan kebutuhan
perawatan diri

4. Dorong klien untuk melakukan


aktivitas yang mandiri sesuai
kemampuan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
__________. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
__________.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada
tanggal 12 Februari 201. http://sedetik.multiply.com/journal

LOW BACK PAIN (NYERI PUNGGUNG BAWAH)


1.

Definisi dan Klasifikasi


Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung
bawah (NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri dibagian pinggang yang dapat
menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri
radikular atau keduanya. Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat
bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai
dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah
punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal
dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain).8

NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang


mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa
ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan
yang mengalami kelainan tersebut. Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai
berikut:
a.

Viserogenik : NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses

patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.


b. Neurogenik : NPB yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan patologik
c.

pada saraf yang dapat menyebabkan NPB.


Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan

NPB atau nyeri yang menyerupai iskialgia.


d. Psikogenik : NPB psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa
atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi.
e. Spondilogenik : NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh
berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang
(osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan
proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
Etiologi dan Faktor Resiko9,10
Penyebab NPB dapat berupa :
a. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra misalnya

2.

sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen transforamina yang


menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis hingga dapat menyebabkan
NPB.

b.

Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan


penyebab utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
sudah lama tidak melakukannya dapat menderita NPB akut, atau melakukan
pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan menyebabkan NPB
kronik. Hal yang sama juga bisa didapatkan pada wanita hamil, orang gemuk,
memakai sepatu dengan tumit terlalu tinggi. Trauma dapat berbentuk lumbal
strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus tranversus),

c.

subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan spondilolistesis.


Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis ankilopoetika

(penyakit Marie-Strumpell)
c. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu
berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti
osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma.
Atau

tumor

ganas,

baik

primer

(mieloma

multipel)

maupun

sekunder:

(metastasis karsinoma payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain).


Metastasis tumor ganas sangat sering ke korpus vertebra karena banyak
mengandung pembuluh darah vena. Tumor-tumor ini merangsang ujung-ujung
saraf sensibel dalam tulang dan menimbulkan rasa nyeri lokal atau menjalar ke
d.

sekitarnya, dan dapat terjadi fraktur patologik.


Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat

disebabkan

oleh

kurangnya

aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah kalsium


yang

lama,

hipopituitarisme,

hipertiroidisme/tirotoksikosis,

akromegali,

osteogenesis

penyakit

imperfekta,

Cushing,

gangguan

nutrisi

misalnya kekurangan protein, defisiensi asam askorbat, idiopatik, dan lain-lain.


Gangguan metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus
vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek
dengan nyeri difus di daerah pinggang.
e. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis deforman),
f.

Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis Spinal.


Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit
dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen bagian

bawah dirasakan didaerah lumbal.


g. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan
infeksi

akut

streptokokus,

misalnya

salmonella).

disebabkan
NPB

yang

oleh

kuman

disebabkan

pyogenik
infeksi

(stafilokokus,

kronik

misalnya

spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.


h. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan
oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik
adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan

kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan
patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan
gangguan fisiknya.
Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin,
obesitas,

merokok,

pekerjaan,

faktor

psikososial,

dan

cedera

punggung

sebelumnya.
3.

Patofisiologi11
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi
oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan berbeda diantara tiap
individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak,
dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu
dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana
agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan
proteksi

yang

bertujuan

untuk

mencegah

pergerakan

sehingga

proses

penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot,


yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa
nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi;
atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system saraf. Iritasi
neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang
kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut
saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal
dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
4.

Gambaran Klinis9
Gambaran klinis NPB adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung
bawah,dapat merupakan nyeri local maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat menuju ke daerah lain

atau sebaliknya ,nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
punggung bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar).
Tanda dan gejala yang timbul antara lain:
a. Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan
b.

neurologis)
Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan

c.

kelainan psikiatrik)
Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal (pinggang)
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, peradangan,
tumor atau patah tulang )

5.

a.

Pemeriksaan Diagnostik12
Diagnosis klinis NPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neurologis serta pemeriksaan penunjang. Dalam anamnesis perlu diketahui:
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah
posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia

b.

atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
Lama dan frekuensi serangan, NBP akibat sebab mekanik berlangsung
beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu
8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak

c.

nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.


Lokasi dan penyebaran, kebanyakan NPB akibat gangguan mekanis atau medis
terutama terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah
atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang
menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri

d.

psikogenik tidak mempunya pola penyebaran yang tetap.


Faktor yang memperberat/memperingan. Pada lesi mekanis keluhan berkurang
saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak
bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava akan
memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika

e.

berbaring.
Kualitas/intensitas. Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta
dapat membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara
NPB dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari masingmasing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai
yang lebih banyak dari pada NPB dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya
radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri NPB
lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu
kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala
NPB yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala

merupakan gejala khas dari suatu NPB yang terjadinya secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang
biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB, namun
sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif
sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan

f.

bertambahnya nyeri NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri
biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa
menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah
g.

nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.


Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada
malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya
suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Pada pemeriksaan fisik umum, gerakan aktif pasien harus dinilai,
diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna
vertebralis, berkurangnya lordosis serta

adanya skoliosis. Berkurang sampai

hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.


Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
a. Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
b. Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,
karena
c.

gerakan

ini

akan

menyebabkan

penyempitan

foramen

sehingga

menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.


Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di

sebelahnya (jackhammer effect).


d. Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral
yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP
pada sisi yang sama.
e. Nyeri NPB pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.
Adanya nyeri

(tenderness)

pada

kulit

bisa

menunjukkan

adanya

kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).


Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke

kanan

ke

kiri

prosesus

spinosus

sambil

melihat

respons

pasien.

Pada

spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada


palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada
prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu
berguna pada diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi
level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang
bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks
L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN.
Pada pemeriksaan motoris harus dilakukan dengan seksama dan harus
dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan
mungkin dengan memperhatikan miotom yang mempersarafinya.
Pada pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti
diagnostiknya
dermatom

dalam

yang

membantu

terkena.

menentukan

Gangguan

lokalisasi

sensorik

lebih

lesi

HNP

sesuai

bermakna

dalam

menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.


Tanda-tanda perangsangan meningeal:
a. Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya
L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut
terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 90 0 lalu dengan perlahan-lahan dan
graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada
tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila
lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat
tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasimodifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan
suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra
lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus. Pada tanda laseque,
makin

kecil

sudut

yang

dibuat

untuk

menimbulkan

nyeri

makin

besar

kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan


tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang
terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara
operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda

ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque
berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang
tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun). Tanda Laseque kontralateral
(contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang sama, namun bila
tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif
b.

pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama

seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.


c. Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
d. Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul
nyeri
Adapun pemeriksaan diagnostic lainnya yaitu :
a. Laboratorium: Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju
endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi
b.

ginjal.
Pemeriksaan Radiologis : Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat
normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral,
spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan
intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang
tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap

memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
1) vertebra dan level neurologis belum jelas
2) kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
3) untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
4) kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat
berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi
untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya
sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.

You might also like