Professional Documents
Culture Documents
NEUROLOGIS)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar BelakangRefleks adalah respon yang terjadi secara otomatis tanpa
usaha sadar. Ada dua jenis refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks
dasar, yaitu refleks built-in yang tidak perlu dipelajari, misalnya
mengedipkan mata jika ada benda asing yang masuk; dan refleks didapat
atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika belajar dan berlatih, misalnya
seorang pianis yang menekan tuts tertentu sewaktu melihat suatu di
kertas partitur. Jalur jalur saraf saraf yang berperan dalam pelaksanaan
aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung refleks.
Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisis secara umum,
fungsi nervus, dan koordinasi tubuh. Dari refleks atau respon yang
diberikan oleh anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat
diketahui normal tidaknya fungsi dalam tubuh. Oleh karena itu,
pelaksanaan praktikum ini sangat penting agar diketahui bagaimana cara
memeriksa refleks fisiologis yang ada pada manusia.
BAB III
A. ALAT YANG DIBUTUHKAN
Palu perkusi
Lampu Senter
Kapas
Jarum
B. CARA KERJA
a. Refleks kulit perut
Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak lurus di
samping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kea rah
umbilicus. Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.
b. Refleks kornea
Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang
coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah
satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi
kontralateral kornea dengan kapas. Respon berupa kedipan mata secara
cepat.
c. Refleks cahaya
Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba. Respons
berupa konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan
pada mata lain.
d. Refleks Periost Radialis
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan
tangan sedikit dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os
radii. Respons berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
e. Refleks Periost Ulnaris
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan
tangan antara pronasi dan supinasi. Ketuklah pada periost prosessus
stiloideus. Respons berupa pronasi tangan.
f. Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)
1) Knee Pess Reflex (KPR)
Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai
akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan
fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan Hammer
sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadrisips.
2) Achilles Pess Reflex (ACR)
Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Ketuklah
pada tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan
kontraksi otot gastronemius.
3) Refleks biseps
Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada
tendo otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan
tampak kontraksi otot biseps.
4) Refleks triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan.
Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan
ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.
5) Withdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi.
Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan
hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril, sehalus
mungkin agar tidak melukai orang coba. Respons berupa fleksi lengan
tersebut menjauhi stimulus.
PERLU DIPERHATIKAN:
1. Relaksasi sempurna: orang coba harus relaks dengan posisi seenaknya.
Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif
mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk mempertahankan
posisinya.
2. Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat
dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan
baik.
3. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi
tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan
yang cukup.
4
3
2
1
5
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
Derajat kesadaran :
Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara
motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.
Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan
nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi
mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal
dengan menggunakan kepala.
Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan
ada yang menghindar (contoh mnghindri tusukan)
Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus
Kualitas kesadaran :
Compos mentis : bereaksi secara adekuat
Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu
waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung
mengantuk.
Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu
Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai
dengan kekacauan fikirannya.
Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa
Gangguan fungsi cerebral meliputi :
Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan
gangguan emosi
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan
komunikasi.
2. Fungsi nervus cranialis
Cara pemeriksaan nervus cranialis :
a. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :
Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan
(kopi, tembakau, alkohol,dll)
b. N.II : Optikus (Tajam penglihatan):
dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandang
c. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil,
gerakan otot mata):
Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil
dan inspeksi kelopak mata.
Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan
setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus
Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
Refleks Klonus lutut
Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus
berlangsung
Refleks Klonus kaki
Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi
lutut.
Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung
c. Refleks patologis
Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus
lateralis dari posterior ke anterior
Respon : seperti babinsky
Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon : seperti babinsky
Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
Schaefer
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai
berikut :
1. Refleks kulit perut berupa kontraksi otot dinding perut.
2. Refleks cahaya berupa kontriksi pupil homolateral dan kontralateral.
3. Refleks periost radialis berupa fleksi lengan bawah pada siku dan
supinasi tangan.
4. Refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan.
5. Knee pess reflex, respon berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi
otot kuadriseps.
6. Achilles pess refleks, respon berupa plantar rfleksi dari kaki dan
kontraksi otot gastroknemius.
7. Refleks biseps berupa fleksi lengan pada siku dan kntraksi otot biseps.
8. Refleks trisep berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.
B. SARAN
1. Sebaiknya perlengakapan lab diperbanyak sehingga praktikan dapat
melakukan praktikum ini sendiri dengan bimbingan asisten.
2. Melibatkan langsung mahasiswa dalam proses praktikum agar
mahasiswa dapat lebih paham.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
A. Jenis-jenis reflek
1. Reflek biseps
Reflek biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat
siku pada keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan
bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk
dengan menggunakan palu reflek. Respon normal dalam fleksi
pada siku dan kontraksi binseps.
2. Reflek triseps
Untuk menimbulkan reflek triseps, lengan pasien difleksikan pada
siku dan diposisikan depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan
pasien dan mengindetifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5
sampai 5 cm diatas siku. Pemukulan langsung pada tendon
normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dari ekstensi siku.
3. Reflek brakhioradialis
Pada saat pengkajian reflek brakhioradialis, penguji meletakkan
lengan pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas
perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku.
Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan
supinasi.
4. Reflek patella
Reflek patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella
tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur
telentang. Jika pasien telentang, pengkaji menyokong kaki untuk
memudahkan refleksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi
lutut adalah respon normal.
5. Reflek ankle
Buat pergelangan kaki dalam keadaan reflek, kaki dalam keadaan
dorsi fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian
tendon Achilles. Reflek normal yang muncul adalah fleksi pada
bagian plantar. Jika penguji tidak dapat menimbulkan reflek
pergelangan kaki dan kemungkinan tidak dapat rileks, pasien
diinstruksikan untuk berlutut pada sebuah kursi atau tingginya
sama dengan penguji. Tempatkan pergelangan kaki dengan posisi
dorsi fleksi dan kurangi tegangan otot gastroknemeus. Tendon
Achilles digores menurun dan terjadi fleksi plantar.
6. Klonus
Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini di
sebut klonus. Jika kaki dibuat dorsi fleksi dengan tiba-tiba, dapat
mengakibatkan dua atau tiga kali gerakan sebelum selesai pada
posisi istirahat. Kadang-kadang pada penyakit SSP terdapat
aktivitas ini dan kaki tidak mampu istirahat di mana tendon
menjadi longgar tetapi aktivitas menjadi berulang-ulang. Tidak
terus-menerus klonus dihubungkan dengan keadaan normal tetapi
reflek hiperaktif tidak dipertimbangkan sebagai keadaan patologis.
Klonus yang teru-menerus indikasi adanya penyakit SSP dan
membutuhkan evaluasi dokter.
7. Reflek kontraksi abdominal
Reflek superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit
dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang
didapat adalah kontraksi yang tidak di sadari oleh otot abdomen
dan selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik.
8. Respons babinsky
Reflek yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP
yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respon babinski.
8. Respons babinsky
Reflek yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP
yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respon babinski.
Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh
digores, maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamasama. Pada pasien yang mengalami penyakit SSP pada sistem
motorik, jari-jari kaki menyebar dan menjauh. Keadaan ini normal
pada bayi tetapi bila ada pada orang dewasa keadaan ini abnormal.
Beberapa variasi refleks-refleks lain memberi informasi. Dan yang
lainnya juga perlu diperhatian tetapi tidak memberi informasi yang
teliti.
Referensi:
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical
bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC:
Jakarta.
REFLEKS MONOSINAPTIK:
REFLEK REGANG
Bila otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan, otot ini
akan berkontraksi. Respons seperti ini disebut reflek regang.
Ransangan yang membangkit reflek regang adalah regangan pada
otot, dan responnya adalah kontraksi yang diregangkan tersebut.
Alat indranya adalah kumparan otot (muscle spindle). Impuls yang
tercetus dikumparan otot dihantar ke sistem saraf perifer melalui
serabut saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian secara
langsung akan diteruskan ke neuron motorik yang menpersarafi
otot yang teregang. Neuron stransmitter di sinaps pusat adalah
glutamat. Reflek regang merupakan reflek monosinaptik di dalam
tubuh yang paling banyak diketahui dan dipelajari.
Referensi:
Wiliam F. Ganong. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 2.
EGC: Jakarta.
REFLEK
Reflek tendon dalam dapat ditimbulkan dengan mengetukkan palu
refleks secara cepat dan kuat pada tendong yang teregang sebagian.
Impuls kemudian berjalan disepanjang serabut aferen menuju
medulla spinalis, kemudian bersinaps dengan neuron motori, atau
neuron kornu anterior. Sesudah bersinaps, impuls dihantarkan
kebawah melalui neuron motorik menuju radiks anterior, kemudian
diteruskan melalui saraf spinal dan saraf perifer. Sesudah
melampaui batas neuron muskular, otot diransang untuk
berkontraksi. Inilah bentuk lengkung reflek yang paling sederhana.
Reflek tendon dalam disebut juga reflek regang otot yang sering
diperiksa adalah refleks biseps, refleks triseps dan refleks
radiobrakialis, reflek patela, serta refleks achilles.
Tingkatang kekuatan reflek
+4 yaitu sangat kuat
+3 yaitu lebih kuat dari normal, tetapi tidak harus menunjukkan
penyakit
+2 yaitu rata-rata atau normal
+1 yaitu sedikit berkurang
0 yaitu tidak ada respons
Referensi:
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: konsep klinis prosesproses penyakit. Edisi 6. EGC: Jakarta.
Refleks Fisiologi
Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang
ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah
diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.
- Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi
lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi
lengan bawah pada sendi siku.
- Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal
os symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi.
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena
kontraksi m.brachiradialis.
- Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus
styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi
supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadrates.
- Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan
hammer. Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi
m.quadrises femoris.
- Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon :
plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
- Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah