Professional Documents
Culture Documents
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang
dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1 (2,4).
B. Etiologi Low Back Pain (LBP)
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan
kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus
intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal,
aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat
gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan
lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas (2,4).
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan
degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan
pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar
sepanjang saraf tersebut (2,4).
D. Manifestasi Klinis
Pasien biasanya Mengeluh nyeri punngung akut maupun nyeri punggung kronis dan
kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang
serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks,
panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat
ketidaknyamanan yang dialaminya.
Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi
serabut saraf. Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis
(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya
lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang.
Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas
yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang. Kadang-kadang dasar organic nyeri
punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan
nyeri.
Nyeri punggung bawah bisa merupakan anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi
terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri
punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga, variable lingkungan
dan situasi kerja (2,4).
E. Evaluasi Diagnostik
Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang mendertita nyeri punggung bawah.
Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis
atau scoliosis.
Computed Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari, seperti
adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus
intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis. MRI
memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang (2).
F. Penatalaksanaan Low Back Pain (LBP)
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan
tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan
matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian
rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf
lumbal.
Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau
berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan
dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadangkadang pasien perlu dirawat untuk penanganan konservatif aktif dan fisioterapi. Traksi
pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan
fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi
pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas,
kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan
kontra indikasi kompres panas.
Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler
karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang
ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat
pembengkakan pada stadium akut.
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan
untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaks
pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri.
Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk
mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia (2,4).
G. Pengkajian Low Back Pain
Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya (missal lokasi,
berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang berhubungan). Penjelasan
mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan tertentu atau dengan aktifitas dimana otot
yang lemah digunakan secara berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya.
Informasi mengenai pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area
untuk pendidikan kesehatan. Selama wawancara ini, perawat dapat melakukan observasi
terhadap postur pasien, kelainan posisi dan cara jalan.
Pada pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan tulang belakang, Krista iliakan dan kesimetrisan
bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya spasme dan nyeri tekan. Pasien dikaji
adanya obesitas karena dapay menimbulkan nyeri punggung bawah (2).
H. Diagnosa Keperawatan Low Back Pain
1. Nyeri berhubungan dengan masalah muskuloskeletal
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
kelenturan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Penyusun mengharapkan makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa agar
nantinya bias mengaplikasikan ilmu tersebut atau menerapkannya pada pasien
low back pain dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PATOLOGI
Nyeri punggung bawah [Low Back Pain] adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran
ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000:265).
didaerah lumbal dan lumbasakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
kearah tungkai dan kaki.
Low back pain nyeri punggung bawah adalah salah satu nyeri yang paling
sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, juga merupakan persoalan mayarakat
karena sering mengakibatkan penderita tidak dapat bekerja dalam
kesehariannya.
Low back pain dapat berupa rasa kemeng atau sedikit pegal sampai nyeri sekali,
sakit ini dapat timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam
waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada
tubuh bagian belakang, dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong
dan juga dapat menjalar ketungkai. Sering kali penderita cemas kalau LBPnya
berasal dari penyakit ginjal atau kencing batu anggapan itu tidaklah selalu benar.
Jika diperhatikan secara seksama keluhan LBP sangat bervariasi, kualitas nyeri,
intensitas serta penyebarannya sangat bervariasi, berbagai sikap badan seperti
berdiri, duduk atau berbaring sangat berpengaruh terhadap timbulnya rasa
nyeri.
Low Back Pain di bedakan menjadi dua menurut perjalanan klinis yaitu Acute
Low Back Pain dan Chronik Low Back Pain.
B. ETIOLOGI
c. LBP Neuvogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering
menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik.
d. LBP Spondilogenik
Berasal dari :
Sendi-sendir sakroiliakan
Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf akibat
stenosis spinalis.
e. LBP Psikogenik
Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis
2)
Spondilosis
2)
HNP
3)
Stenosis spinalis
4)
Oesteoartritis
Artritis rematoid
2)
Spondilitis angkilopoetika
3)
Spondylitis
Tumor myelum
2)
Retikulosis
C. PATOFISIOLOGI
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri punggung bawah [Low Back Pain] adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran
ketungkai sampai kaki.
DAFTAR PUSTAKA
http //ameliarina.blogspot.com/2011/03/low-back-pain.html
http //www.google.com/search.patofisiologi.low-back pain.html
http://www.ilmufisioterapi.info/search/contoh-makalah-lbp
http://www.apotikherbal.com/list-info/2829-Makalah-Low-Back-Pain.html
(Harsono,
2000)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam
merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan
hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan
medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik
pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan
oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi
inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain
adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau
terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
B. Etiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
Kegemukan.
Keseleo.
Gaya berjalan.
Merokok.
Depresi /stress.
5. Scoliosis parah.
6. HNP.
7. Spondilitis.
8. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
9. Osteoporosis.
10. Merokok.
Faktor resiko dari lingkungan.
1. Duduk terlalu lama.
2. Terlalu lama pada getaran.
3. Keseleo atau terpelintir.
4. Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
5. Vibrasi yang lama.
Faktor resiko dari psikososial.
1. Ketidak nyamanan kerja.
2. Depresi.
3. Stress.
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Guna kerangka.
1.
2. Lengkung luas.
Bagian yang melingkari dan melindungi lubang luas tulang belakang terletak di
sebelah belang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :
dan
belakangnya
terdapat
kumpulan
serabut-serabut
kenyal
yang
1. Vertebra sedrvikalis (tulang leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil dan lubang
ruasnya besar. Pada tagu sayapnya terdapat lubang tempat lalunya syarap yang
disebut For Amentuam Versalis (Foramentuan Versorium). Ruas pertama vertebra
servikalis disebut Atlas yang memungkinkan kepala berputar kekiri dan kekanan.
Ruas kedua disebut prosesus ke 7 mempunyai taju yang disebut Prosesus
Prominan,taju ruiasnya agak panjang.
2. Vertebra Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas,badan ruasnya besar dan
kuat. Taju durinya panjang dan melengkung,pada daerah bagian dataran sendi
sebelah atas,bawah,kiri dan kanan ini membentuk persendian dengan tulang iga.
3. vertebra lumbalis (tulang pinggul) terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya besar,tebal dan
kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5 agak menonjol disebut
Promontorium.
4. vertebra sakralis (ruas tulang kelangkang) terdiri dari 5, yang membentuk sakrum
atau tulang kelangkang.
5. vertebra Koksigius (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi
sebuah tulang yang disebut Os Koksigialis dapat bergerak sedikit karena
membentuk persendian dengan sacrum.
Anatomi Lumbal
ligamentum
kapsula
artikularis, fasia
dan
otot.
Semua
banguan
tersebut
penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat
adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan
iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang
merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor
yang merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai sumber
nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai
jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri
dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas
nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif.
2. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau
disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada
LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena Hernia Nukleus
Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau
jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh
tumor dan sebagainya.
Penanganan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan:
a.
Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya nosiseptor
dari nervi nervorum, yang menimbulkan inflamasi, nyeri dirasakan distribusi serabut
syaraf tersebut. nyeri bertambah jika terdapat peperangan serabut syarap, misalnya
karena pergerakan.
b.
yang sepontan seperti parestesia, disestisia, nyeri seperti kesetrum dan sebagainya,
yang membedakan dengan nyeri inflamasi maupun yamg dibangkitkan seperti
hiperal dan alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri ncuropatik juga
disebabkan oleh adanya fenomena wind-up, LTP dan perubahan fenotip AB. Pada
nyeri nosiseptif, inhibisi meningkat sedang pada nyeri neuropatik terutama
disebabkan penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan peningkatan
cholesystokinin (CCK) yang menghambat kerja reseptor opioid.
Persyarafan
1. Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi
pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah
yang tidak dirangsang.
2. Tidak terkontrol Bab dan Bak.
Nyeri.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan,
posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi
(untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung
kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan
kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan
aktivitas.
2.
Medis
a. Formakoterapi.
-
NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi
epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
c. Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
-
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.
Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
Neurofisiologik
Electromyography (EMG)
Need EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih dari 3-4
minggu
Radiologik
Foto polos.
Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP perlengketan
3
-
Laboratorium
Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor rematoid,
fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)
I.
Riwayat trauma
Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal, kelahinan otot
paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis,
NPB-spesifik)
Gangguan miksi
Saddle anesthesia
b. Pemeriksaan fisik
1)
Keadaan Umum
2) Pemeriksaan persistem
3) Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap,
perasa)
4) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
Pemeriksaan motorik
Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1) cross
laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal atas)
Tes Naffziger
Tes valsava.
5) Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
6) Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7) Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan eliminasi)
8) Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
9) Sistem Reproduksi
( Untuk pasien wanita )
10) Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan
neurologis))
3) Pola nutrisi dan metabolisme
4) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan menahan nyeri
yang hebat)
5) Pola kognitif dan perceptual
(Prilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan
kelainan psikiatrik))
6) Persepsi diri/konsep diri
7) Pola toleransi dan koping stress
((Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga
penderita berjalan
sangat hati-hati
untuk mengurangi
rasa
sakit tersebut
a. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system syaraf
vascular)
b. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskula skeletal, kekakuan sendi,
kontraktur)
c. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
d. Defisit self care b.d nyeri
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut b/d agen Setelah
Tujuan
Intervensi
(lokasi,
secara
karateristik,
dan system syaraf nyeri berkurang / hilang durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
vaskuler
dengan kriteria :
presipitasi).
2.
Batasan
karakteristik :
Verbal
Menarik nafas panjang, merintih
kurang / hilang
4.
Kaji
kultur
budaya
yang
Mengeluh nyeri
Motorik
oral
5.
6.
otot
Ketegangan
Gerakan
8.
yang
tentang
ketidak
berkurang / menurun
tidak stabil
lain
7.
nyeri
Skala
Kontrol
lingkungan
yang
dapat
Respon autonom
Perubahan
sign
vital
penyebab
melakukan
pertolongan
nentukan intervensi.
non analgetik
12.
Jarang / tidak pernah
Ajarkan
tentang
teknik
non
farmakologi.
menggunakan
analgetik
melaporkan
(2100)
Klien
kebu-tuhan
istirahat
Andministrasi Analgetik (2210)
tidur tercukupi
Melaporkan
fisik baik
Melaporkan
kondisi obat.
2.
psikis baik
kombinasi
dari
analgetik
ketika
Tentukan
analgetik
pilihan
rute
8.
Monitor vital
sesudah
sign
sebelum dan
pemberian
analgesik
pertama kali
9.
Berikan
analgesik
tepat
waktu
Kerusakan
Setelah
muskuloskeletal,
keka-kuan
atau kon-traktur
kri-teria :
Batasan
karakteristik :
secara
2. Atur posisi klien
tidak stabil.
Jalan terseok-seok
merasakan nyeri.
Gerak lambat
yang
gerak.
Membatasiperubahan
Menggerakkan
atau cepat
tanpa bantuan
Sakit berbalik
Berjalan
bantuan
3.
Gangguan
punggung lurus.
dilakukan Peningkatan
Tidur
pola Setelah
Sleep
selama X 24 jam
1. Kaji pola tidur / pola aktivitas
klien dapat terpenuhi
2. Anjurkan klien tidur secara teratur
Batasan
kebutuhan
tidurnya
3.
karakteristik :
dengan criteria :
Pasien menahan
nyeringai)
tidur
mengungkapkan
tidak
bisa
karena nyeri
vital
1 Batasi pengunjung
dalam
batas normal
Tidak
melakukan
tindakan
Rest (0003)
Istirahat Cukup
yang
mungkin
dialami
rasa aman
fisik
klien
dengan penuh
perhatian
Mencari
untuk
Dengarkan
informasi
6 Ciptakan suasana saling percaya
7
mengurangi
cemas
persepsi
dan
cemas
8
untuk
mengu-rangi cemas
meng-hibur
Berinteraksi sosial
ketegangan
untuk
mengurangi
11 Batasi pengunjung
Self care assistance ;
tindakan keperawatan
pada pasien selama 3
x 24 jam diharapkan
kebutuhan perawatan
diri pasien dapat
terpenuhi, dengan
kriteria hasil :
1. klien terbebas dari bau
badan
2. Menyatakan
kenyamanan terhadap
pemenuhan kebutuhan
perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
__________. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
__________.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada
tanggal 12 Februari 201. http://sedetik.multiply.com/journal
2.
b.
c.
(penyakit Marie-Strumpell)
c. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu
berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti
osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma.
Atau
tumor
ganas,
baik
primer
(mieloma
multipel)
maupun
sekunder:
disebabkan
oleh
kurangnya
lama,
hipopituitarisme,
hipertiroidisme/tirotoksikosis,
akromegali,
osteogenesis
penyakit
imperfekta,
Cushing,
gangguan
nutrisi
akut
streptokokus,
misalnya
salmonella).
disebabkan
NPB
yang
oleh
kuman
disebabkan
pyogenik
infeksi
(stafilokokus,
kronik
misalnya
kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan
patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan
gangguan fisiknya.
Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin,
obesitas,
merokok,
pekerjaan,
faktor
psikososial,
dan
cedera
punggung
sebelumnya.
3.
Patofisiologi11
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi
oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan berbeda diantara tiap
individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak,
dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu
dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana
agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan
proteksi
yang
bertujuan
untuk
mencegah
pergerakan
sehingga
proses
Gambaran Klinis9
Gambaran klinis NPB adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung
bawah,dapat merupakan nyeri local maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat menuju ke daerah lain
atau sebaliknya ,nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
punggung bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar).
Tanda dan gejala yang timbul antara lain:
a. Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan
b.
neurologis)
Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan
c.
kelainan psikiatrik)
Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal (pinggang)
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, peradangan,
tumor atau patah tulang )
5.
a.
Pemeriksaan Diagnostik12
Diagnosis klinis NPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neurologis serta pemeriksaan penunjang. Dalam anamnesis perlu diketahui:
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah
posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia
b.
atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
Lama dan frekuensi serangan, NBP akibat sebab mekanik berlangsung
beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu
8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak
c.
d.
e.
berbaring.
Kualitas/intensitas. Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta
dapat membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara
NPB dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari masingmasing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai
yang lebih banyak dari pada NPB dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya
radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri NPB
lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu
kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala
NPB yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala
merupakan gejala khas dari suatu NPB yang terjadinya secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang
biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB, namun
sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif
sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
f.
bertambahnya nyeri NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri
biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa
menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah
g.
gerakan
ini
akan
menyebabkan
penyempitan
foramen
sehingga
(tenderness)
pada
kulit
bisa
menunjukkan
adanya
kanan
ke
kiri
prosesus
spinosus
sambil
melihat
respons
pasien.
Pada
dalam
yang
membantu
terkena.
menentukan
Gangguan
lokalisasi
sensorik
lebih
lesi
HNP
sesuai
bermakna
dalam
kecil
sudut
yang
dibuat
untuk
menimbulkan
nyeri
makin
besar
ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque
berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang
tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun). Tanda Laseque kontralateral
(contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang sama, namun bila
tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif
b.
pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama
ginjal.
Pemeriksaan Radiologis : Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat
normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral,
spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan
intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang
tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap
memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
1) vertebra dan level neurologis belum jelas
2) kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
3) untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
4) kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat
berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi
untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya
sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.