You are on page 1of 19

http://www.tawhidtalk.

com/

Yang Disebut Tauhid Hakiki


Tauhid hakiki bukan hasil pendapatan-pendapatan (daya pikir/hipotesis
dalil), melainkan sudah disaksikan kenyataan sebenar-benarnya. K.H.
Undang Sirad

Hakiki artinya yang sebenar-benarnya. Tauhid Hakiki artinya ilmu dan amal
tauhid Islam yang dipegang oleh kalangan khawwas al-khawwas (khusus di
dalam khusus). Tauhid hakiki berisi petunjuk ber-Islam (bersyariat-tarikathakikat-makrifat) yang bersih dari tiga jenis syirik, utamanya syirik khafi
khafiyun khafi (syirik yang halus teramat halus). Itu sebabnya dikatakan
tauhid hakiki ini bukan ilmu ulama, kyai maupun ustad. Tauhid Hakiki ini ilmu
para nabi dan wali. Kita ini hanya sekelas umat, tapi berhak atas ilmu ini.
Sebab Allah mengutus para nabi, rasul, dan para alim itu memang untuk
menyampaikan ilmu pada umat.
Apakah klaim di atas itu berlebihan dan tidak ada buktinya? Tidak berlebihan
dan ada bukti sekundernya, kok.

Inti ilmu dan amal Tauhid Hakiki:


1. Hubungan Kita dengan Tuhan:

Kita dan Allah itu:


jauh tak berjarak; dekat tiada antara (tidak bersentuh).
kita dan Allah itu Esa, tapi Tuhan tetap Tuhan, hamba tetap
hamba. Tidak pernah Allah kehendaki ada keadaan: Tuhan jadi kita
atau kita jadi Tuhan atau Qadim bisa jadi muhaddas; muhaddas
jadi Qadim. Dalam tauhid hakiki tidak ada prinsip masuk-

http://www.tawhidtalk.com/
memasuk seperti itu. Yang ada di tauhid hakiki adalah rahasiaantara zat dan sifat. Jadi, Tauhid Hakiki menolak keras prinsip
bersatu dengan Allah (hulul-ittihad). Itu sebabnya wajib kita
memahami perbedaan Wujud Allah (Wajibal Wujud) dengan wujud
makhluk (jaizal wujud) atau wajib memahami perbedaan Wujud
Qadim dan wujud hadis (baharu/makhluk).
Tuhan-hamba itu Esa, maka tidak ada prinsip raib-meraib dalam
tauhid yang hakiki. Maksud raib-meraib (prinsip yang dipakai
sebagaian besar kalangan tasawuf): lenyap kita, ada Tuhan; lenyap
Tuhan, ada kita. apa-apaan ini? Yang ada dalam tauhid
hakiki, Allah ADA, kita ada. Bedanya: Allah ADA sendiri-Nya, kita ada
di-ada-kan Allah. Jadi, tidak ada prinsip memfana-fanakan/menafinafikan/meniada-tiadakan/mengosong-kosongkan diri makhluk di
dalam tauhid yang hakiki. Yang sudah Allah tetapkan adanya (meski
sekadar wujudmajazi/bayangan), apa hak kita meniada-tiadakannya?
Logika: meniada-tiadakan bayangan = meniadakan sumber
bayangan. Meniada-tiadakan manusia sebagai bayangan Tuhan,
sama saja dengan meniadakan Tuhan secara tidak
langsung! Think!

http://www.tawhidtalk.com/

Ilustrasi ke-esa-an bayangan dengan sumber bayangan:


menafikan adanya wujud bayangan sama saja dengan menafikan adanya wujud sumber
bayangan.

alam beramal, tauhid hakiki mewajibkan Pandang Satu kepada

Yang Satu (syuhudul wahdah fil wahdah),bukan memandang Satu


pada yang banyak; memandang banyak pada Yang Satu (syuhudul
wahdah fil kasrah; syuhudul kasrah fil wahdah) prinsip yang
banyak dipakai kalangan tasawuf ini kalau tersalah paham, bisa-bisa
kadar keislaman kita jatuh ke kebatinan atau keyakinan dedewadedewi.

http://www.tawhidtalk.com/
Bahwa Allah meliputi sekalian alam, itu benar (Q.S. Fushilat:54; AdzDzariyaat:20), tapi bukan berarti kita lalu boleh menyembah alam atau
bagian alam sebagai perwujudan Tuhan!
Apa sebab? Sebab akan dan sudah banyak terbukti orang Islam yang secara
langsung maupun tidak langsung jatuh ke pemahaman: Semuanya adalah
perbuatan Allah. Perbuatan maksiat yang kita lakukan juga itu perbuatan
Allah. (???) Nauzubillahi min zalik!
()

Apa saja nimat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, maka dari [kesalahan] dirimu sendiri. Kami mengutusmu
menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi
saksi. (Q.S. An-Nisa:79)

I
lmu dan amal tauhid hakiki pada puncaknya akan sampai pada: Tiada Tuhan;
tiada hamba. Apa yang ada? Man arafallaaha kalla lisanuhu, Barang siapa
mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kelu lidahnya.

2. Asal-Usul Manusia

Kebanyakan ulama mengajarkan bahwa asal-usul manusia itu dari saripati


tanah (Al-Muminun:12) atau dari setetes mani (Al-Insan:2), belum kami
temukan bahasan tentang asal-usul manusia ini dikaji dari bagian terawal dan
terpentingnya, yaitu yang tercantum dalam Q.S. Al-Insan ayat 1.

http://www.tawhidtalk.com/
Inilah bukti lain bahwa tauhid hakiki ini bukan ilmu ulama, kyai, maupun ustadustad dan tidak diajarkan di pesantren mana pun sebelumnya. (sebab ulamaulama yang mutahaqama masa lalu umumnya juga tidak mengajar dengan
sistem pe-santri-an seperti sekarang ini)

()
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang
dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

Yang sebenar-benarnya diri kita ini


tidak makan,
tidak minum,
tidak berdaging,
tidak bertulang,
tidak ber-ibu,
tidak berbapak,
tidak masuk kubur,
tidak masuk surga,
tidak masuk neraka, dan
hidup tidak dengan nyawa karena hidup dengan Pembuat
nyawa. Tapi kita bukan Allah, melainkan Zat Allah. Sedangkan Allah
itu Rabbul izzati (Tuhan sekalian zat). Agar tidak tersalah paham,
silakan baca tausyiah mursyid tentang Insan Kamil.

http://www.tawhidtalk.com/

Mengenai sebenar-benar diri ini ada kaitannya dengan


hadis nubuwwah Rasululah Saw. bahwa di akhir zaman zikir menjadi
makanan kaum mukmin. Riwayat lengkapnya di bawah ini:
Diriwayatkan pada akhir zaman pengikut Dajjal akan memiliki
segunung roti (makanan) sedangkan orang yang tidak percaya
dengannya berada dalam kelaparan dan kesengsaraan. Dalam hal
ini, para sahabat Rasullullah Saw. bertanya: Jadi apa yang dimakan
oleh kaum beriman pada hari itu wahai Rasulullah? Nabi
menjawab: Mereka akan merasa kenyang dengan bertahlil,
bertakbir, bertasbih dan bertaubat. Jadi zikir-zikir itu yang akan
menggantikan makanan. (H.R. Ibnu Majjah)

Zikir seperti apa yang dimaksud Rasulullah Saw. itu? Tentu maksudnya zikir
sebenar-benar zikir; zikir yang disertai rukun qalbi yang benar.
Zikir artinya mengingat. Jadi zikrullah yang sebenar-benarnya itu zahir-batin
berkekalan mengingat Allah, bukan sekadar menyebut-sebut Asma dan Sifat
Allah sambil dihitung pakai biji tasbih.
Berzikir dengan menyebut di mulut juga memang sunnah Rasulullah, tapi
wajib dengan rukun qalbi (hati) yang tidak menyalahi prinsip tauhid. Kalau
sebelum dan ketika berzikir sampai ribuan kali hati kita tertuju ke sesuatu
(pahala, surga, harta, tahta, wanita, atau hajat yang kita inginkan), itu
namanya berzikir ke makhluk, bukan ke Allah.
Kalau sudah terbiasa keadaan hati tidak tertuju pada sesuatu dan tidak
terpengaruh dengan segala sesuatu dari luar diri, maka keadaan kita di luar
ibadah pun adalah zikir. Allah itu bukan sesuatu, melainkan Pencipta segala

http://www.tawhidtalk.com/
sesuatu. Jadi sebenar-benar mengingat Allah itu dengan tidak mengingat
sesuatu. Itulah dikatakan menimba ilmu, mencari nafkah, bersilaturahim,
makan-minum-tidur, dsb. semuanya bernilai ibadah (tapi bukan lalu boleh
berhenti salat yang begini ini disebut da`im palsu; bermakrifat untuk mengkafir-kan diri. Nauzubillahi min zalik)

Kalau sudah terbiasa hidup dengan hati yang bersih dari sesuatu, suatu hari
Allah akan tunjukkan kebesaran-Nya pada kita. Kita merasakan hidup dengan
diri hakiki kita, yaitu tidak merasakan lapar, haus, lelah, mengantuk, bahkan
bisa sampai tidak ada keluar-masuk napas, tapi hidup! Itulah bukti bahwa
kita ini hakikinya hidup dengan Allah, bukan dengan nyawa. Itulah artinya kita
hidup dengan berdirikan diri hakiki kita.
Ini bukan omong kosong bual besar. Sudah terbukti dialami beberapa ikhwan
di Pontianak. Ramadhan beberapa tahun lalu, seorang ikhwanpada tengah
hari bolong yang panas di bumi khatulistiwamengisi libur kantor dengan
menebas rumput liar di kebun belakang rumahnya. Beliau baru sadar setelah
pekerjaan itu selesai. Beliau tidak merasakan kepanasan, letih, dan haus
sama sekali, tidak terengah-engah (napas ngos-ngosan), bahkan beliau tidak
ingat soal napas di tengah pekerjaan itu. MaasyaaAllah, Allaahu Akbar.
Apakah para pengamal zikir napas, istigatsah, zikir dan selawatan akbar
pernah mengalami sedemikian? Apakah mu`anayah (hasil ibadah) Anda
sekalian sebatas mulut letih berliur-liur, dipandang hormat oleh umat lalu
dapat amplop di saku? Jangan tersinggung dan marah kalau memang benar
begitu adanya.

3. Tentang Ajal

http://www.tawhidtalk.com/

Manusia itu makhluk khusus yang diciptakan Allah dengan keesaan tiga
entitas (3 in 1): ruhnafsjasad. Kebanyakan ulama mengajarkan bahwa
mati itu artinya ruh dipisahkan dari jasad oleh malaikat maut. Ruh itu urusan
Allah, bukan urusan malaikat maut!
Ini bukti kurang iqra-nya ulamaulama buta tauhid. Inilah bukti tauhid hakiki itu bukan ilmu ulama-ulama, kyaikyai, ustad-ustad.

()

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit. (Q.S. Al-Isra:85)

Ruh itu urusan Allah, bukan urusan malaikat maut. Ketika ajal tiba, tugas
malaikat maut hanya mencabut sementara nafs/jiwa dari jasad sebagai
tanda pergantian alam hidup: dari alam dunia pindah ke alam barzakh.
Setelah itu nafs/jiwa dikembalikan lagi ke jasad. Setelah nafs dikembalikan ke
jasad inilah ada dua ketentuan di alam barzakh: orang itu menerima azab
kubur atau nikmat kubur.
Kalau selama hidup di dunia, nafs/jiwa/kedirian kita mengenal ruh kita itu ialah
Nur Ilahi yang Esa dengan Allah ( yang dibuktikan dengan menjalankan
kewajiban syariat), maka ketika nafs dikembalikan ke jasad oleh malaikat
maut, ruh akan kembali meliputi jasad: kembali esa dengan jasad dan nafs.
Esalah kita di alam barzakh dengan Allah, sebagaimana keadaan kita semasa
di dunia sekarang ini. Bebas bergerak bermain-main semaunya di alam
barzakh sambil menunggu kiamat tiba.
Kalau selama hidup di dunia, nafs/jiwa/kedirian kita tidak mengenal hakikat
ruh kita sendiri, maka ketika nafs dikembalikan ke jasad oleh malaikat maut,
ruh tidak akan meliputi jasad. Ruh tidak akan kembali ke jasad yang tidak
mengenal Allah dan tidak mengesakan Allah dengan syariat. Jadi kalau

http://www.tawhidtalk.com/
selama di dunia tidak mau kenal dirikenal Allah, apalagi kalau sampai jasad
tidak melakukan kewajiban syariat, tertinggallah jasad dan nafs terbujur kaku:
tak berdaya merasakan jasad dilubangi cacing dan dihajar malaikat sampai
kiamat. Nauzubillaahi min zalik!
Mengenai hal ini insyaAllah akan kita pada lanjutan Seri Tauhid Dasar yang
ditulis dengan referensi dari bimbingan langsung mursyid berikut ini:

Mustahil Muhammad Saw. Tidak Tahu tentang Ruh


Mati: Ruh dan Jasad Tidak Bercerai
Tangis Ruh akan Jasad,
Kalimat Talqin Sakaratul Maut

Tauhid Hakiki: Mati sekalipun, ruh dan jasad tidak


bercerai.

4. Tentang Nafsu Ananiyah

Nafsu Ananiyah (merasa ada-diri) ini nafsu yang keberadaannya


terlewatkan begitu saja oleh sebagian besar ulama padahal
nafsu ananiyah inilah yang mendasari 3 jenis nafsu yang disebutkan di
Quran: amarrah, lawwamah, muthma`inah. Ketiga nafsu ini secara hakiki
masih tergolong ke dalam syirik khafi (halus), sedangkan nafsu ananiyah ini
tergolong ke dalam syirik khafi khafiyun khafi (nafsu yang samar teramat
halus).
Contoh: Yang tergolong nafsu lawwamah itu ujub, riya, sumah, takabur,
dengki, dsb.

http://www.tawhidtalk.com/
Bagaimana mungkin perbuatan-perbuatan nafsu lawwamah seperti itu bisa
ada tanpa adanya orang merasa ada-diri (nafsu ananiyah)? Kelakuan Firaun
dan si sok pinter Qarun yang disebutkan dalam Quran itu berawal
dari merasa ada-diri yang berlebihan, lebay, sotoy, pitalapungeun .
Mudah-mudahan kita semua makin dipahamkan Allah tentang yang dimaksud
nafsu ananiyah ini dan disanggupkan mengendalikannya sehingga diizinkan
menjadi arif billah (senantiasa berucap-berbuat dalam kebesertaan dengan
Allah dengan sebab mengenal-Nya). Aamiiiin yaa Rabb.

Yang Disebut Pusaka Madinah

Nama Pusaka Madinah mengacu pada ilmu, amal, dan mu`anayah tauhid
hakiki untuk kalangan khawwas al-khawwasyang disampaikan Nabi
Muhammad Rasulullah Saw. ketika hijrah ke Madinah (sebelumnya kota ini
dikenal dengan nama Yathrib). Jadi, Pusaka Madinah hanyalah nama lain
dari tauhid hakiki atau Islam kaffah.

Nabi Muhammad Saw. beserta pemeluk Islam generasi pertama hijrah ke


Madinah (disebut kaum Muhajirin), diterima oleh penduduk Madinah (kaum
Anshar) dengan senang hati. Dalam masa awal silaturahim kedua kalangan
ini, pemimpin dari kalangan Anshar yang bijaksana bertanya pada Rasulullah
Saw. mengenai inti ajaran Allah yang diamanahkan pada beliau. Atas izin
Allah Swt., Rasulullah Saw. kemudian menyampaikan apa itu sebenar-benar
Islam itu dari A sampai Z, dari teori-praktik-sampai ke pembuktian nyatanya.

Atas kehendak Allah jua pemimpin kaum Anshar ini kemudian masuk Islam
secara kaffah sehingga menjadi wali pertama di kalangan umat Muhammad
Saw. [Jadi, pintu kewalian itu sudah terbuka bahkan sejak Nabi Muhammad
Saw. masih hidup. Jangan lupa juga ada sosok Uways Al-Qarni yang hidup di

http://www.tawhidtalk.com/
era kenabian junjungan kita]. Dari jalur inilah tauhid hakiki kemudian sampai
ke Turki (Sultan Muhammad) dan kini ada di ujung dunia Islam Indonesia
(K.H. Undang Sirad) untuk akhirnya kembali mudik ke Madinah (Imam Mahdi)
di akhir zaman kelak. Allaahualam.
Sejarah yang Anda baca ini tidak akan dijumpai pada buku sejarah mana pun.
Ini sejarah yang disampaikan internal dalam pengajian ini. Percaya atau tidak
percaya, kami serahkan sepenuhnya pada Anda. Tapi ada dua hal yang bisa
Anda jadikan pertimbangan dalam mengetahui sahih-sesatnya suatu ajaran.
Silakan lanjutkan membaca.

Dua Pertanyaan untuk Menguji SahihSesatnya Suatu Ajaran


1. Bicara ilmu tinggi-tinggi, mengamalkannya bagaimana?

Islam berisi ilmu, amal, muanayah atau teori, praktik, hasil/pembuktian


nyatanya. Ilmuwan duniawi saja mengamalkan pengetahuannya ke dalam
bentuk praktik langsung sehingga menghasilkan produk akhir, misalnya:
komputer, internet, gadget, dll. Demikian halnya dengan Islam, Allah
menurunkan Islam ini dalam prinsip yang dikenal oleh manusia [seperti
contoh kerja ilmuwan tadi]. Inilah bukti betapa Islam itu agama yang sesuai
dengan fitrah manusia; agama yang masuk akal. Agama yang benar-benar
terbukti!

Jujurlah. Kita pasti pernah membaca uraian kaum tasawuf yang berhias
dengan simbol-simbol indah. Saking indahnya hiasan simbol-simbol itu,
umat bukannya makin paham dengan maksud sang sufi, tapi justru malah
tambah bingung dia itu maunya apa atau ini ngomong soal apa sih?
Hanya indah dibaca, tapi sulit dipahami: buat ap-pah? [latar pendidikan
penulis artikel ini juga dari sastra, sedikit-banyak tahulah beda tulisan berhias
dengan puisi sarat-makna. Duh, jadi ananiyah nih. wkwkwkwk]

http://www.tawhidtalk.com/
Jangan jadi umat bebek pengikut ulama beo.
Contoh: bicara Allah, Nur Ilahi, Nur Muhammad, daim, kasyaf, tazkiyatun
nafs, musti bertakwa, ber-Islam secara kaffah dsb. tanpa menunjukkan pada
umat cara mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari selain hanya
menyuruh bersyariat nungging-nungging sambil bersopan-santun akhlaqul
karimah [yang di agama lain juga ada] ini disebut omong besar tong
kosong nyaring bunyinya ulama beo buta tauhid yang hanya membunyikan
ulang isi Quran dan hadis dicampur dengan sangka-sangka dari daya pikir diri
sendiri.

2. Berpraktik amal hebat-hebat, sesuai tidak dengan teorinya


[Quran dan sunnah Nabi]?

Amal ibadah dalam syariat Islam ada tolak-ukurnya, yaitu syarat, rukun,
dan pembatalnya. Kalau tidak mengetahui tentang ketiga hal ini, bagaimana
nilai salat kita bisa bebas dari perbuatan mengada-ada/bidah?
Contoh syarat: syarat sah salat itu berwudu. Meski kamu sudah mandi atau
menyelam di kolam renang, salat kamu tidak sah tanpa wudu sebab syarat
sah salat itu wudu, bukan mandi, bukan menyelam.
Contoh rukun: rukun salat dari niat sampai salam itu terdiri atas 3
besar rukun gerakan (fili), rukun bacaan (qauli), dan rukun pandangan hati
(qalbi). Teorinya salat itu menghadapkan zahir-batin kepada Allah. Jadi kalau
salat dalam hati menerjemahkan bacaan Arab ke bahasa kita, itu
menghadapkan zahir-batin ke Allah bukan? Atau ketika salat membayangkan
alif-lam-lam-ha dalam takbir, itu mengingat Allah apa mengingat huruf tulisan
Allah?

http://www.tawhidtalk.com/
Dari syarat dan rukun inilah juga kita tahu adanya pembatal salat, apakah itu
dalam hal gerakan, bacaan, maupun pandangan hati (meskipun secara fiqh,
hati yang lalai memang tidak tergolong sebagai pembatal salat, sekadar
petunjuk kualitas salat kita saja. Jadi jangan ada alasan tidak mau salat
karena belum bisa memasang rukun qalbi dengan benar ya ). [baca
juga Tips Salat Khusyuk]

Teori: Zikrullah itu mengingat Allah


Praktik: berzikir sambil membayang-bayangkan wajah mursyid
Simpulan: teori dengan praktik sesuai atau tidak?

Teori: Zikrullah itu mengingat Allah, Allah itu Pencipta nafas, tidak
boleh Allah itu disamakan dengan nafas itu sendiri. Allah tidak bersifat
naik-turun-keluar-masuk seperti makhluk.
Praktik: berzikir sambil memainkan nafas: nafas masuk itu Allahnafas keluar itu Hu
Simpulan: teori dengan praktik sesuai atau tidak?

Teori: Kasyaf itu terbuka hijab antara dirinya dengan Allah


perjumpaan dengan Khalik selagi hidup (Al-Kahfi:110)
Praktik: melakukan ritual atau zikir khusus lalu bisa memandang
Kabah, surga-neraka, alam-alam dan makhluk gaib perjumpaan
dengan makhluk lagi
Simpulan: teori dengan praktik sesuai atau tidak?

http://www.tawhidtalk.com/
Teori: Laa ilaaha illallah itu kalimah tauhid, mengamalkannya bersih
dari i`tiqad apa pun, semata Ilahi Anta maqsudi
Praktik: berzikir Laa ilaaha illallah sambil melempar anggukan ke
kanan-kiri bahu ini i`tiqad
Simpulan: teori dengan praktik sesuai atau tidak?

Teori: Orang mati putus hubungannya dengan alam dunia


Praktik: mengamalkan ritual panggil arwah para wali ini-itu
Simpulan: teori dengan praktik sesuai atau tidak?

Teori: isi Quran itu Perkataan Allah, bukan Allah-nya sendiri. Wujud
Tuhan itu bukan berupa tulisan.
Praktik: membuat rajah-rajah tulisan Quran lalu dipasang di balik
pintu, disimpan dalam dompet, diselipkan di sabuk
Simpulan: teori dengan praktik sesuai atau tidak?

Teori: Sumber keselamatan, rezeki, jodoh itu Allah, bukan dari sebab
amalan diri
Praktik: memakai khadam-khadam atau jin qarin untuk penglaris
dagangan, lancar acara dan proyek, kebal tahan bacok, diminati
lawan jenis
Simpulan: teori dengan praktik sesuai atau tidak?

Teori: Beramal ibadah itu untuk membenahi jiwa; meningkatkan


kesadaran diri

http://www.tawhidtalk.com/
Praktik: kalau beramal ini-itu lalu pingsan, meraungraung, trance atau ekstase (mabuk-nikmat), kesurupan, timbul
kelainan jiwa
Simpulan: teori dengan praktik sesuai atau tidak?
dan sebagainya, dan lain-lain

Isi tauhid hakiki Pusaka Madinah silakan Anda kritisi dengan kedua
perangkat di atas. Simpulannya, kami persilakan Anda sendiri memutuskan.
Anda mengakui kebenaran yang disampaikan di www.pusakamadinah.org,
kami tak untung. Anda tidak mengakui kebenaran yang disampaikan di situs
itu, kami tak rugi. Sekadar menjalankan sunnah menyampaikan.

Uraian ini sudah cukup panjang padahal baru membahas satu dari tiga poin
yang tertera pada judul tulisan di atas. Dari satu poin ini, Anda yang sudah
membaca dan mengamalkan Kitab Barencong dan Kitab Teberubut mestinya
sudah bisa menyimpulkan sendiri. Jika sudah paham, kami tidak
perlu melanjutkan tulisan ini ke bagian ke-2 [tentang telaah kritis atas kedua
kitab tersebut] ya?! Bagaimana?

http://www.tawhidtalk.com/

Di Mana Letak Perbedaan Firaun dgn Al-Halaj.. Mohon


Pencerahannya!!

1. FIRAUN
Dia mengaku Tuhan itu dengan nafsu dan kesombongan, bukan dengan ilmu.
Saking sombongnya dia gak tau kalimat yang diucapkannya ini menunjukkan
dia gak tahu, padahal Tuhan mah kan Mahatahu
Dan berkata Firaun: Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan
bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian
buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat
Tuhan Musa, (al-Qassas:38)
dikiranya Tuhan itu menclok di langit [atau kedudukan tinggi (Arsy)]

2. AL-HALAJ
Dari lisannya terucap, Ana Al-Haq, itu beliau bukan sedang mengaku dirinya
Tuhan. Ketika itu zahir-batin beliau menyaksikan TUHAN SAJA ADA. Tidak
dirasakannya ada zahir-batin lagi pada dirinya. Kalau dalam bahasa hakiki
tauhid dikatakan seperti ini:
KENAL DIRI KENAL TUHAN, KENAL TUHAN TIDAK ADA DIRI.
Dilihat dari sisi ini, justru ketika itu Al-Halaj sebenar-benar mengagungkan
Tuhan. Yang terjadi atas Al-Halaj itu adalah puncak musyahadah (persaksian)
dalam makrifat sebagaimana diinformasikan dalam hadis berikut.
Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan
hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih

http://www.tawhidtalk.com/
Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus
mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan kebaikan, maka Aku mencintai
dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia
jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk
memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya
yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika
meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Ku-lindungi. Dan Aku tidak ragu
untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana
keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir)
terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan
sakitnya. (H.R. Bukhari 6021)

Maaf, di saat al-Hallaj mengucapkan Akulah Kebenaran


beliau dalam keadaan ekstase. Apa pegertian ekstase ini
sebenarnya, Sobat ? Karena jika ekstase ini diartikan mabuk,
sejarah al-Halaj ini jadi diterima oleh umat Islam menjadi
negatif.
JANGAN SALAH PAHAM.
Jangan mengira ketika itu Al-Halaj melihat jasadnya dan alam semesta ini
hilang, tidak seperti itu. Yang seperti itu namanya raib-meraib (raib diritinggallah Tuhan), masuk-memasuk (diri makhluk melebur ke Diri Tuhan),
alias hulul dan ittihad. ini sama dengan apotheosis atau moksa , mati jadi
bagian alam semesta.
Orang berilmu dengan Cahaya Allah dapat melihat dirinya tetapi tidak
didalam wujud Allah. Orang Hakikat dengan Cahaya Allah dia tidak melihat
sesuatu lagi selain Allah

http://www.tawhidtalk.com/

Sama sekali tidak ada konsep ekstase/mabuk Tuhan dalam Islam. Hanya
dengan mengingat Allah-lah jiwamu akan tenang (Q.S. Ar-Rad:28).
Zikir itu artinya mengingat. Mustahil perbuatan mengingat (zikir) itu
dilakukan dalam keadaan mabuk, ekstase, atautrance. Mabuk dan sadar
sudah pasti keadaan yang berbeda. Jadi, masuk akal tidak jika ada amalanamalan zikir yang justru membuat manusia lupa diri, kapan mau ingat Allahnya?!
Nabi Muhammad Saw. juga gapernah ekstase-ekstasean. Ekstase-ekstasean
ini pengaruh kebatinan agama lain masuk ke amalan Islam. Jadi kalau belajar
hakikat-makrifat yang di dalamnya ada prinsip ekstase, mabuk-mabukan
ataau trance,segera tinggalkan!

http://www.tawhidtalk.com/
jadi kalau ada orang ngaku salat khusyuk sampai bunyi petasan aja gak
kedengeran kupingnya pembohong besarrrr!
jadi kalau ada aliran yang mengaku warisan ilmu arif billah seperti Al-Halaj,
Syaikh Abdul Jalil (Syaikh Sitti Jenar), tapi mengandung unsur mabukmabukan palsu

Prinsip tauhid itu:


TUHAN-HAMBA ITU ESA, TAPI TUHAN TETAP TUHAN, HAMBA TETAP
HAMBA.
[baca juga: Memahami Keesaan Tuhan-hamba]

You might also like