Professional Documents
Culture Documents
DIABETES MELITUS
Disusun oleh:
Ayu Wening Tyas P.
G99141037
Pembimbing:
Dra. Diah Poerwohastoeti, S.Far., M.Si., Apt.
BAB I
PENDAHULUAN
terakhir ini meski masih terus dipelajari. Terutama belum mengerti apapemicu
rusaknya sel-sel beta kecil yang memproduksi insulin di pankreas.Gen-gen yang
mempengaruhi penderita terhadap kerusakan ini masih diteliti, tetapi apa yang
mengendalikan dan bagaimana awal kerusakannya secara tepat masih belum jelas
sehingga pencegahan yang menyeluruh kemungkinannya masih jauh. Meski
demikian, bila semua pertanyaan ini bisa terjawab, kemungkinan untnk
memperbaikai gen-gen tersebut pada penderita yang berisiko diabetes dapat
mencegah berkembangnya kondisi tersebut.2
Perlu diingat bahwa banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
timbulnya masalah akibat diabetes dengan mejaga diri baik-baik. Kemajuan dalam
pengobatan dan pemahaman lebih baik tentang penyakit ini telah banyakmemberi
manfaat dan harapan yang lebih baik di masa-masa yang akan datang.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI DIABETES MELLITUS
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau
disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin 1.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. 1
II. KLASIFIKASI
fibrosis
kistik,hemokromatosis,
pankreatopati
fibrokalkulus. Lainnya.
4. Endokrinopati : akromegali, sindrom cruhsing, feokromositoma,
hipertiroidisme stomatostationoma, aldosteronoma, lainnya.
5. Karena obat / zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, agonis beta adrenergik, tiazid,
dilantin. interferon alfa. lainnya.
6. Infeksi : rubella congenital, CMV, lainnya
7. Imunologi (jarang) : sindrora "Stiff-man", antibodi anti reseptor
insulin, lainnya.
8. Sindroma genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter,sindrom
Turner, sindrom. Wolframs, ataksia Friedreics, Chorea Hungtington,
sindrom Laurence-Moon-Biedl,distrofi miotonik, porfiria, sindrom
Prader Willi, lainnya
D. Diabetes Kehamilan
Diabetes Mellitus Gestasional (GDM=Gestational Diabetes
Mellitus) adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul
selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara atau
temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan
umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua.
III.
peningkatan
sekresi
insulin
untuk
mencegah
produksi
dan
sekresi
hormon
insulinuntuk
darah,
masih
sering
dipertanyakan.
Beberapa
penelitian
sebuah
kajian
yang
menggunakan
pemasukan
glukosa
bertahap
GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda-tanda penyakit diabetes mellitus dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu gejala akut dan gejala kronik.
A. Gejala Akut
Gejala penyakit DM pada setiap orang tidak akan selalu sama, akan
tetapi gejala yang sering muncul atau pada umumnya sering timbul dengan
tidak menutup kemungkinan akan timbul gejala lain:
1. Pada permulaan gejala yang timbul meliputi antara lain sebagai berikut:
a. Banyak Makan ( Polifagia )
Perasaan lapar pada pasien penyakit gula disebabkan oleh
ketidakmampuan sel untuk mengambil gula dari dalam darah dan
memakainya guna untuk menghasilkan Energi. Sel- sel yang
kelaparan dengan gula yang banyak yang terdapat didalam darah
akan terus- menerus memberikan sinyal atau akan memerintahkan
kepusat rasa lapar didalam otak ingin makan sehingga pasien terus
merasa lapar sekalipun makanan yang masuk kedalam usussnya
melimpah atau banyak.
b. Banyak Minum ( Polidipsia )
10
atau menahun. Gejala kronik ini yang paling sering membawa diabetis
berobat pertama kali.
Gejala kronik yang sering timbul adalah sebagai berikut :
a. kesemutan
b. gangguan penglihatan mata kabur biasanya sering ganti kasa mata
c. kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
d. gatal disekitar kemaluan terutama wanita
e. keputihan
f. terasa tebal dikulit, sehingga kalau berjalan seperti berjalan diatas
bantal dan kasur.
g. kram, leleh dan mudah mengantuk
h. gigi mudah goyah dan mudah lepas
i. Kemampuan seksual menurun bahkan impotent
j. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau berat badan bayi lebih dari 4 kg.
V. DIAGNOSIS DIABETES MELLITUS
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna
penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.4
A. Pemeriksaan penyaring3
1. Usia 45 tahun
2. Usia lebih muda, terutama dengan IMT > 23 kg/m 2. yang disertai
faktor risiko:
-
Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl
11
2.
VI.
Komplikasi akut2:
1.
2.
3.
Hipoglikema
12
B.
Komplikasi kronis2:
1.
2. Mikroangiopati
a. Retinopati diabetik
b. Nefropati diabetik
3. Neuropati
a.
b.
c.
4. Gabungan
Kardiopati : penyakit jantung koroner, kardiomiopati
5. Rentan infeksi
6. Kaki diabetik
7. Disfungsi ereksi
VII.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya
kualitas hidup pasien diabetes, yaitu :
1. Jangka pendek4 :
13
a.
b.
c.
2. Jangka panjang4 :
a.
b.
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid melalui pengelolaan pasien
secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan
perilaku.
Pilar penatalaksanaan DM antara lain:
1. Penatalaksanaan DM non farmakologis
a.
Edukasi4
Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan
partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan
harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk
mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan motivasi. Edukasi tersebut meliputi pemahaman
tentang :
1) Penyakit DM
2) Makna dan perlunya pengendalian serta pemantauan DM
3) Penyulit DM
4) Intervensi non farmakologis dan farmakologis
5) Hipoglikemia
6) Masalah khusus yang dihadapi
7) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang
berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi
14
ini
menekankan
perlunya
mencapai
atau
per
lima
bagian
makanan
sebaiknya
mencakup
sisanya
sebaiknya
mencakup
makanan
yang
15
karbohidrat,
protein
dan
lemak,
dianjurkan pula
<18,5
2) BB normal
18,5-22,9
3) BB lebih
>23,0
16
Obes I
25,0-29,9
Obes II
>30
Latihan jasmani6
Latihan
jasmani
akan
meningkatkan
aliran
darah,
17
Keadaan
ini
menyebabkan
penurunan
pankreas
untuk
melepaskan
insulin
yang
masih
mempunyai
kemampuan
untuk
sekresi
18
19
sebagai
obat
hipoglikemik,
tetapi
obat
kerja
menurunkan
pengobatan
sinergis
sehingga
glukosa
tuggal
darah
kombinasi
lebih
masing-masing,
ini
banyak
baik
dapat
daripada
pada
dosis
dianjurkan
sejak
awal
pengelolaan
diabetes,
20
Karena
insulin,
kemampuannya
mencegah
memperbaiki
profil
mengurangi
penambahan
berat
lipid
metformin
maka
resistensi
badan
dan
sebagai
pioglitazone
menurunkan
glukosa
juga
mempunyai
darah
bila
kemampuan
digunakan
sebagai
45
mg/dl
dosis
tunggal.
Tiazolidindion
21
yang
ambilan
perifer.Terutama
dipakai
pada
dapat
menurunkan
penyerapan
glukosa
dan
pencernaan,
mikrobiologis,
metabolisme
hidrolisis
intestinal
terutama
dan
oleh
aktifitas
flora
enzim
22
2)
23
3)
Ketoasidosis diabetik
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Efek
samping
utama
adalah
terjadinya
hipoglikemia
2)
c. Terapi kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis
rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respon kadar glukosa darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan
kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO
tunggal atau kombinasi. Terapi OHO dengan kombinasi harus dipilih
dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja
berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula
24
Efek Samping
Penurunan
Utama
BB naik,
hipoglikemia
BB naik,
1,5 2 %
hipoglikemia
Diare,
1,5 2 %
dyspepsia,
Metformin
Penghambat
terhadap insulin
Menghambat absorpsi
asidosis laktat
Flatulens, tinja
1,5 2 %
glukosidase
glukosa
Menambah sensitifitas
lembek
Edema
0,5 1,0 %
Sulfonilurea
Glinid
Hipoglikemia,
Insulin
BB naik
A1C
1,3%
Potensial
25
glukosa
sampai
normal
Sulfonilurea
Glinid
Tiazolidindion
Generik
Mg/ta
Dosis
Lama
Frek/
Haria
Kerja
hari
Klorpropa
100-
n
100-
24-36
mid
Glibenkla
250
2,5
500
2,5 -
12-24
12
mid
Glipizid
Glikuidon
5
5 10
30
15
5 230 -
10-16
6-8
12
23
Glimepirid
1,2,3,
120
0,5 - 6
24
Repaglinid
4
0,5,1,
1,5 - 6
Nateglinid
Rosiglitazo
2
120
4
360
4-8
24
3
1
n
Pioglitazon
Penghambat
Acarbose
glukosidase
Biguanid
Metformin
Waktu
Sebelum
makan
Tdk
bergantun
15,30
15 - 45
50-
100-
100
300
500-
250-
850
3000
24
g
jadwal
makan
Bersama
suapan
6-8
1-3
pertama
Bersama/
sesudah
makan
26
Buatan
Cepat
Actrapid
Humulin-R
Menengah
Insulatard
Monotard Human
Nordisk (U-40&U-100)
Humulin-N
Campuran
Mixtard 30
Humulin-30/70
Panjang
Lantus
Aventis
Novopen 3 adalah :
Efek Puncak
2-4 jam
Lama Kerja
6-8 jam
4-12 jam
18-24 jam
1-8 jam
14-15 jam
Tidak ada
24 jam
Optipen adalah :
Lantus
27
29
BAB III
SIMULASI KASUS
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. M
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jebres, Surakarta
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Karena
mengganggu
aktivitas
pasien,
maka
pasien
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
30
Riwayat DM
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
: disangkal
G. Riwayat Gizi
Pasien sehari makan tiga kali, dengan nasi 2-21/2 centong nasi
dengan lauk pauk tempe, tahu, sayur, kadang-kadang dengan ikan, telur,
daging, atau ayam. Penderita jarang makan buah-buahan.
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah seorang laki-laki umur 60 tahun, seorang petani.
Saat ini penderita tinggal bersama istri. Istri sebagai ibu rumah tangga.
Mempunyai tiga orang anak yang semuanya bekerja di luar Surakarta.
Pasien berobat dengan fasilitas BPJS.
II. ANAMNESIS SISTEM dan PEMERIKSAAN FISIK
Keluhan utama : sering buang air kecil
1.
Kulit
2.
Kepala
3.
Mata
4.
Hidung
5.
Telinga
6.
Mulut
7.
Tenggorokan
8.
Sistem respirasi
9.
Sistem kardiovaskuler
10.
11.
Sistem musculoskeletal
: lemas
31
12.
Sistem genitourinaria
malam hari
13.
14.
15.
Status neurologis
: kesemutan
Status gizi
: BB=60 kg, TB=170 cm BMI=20,7 kg/ m2
16.
: kesemutan
(normoweight)
Tanda Vital
:TD :120/80 mmHg
Nadi :100x/mnt
RR :20x/mnt
Suhu :36,6C
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Hb
Hct
AL
AT
AE
GDS
GDP
IV.
29/05/12
Satuan
Rujukan
13
39
12,4
229
4,40
229
196
g/dl
%
3
10 / L
103 / L
106/ L
mg/dl
Mg/dL
12-15,6
33-45
4,5-14,5
150-450
4,10-5,10
80-110
70-110
RESUME
Sejak sebulan SMRS pasien mengeluh semakin sering buang air kecil.
Hal ini telah mulai dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, namun akhir-akhir ini
hal tersebut semakin mengganggu aktivitas sehari-harinya. Keluhan ini sering
muncul pada malam hari ketika pasien tertidur, sehingga pasien tidak dapat
tertidur dengan nyenyak. Pasien sering kali merasa haus dan lapar. Pasien
juga sering merasa lemas (+), kesemutan di kedua ekstremitas (+), dan berat
badan menurun (+). Riwayat penyakit keluarga kencing manis (+) pada ibu.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80, nadi 100x/mnt,
RR 20x/mnt, suhu 36,6C, BMI 20,7 kg/m2 (normoweight). Laboratorium
32
didapatkan Hb= 13 g/dl, Hct= 39%, Trombosit = 229, Eritrosit= 4,40 106/
L, Leukosit: 12,4 x103 / L, GDS= 229 mg/dl, GDP= 196 mg/dL.
V. DIAGNOSIS
Diabetes Mellitus tipe 2
VI.
TUJUAN TERAPI
Menurunkan kadar gula darah sehingga dapat mengurangi gejalagejala yang dikeluhkan pasien.
VII. TERAPI
A. Non Farmakologis
1. Edukasi kepada pasien mengenai penyakit Diabetes mellitus dan
komplikasinya
2. Edukasi kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan rendah gula
dan kalori
3. Edukasi kepada pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik dan
melakukan latihan jasmani
B. Farmakologis
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Poli Klinik Interna
12 September 2014
Dokter : dr. Ayu
R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
1 dd tab 1 a.c
Pro : Tn. M (60 tahun)
No. RM : 01263543
Alamat: Jebres, Surakarta
33
VIII.
PEMBAHASAN OBAT
A. Peresepan
Pasien diedukasi, melaksanakan diet, dan latihan jasmani,
kemudian dievaluasi selama kurang lebih 4 minggu. Jika ketiga terapi
non farmakologis tersebut tidak mampu memenuhi tujuan terapi maka
diberikan intervensi farmakologis.
Intervensi farmakologis yang diberikan sesuai dengan standar
pelayanan medik ilmu penyakit dalam RSUD Dr. Moewardi adalah
golongan sulfonilurea atau penghambat Glukosidase alfa.
Sulfonilurea merupakan obat yang digunakan sebagai terapi
farmakologis pada awal pengobatan DM, karena mempunyai efek
utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Dosis
pemberian sulfonilurea khususnya Glibenklamid 2,5 mg adalah 1-2 x
pemberian per hari.
R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XV
1 dd tab 1 a.c
Pro : Tn. M (60 tahun)
Kemudian dievaluasi 2-4 minggu kemudian bila tujuan terapi
tidak tercapai ditambahkan satu macam obat dari golongan biguanid.
R/ Glibenklamid tab mg 5 No. XV
1 dd tab 1 a.c
R/ Metfomin tab mg 500 No. XXI
3 dd tab 1 d.c
Pro : Tn. M (60 tahun)
Evaluasi dilakukan setiap minggu selama 4 minggu. Jika tetap
tidak ada respon terapi, diberikan kombinasi dengan golongan
penghambat glukosidase .
R/ Glibenklamid tab mg 5 No. XV
1 dd tab 1 a.c (sebelum makan)
R/ Acarbose tab mg 50 No. XXI
3 dd tab 1 d.c (bersama suapan pertama)
R/ Metfomin tab mg 500 No. XXI
3 dd tab 1 d.c
Pro : Tn. M (60 tahun)
34
Mekanisme Kerja
Golongan
obat
ini
sering
disebut
sebagai
insulin
secretagogeus, kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul selsel Langerhans pankreas. Rangsangannya melalui interaksinya
dengan ATP-sensitive K channel pada membran sel-sel yang
menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan
membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca ++
akan masuk sel , merangsang granula yang berisi insulin dan akan
terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan
peptida-C. Kecuali itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens
35
Farmakodinamik
Memiliki efek hipoglikemik yang poten (200 kali lebih kuat
daripada Tolbutamida) sehingga pasien perlu diingatkan untuk
melakukan jadwal makan yang ketat. Glibenklamid efektif dengan
pemberian dosis tunggal.
3.
Farmakokinetik
Absorpsi OHO sulfonilurea melalui usus baik sehingga
dapat diberikan per oral. Setelah diabsorbsi, obat ini tersebar ke
seluruh cairan ekstra sel. Dalam plasma sebagian besar pada
protein plasma terutama albumin (70-99%).
Studi menggunakan glibenklamid yang dilabel radioaktif
menunjukkan bahwa, glibenklamid diserap sangat baik. Mula kerja
(onset) glibenklamid: kadar insulin serum mulai meningkat 15-60
menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam darah
tercapai setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam
setelah pemberian, kadar dalam plasma hanya tinggal sekitar 5%.
Masa kerja sekitar 15-24 jam. Metabolisme glibenklamid
sebagian besar berlangsung dengan jalan hidroksilasi gugus
sikloheksil yang menghasilkan satu metabolit dengan aktivitas
sedang dan beberapa metabolit inaktif. Metabolit utama (M1)
merupakan hasil hidroksilasi pada posisi 4-trans, metabolit kedua
(M2) merupakan hasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit
lainnya belum teridentifikasi. Semua metabolit tidak ada yang
diakumulasi, hanya 25-50 % metabolit diekskresi melalui ginjal,
36
b.
Porfiria
c.
d.
5.
e.
f.
DM dengan kehamilan
g.
Alkoholisme akut
Efek Samping
Efek samping OHO golongan sulfonilurea umumnya ringan
37
toleransi
glukosa;
Antagonis
Hormon:
4-kuinolon,
meningkatkan
efek
menurunkan
efek
sulfonamida
sulfonilurea;
sulfonilurea
dan
Antibakteri
(mempercepat
trimetoprim):
rifampisin:
metabolisme);
Hormon
steroid:
estrogen
dan
progesterone
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswarna S (2000). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi
FK UI. Hal: 467-481.
2. Mansjoer A, et al. (2001). Kapita selekta kedokteran edisi III. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2006). Konsensus Pengelolaan
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia. Semarang.
4. Powers CA (2005). Harrisons Principle of Internal Medicine 16 th. North
America: Medical Publishing Division Mc Graw-Hill.
5. Soegondo S (2006). Buku Ajar : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal :1852-1863.
6. Suyono S (2007). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta:
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Slamet S., Sarwono W., Sidartawan S., Pradana S., Imam S., Gatut S., Jose
R.L.B.,
8. Tastekin D., Atasaver M., Adiguzel G., Keles M., and Tastekin A (2006).
Hypoglicemic effect of artemisisa herba alba in experimental hyperglicemic
rats. Bull Vet Inst Pulawy 50, 235-238.
9. Baxter JD, Young WF, Webb P (2003). Cardiovascular Endocrinology:
Introduction. Endocrine Reviews 24(3):253260
40