You are on page 1of 15

Laporan Praktikum

PLANT ANATOMY AND PHYSIOLOGY

PENETAPAN KUOSIEN CO2 RESPIRASI


JARINGAN TUMBUHAN

DISUSUN OLEH

Dika Muftia Patappa


NIM F05112072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

ABSTRAK

Kuosien Respirasi (KR) merupakan angka perbandingan antara volume


CO2 yang dibebaskan dengan volume O2 yang diabsorpsi secara simultan oleh
jaringan dalam periode waktu tertentu pada suhu & tekanan tertentu. Pada
praktikum ini kami akan mengamati respirasi yang terjadi pada kecambah kacang
hijau dengan memperhatikan kuosien respirasinya. Hal ini kami lakukan untuk
mengetahui berapa banyak O2 yang dihirup oleh kecambah kacang hijau serta CO 2
yang dilepaskan pada waktu tertentu dengan dan tanpa menggunakan NaOH.
Kita dapat menghitung Kuosien respirasi dari kecambah kacang hijau.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal tersebut diatas, maka diadakanlah
suatu praktikum. Praktikum ini diadakan di laboratorium biologi FKIP Untan pada
hari Kamis dan Jumat, 11 dan 12 April 2014.
Praktikum dilakukan dengan membandingkan 2 perlakuan. Perlakuan
pertama kecambah di biarkan di suhu ruang (25C) sedangkan perlakuan kedua
kecambah ditaruh di dalam oven bersuhu 40. Hasilnya kecambah yang di taruh di
dalam oven memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan diruangan
terbuka. Faktor yang mempengaruhi tersebut dipengaruhi oleh suhu, ketersediaan
oksigen, dan CO2.
Kata kunci : Respirasi, Laju Respirasi, CO2, O2, Jumlah Kadar CO2,
Phaseolus radiatus, Suhu, Titran.

PENDAHULUAN
Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam
sel, berlangsung secara aerobik maupun aneorobik. Dalam repirasi aerobik ini
diperlukan CO2 serta energi, sedangkan dalam proses respirasi secara aerob
dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa lebih CO2 di
ketahui nilai KR untuk karbohidrat = 1 , protein < 1 (0,8 0,9) lemak <1 (0,7)
asam organik >1 (1,33) (Pandey dan Sinha ,1995).

Pada dasarnya respirasi memiliki 2 fungsi utama , yang pertama adalah


sebuah proses yang menghasilkan produksi senyawa reaktif atau penyusunpenyusun khusus yang penting dalam hal konstituensi pembentukan sel. Yang
kedua adalah sebuah proses dimana energi dilepaskan dan dimanfaatkan
sedemikian rupa untuk menghasilkan pembentukan struktur sel serta dalam
melakukan kerja (Curtis and Clark, 1950).
Proses respirasi diawali oleh adanya penangkapan O2 dari lingkungan.
Proses-proses transport yang dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung
dengan cara difusi, melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma, dan membrane
sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi
keluar sel dan masuk kedalam ruang antar sel. Kemudian dinding dalam respirasi
respirasi tersebut dalam beberapa tahapan diantaranya yaitu dekarboksilase,
oksidasi,

siklus

asam

sitrat,

dan

transportasi

elektron (Najiyanti dan

Danarti, 1999).
Pada respirasi, oksigen digunakan dan karbondioksida dibebaskan. Oleh
karena didalam cahaya kedua proses itu berlangsung dalam waktu yang sama di
dalam sel-sel tumbuhan, maka akan diketahui sejauh mana pula produk tersebut
dimanfaatkan. Bukti menunjukkan bahwa karbondioksida yang dibentuk dalam
respirasi dapat digunakan dalam proses fotosintesis, sedangkan oksigen yang
dibebaskan dalam fotosintesis dapat dimanfaatkan dalam respirasi. Pada intensitas
cahaya yang rendah, kedua proses itu tetap seimbang, sehingga baik oksigen
maupun karbondioksida tidak ada yang masuk maupun yang keluar dari daun.
Intensitas cahaya yang memungkinkan tercapainya keseimbangan dinamakan titik
kompensasi (Tjitrosomo, 1980).
Respirasi merupakan reaksi dari 50 atau lebih reaksi komponen. Masing
masing dikatalis oleh komponen berbeda. Respirasi merupakan oksidasi yang
berlangsung dalam medium air, dengan pH mendekati netral. Pada saat suhu
sedang dan bertahap

menyebabkan

energi

menjadi

ATP

(Salisbury

dan Ross, 1995).


Perbandingan antara respirasi dan fotosintesis dapat dilihat dari beberapa
perbedaan. Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup , bahan baku utama

adalah glukosa dan oksigen, berlangsung setiap waktu ( baik siang dan malam),
merupakan proses pelepasan/penggunaan energi, menghasilkan karbondioksida
dan air. Sedangkan fotosintesis terjadi hanya pada organisme yang memiliki
klorofil yang berisi sel-sel, bahan baku utama adalah karbondioksida dan air,
berlangsung hanya jika tersedia cahaya matahari, merupakan proses menghasilkan
energi, menghasilkan glukosa dan juga oksigen (Brimble, 1960).
Pada kebanyakan tanaman, karbohidrat dengan komposisi utama [CH 2O]n
secara kuantitatif, substrat yang paling penting dalam metabolisme pernafasan.
Kerusakan aerobik yang lengkap akan karbohidrat dapat dirumuskan sebagai
kebalikan dan produksi fotosintesis glukosa (Mohr and Schopfer, 1995).
Metabolisme pernafasan dijelaskan terjadi ketika Oksigen tersedia yang
disebut dengan aerobik. Ketika Oksigen kurang (tidak tersedia) proses respirasi
akan menjadi anaerobik. Dalam proses tersebut, asam piruvat akan dirubah
menjadi alkohol atau asam laktat. Respirasianaerob terjadi pada bagian akar
adalah ketika akar kehilangan Oksigen karena tanah tergenang air maupun banjir
(Poincelot, 1979).
Untuk tujuan yang lebih penting, tingkat respirasi dapat dinilai dan
diprediksikan sebagai konsep penggunaan pertumbuhan dan pemeliharaan
respirasi. Dalam proses ini (lebih dari proses biokimia) secara perbedaannya dapat
mengetahui proporsi dalam fotosintesis yang digunakan untuk memberikan energi
dalam hal melakukan sintesis terhadap struktur dan penyusunnya serta proporsi
energi yang digunakan dalam memperbaharui protein yang telah mengalami
degradasi (Milthorpe and Moorby, 1988).
Tingkat respirasi yang rendah telah dilaporkan terdapat pada benih yang
kering meskipun diartikan sebagai relatif karena benih tersebut memiliki kadar air.
Contohnya benih/biji yang sedang dalam penyimpanan keringmempunyai kadar
air 10-15% (Bewley and Black, 1983).
Gas CO langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH tidak.
2
4
Dengan berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH,
maka perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk

konsentrasi CH4. Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat
diabaikan karena bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32-

(Bhat,

1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu: 1)
Faktor internal . Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak
jumlah CO2 yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju
respirasi, pada buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju
respirasi akan semakin cepat. Produk yang lebih kecil ukurannya mengalami laju
respirasi lebih cepat daripada buah yang besar, karena mempunyai permukaan
yang lebih luas yang bersentuhan dengan udara sehingga lebih banyak O 2
berdifusi ke dalam jaringan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit
yang tebal, laju respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme
akan lebih aktif 2) Faktor eksternal . Umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali
tiap kenaikan 10C. Pemberian etilen pada tingkat pra-klimaterik, akan
meningkatkan respirasi buah klimaterik. Kandungan oksigen pada ruang
penyimpanan perlu diperhatikan karena semakin tinggi kadar oksigen, maka laju
respirasi semakin cepat. Konsentrasi CO2 yang sesuai dapat memperpanjang umur
simpan buah-buahan dan sayuran karena terjadi gangguan pada respirasinya
(Pantastico, 1993).
Mutu benih mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetis, serta memenuhi
persyaratan kesehatan benih. Mutu fisik benih diukur dari kebersihan benih,
bentuk, ukuran, dan warna cerah yang homogen serta benih tidak mengalami
kerusakan mekanis atau kerusakan karena serangan hama dan penyakit. Mutu
fisiologis diukur dari viabilitas benih, kadar air maupun daya simpan benih. Mutu
genetik dapat diukur dari tingkat kemurniannya(Mugnisyah dkk., 1994) .
Respirasi merupakan pemecahan bahan-bahan kompleks dalam sel, seperti
gula dan asam-asam organik menjadi molekul sederhana seperti karbon dioksida
dan air, bersamaan dengan terbentuknya energi dan molekul lain yang dapat
digunakan sel untuk reaksi sintesa (Wills dkk., 1981).

Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketesediaan substrat. Tersedianya


substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi
dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia
cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat (Pradana, 2008).
Laju respirasi menunjukan pentunjuk yang baik untuk daya simpan buah
setelah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya
metabolisme dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai
potensi daya simpan buah. Besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan
pengukuran perbandingan CO2 terhadap O2, dinamakan Kuosien Respirasi(RQ).
Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur yang pendek. Hal ini
merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya sebagai bahan pangan
(Phan dan Muchtadi , 1993).
Koefisien respirasi (KR) merupakan perbandingan antara CO2 yang
diproduksi dan O2 yang dikonsumsi, yang menggambarkan jenis nutrien yang
dipakai dan dimanfaatkan pada proses metabolisme untuk menghasilkan energi.
Nilai KR untuk metabolisme karbohidrat adalah 1,0; protein 0,8 dan lemak 0,7
(Eckert, 1989).

METODOLOGI
Praktikum Penetapan Kadar CO2 Respirasi Jaringan Tumbuhan ini
dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan pada hari Kamis,
10 April 2014 dari pukul 15.30 hingga selesai. Kemudian dilanjutkan keesokan
harinya Jumat, 11 April 2014.
Praktikum ini menggunakan alat antara lain yaitu pipa kapiler bengkok,
erlenmeyer, gelas kimia, tabung reaksi kecil, buret dan pipet tetes. Sedangkan
bahan yang digunakan antara lain yaitu kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus), NaOH 10 N, vaselin dan metilen blue.
Mula-mula yang dilakukan adalah memasukkan NaOH 10 M sebanyak 10
ml ke dalam botol selai sebanyak 4 buah. Selanjutnya 5 gr kecambah kacang hijau

ditimbang dan kemudian dibungkus dengan kain kasa lalu dimasukkan ke dalam
masing-masing botol selai dengan keadaan menggantung (jangan terkena NaOH)
selanjutnya botol dibungkus dengan aluminium foil dan ditutup dengan tutup
botol selai. Lalu kemudian dimasukkan 2 botol selai dalam oven dengan suhu 40
C dan diletakkan 2 botol lainnya pada suhu ruang selama 24 jam.
Kemudian setelah 24 jam maka praktikan mengambil 2 ml NaOH pada
masing-masing botol selai lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan kemudian
praktikan menambah 3 tetes indikator PP dan larutan BaCl2 0,2 M sebanyak 0,5 ml
kedalamnya. Langkah selanjutnya praktikan menitrasi dengan HCl 1 M sampai
larutan berubah warna menjadi pink ( merah muda). Dan terakhir kadar CO2
dihitung.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Praktikum Pengamatan Pengaruh Suhu terhadap kadar CO2

No

Perlakuan

Ulangan

Kadar CO2

.
1

Suhu Oven 40oC

1
2
3

36
42
33
38,67
32
40
38
36,67

Rata-rata
2.
Suhu Kamar
Rata-rata

1
2
3

Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang


dilakukan dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau
diperlukan dan menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah

energi. Percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui laju respirasi dan
menentukan kuosien respirasi dari tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus).
Pada dasarnya, proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang
digunakan dalam metabolisme dan proses pertumbuhan serta perkembangan untuk
menjadi sebuah tanaman dewasa. Semakin besar suatu tanaman, maka makin
besar pula kebutuhannya akan energi sehingga dalam respirasinya memerlukan
oksigen yang banyak pula. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi
suatu organisme antara lain: umur atau usia organisme tersebut, bobot dari
kegiatan yang dilakukan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan
sekitar, serta cahaya juga mempengaruhi rata-rata pernapasan.
Koesien respirasi (KR) ialah rasio molekul (volume) CO 2 yang dilepaskan
oleh jaringan pada periode waktu tertentu dan molekul (volume) O 2 yang diambil
(Tjondronegoro 2010). Besar kecilnya nilai koesien respirasi ini dipengaruhi oleh
bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi
tersebut dengan kondisi lainnya
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut berpengaruh
terhadap laju respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu yang lebih tinggi
yaitu 40C melepaskan lebih banyak dari pada rangkaian kecambah pada suhu
25C. Jumlah yang dilepaskan dapat dilihat dari banyaknya HCl yang dibutuhkan
saat titrasi.
Kecambah dibungkus dengan kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang
cukup besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah yang
dapat dilewati oleh oksigen dan karbon dioksida pada saat proses respirasi.
Kecambah dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini
bertujuan agar tidak ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil
pengamatan seperti oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada
karbon dioksida yang keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan
basa kuat yaitu NaOH, NaOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan
dengan Karbon dioksida hasil dari respirasi kecambah. NaOH yang mengikat
karbon dioksida

akan membentuk natrium bikarbonat yang merupakan

karbondioksida terlarut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :

2NaOH + CO2

Na2CO3 + H2O

Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa
(NaOH) dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang digunakan
adalah asam kuat HCl. Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO 2 yang
terikat NaOH. Sebelum dititrasi dengan HCL, larutan dari rangkaian praktikum
diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan BaCl

sebanyak 0,5 ml,

penambahan BaCl berfungsi untuk mengendapkan karbon dioksida yang telah


diikat oleh NaOH. Persamaan reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :
BaCl2 + Na2CO3

BaCO3 + 2 NaCl

Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh


hal ini disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan
dengan BaCl2. Selanjutnya larutan tersebut diteteskan indicator fenolptalein
(indicator pp). Indikator yang berwarna merah ini menyebabkan larutan berubah
warna menjadi merah muda. Indicator pp berfungsi untuk memudahkan
mengamati perubahan warna ketika larutan dititrasi. Kemudian larutan dititrasi
dengan asam kuat yaitu HCl dengan menggunakan pipet tetes hingga larutan
berubah warna menjadi bening kembali. Warna dapat kembali bening
menunjukkan bahwa larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam sehingga
larutan menjadi netral. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
NaOH + HCl

NaCl + H2O

Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses


repirasi aerob berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi
dengan kata lain semakin banyak karbon dioksida yang dilepaskan maka semakin
banyak HCl yang diperlukan saat titrasi, dan begitu pula sebaliknya. Hcl berfungsi
sebagai peniter (zat penitrasi) dalam penitrasi ini
Pada botol 1 (dilakukan 3 kali percobaan) memerlukan volume HCl
berturut-turut sebanyak 1,8 ml, 2,1ml, dan 1,9ml untuk mengubah larutan menjadi
berwarna merah muda sedangkan kadar CO 2 yang dikeluarkan berdasarkan
perhitungan rumus yaitu berturut turut sebesar 36, 42, dan 33 ml/L. Jika dirataratakan sebesar 38,67 ml/L. Sedangkan pada botol 2 di suhu ruang memerlukan

volume HCl sebanyak 9 ml untuk mengubah warna larutan dan kadar CO 2 yang
dikeluarkan sebesar 72 ml/L.
Untuk perlakuan dalam oven (40C) pada botol 1 memerlukan volume
HCl sebanyak 1,6 ml, 2,0 ml, dan 1ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar
36,37 ml/L. Pada botol 2 yang ditaruh di oven memerlukan volume HCl sebanyak
ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 28 ml/L.
Berdasarkan data yang didapat tersebut maka dapat diketahui bahwa laju
respirasi dipengaruhi oleh suhu dan CO2.

Selain itu juga dipengaruhi oleh

oksigen. Menurut Salisbury (1995) Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan
spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan
25C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35C, laju respirasi tetap
meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun.
Beikut merupakan reaksi kimia yang terjadi pada saat respirasi kecambah
biji kacang hijau:
i)

CO2 (g)

CO2 (l)

(ii) CO2 (l) + NaOH (aq)

NaHCO3

(iii) NaOH(aq) + NaHCO3 (aq)


(-) CO2 (g) + 2NaOH (aq)

Na2CO3 (aq) + H2O (l)


Na2CO3 (aq) + H2O (l)

Saat dititrasi dengan HCL, maka terjadi reaksi :


(iv) CO2 (g) + 2NaOH (aq)

Na2CO3 (aq) + H2O (l)

(v) Na2CO3 (aq) + BaCl2 (aq)

2NaCl (aq) + BaCO3 (aq)

(vi)

BaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)

BaCO3 + 2HCl

KESIMPULAN
Kecambah yang di taruh di dalam oven memiliki laju respirasi yang lebih
rendah dibandingkan diruangan terbuka. Faktor yang mempengaruhi tersebut
dipengaruhi oleh suhu, ketersediaan oksigen, dan CO2.

SARAN
Semoga praktikum selanjutnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Bewley, J.D. and M.Black.1983.Physiology and Biochemistry of Seeds. SpringerVerlag
Berlin Heidelberg.New York.
Bhat,V.1999.Mass Transfer with Complex Chemical Reaction in Gas Liquid system. Two
step Reversible Reaction with unit stoichiometric and Kynetic Orders.Chemical
Enggineering.
Brimble, L.J.F.1960.Intermediate Botany.Mc.Millan and Company Limited.ST Martins
Press Inc.New York.
Curtis,O.F. and D.G. Clark.1950.An Introduction to plant Physiology.Mc.Graw Hill Book
Company Inc.New York.
Eckert,R.,R.David and A.George. 1989. Physiology.Mechanisme and Adaptation Third
edition. Prentice and Hall. New York.
Fitter,A.H. dan R.K.M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.Gadjah mada
University Press.Yogyakarta.
Gabriel,J.F.2001. Fisika Lingkungan. Hiprokates.Jakarta.
Miller, E.C.1991. Plant Physiology With Reference to The Green Plant.Tata Mc
Grrow.Hill Book Company Inc.New York
Milthorpe,F.L. and J.Moorby.1998. An Introduction crop PhysiologySeed Second Edition.
Cambridge University Press. Sydney.
Mohr,H.

And P. Schopfer.1995.
Heidelberg.Berlin.

Plant

Physiology.

Springer-Verlag

Mugnisyah,W.Q.,A.Setiawan,Suwarto,C.Santiwa.1994.
Panduan
Praktikum
Penelitian Bidang ilmu dan teknologi Benih. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Berlin
dan

Njiyati,S. Dan Danarti.1999. Palawija Budidaya dan Analisa Usaha Tani.Penebar


swadaya.Jakarta.
Pandey, S.N dan Sinha, B.K.1995. Plant Physiology. Vikas Publishing Pvt Ltd.New delhi.

Pantastico, E.R.B. 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan BuahBuahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah Kamariyani.
UGM-Press. Yogyakarta.
Pantastico, E.R.B. 1984. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan BuahBuahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah Kamariyani.
UGM-Press. Yogyakarta.
Phan,

L. dan D.Muchtadi.1993.Fisiologi
Press.Yogyakarta.

Tanaman.

Gadjah

mada

University

Poincelot,R.P.1979. Horticulture Principles and Practical Aplication. Prentice-Hall.Inc


Englewood Cliffs.New Jersey.
Purwono dan R.Hartono.2008. Kacang Hijau.Penebar Swadaya.Jakarta
Salisbury dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung
Tjitrosomo,S.S.1980.Botani Umum.Angkasa.Bandung.
Wills, R.B.H., T.H. Lee, P. Graham, W.B. McGlasson and E.G. Hall. 1981. Post Harvest :
an Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and Vegetable. New
South Wales University-Press. Australia.

LAMPIRAN

Kadar Co2 =

Hasil penghitungan kadar CO2 :


a. Suhu Oven
1.

Kadar CO2 =

1000 x 1,8 x 40
1000 x 2

= 36

2.

Kadar CO2 =

1000 x 2,1 x 40
1000 x 2

= 42

3.

Kadar CO2 =

1000 x 1,9 x 40
1000 x 2

= 38

1000 x 1,6 x 40
1000 x 2

= 32

b. Suhu Ruang
1.

Kadar CO2 =

2.

3.

Kadar CO2 =

1000 x 2 x 40
1000 x 2

Kadar CO2 =

1000 x 1,9 x 40
1000 x 2

= 40

= 38

You might also like