You are on page 1of 26

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia belum
mampu memberdayakan potensi ekonomi maritim. Negeri ini
juga belum mampu mentransformasikan sumber kekayaan laut
menjadi sumber kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Indonesia bagaikan negara raksasa yang masih tidur.
Indonesia juga memiliki posisi strategis, antar benua yang
meng-hubungkan negara-negara ekonomi maju. Posisi geopolitis
stra-tegis tersebut memberikan peluang Indonesia sebagai jalur
eko-nomi. Pasalnya beberapa selat strategis yang merupakan
jalur perekonomian dunia berada di wilayah NKRI, yakni, Selat
Malaka, Selat Sunda,. Selat Lombok, Selat Makassar dan Selat
Ombai-Wetar. Potensi geopolitis ini dapat digunakan Indonesia
sebagai

kekuatan

Indonesia

dalam

percaturan

politik

dan

ekonomi antar bangsa.


Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia
memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km persegi yang terdiri dari
wilayah teritorial sebesar 3,2 juta km persegi dan wilayah Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km persegi. Selain
itu, terdapat 17.504 pulau di Indonesia dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km persegi. Dengan cakupan yang demikian
besar dan luas, tentu saja maritim Indonesia mengandung
keanekaragaman alam laut yang potensial, baik hayati dan non
hayati.

Sehingga,sudah seharusnya sektor kelautan dijadikan

sebagai

penunjang

perekonomian

negara

ini.

Berdasarkan

catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sumbangan


sektor perikanan terhadap produk domestik bruto (PDB) memiliki
1

peranan strategis. Terutama diban-dingkan sektor lain dalam


sektor perikanan maupun PDB nasional.
Pada tahun 2008 saja tercatat PDB pada subsektor perikanan
men-capai angka

Rp 136,43

triliun. Nilai ini memberikan

kontribusi ter-hadap PDB kelompok pertanian menjadi sekitar


19,13 persen atau kontribusi terhadap PDB nasi onal sebesar
2,75 persen. Hingga tri-wulan ke III 2009 PDB perikanan
mencapai Rp128,8 triliun atau memberikan kontribusi 3,36
persen terhadap PDB tanpa migas dan 3,12 persen terhadap PDB
nasional.
Di antaranya, tanaman bahan makanan sebesar Rp347,841
triliun,

per-ikanan

Rp136,435

triliun,

tanaman

perkebunan

Rp106,186 triliun, pe-temakan Rp82,835 triliun, dan kehutanan


Rp32,942 triliun. Kemudian hingga triwulan III 2009, PDB
kelompok pertanian, petemakan, ke-hutanan, dan perikanan
sebesar Rp 654,664 triliun. Dengan rincian, ta-naman bahan
makanan

Rp331,955

triliun,

perikanan

Rp128,808

triliun,

tanaman perkebunan Rp 84,936 triliun, petemakan Rp 76,022


triliun, dan kehutanan Rp 128,808 triliun. Dari jenis sektor dalarn
kelompok pertanian, perikanan yang memiliki kenaikan rata-rata
tertinggi sejak tahun 2004-2008 sebesar 27,06 persen. Kemudian
sektor

tanaman

perkebunan

bahan

21,22

makanan

persen,

20,66

petemakan

persen,
19,87

tanaman

persen,dan

kehutanan 18,81 persen.


Catatan ini, semakin menguatkan anggapan bahwa sektor
maritim sangat potensial dikembangkan sebagai penunjang
ekonomi nasio-nal. Tentu saja, sektor kelautan tidak hanya
menghasilkan
kepulauan

produk

terbesar

di

perikanan.
dunia

Ironis,

dengan

sebagai

sumber

daya

negara
alam

berlimpah, perekonomian Indonesia ma-lah semakin terpuruk.


Hutang

negarapun

terus

menggunung.

Jum-lahnya

tidak

tanggung-tanggung, mencapai Rp164,4 triliun atau mengambil


13,68 persen dari anggaran belanja negara 2011.
Melambungnya

hutang

tahun

ini

disebabkan

adanya

peningkatan hutang jatuh tempo. Total hutang pemerintah yang


membengkak pada Januari 2011 mencapai Rp1.695 triliun atau
naik Rp17,13 triliun dibanding akhir 2010. Bila dikonversi ke kurs
dolar Amerika Serikat, hutang Indonesia sekitar 187,19 miliar
dolar AS. Sementara jika mengacu pada pendapatan kotor
negara sebesar Rp6,422 triliun, rasio hutang Indonesia sebesar
26 persen. Jelas ini angka yang tidak kecil. Pertanyaan besar
muncul,

seberapa

besar

pemanfaatan

sumber

kekayaan

Indonesia sebagai negara kepulauan bisa menutupi hutang yang


menumpuk tersebut?
Guna

menuju

mengarahkan

langkah

pemerintah

ini

diperlukan

harus

fokus

komitmen

pada

yang

perekonomian

nasional di bidang maritim. Ini karena Indonesia memiliki potensi


pembangunan eko-nomi maritim yang besar dan beragam serta
belum

sepenuhnya

dikelola.

Berbagai

sektor

dapat

dikembangkan dalam upaya me-majukan dan memakmurkan


perekonomian negara, mulai dari pe-rikanan tangkap, perikanan
budidaya,

industri

pengolahan

hasil

perikanan,

industri

bioteknologi maritim, pertambangan dan ener-gi, pariwisata


bahari, angkutan laut, jasa perdagangan, industri maritim,
pembangunan
berharga
lingkungan,

maritim

(konstruksi

dan

warisan

budaya

(cultural

heritage),

konservasi

sampai

dengan

biodiversitasnya.

dan

rekayasa),

benda
jasa

Konsenterasi pembangunan perekonomian di bidang maritim


diharapkan

dapat

mengatasi

keterbatasan
3

pengembangan

ekonomi berbasis daratan dan stagnasi pertumbuhan ekonomi.


Terlebih, laut Indonesia memiliki potensi besar yang mampu
menghasilkan

produk-produk

unggulan.

Banyak

pihak

memprediksi, permintaan produk maritim akan terus meningkat


seiring

dengan

bertambahnya

penduduk

dunia.

Sehingga,

ekonomimaritim diyakini dapat menjadi unggulan kompetitif


dalam memecahkan persoalan bangsa.
Berdasarkan kajian yang dilakukan Pusat Kajian Sumber Daya
Pesisir

dan

Lautan

(PKSPL)

IPB

dan

Badan

Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Puslitbang Oseanologi LIPI pada


tahun 1997- 1998, Incremental Capital Output Ratio (ICOR) untuk
sektor per-ikanan berkisar antara 2,75-3,95. Ini mengindikasikan
subsektor

tersebut

mempunyai

prospek

cukup

baik

bagi

investasi. Sementara sektor pariwisata bahari, merupakan sektor


yang paling efisien dan mempunyai resiko paling kecil dalam
penanaman modal dibandingkan dengan sub sektor lain. Kajian
tersebut merekomendasikan tiga hal yang harus dilakukan
pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional berbasis maritim, yaitu memperbesar dan memperluas diversifikasi
dengan

sektor-sektor
memberikan

maritim,
stimulus

memperbanyak
pada

investasi

sektor-sektor

yang

mempunyai Incre-mental Capital Output Ratio (ICOR) yang relatif


rendah (perikanan dan pariwisata) serta meningkatkan efisiensi
yang mencakup alokasi usaha optimum berdasarkan jenis usaha,
lokasi dan compatibility antar sektor maritim. Adapun selama ini
kontribusi

bidang

pertambangan,

maritim

perikanan

masih

dan

didominasi

sektor-sektor

lain.

sektor
Hal

itu

mengindikasikan jika sektor tersebut dipisah, maka sub bi-dang


yang ada akan memiliki kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan PDB nasional.

B. Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana ekonomi maritime Indonesia?
2. Bagaimana industri, jasa maritim,perikanan sumber daya
migas dan pariwisata bahari?
3. apa itu zona ekonomi ekslusif (ZEE)?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Agar mengatahui bagaimana ekonomi maritime Indonesia
2. Agar
mengetahui
bagaimana
industri,
jasa
maritim,perikanan, sumber daya migas dan pariwisata
bahari
3. Agar memahami zona ekonomi ekslusif (ZEE)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ekonomi Maritim Indonesia
Salah satu potensi perekonomian maritim terbesar yang
dimiliki Indonesia adalah sumber

minyak bumi dan

gas.

Sayangnya Indonesia belum bisa memanfaatkannya secara


maksimal.

Ironisnya, sebagian

besar

sumber-sumber energi

tidak terbaharukan ini dikuasai pihak asing. Padahal sangat


jelas, Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 menyebut "Bumi dan air
dan

kekayaan

alam

oleh

negara

dan

yang

terkandung didalamnya

dipergunakan

untuk

dikuasai

sebesarbesar

kemakmuran

rakyat"

Alih-alih

memakmurkan

rakyat,

membayar hutang negara pun tidak mampu.


Salah satu contoh

sikap

pemerintah

yang

pro terhadap

kepentingan asing adalah polemik blok Migas West Madura.


Sekadar informasi, mulanya saham

West

Madura

dimiliki

Pertamina (50 persen), Kodeco (25 persen), dan CNOOC (25


persen). Sebulan menjelang habisnya masa kontrak, Kodeco
mengalihkan

sebagian

sahamnya ke PT Sinergindo

Cahaya

Harapan dan CNOOC ke Pure Link Ltd, masing-masing sebesar


L2,5 persen. Meski bukan Pemegang saham mayoritas, selama
ini blok West Madura dikelola Kodeco, perusahaan minyak
asal Korea Selatan
Sikap

pemerintah

yang

berpihak

perusahaan asing terlihat

dari

pada

beberapa

kepentingan
kebijakannya.

Pertama, Pertamina sejak Mei 2008 telah lima kali meminta


kepada
dikelola

pemerintah agar blok


BUMN. Sayang,

mengabulkan

West

hingga kini

permintaan

tersebut.

Madura

sepenuhnya

pemerintah

belum

Di sisi lain

proses

pengalihan saharn dari Kodeco dan CNOOC ke PT Sinergindo


Citra Harapan (SCH) dan Pure Link Investment Ltd (PLI) hanya
berlangsung dalam beberapa hari saja. Itupun tanpa tender
yang transparan.
Kedua, porsi saham Pertamina di WestMadura adalah yang
paling besar.

Namun

pada

kenyataannya yang

menjadi

pengelola adalah Kodeco dengan kemampuan produksi hanya


berada pada level 13-14 ribu bph. Di sisi lain, Pertamina
menyatakan sangguP menyedot minyak di ladang itu hingga
30 ribu barel per hari.

Ketiga,

potensi

cadangan

blok

tersebut

menurut

Federasi

Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) cukup besar, yakni


22,22 juta barel minyak dan gas sebesar 219,8 BCFG. Jika
diasumsikan harga minyak mentah 100 dolar AS per barrel
dan gas 4 dolar AS per MMbhr, maka nilai potensi migas blok
tersebut dapat mencapai Rp28 triliun.
Jika blok tersebut

dapat diproduksi

30

ribu

barel

migas

perhari, cadangan tersebut baru habis selama enam tahun.


Setelah dipotong cost recoaery 10 dolar AS perbarel, kekayaan
yang dapat diraup sekitar Rp 4 triliun pertahun. Menyerahkan
pengelolaan kepada Kodeco, Pertamina sebagai BUMN tidak
mendapat keuntungan sebagai operator.
Inilah ironi negara yang kaya migas namun pengelolaannya
justru didominasi pihak asing. Padahal Pertamina sebagai satusatunya BUMN di bidang migas memiliki kemampuan yang tak
kalah

hebatnya

dibanding

perusahaan

asing.

Kondisi

ini

terjadi karena terpasung regulasi yang kapitalistis, khususnya


UU Migas No 22/2001, Pertamina
perusahaan-perusahan

swasta

disejajarkan

termasuk

asing.

dengan
Dalam

praktiknya bahkan cenderung dianaktirikan. Walhasil kekayaan


negara

ini

tidak

dapat

dikuasai

dan dimanfaatkan

secara

optimal untuk kepentingan rakyat.


Dari aspek sumber daya alam, hrdonesia merupakan negara
kaya. limah srrbur kaya mineral, lautan kaya ikan, berbagai
barang tambang strategis, minyak dan gas tertimbun di perut
bumi Indonesia. Namun jika dicermati satu-persatu intervensi
dan

penguasaan

oleh

asing masih

pemanfaatan sumberdaya alat tersebut.

begitu

besar dalam

Berdasarkan

data

Indonesia

dikeluarkan Kementerian
Indonesia

Energy

ESDM,

Statistic

total

cadangan

mencapai 2998 MMSTB (million

barrel). Jumlah ini


penghasil

menempatkan

minyak

terbesar

2009,

Indonesia

yang

minyak

standard

tanker

sebagai

negara

ke-29 di dunia.

Sementara

cadangan gas mencaPai 159,63 TSCF (triliun standard cubic


feet) atau terbesar ke-11 dunia.
Indonesia

merupakan

produsen batu bara

terbesar

ke-15

dunia. Per 2009 cadangan batubara mencapai 126 miliar ton.


Indonesia juga
yang

kaya dengan energi.panas

tersebar

mencapai

di berbagai

28,1

penjuru

bumi (geotermal)

nusantara,

potensinya

GW. Barang Tambang seperti nikel,

emas,

perak, timah, tembaga dan biji besi juga jumlahnya

sangat

melimpah. Bahkan Indonesia diketahui memiliki kualitas nikel


terbaik di dunia.
Namun, kekayaanalam tersebut justru lebihbanyak dinikmati
Negara lain

ketimbang

penduduk

Indonesia.

Berdasarkan

Neraca Energi 2009 dari 346 juta barel minyak mentah yang
diproduksi

di

dalam

negeri. Ironisnya

negeri, 38 persen

pada

saat yang

diekspor

ke

sama indonesia

luar
harus

mengimpor minyak mentah 129 juta BOE, atau 35 persen


dari total produksi dalarn negeri. tri terjadi karena 85 persen
produksi minyak Indonesia dikuasai swasta termasuk asing. Di
sisi lain, rakyat terus dibuat sengsara akibat harga minyak
dinaikkan agar sesuai derrgan standar intemasional.
Demikian

pula

dimonopoli swasta

dengan gas alam


asing.

Sebagian

[rdonesia.

Produksinya

besar hasilnya

dijual ke

luar negeri dengan kontrak-kontrak jangka paniang. Dari total


produksi

459 juta

BOE (banel

of

oil

equfualent)pada2009,

hampir 60 persen diekspor ke luar negeri yang terdiri dari


gas alam (12 persen) dan dalam bentuk LNG 48 persen.
Sisanya dibagi-bagi

untuk

industri

(19

persen),

PLN (10

persen) dan lain-lain.


Padahal dengan jumlah tersebut, kebutuhan domestik sangat
tidak memadai.
pasokan gas.
kekurangan

Seiumlah industri
Hal yang sama

gas,

menjerit-jerit

juga

PLN terpaksa

dialami

menggunakan

kekurangan
PLN.

Akibat

minyak yang

biaya produksinya jauh lebih mahal. Negeri ini amat kaya,


namun perut penduduknya kelaparan. Ibarat anak ayam mati
di lumbung padi.
B. Industri dan Jasa Maritim
Sebagai

negara

seharusnya

maritim terbesar

Irrdonesia

menjadi

bangsa

di

dunia

yang

sudah

makmur

dan

disegani. Namun, kenyataannya dengan potensi sumber daya


alam yang
Apalagi
Lrdonesia

berlimpah,

di bidang

negara

industri

ini

seakan

tak

berdaya.

maritim, roda perekonomian

lumpuh terpenjara

oleh

kepentingan asing. Luas

laut Indonesia yang mencapai 5,8 juta km persegi, terdiri


dari 0,3 juta km persegi perairan teritorial, 2,8 juta km
persegi perairan

pedalaman

dan kepulauan

persegi Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), serta

2,7 juta

km

dikelilingi lebih

dari 77.504 pulau, menyimpan kekayaan yang luar biasa. Jika


dikelola dengan baik, potensi kelautan Indonesia diperkirakan
dapat memberikan penghasilan lebih dari 100 miliar dolar AS
per

tahun.

Namun yang

dikembangkan

kurang

dari 10

persen.
Melihat besarnya potensi laut nusantara, sudah seharusnya
Indonesia mempunyai

infrastruktur
9

maritim

kuat, seperti,

pelabuhan yang lengkap dan modern; sumber daya manusia


(SDM) di

bidang

maritim yang

berkualitas;

serta

kapal

berkelas, mulai untuk jasa pengarigkutan manusia, barang,


migas, kapal

penangkap

ikan

sampai dengan

armada

TNI

Angkatan Laut (AL).


Namun kondisi ideal tersebut sulit tercapai. Hai ini terjadi
karena industri
benar.

maritirn

Indonesia

Sehingga tak satu

pun

tidak

dikelola

negara

dengan

yang segan dan

menghormati Indonesia sebagai bangsa maritim. Negara asing


menempatkan

bangsa

mereka. Ironisnya,

Indonesia sebagai

pemerintah hanya

pasar

produk

berdiam diri

tanpa

melakukan langkah perbaikan.


Padahal,

kedepan

industri

kelautan

hrdonesia

akan

semakin strategis, seiring dengan pergeseran pusat ekonomi


dunia dari bagian Atlantik ke Asia-Pasifik. Hd ini terlihat 70
persen

perdagangan dunia

Pasifik. Secara detail


diperdagangkan

75

dikirim

berlangsung

di

kawasan

Asia-

Persen produk dan komoditas

yang

melalui laut Indonesia

dengan

nilai

sekitar 1.300 triliun dolar AS per tahun.


Potensi ini dimanfaatkan Singapur4 dengan membangun
pelabuhan pusat

pemindahan

(transhipment)

kapal-kapal

perdagangan dunia. Negara yang luasnya hanya 692.7 km


persegi,

dengan

penduduk 4,16juta jiwa

itu

telah

menjacli

pusat jasa transportasi laut terbesar di dunia. Bahkan ekspor


barang dan komoditas Indonesia 70 persen melalui Singapura.
Selama ini sudah menjadi rahasiaumumbila indush'i dan
jasa maritime Indonesia berada di bawah kendali Singapura.
Lihat

saia

sebagian kapal

yang

berlayar

menghubungkan

antar pulau sebagian besar menggunakan bendera negeri The


10

Red Dot, khususnya kapal yang memuat barang-barang terkait


dengan berbagai macam industri.
Sebagai contoh industri perkapalan yang bertebaran di
beberapa tempat di Kepulauan Riau, khususnya di pulau Batam
dan beberapa pulau sekitarnya, termasukpulau Karimun. Di
sana terdapat investasi
pelakunya berasal

bidang

perkapalan

dari negeri yang

sangat

dan

mayoritas

takut

terhadap

KKO Marinir Indonesia.


1. Penghambat Industri Maritim
Di sisi

lain,

banyak

faktor

yang

pembangunan industri maritim nasional.


finansial.
keuangan

Kebijakan
di

sektor

Indonesia

keuntungannya

menghambat

Pertama,

perbankan atau
yang

diperoleh dari

sistem
lembaga

sebagian

besar

penempatan dana

di

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), untuk pembiayaan industri


maritim

sangat tidak

mendukung.

Ini

karena

bunga

pinjaman sangat tinggi. Berkisar antara 11-12 persen per


tahun dengan 100 persen kolateral (senilai pinjaman).
Bandingkan dengan sistem perbankan Singapura yang
hanya mengenakan bunga dua persen+LIBOR dua persen
(total sekitar 4 persen) per tahun. Equity-nya hanya 25
persen sudah bisa mendapatkan pinjaman tanpa kolateral
terpisah.
yang

Sebagai

dibelinya

contoh

bisa

pengusaha nasional

bagi pengusaha

menjadi jaminan.

kapal,

Tidak

kapal

heran, jika

kesulitan mencari pembiayaan

untuk

membeli kapal, baik baru maupun bekas melalui sistem


perbankan Indonesia.

11

Kedua, sesuai dengan Kepmenkeu No 370/KMK.03/2003


tentang Pelaksanaan

Pajak

Pertambahan

Nilai yang

Dibebasknn Atas impor dan/atau Penyerahan Barang Kena


Pajak

Tertentu

dan/atau

Penyerahan Jasa

Kena Pajak

Tertentu, bahwa sektor perknpalan mendapat pembebasan


pajak. Namun, semua pembebasan pajak itu kembali harus
dibayar

jika

melanggar pasal 16,

tentang

Pajak

Pertambahan Nilai yang terhutang pada impor atau pada


saat

perolehan

Barang Kena

Pajak Tertentu

disetor

kas

Negara apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak


impor digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau
dipindahtangankan.
Artinya,

kebijakan

tersebut

banci. Jika

pengusaha

menjual kapalnya sebelum 5 tahun harus membayar pajak


kepada negara sebesar 22,5 persen dari harga penjualan
PPn 10 persen, PPh impor 7,5 persen dan bea masuk 5
persen). Padahal

di [:rdonesia

jarang

ada

kontrak

penggunaan kapal lebih dari 5 tahurU paling banyak 2


tahun. Supaya pengusaha kapal tidak menanggung rugi
berkepanjangan mereka harus menjual kapal:rya. Namun,
pengusaha

harus membayar

pajak

terhutang

kepada

negara sesuai Pasa1 16 tersebut. Jika demikian, industry


maritim negara ini terhambat oleh kebijakan fiskal yang
dianut.
Ketiga, buruknya kualitas sumber daya maritim Indonesia
menyebabkan

biaya

langsung

industri

maritim menjadi

tinggi. Meskipun gaji tenaga Indonesia sepertiga gaji dari


tenaga kerja asing, tetapi karena rendahnya disiplin dan
tanggun
ditanggung

gSawab,
pemilik

menyebabkan
kapal berbendera
12

biaya yang
dan berawak

harus
100

persen orang Indonesia (sesuai dengan UU No 7712008


tentang Pelayaran) sangat tinggi. Sebaiiknya, jika kapal
berawak

100

persen

asing

yang

mahal,

ternyata

pendapatan perusahaan pelayaran bisa meningkat dua kali


lipat.
Keempat,

persoalan

klasifikasi

industri

maritim

di

tangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan kendali


Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungary PT Biro
Klasifikasi

Indonesia

(BKI), membuat

industri

maritim

Indonesia semakin terpuruk. Semua kapal yang diklasifikasi


atau

disertifikasi

perkapalan

PT BKI,

kelas

dunia.

diduga

tidak diakui

Kalaupun diakui,

asuransi

pemilik kapal

harus membayar premi asuransi sangat mahal.


2. Industri Perkapalan
Indonesia

dengan

perairan

yang luas,

membufuhkan

sarana transportasi kapal yang mampu men;'angkau pulaupulau yang jumlahnya mencapai lebih dari 17.504 pulau.
Tidak

heran

jika

kebutuhan industri

perkapalan

setiap

tahun terus meningkat. Sebagai Negara kepulauan, sudah


seharusnya Indonesia mengembangkan industry perkapalan
nasional. Kebijakan ini didukung dengan adanya Inpres No
5/2005 yang intinya bahwa seluruh angkutan laut dalam
negeri harus diangkut kapal berbendera Indonesia. Tetapi,
permintaan tersebut tidak diimbangi dengan kemampuan
memproduksi kapal.
Industri perkapalan merupakan industri padat karya dan
padat modal yang memiliki daya saing tingg. Karena ih1
dukr:ngan

pemerintah

sebagai

pemegang

kewenangan

sangat penting. Faktor kebijakan moneter dan fiskal, masih


13

sulitrya akses

dana

perbankan dan

menjadi beban

para

pelaku

tingginya

usaha. Industri

bunga

kapal juga

diharuskan membayar pajak dua kali lipat. Masalah lain


adalah minimnya

keterlibatan

perbankan.

enggan

menyalurkan kredit kepada

Mereka

beranggapan,

Perbankan

industri

perkapalan.

industry perkapalan

penuh

risiko

karena kontrol terhadap industri ini sulit.


Selain itu,

masalah

perkapalan terutama

lahan

yang

galangan

digunakan

kapal besar

industri

berada

di

daerah kerja pelabuhan dan hak pengelolaan lahan (HI,L)


dikuasai

PT Pelindo.

Sehingga

Industri perkapalan

masih

sangat tergantung pada HPL. Padahal, jika ada keleluasaan


lahan di pelabuhan bukan tidak mungkin industri kapal
lebih

berkembang. Dalam

pengernbangan

jasa

maritim

hendaknya diarahkan untuk meraih empat tujuan secara


seimbang yakni: (1) pertumbuhan ekonomi tinggi, secara
berkelanjutan dengan industry dan jasa maritim sebagai
salah

satu penggerak

peningkatan

utama

kesejahteraan

khususnya para

(Prime

seluruh

pemangku

mover); (2)

pelaku

kepentingan

yang

usaha,
terkait

industri dan jasa maritim; (3) terpeliharanya kelestarian


lingkungan

dan sumberdaya

maritim; dan (a)

menjadikan

industri dan jasa maritim sebagai salah satu modal bagi


pembangunan
merah yang
pengelolaan

maritim nasional.
dapat terlihat
sumber daya

Sehingga adabenang

antara

oceanpolicy

maritim dengan

industri

dan
dan

jasa maritim sebagai penggerak bagi pertumbuhan sektor


maritim.
3. Industri Perikanan dan Bioteknologi

14

Industri
memiliki

perikanan
nilai ekonomi

dan

bioteknologi

sebesar

diperkirakan

82 miliar dolar

AS

per

tatlun. Namun karena pemerintah belum serius menggaraP


sub

sektor

ini

(berdasarkan kajian

PKSPL

IPB;

2006),Lrdonesia

diperkirakan

kehilangan

potensi

pendapatan

produk-produk

bioteknologi

maritim

dari

sekitar 1 miliar dolar AS per tahun. Hal ini disebabkan


karena

lemahnya aplikasi

bioteknologi

jarangnya

pengusaha

Paclahal

berdasarkan inventarisasi

Kelautan PKSPL IPB,

yang terjun

terdapat

maritim

ke

serta

sektor tersebut.

Divisi Bioteknologi

35.000 biota

laut, sehingga

Indonesia memPunyai potensi pendapatan miliaran dolar


per tahun dari produk-produk bioteknologi.
Negara-negara maju yang memiliki sumberdaya maritim
terbatas, seperti
Serikat
dolar

mereka
AS,

produk

bioteknologi

rnaritim Amerika

mendapat pendapatan

sedangkan

hingga 4,6

Inggns meraup

keuntungan

miliar
dari

sektor ini sekitar 2,3 mihar dolar AS. Pemanfaatan industri


perikanan

dan bioteknologi

ini

meliputi

induski makanan

dan minuman, farmasi, kosmetika dan bioerrergi. Semua


bisa disediakan hrdonesia dengan sumber daya alam yang
ada. Adapun produk-produkyang bisa dihasilkan dari hasil
rekayasabiota laut
suspensi,

Pasta

antara
gigi,

lain

cat,

makanan, tablet,

tekstil perekat,

karet,

salep
film,

pelembab, shampo, lotion dan produk wetlook.


C. Perikanan
Berdasakan

data Kementerian Kelautan

potensi sumberdaya

perikanan

tangkap

dan
6,4 juta

Perikanan,
ton

per

tahun, produksi perikanan tangkap di laut sekitar 4,7 ton per

15

tahun dari jumlah tangkapan yang diperbolehk4p maksimum


5,2 juta ton per tahun sehingga hanya tersisa 0,5 juta ton per
tahun.

Produksi

Tuna

naik 20,17

persen

pada 2007, akan

tetapi produksi Tuna hanya 4,04 per menterian Kelautan dan


Perikanan

telah

merintis kelompok

(POKWASMAS)

di daerah

pengawas

pesisir

masyarakat

di bawah pembinaan

Direktorat Jenderal PSDKP.


Disinggung mengenai kurang optimalnya
dalam melakukan
dengan

perumganan,

tegas membantahnya.

PANNAS

BMKT

Sudirman biasa disapa


Menurutnya,

penanganan

BMKT sudah dilakukan serius dengan cara proses perizinan


survei

dan

penilaian
terkait.

perizinan

tim

teknis

Kemudian

pengangkatan

dan

telah

harus

harus

disetujui

melalui

instansi yang

dimiliki warehause

BMKT

untuk

penanganan BMKT hasil pengangkatan.


Sudirman
harta

menambahkan,

karun,

penggunaan

menurutnya
istilah

penggunaan
dengan

mengenai

diklarifikasi,

harta karun kurang tepat.

istilah

aspek

perlu

penggunaan

harta

ekonomi

karun cenderung

yang

pantinya

kata

dimana

Mengingat,
dikaitkan

akan menjadi

incaran banyak para pemblrru harta karun. Harta karun


yang dikelola
berharga asal

FANNAS BMKT
muatan

sen$iri

kapal

merupakanbenda

yang tenggelam yang

mengandung.aspek seiarah, kebudayaan, ilmu pengetahuan


dan ekonomi. Sampai sejauh ini, Sudirman mengakui jika
kegiatanpencurian BMKT di pantai Utara sen dari seluruh
produksi pedkanan

tangkap.

Jumlah

nelayan

(laut dan

perairan umum) sebesar 2.755.794 orang, akan tetapi lebih


dari 50 persen atau 1.466.666 nelayan berstatus sambilan
utama

dan sambilan

tambahan.
16

jumlah

nelayan

naik

terus, yaitu 2,06 persen pada tahun 2006-2007, sedangkan


ikan makin langka.
D. Zona Ekonomi Eksklusif
Berdasarkan konvensi hukum laut 1982, wilayah perairan
lndonesia meliputi
terdiri
dan

kawasan

seluas

atas perairan kepulauan


laut

sekitar

0,3 juta

3,1

seluas

juta

2,8

meterPersegi

juta

meter persegi

km persegi

Indonesia

juga

memiliki hak berdaulat atas berbagai sumber kekayaan alam


serta

berbagai

2,7 juta

kepentingan

km persegi

kekayaan alam di

dan

laut

yang

melekat pada ZEE seluas

hak partisipasi dalam


lepas

diluar

200

pengelolaan

mil ZEE, serta

pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam dasar

laut

perairan intemasional di luar landas kontinen. Tertuang dalam


pasal 792-232 UNCLOS membebankan kewajiban bagi setiap
negara

pantai

untuk

mengelola dan

melestarikan sumber

daya laut mereka.


Di zona Ekonomi Eksklusif, lndonesia memberlakukan hak
berdaulat untuk tujuan eksplorasi dan eksploitasl pengelolaan
dan pelestarian hidup dan sumber daya alam yang tidak
hidup dari tanah dan subdasar laut dan perairan dan hakhak kedaulatan
eksploras;i

berkenaan

ekonomi

dan

dengan kegiatan

eksploitasi

lain

untuk

zona, seperti produksi

energi dari arus arr, dan angin, dan dari segi yuridis yaitu
pembentukan dan penggunaan buatan, instalasi pulau dan
struktur, penelitian ilmiah

kelautan,

pelestarian

lingkungan

laut, dan hak-hak lain berdasarkan hukum internasional.


Hak

berdaulat Indonesia

ayat 2 deklarasi ini,

sebagaimana

Pemerintah,

dimaksud

sehubungan

dalam

dengan dasar

laut dan lapisan tanah, terus melaksanakan sesuai dengan


17

ketentuan hukum dan peraturan di Indonesia tentang Perairan


Indonesia

dan

Landas

Kontinen

Indonesi4 perjanjian

intemasional dan hukum internasional.


Dalam Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia, kebebasan
navigasi dan penerbangan dan peletakan sub-kabel laut dan
pipa akan terus

diakui

sesuai

dengan prinsip-prinsip

baru

hukum internasional laut. Lalu berikutrya yaitu dimana garis


batas

ZEE

negara
siap,

Indonesia menimbulkan

berdekatan
pada

perundingan

masalah

atau sebaliknya

waktu yang

batas

Pemerintah

tepat untuk masuk

dengan negara yang

dengan

Indonesia
ke

dalam

bersangkutan dengan

maksud untuk mencapai kesepakatan.


Konsep

ZEE

Misalnya, jika

mampu

memberikan

berbagai

ZEE mampu diterapkan

dengan

keuntungan.
baik,

maka

keuntungan ekonomi akan mengikutinya karena sumber daya


perikanan dan lainnya di daerah tersebut sangat melimpah.
Selain

itu,

keuntungan politis

juga

bakal

diperoleh

pemerintah Indonesia, misalnya hasil exercise penetapan garis


batas ZEE di Selat Malaka dapat digunakan sebagai dokumen
teknis dalam perundingan batas ZEE di Selat Malaka dan
apabila hasil penetapan dipakai sebagai klaim unilateral garis
batas

ZEE Indonesia di

sebagai batas

Selat Malaka

operasional

maka

kapal-kapal

dapat

dipakai

TNI AL dalam

penegakkan hak berdaulat NKRI di Selat Malaka.


Diketahui, Batas dalam ZEE adalah batas luar dari laut
territorial. Zona batas luas tidak boleh melebihi 200 mil dari
bibir pantai. Penetapan universal wilayah ZEE seluas 200 mil
akan

memberikan 36

persen

dari

seluruh

total

area laut.

Walaupun ini porsi yang relatif kecil, di dalam area 200 mil

18

yang diberikan menampilkan sekitar 90 persen dari seluruh


simpanan ikan komersial, 87 Persen dari simpanan minyak
dunia, dan 10 persen simpanan mangan.
E. Sumber Daya Migas Dan Mineral
Laut

selain

menjadi

beraneka sumber

daya

sumber

Pangan

energi.

juga

Kini,para

perhatian terhadap

laut sebagai

upaya

terhadap tantangan

kekurangan energi

mengandung

ahli

menaruh

mencari

jawaban

di masa mendatang.

Hasil penelitian Richardson pada 2008 menunjukkan bahwa


sekitar 70 persen produksi minyak dan gas bumi berasal dari
kawasan pesisir dan lautan- Dari 60 cekungan yang potensial
mengandung migas,40 cekungan terdapat di lepas pantai, 14
di pesisir, dan hanya enam di daratan. Potensi cadangan
minyak buminya 11,3 miliar barel dan gas 101,7 triliun kaki
kubik. Belum iama ini, ditemukan jenis energibaru pengganti
BBM berupa gas hidrat dan biogenik di lepas pantai barat
Sumatera selatan, Jawa Barat dan

bagian

utara

Selat

Makassar, dengan potensi melebihi seluruh potensi migas.


Dari hasil penelitian BPPT (1998) dari 60 cekungan minyak
yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen
atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan
itu 10 cekungan telah diteliti secara intensif, 11 baru diteliti
sebagian, sedangkan 29 belum terjamah. Diperkirakan ke-40
cekungan
setara

itu

berpotensi menghasilkan

minyak, namun baru 16,7

106,2

miliar barel

miliar barel yang diketahui

dengan pasti, 7,5 miliar barel diantaranya sudah dieksploitasi.


Sisanya sebesar 89,5 miliar barel bempa kekayaan yang
belum terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah itu
diperkirakan 523 miliar barel terkandung di lepas pantai, dan
19

lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 miliar barel terdapat


di laut dalam. Sementara ifu untuk sumberdaya gas bumi,
cadangan yang

dimiliki Indonesia

mencapai 136,5
rnengalami

Triliun Kaki

kenaikan

bila

sampai dengan

1998

Kubik (TKK). Cadangan

dibandingkan

tahun 1955

ini
yang

hanya sebesar 123,6 Triliun Kaki Kubik. Sedangkan potensi


kekayaan tambang dasar laut seperti aluminium, mangan,
tembaga

zirconium,

nikel,

kobalt,

biji

besi

non titanium,

vanadium, dan lain sebagainya yang sampai sekarang belum


teridentifikasi dengan baik masih diperlukan teknologi yang
maju untuk mengembangkan potensi tersebut.
Selain itu,

Indonesia

dapat

memanfaatkan

potensi

laut

sebagai sumber energi listrik. Yaitu, melalui teknologi panas


laut pasang surut, arus laut, angin, gelombang laut serta
bioenergi dari ganggang laut.
misalnya

memperkirakan

California Energy Commision,

jumlah Tenaga ombak

pecah

di

dunia dapat menghasilkan 2-3 juta megawatt energi, dimana


pada lokasi yrrng tepat ombak bisa membangkitkan energi
sekitar 65 megawatt per mil Panjang pesisir.
Laut juga menyimpan kandu ngan bahan tambang d an
mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Sanra halnya di daratan,
potensi mineral dan tambang terbagi atas tiga kelas sesuai
standar

indonesia,

yaitu A,

B, dan

C. Yang

membedakan

adalah masalah teknis eksploitasi dan penambangannya.

F. Pariwisata Bahari
Negara

bagian

Queensland,

Australia,

dengan

paniang

garis pantai 2.100 kilometer, mampu menghasilkan devisa 2

20

miliar doiarAS dari sektor


Sementara

pariwisata

pada tahun

negara kepulauan Seychelles

Madagaskar

yang

berhasil mendapatkan 70 persen

2002.

amat kecil di
pendapatan

nasionalnya dari wisata bahari, dan menyokong GDP per kapita


(pada 2000) sebesar 7.700 dolar AS yang jumlahnya berlipat
dari Indonesia.
Pembangunan

pariwisata

bahari pada

hakikatrya adalah

upaya mengembangkan dan memanfaatkan obyek serta daya


tarik wisata bahari di kawasan pesisir dan lautan Indonesia.
Apalagi

Indonesia memiliki kekayaan

pantainya

yang indah

alam dan panorama

dengan gelombang pantai

yang

menantang dibeberapa terrrpat serta keragaman flora dan


fauna

seperti

terumbu

karang

dengan berbagai jenis

ikan

hias. Adapun kawasan wisata bahari Indonesia antara lain :


a. Kepulauan Padaido, Biak, Papua
Kawasan wisata bahari ini sangat ideal untuk kegiatan
diaing, wisata
bahari

cruise.

Program

di kepulauan Padaido,

kegiataan

nelayan

pengembangan
antara lain

dengan

wisata

diversifikasi

pengembangan

wisata

memancing menggunakan perahu tradisional nelayan, paket


wisata

selain

pengembangan

di

daerah

kapal

cruiser regional

kapal pinisi dan Sea plane

untuk

tenggelam,

dengan

serta

menggunakan

menjangkau pulau-pulau

kecil.
b. Kepulauan Selayal, Takabone Rate, Sulawesi Selatan
Kawasan wisata bahari ini sangat cocok untuk diving,
snorkeling,

berlayar,

dan

memancing.

Program

pengembangan wisata bahari di Kepulauan Selayar adalah

21

sebagai hub wisata cruise internasional regional, dart cruise


kapal tradisional seperti pinisi Nusantara.
c. Pulau Nias dan Kepulauan Mentawai, Sumatera Utara
Kawasan wisata bahari di Pulau Nias sangat ideal unfuk
selancar dengan

pengembangannya

ekowisata

berbasis

komunitas serta olahraga selancar. Program pengembangan


di kawasan ini lebih fokus

pada penganekaragaman daya

tarik wisata dengan menampilkan budaya daerah.


d. Kepulauan Raja Ampat, Papua barat
Kawasan

wisata bahari

untuk kegiatan

di kepulauan

ini

sangat

ideal

menyelam. Pengembangan kawasan wisata

bahari di Kepulauan Raja Ampat dengan pola partnershrp


MNC (Multi National Companies) yang melibatkan pelaku
industri

wisata bahari,

pemerintahan

daerah

dan

masyarakat setempat.
e. Kepulauan Ujung Kulon dan Anak krakatau, Banten
Kawasan wisata bahari ini ideal untuk kegiatan dfuing
dan

cuise regional

dengan

tema

pengebangannya

ekowisata berbasis konservasi. Program pengembangan di


Kepulauan Ujung
ruang

yang

jelas

pengembangan
Menyediakan
dengan

Kulon,

antara

sesuai

fasilitas

kegiatan

antara lain

dengan

konservasi
daya

transportasi

kapal

perencanaan

dukung lingkungan.
sea plane

menampung wisatawan domestik dari jakarta.


f. Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur

22

dengan areal

menuju obyek

pinisi dan

tata

wisata
untuk

Kawasan wisata bahari ini ideal untuk kegiatan diving


dan wisata cruise. Program pengembangan di Pulau Komodo
adalah wisata cruise regional dengan fasilitas marina dan
yacht. Untuk menjangkau

pulau-pulau

kecil

di sekitarnya

perlu disediakan kapal pinisi dan sea plane.


g. Teluk Tomini, Kepulauan Tongean, Sulawesi Tengah
Kepulauan

ini

ideal

untuk kegiatan

menyelam

dan

snorkeling. Program pengembangan di Teluk Tomini, antara


lain penyediaan fasilitas marina, yacht, kapal pinisi dan
sea plane dengan kemitraan masyarakat dengan pelaku
usaha pariwisata.
h. Kepulauan Bali dan Lombok
Wisata bahari di dua kepulauan ini ideal untuk kegiatan
menyelam, selancar,

cruise regional,

dan

intemasional.

Program pengembangan pariwisata bahari di kawasan ini,


antara lain
masyarakat
Menyediakan

dibangun
lokal,

dan

fasilitas

kemitraan pemerintah
kalangan

daerah

industry wisata

pelabuhan,

bahari.

akomodasi,

dan

pertunjukan budaya.
i. Balerang, Kepulauan Riau
Kawasan ini sangat ideal untuk kegiatan cruise, yacht
dan rnarina serta selancar. Program pengembangan wisata
bahari

di Balerang, yaitu pelabuhan

menunjang
daerah

limpahan

wisata bahari

wisatawan dari

tujuan wisata kepulauan

Singapura

yang

menuju

Riau. Pengembangan

wisata uuise re$onal sangat ideal karena letaknya pulau ini


strategis di selat malaka dan dekat dengan Singapura.

23

j. Kepulauan Seribu, Jakarta


Wisata

bahari

yang

sangat ideal

untuk

di kepulauan

Seribu adalah selancar, cruise rcgional, mernancing, dan


olahraga

bahari.

kawasan ini

Untuk

antara

itu program

pengembangan

lain Perencanaan

tata ruang

di

yang

sangat jelas antara area konservasi dan pengembangan


yang disertai taman nasional. Serta pengembangan untuk
fasilitas air adalah marina, yacht, kapal pinisi dan sea plane
untuk kegiatan nolah raga air. Seluruh kekayaan alam ini,
merupakan sebagian kecil dari berjuta potensi wisata laut
di Indonesia.

Jika tidak mendapat

dengan

kekayaan

bail

perhatian

alam yang

dan

berlimpah

dikelola

ini

hanya

akan sia-sia.
k. Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara
Kawasan
menyelam

wisata

bahari

dan cruise

ini

regional.

ideal
Program

untuk kegiatan
pengembangan

wisata bahari di Kepulauan Wakatobi , antara lain cruise


international
pelabuhan

dan

regional

Makassar

dengan

sebagai hub,

pengembangan

serta

konservasi

kekayaan laut dengan pemberlakuan sertifikat penyelam


dan penegakan hukum.
l. Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur
Kawasan wisata

bahari Derawan

ideal

untuk

kegiatan

menyelam dan konservasi penyu. Program pengembangan


wisata bahari di kepulauan ini selain konservasi habitat
penyu sebagai daya tarik wisata, juga untuk konservasi
pengembangan

budaya

di Pulau Kakaban

24

dan

Sangalaki

dengan pola partnership MNC (Multi National Companies)


memanfaatkan tenaga lokal.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu Indonesia sebagai
negara

kepulauan

terbesar

di

dunia

belum

mampu

memberdayakan potensi ekonomi maritim. Negeri ini juga belum


mampu mentransformasikan sumber kekayaan laut menjadi
sumber kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Indonesia
bagaikan negara raksasa yang masih tidur. Indonesia juga
memiliki posisi strategis, antar benua yang meng-hubungkan
negara-negara ekonomi maju. Posisi geopolitis stra-tegis tersebut
memberikan peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi.
B. Saran

25

Untuk pembuatan makalah ini sendiri sebaiknya harus lebih


memperhatikan

pokok-pokok

pembahasan

yang

lebih

menekankan ke judul dari makalah ini sehingga para pembaca


dapat memahami secara jelas maksud tujuan dari pembuatan ini.
Selain itu, sebaiknya ulasan yang diberikan lebih spesifik dan
runtut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.Pengertian, Sejarah Perkembangan dan Penentuan


Batas ZEE
Indonesia(Online).https://hukummaritim.wordpress.com/20
12/08/31/pengertian-sejarah-perkembangan-zeeindonesia/.(o6 mei 2015).
EdiSumarno.2014.Perspektif2EkonomiMaritimIndonesia.https://w
ww.academia.edu/7187489/PERSPEKTIF_2_EONOMI_MARITI
M_INDONESA.(06 Mei 2015).

26

You might also like