You are on page 1of 116

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi
usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah
keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke
bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hisprung?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hisprung?
1.3 TUJUAN
1.3.1

TUJUAN UMUM

Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah


kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
1.3.2

TUJUAN KHUSUS

1. Mendeskripsikan pengertian Hisprung.


2. Mendeskripsikan jenis-jenis Hisprung.
3. Mendeskripsikan penyebab Hisprung.
4. Mendeskripsikan asuhan keperawatan Hisprung.
1.4 Manfaat
1.4.1

Manfaat Teoritis

Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hisprung maka manfaat
pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan
perawat Hisprung.
1.4.5
a.

Manfaat Praktis

Bagi Pembaca

Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham


akan perawatan Hisprung.
b. Bagi Penulis
Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan memahami
secara spesifik tentang Hisprung.

BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hisprung atau megakolon kongenital adalah penyakit bawan kibat tisak
tercapainya pertumbuhan chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus pada
segmen usus bagian distl, terbanyak di rektosigmid. Sehingga tidak ad peristaltic pada
usus yang terkena dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi
obstruksi, dilatasi kolon bgian proksimal dan hipertropi dingding ototnya sehingga
terbentuk megakolon.
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari
namanya penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
kelumpuhan usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Hisprung merupakan keadan tidak ada atau sedikitnya saraf ganglion parasimpatis
pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada peristaltic pada area
yang terkena, usus mengallami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan distensi
dan obstruksi abdomen
1.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung

Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :


1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 :
138)
1.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setelah bayi lahir
1. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
2. Muntah berwarna hijau
3. Distensi abdomen, konstipasi.
4. Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja /
pengeluaran gas yang banyak.
Gejala pada anak yang lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.
1. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
2. Distensi abdomen bertambah
3. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
4. Terganggu tumbang karena sering diare.
5. Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
6. Perut besar dan membuncit.

2.4 Etiologi Hisprung

Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel Neural Crest ambrional yang berimigrasi
ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon.
Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon
sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134)
Sering terjadi pada anak dengan Down Syndrome.
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242).

2.5 Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer


dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter
rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal
yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily &
Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik

dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian
Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).
2.6 Manifestasi Klinis
1. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja
seperti pita.
3. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4. Nyeri abdomen dan distensi.
5. Gangguan pertumbuhan.
(Suriadi, 2001 : 242)
1) Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
2) Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik
secara spontan maupun dengan edema.
3) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4) Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5) Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380
Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen
.

Masa bayi dan anak-anak :


1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh(Betz, 2002 : 197)
2.7 Komplikasi
A. Gawat pernapasan (akut)
B. Enterokolitis (akut)
C. Striktura ani (pasca bedah)
D. Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)
1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
1. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.

3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.


4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan
eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
2.9 Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
b) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling
sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana
mukosa aganglionik telah diubah.
Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a.

Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak

secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c.

Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.

Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak anak
dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi
dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Pengobatan
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan
atau lebih.
Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan
antibiotik.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MEGA KOLON
PADA KASUS HIRSPRUNG
3.1 Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
b.

Riwayat kesehatan sekarang

Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya
klien mengatasi masalah tersebut.
c.

Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan


dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d.

Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.

e.

Riwayat psikologis

Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.

f.

Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g.

Riwayat social

Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
h.

Riwayat tumbuh kembang

Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.


i.

Riwayat kebiasaan sehari-hari


Meliputi kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

2. Pemeriksaan Fisik
a.

Sistem integument

Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c.

Sistem kardiovaskuler

Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e.

Sistem Gastrointestinal

Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi

1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.

3.3 Intervensi Keperawatan


Pre operasi
No

Dx

Tujuan

Intrvensie

1.

Konstipasi

BAB lancar,

1. Bowel

berhubungan

dengan

management

dengan mekanik :

kriteria :

megakollon

Faeses lunak

terakhir

Anak tidak

Catat BAB
Monitor tanda

kesakitan saat

konstipasi

BAB.

- Anjurkan

keluarga untuk

Tindakan

operasi colostomi

mencatat warna,
jumlah, frekuensi
BAB.
-

Berikan

supositoria jika
perlu.
2. Bowel irrigation
-

Jelaskan tujuan

dari irigasi rektum.


-

Check order

terapi.
-

Jelaskan

prosedur pada
orangtua pasien.
-

Berikan posisi

yang sesuai.
-

Cek suhu cairan

sesuai suhu tubuh.


-

Berikan jelly

sebelum rektal
dimasukkan.

Monitor effect

dari irigasi.
3. Persiapan
preoperatif
-

Jelaskan

persiapan yang
harus dilakukan.
-

lakukan

pemeriksaan
laboratorium: darah
rutin, elektrolit,
AGD.
2.

transfusi darah

Cemas

Cemas keluarga

bila perlu.
1. Anxiety reduction

berhubungan

pasien tertangani

- jelaskan semua

dengan perubahan

dengan kriteria:

prosedur yang akan

dalam status

dilakukan.

kesehatan anak

lebih tenang

- kaji pemahaman

orangtua terhadap

Ibu terlihat
Ibu dapat

bertoleransi dengan kondisi anak,


keadaan anak.

tindakan yang akan


dilakukan pada
anak.
- anjurkan orang
tua untuk berada
dekat dengan anak.
- bantu pasien
mengungkapkan

ketegangan dan
kecemasan.
3.

Defisit

Orang tua tahu

1. teaching: proses

pengetahuan

mengenai

penyakit

berhubungan

perawatan anak

- Kaji pengetahuan

dengan tidak

dengan kriteria:

pasien tentang

mengenal dengan

penyakit.

sumber informasi

menjelaskan

penyakit, prosedur

penyakit, prosedur

operasi

tindakan dan cara

perawatan bersama

Mampu

mampu

Jelaskan tentang

menyebutkan

dengan dokter.

tindakan

- Informasikan

keperawatan yang

jadwal rencana

harus dilakukan.

operasi: waktu,

tanggal, dan tempat

Mampu

menyebutkan cara

operasi, lama

perawatan.

operasi.
- Jelaskan kegiatan
praoperasi :
anestesi, diet,
pemeriksaan lab,
pemasangan infus,
tempat tunggu
keluarga.
-

Jelaskan

medikasi yang
diberikan sebelum
operasi: tujuan, efek
samping.

2. health education:
-

jelaskan

tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan.
-

Jelaskan

mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara
perawatan dengan
dokter.
-

Lakukan diskusi

dengan keluarga
pasien dengan
penyakit yang sama.
-

Jelaskan cara

perawatan post
4.

Ketidakseimbangan Status nutrisi baik,

operatif.
- Kaji nafsu

nutrisi kurang dari

dengan kriteria:

makan,

kebutuhan tubuh

lakukanpemeriksaan

berhubungan

intake adekuat.

abdomen,adanya

dengan penurunan

BB normal.

distensi,

absorbsi usus.

Nilai lab darah

hipoperistaltik.

Diet seimbang,

normal: HB,

Ukur intake dan

Albumin, GDR.

output, berikan per


oral / cairan
intravenasesuai
program (hidrasi

adalah masalah
yang paling penting
selama masa anakanak).
-

Sajikan makanan

favorit anak, dan


berikan sedikit tapi
sering.
-

Atur anak pada

posisi yang nyaman


(fowler)
- Timbang BB tiap
haripada skala yang
5.

Gangguan koping

Meknisme koping

sama.
- Kenalkan

keluarga

keluarga efektif,

keluarga untuk

berhubungan

dengan kriteria:

mengenal

dengan krisis

staf/perawat yang

situasional,

menunjukkan bisa

merawat

ancaman fungsi

menyesuaikan

peran, perubahan

dengan lingkungan

kegiatan rutin di RS

lingkungan.

rumah sakit.

yang mempengaruhi

anak.

Keluarga

Anggota

Gambarkan

keluarga aktif

- Anjurkan

bertanya.

keluarga untuk
menyesuaikan
dengan lingkungan
yang baru dan
asing.
- Informasikan

tentang area di luar


unit yang
mungkinmereka
perlukan.
- Ciptakan kondisi
yang
mendukunguntuk
bertanya,
mengungkapkan
kekecewaan dan
perasaannya.
- Hadirkan
keluarga terdekat
dengan pasien.
- Jaga privasi,
awasi tanda-tanda
ketegangan
6.

Kekurangan

Status hidrasi:

keluarga.
1. manajemen

volume cairan b.d

Kriteria:

cairan

kehilangan volume

caian secara aktif

urine output normal badan tiap hari


-

menunjukkan
menunjukkan

TD, nadi dan suhu


dbn
-

kelola catatan
intake dan output
monitor status

turgor kulit,

kelembaban
mukosa dbn.
-

timbang berat

Mampu

menjelaskan yang

hidrasi (membran
mukosa, nadi
adekuat, ortostatik
TD)
monitor hasil

dapat dilakukan

laboratorium yang

untuk mengatasi

menunjukkan

kehilangan cairan

retensi cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital
sign
monitor tandatanda kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi
terapi Intra vena
monitor status
nutrisi
berikan cairan
dan intake oral.
2. monitor cairan
-

kaji jumlah dan

jenis intake cairan


dan kebiasaan
eliminasi
-

kaji faktor resiko

terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-

monitor intake

dan output

monitor serum,

dan elektrolit
-

jaga keakurtan

pencatatan intake
dan output
-

administrasi

pemberian cairan
3. managemen
hipovolemi
-

monitor status

cairan termasuk
intake dan output
-

jaga kepatenan

terpi intra vena


-

monitor

kehilangan cairan
-

monitor hasil

laboratorium
-

hitung

kebutuhan cairan
-

administrasi

pemberian cairan
hipotonik/isotonik
- observasi
indikasi dehidrasi
-

kelola

pemberian intake
oral
-

monitor tanda

dan gejala over

hidration

Post Op.
No
1.

Dx

Tujuan dan Kriteria

Intervesi

Nyeri akut

hasil
Level nyeri

1. Management nyeri

berhubungan

berkurang dengan

- Kaji nyeri meliputi

dengan agen injuri

kriteria :

karakteristik, lokasi,

fisik

durasi, frekuensi,

anak tidak

rewel

kualitas, dan faktor

presipitasi.

ekspresi wajah

dan sikap tubuh

- Observasi

rileks

ketidaknyamanan non

verbal

tanda vital dbn

- Berikan posisi yang


nyaman
- Anjurkan ortu untuk
memberikan pelukan
agar anak merasa
nyaman dan tenang.
-

Tingkatkan istirahat

2 Teaching
-

Jelaskan pada ortu

tentang proses terjadinya


nyeri
-

Pertahankan

imobilisasi bagian yang


sakit

- Evaluasi keluhan nyeri


atau ketidaknyamanan
-

Perhatikan lokasi

nyeri.
3. Administrasi analgetik
-

Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas dan


derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
-

Cek program medis

tentang jenis obat, dosis


dan frekuensi pemberian
-

Ikuti 5 benar sebelum

memberikan obat
-

Cek riwayat alergi

Monitor tanda vital

sebelum dan sesudah


pemberian obat
-

Dokumentasikan

pemberian obat
2.

Resiko infeksi

Resiko infeksi

1. Infektion control

berhubungan

terkontrol dengan

- Terapkan

dengan prosedur

kriteria :

kewaspadaan universal

invasif

cuci tangan sebelum dan

bebas dari

tanda-tanda infeksi

sesudah melakukan

tindakan keperawatan.

tanda vital

dalam batas normal

- Gunakan sarung

tangan setiap melakukan

hasil lab dbn

tindakan.

Berikan personal

hygiene yang baik.


2. Proteksi infeksi
-

monitor tanda-tanda

infeksi lokal maupun


sistemik.
-

Monitor hasil lab:

wbc, granulosit dan hasi


lab yang lain.
-

Batasi pengunjung

Inspeksi kondisi luka

insisi operasi.
3. Ostomy care
-

bantu dan ajarkan

keluarga pasien untuk


melakukan perawatan
kolostomi
-

Monitor insisi stoma.

Pantau dan dampinggi

keluarga saat merawat


kolostomi
- Irigasi stoma sesuai
indikasi.
- Monitor produk stoma
- Ganti kantong
kolostomi setiap kotor.
4. Medikasi terapi
-

Beri antibiotik sesuai

program
-

Tingkatkan nutrisi

Monitor keefektifan

terapi.
5. Health education
o Ajarkan pada orang
tua tentang tanda-tanda
infeksi.
o Ajarkan cara
mencegah infeksi.
o Ajarkan cara
3.

Kekurangan

Status hidrasi:

volume cairan b.d

Kriteria:

kehilangan volume

caian secara aktif

urine output normal


-

menunjukkan
menunjukkan

TD, nadi dan suhu


dbn
-

timbang berat badan


tiap hari
kelola catatan intake
dan output
monitor status hidrasi
(membran mukosa, nadi

turgor kulit,

kelembaban
mukosa dbn.
-

perawatan colostomi
manajemen cairan

Mampu

menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
kehilangan cairan

adekuat, ortostatik TD)


monitor hasil
laboratorium yang
menunjukkan retensi
cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital sign
monitor tanda-tanda
kelebihan atau
kekurangan volume
cairan

administrasi terapi
Intra vena
monitor status nutrisi
berikan cairan dan
intake oral.
5. monitor cairan
-

kaji jumlah dan jenis

intake cairan dan


kebiasaan eliminasi
-

kaji faktor resiko

terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-

monitor intake dan

output
-

monitor serum, dan

elektrolit
-

jaga keakurtan

pencatatan intake dan


output
-

administrasi

pemberian cairan
6. managemen
hipovolemi
-

monitor status cairan

termasuk intake dan


output
-

jaga kepatenan terpi

intra vena
-

monitor kehilangan

cairan
-

monitor hasil

laboratorium
-

hitung kebutuhan

cairan
-

administrasi

pemberian cairan
hipotonik/isotonik
-

observasi indikasi

dehidrasi
-

kelola pemberian

intake oral
-

monitor tanda dan

gejala over hidration


3.4 Implementaasi

3.5 Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang

3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan


kolon

BAB IV
PENUTUP
4.1

KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah.

Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan


perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air
besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara
yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang

benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak.
Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat
maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
4.2 SARAN
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.


Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih
(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^.
Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 .
Jakarta : FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulapius FKUI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah

penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi
usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah
keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke
bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hisprung?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hisprung?
1.3 TUJUAN
1.3.1

TUJUAN UMUM

Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah


kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
1.3.2

TUJUAN KHUSUS

1. Mendeskripsikan pengertian Hisprung.


2. Mendeskripsikan jenis-jenis Hisprung.
3. Mendeskripsikan penyebab Hisprung.
4. Mendeskripsikan asuhan keperawatan Hisprung.

1.4 Manfaat
1.4.1

Manfaat Teoritis

Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hisprung maka manfaat
pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan
perawat Hisprung.
1.4.5
a.

Manfaat Praktis

Bagi Pembaca

Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham


akan perawatan Hisprung.
b. Bagi Penulis
Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan memahami
secara spesifik tentang Hisprung.

BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)

yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hisprung atau megakolon kongenital adalah penyakit bawan kibat tisak
tercapainya pertumbuhan chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus pada
segmen usus bagian distl, terbanyak di rektosigmid. Sehingga tidak ad peristaltic pada
usus yang terkena dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi
obstruksi, dilatasi kolon bgian proksimal dan hipertropi dingding ototnya sehingga
terbentuk megakolon.
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari
namanya penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
kelumpuhan usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Hisprung merupakan keadan tidak ada atau sedikitnya saraf ganglion parasimpatis
pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada peristaltic pada area
yang terkena, usus mengallami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan distensi
dan obstruksi abdomen
1.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang

Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 :
138)
1.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setelah bayi lahir
1. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
2. Muntah berwarna hijau
3. Distensi abdomen, konstipasi.
4. Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja /
pengeluaran gas yang banyak.
Gejala pada anak yang lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.
1. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
2. Distensi abdomen bertambah
3. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
4. Terganggu tumbang karena sering diare.
5. Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
6. Perut besar dan membuncit.

2.4 Etiologi Hisprung


Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel Neural Crest ambrional yang berimigrasi
ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon.
Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon
sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.

(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134)


Sering terjadi pada anak dengan Down Syndrome.
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242).

2.5 Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer


dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter
rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal
yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily &
Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik
dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian
Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).
2.6 Manifestasi Klinis
1. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.

2. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja
seperti pita.
3. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4. Nyeri abdomen dan distensi.
5. Gangguan pertumbuhan.
(Suriadi, 2001 : 242)
1) Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
2) Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik
secara spontan maupun dengan edema.
3) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4) Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5) Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380
Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen
.
Masa bayi dan anak-anak :
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh(Betz, 2002 : 197)

2.7 Komplikasi
A. Gawat pernapasan (akut)
B. Enterokolitis (akut)
C. Striktura ani (pasca bedah)
D. Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)
1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
1. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan
eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
2.9 Penatalaksanaan

Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
b) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling
sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana
mukosa aganglionik telah diubah.
Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a.

Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak

secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c.

Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.


Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak anak
dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi
dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Pengobatan

Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan


kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan
atau lebih.
Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan
antibiotik.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MEGA KOLON
PADA KASUS HIRSPRUNG
3.1 Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.

Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
b.

Riwayat kesehatan sekarang

Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya
klien mengatasi masalah tersebut.
c.

Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan


dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d.

Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.

e.

Riwayat psikologis

Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f.

Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g.

Riwayat social

Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.

h.

Riwayat tumbuh kembang

Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.


i.

Riwayat kebiasaan sehari-hari


Meliputi kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

2. Pemeriksaan Fisik
a.

Sistem integument

Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c.

Sistem kardiovaskuler

Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e.

Sistem Gastrointestinal

Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.

3.3 Intervensi Keperawatan


Pre operasi
No
1.

Dx
Konstipasi

Tujuan
BAB lancar,

Intrvensie
1. Bowel

berhubungan

dengan

management

dengan mekanik :

kriteria :

megakollon

Faeses lunak

terakhir

Anak tidak

Catat BAB
Monitor tanda

kesakitan saat

konstipasi

BAB.

- Anjurkan

keluarga untuk

Tindakan

operasi colostomi

mencatat warna,
jumlah, frekuensi

BAB.
-

Berikan

supositoria jika
perlu.
2. Bowel irrigation
-

Jelaskan tujuan

dari irigasi rektum.


-

Check order

terapi.
-

Jelaskan

prosedur pada
orangtua pasien.
-

Berikan posisi

yang sesuai.
-

Cek suhu cairan

sesuai suhu tubuh.


-

Berikan jelly

sebelum rektal
dimasukkan.
-

Monitor effect

dari irigasi.
3. Persiapan
preoperatif
-

Jelaskan

persiapan yang
harus dilakukan.
-

lakukan

pemeriksaan

laboratorium: darah
rutin, elektrolit,
AGD.
-

transfusi darah

bila perlu.

2.

Cemas

Cemas keluarga

1. Anxiety reduction

berhubungan

pasien tertangani

- jelaskan semua

dengan perubahan

dengan kriteria:

prosedur yang akan

dalam status

dilakukan.

kesehatan anak

lebih tenang

- kaji pemahaman

orangtua terhadap

Ibu terlihat
Ibu dapat

bertoleransi dengan kondisi anak,


keadaan anak.

tindakan yang akan


dilakukan pada
anak.
- anjurkan orang
tua untuk berada
dekat dengan anak.
- bantu pasien
mengungkapkan
ketegangan dan
kecemasan.

3.

Defisit

Orang tua tahu

1. teaching: proses

pengetahuan

mengenai

penyakit

berhubungan

perawatan anak

- Kaji pengetahuan

dengan tidak

dengan kriteria:

pasien tentang

mengenal dengan

penyakit.

sumber informasi

menjelaskan

penyakit, prosedur

penyakit, prosedur

operasi

tindakan dan cara

perawatan bersama

Mampu

mampu

Jelaskan tentang

menyebutkan

dengan dokter.

tindakan

- Informasikan

keperawatan yang

jadwal rencana

harus dilakukan.

operasi: waktu,

tanggal, dan tempat

Mampu

menyebutkan cara

operasi, lama

perawatan.

operasi.
- Jelaskan kegiatan
praoperasi :
anestesi, diet,
pemeriksaan lab,
pemasangan infus,
tempat tunggu
keluarga.
-

Jelaskan

medikasi yang
diberikan sebelum
operasi: tujuan, efek
samping.
2. health education:

jelaskan

tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan.
-

Jelaskan

mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara
perawatan dengan
dokter.
-

Lakukan diskusi

dengan keluarga
pasien dengan
penyakit yang sama.
-

Jelaskan cara

perawatan post
4.

Ketidakseimbangan Status nutrisi baik,

operatif.
- Kaji nafsu

nutrisi kurang dari

dengan kriteria:

makan,

kebutuhan tubuh

lakukanpemeriksaan

berhubungan

intake adekuat.

abdomen,adanya

dengan penurunan

BB normal.

distensi,

absorbsi usus.

Nilai lab darah

hipoperistaltik.

Diet seimbang,

normal: HB,

Ukur intake dan

Albumin, GDR.

output, berikan per


oral / cairan
intravenasesuai
program (hidrasi
adalah masalah
yang paling penting

selama masa anakanak).


-

Sajikan makanan

favorit anak, dan


berikan sedikit tapi
sering.
-

Atur anak pada

posisi yang nyaman


(fowler)
- Timbang BB tiap
haripada skala yang
5.

Gangguan koping

Meknisme koping

sama.
- Kenalkan

keluarga

keluarga efektif,

keluarga untuk

berhubungan

dengan kriteria:

mengenal

dengan krisis

staf/perawat yang

situasional,

menunjukkan bisa

merawat

ancaman fungsi

menyesuaikan

peran, perubahan

dengan lingkungan

kegiatan rutin di RS

lingkungan.

rumah sakit.

yang mempengaruhi

anak.

Keluarga

Anggota

Gambarkan

keluarga aktif

- Anjurkan

bertanya.

keluarga untuk
menyesuaikan
dengan lingkungan
yang baru dan
asing.
- Informasikan
tentang area di luar
unit yang

mungkinmereka
perlukan.
- Ciptakan kondisi
yang
mendukunguntuk
bertanya,
mengungkapkan
kekecewaan dan
perasaannya.
- Hadirkan
keluarga terdekat
dengan pasien.
- Jaga privasi,
awasi tanda-tanda
ketegangan
6.

Kekurangan

Status hidrasi:

keluarga.
1. manajemen

volume cairan b.d

Kriteria:

cairan

kehilangan volume

caian secara aktif

urine output normal badan tiap hari


-

menunjukkan
menunjukkan

TD, nadi dan suhu


dbn
-

kelola catatan
intake dan output
monitor status

turgor kulit,

kelembaban
mukosa dbn.
-

timbang berat

Mampu

menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi

hidrasi (membran
mukosa, nadi
adekuat, ortostatik
TD)
monitor hasil
laboratorium yang
menunjukkan

kehilangan cairan

retensi cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital
sign
monitor tandatanda kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi
terapi Intra vena
monitor status
nutrisi
berikan cairan
dan intake oral.
2. monitor cairan
-

kaji jumlah dan

jenis intake cairan


dan kebiasaan
eliminasi
-

kaji faktor resiko

terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-

monitor intake

dan output
-

monitor serum,

dan elektrolit

jaga keakurtan

pencatatan intake
dan output
-

administrasi

pemberian cairan
3. managemen
hipovolemi
-

monitor status

cairan termasuk
intake dan output
-

jaga kepatenan

terpi intra vena


-

monitor

kehilangan cairan
-

monitor hasil

laboratorium
-

hitung

kebutuhan cairan
-

administrasi

pemberian cairan
hipotonik/isotonik
- observasi
indikasi dehidrasi
-

kelola

pemberian intake
oral
-

monitor tanda

dan gejala over


hidration

Post Op.
No
1.

Dx

Tujuan dan Kriteria

Intervesi

Nyeri akut

hasil
Level nyeri

1. Management nyeri

berhubungan

berkurang dengan

- Kaji nyeri meliputi

dengan agen injuri

kriteria :

karakteristik, lokasi,

fisik

durasi, frekuensi,

anak tidak

rewel

kualitas, dan faktor

presipitasi.

ekspresi wajah

dan sikap tubuh

- Observasi

rileks

ketidaknyamanan non

verbal

tanda vital dbn

- Berikan posisi yang


nyaman
- Anjurkan ortu untuk
memberikan pelukan
agar anak merasa
nyaman dan tenang.
-

Tingkatkan istirahat

2 Teaching
-

Jelaskan pada ortu

tentang proses terjadinya


nyeri
-

Pertahankan

imobilisasi bagian yang


sakit
- Evaluasi keluhan nyeri
atau ketidaknyamanan
-

Perhatikan lokasi

nyeri.

3. Administrasi analgetik
-

Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas dan


derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
-

Cek program medis

tentang jenis obat, dosis


dan frekuensi pemberian
-

Ikuti 5 benar sebelum

memberikan obat
-

Cek riwayat alergi

Monitor tanda vital

sebelum dan sesudah


pemberian obat
-

Dokumentasikan

pemberian obat
2.

Resiko infeksi

Resiko infeksi

1. Infektion control

berhubungan

terkontrol dengan

- Terapkan

dengan prosedur

kriteria :

kewaspadaan universal

invasif

cuci tangan sebelum dan

bebas dari

tanda-tanda infeksi

sesudah melakukan

tindakan keperawatan.

tanda vital

dalam batas normal

- Gunakan sarung

tangan setiap melakukan

hasil lab dbn

tindakan.
-

Berikan personal

hygiene yang baik.


2. Proteksi infeksi
-

monitor tanda-tanda

infeksi lokal maupun


sistemik.
-

Monitor hasil lab:

wbc, granulosit dan hasi


lab yang lain.
-

Batasi pengunjung

Inspeksi kondisi luka

insisi operasi.
3. Ostomy care
-

bantu dan ajarkan

keluarga pasien untuk


melakukan perawatan
kolostomi
-

Monitor insisi stoma.

Pantau dan dampinggi

keluarga saat merawat


kolostomi
- Irigasi stoma sesuai
indikasi.
- Monitor produk stoma
- Ganti kantong
kolostomi setiap kotor.
4. Medikasi terapi
-

Beri antibiotik sesuai

program
-

Tingkatkan nutrisi

Monitor keefektifan

terapi.
5. Health education
o Ajarkan pada orang

tua tentang tanda-tanda


infeksi.
o Ajarkan cara
mencegah infeksi.
o Ajarkan cara
3.

Kekurangan

Status hidrasi:

volume cairan b.d

Kriteria:

kehilangan volume

caian secara aktif

urine output normal


-

menunjukkan
menunjukkan

TD, nadi dan suhu


dbn
-

timbang berat badan


tiap hari
kelola catatan intake
dan output
monitor status hidrasi
(membran mukosa, nadi

turgor kulit,

kelembaban
mukosa dbn.
-

perawatan colostomi
manajemen cairan

Mampu

menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
kehilangan cairan

adekuat, ortostatik TD)


monitor hasil
laboratorium yang
menunjukkan retensi
cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital sign
monitor tanda-tanda
kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi terapi
Intra vena
monitor status nutrisi
berikan cairan dan

intake oral.
5. monitor cairan
-

kaji jumlah dan jenis

intake cairan dan


kebiasaan eliminasi
-

kaji faktor resiko

terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-

monitor intake dan

output
-

monitor serum, dan

elektrolit
-

jaga keakurtan

pencatatan intake dan


output
-

administrasi

pemberian cairan
6. managemen
hipovolemi
-

monitor status cairan

termasuk intake dan


output
-

jaga kepatenan terpi

intra vena
-

monitor kehilangan

cairan
-

monitor hasil

laboratorium

hitung kebutuhan

cairan
-

administrasi

pemberian cairan
hipotonik/isotonik
-

observasi indikasi

dehidrasi
-

kelola pemberian

intake oral
-

monitor tanda dan

gejala over hidration


3.4 Implementaasi

3.5 Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan
kolon

BAB IV
PENUTUP
4.1

KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah.

Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan


perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air
besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara
yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang
benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak.
Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat
maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
4.2 SARAN

Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui


tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih
(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.

Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^.


Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 .
Jakarta : FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulapius FKUI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi
usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah

keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke
bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hisprung?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hisprung?
1.3 TUJUAN
1.3.1

TUJUAN UMUM

Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah


kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
1.3.2

TUJUAN KHUSUS

1. Mendeskripsikan pengertian Hisprung.


2. Mendeskripsikan jenis-jenis Hisprung.
3. Mendeskripsikan penyebab Hisprung.
4. Mendeskripsikan asuhan keperawatan Hisprung.
1.4 Manfaat
1.4.1

Manfaat Teoritis

Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hisprung maka manfaat
pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan
perawat Hisprung.

1.4.5
a.

Manfaat Praktis

Bagi Pembaca

Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham


akan perawatan Hisprung.
b. Bagi Penulis
Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan memahami
secara spesifik tentang Hisprung.

BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hisprung atau megakolon kongenital adalah penyakit bawan kibat tisak
tercapainya pertumbuhan chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus pada
segmen usus bagian distl, terbanyak di rektosigmid. Sehingga tidak ad peristaltic pada

usus yang terkena dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi
obstruksi, dilatasi kolon bgian proksimal dan hipertropi dingding ototnya sehingga
terbentuk megakolon.
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari
namanya penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
kelumpuhan usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Hisprung merupakan keadan tidak ada atau sedikitnya saraf ganglion parasimpatis
pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada peristaltic pada area
yang terkena, usus mengallami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan distensi
dan obstruksi abdomen
1.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 :
138)
1.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setelah bayi lahir
1. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)

2. Muntah berwarna hijau


3. Distensi abdomen, konstipasi.
4. Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja /
pengeluaran gas yang banyak.
Gejala pada anak yang lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.
1. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
2. Distensi abdomen bertambah
3. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
4. Terganggu tumbang karena sering diare.
5. Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
6. Perut besar dan membuncit.

2.4 Etiologi Hisprung


Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel Neural Crest ambrional yang berimigrasi
ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon.
Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon
sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134)
Sering terjadi pada anak dengan Down Syndrome.
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242).

2.5 Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer


dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter
rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal
yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily &
Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik
dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian
Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).
2.6 Manifestasi Klinis
1. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja
seperti pita.
3. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4. Nyeri abdomen dan distensi.
5. Gangguan pertumbuhan.
(Suriadi, 2001 : 242)

1) Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
2) Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik
secara spontan maupun dengan edema.
3) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4) Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5) Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380
Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen
.
Masa bayi dan anak-anak :
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh(Betz, 2002 : 197)
2.7 Komplikasi
A. Gawat pernapasan (akut)
B. Enterokolitis (akut)
C. Striktura ani (pasca bedah)
D. Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)

1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
1. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan
eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
2.9 Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :

a) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk


melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
b) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling
sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana
mukosa aganglionik telah diubah.
Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a.

Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak

secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c.

Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.


Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak anak
dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi
dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Pengobatan
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan
atau lebih.

Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan


antibiotik.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MEGA KOLON
PADA KASUS HIRSPRUNG
3.1 Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan

diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
b.

Riwayat kesehatan sekarang

Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya
klien mengatasi masalah tersebut.
c.

Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan


dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d.

Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.

e.

Riwayat psikologis

Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f.

Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g.

Riwayat social

Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
h.

Riwayat tumbuh kembang

Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.


i.

Riwayat kebiasaan sehari-hari


Meliputi kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

2. Pemeriksaan Fisik
a.

Sistem integument

Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c.

Sistem kardiovaskuler

Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e.

Sistem Gastrointestinal

Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan

3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan


kolostomi.

3.3 Intervensi Keperawatan


Pre operasi
No
1.

Dx
Konstipasi

Tujuan
BAB lancar,

Intrvensie
1. Bowel

berhubungan

dengan

management

dengan mekanik :

kriteria :

megakollon

Faeses lunak

terakhir

Anak tidak

Catat BAB
Monitor tanda

kesakitan saat

konstipasi

BAB.

- Anjurkan

keluarga untuk

Tindakan

operasi colostomi

mencatat warna,
jumlah, frekuensi
BAB.
-

Berikan

supositoria jika
perlu.

2. Bowel irrigation
-

Jelaskan tujuan

dari irigasi rektum.


-

Check order

terapi.
-

Jelaskan

prosedur pada
orangtua pasien.
-

Berikan posisi

yang sesuai.
-

Cek suhu cairan

sesuai suhu tubuh.


-

Berikan jelly

sebelum rektal
dimasukkan.
-

Monitor effect

dari irigasi.
3. Persiapan
preoperatif
-

Jelaskan

persiapan yang
harus dilakukan.
-

lakukan

pemeriksaan
laboratorium: darah
rutin, elektrolit,
AGD.
-

transfusi darah

bila perlu.

2.

Cemas

Cemas keluarga

1. Anxiety reduction

berhubungan

pasien tertangani

- jelaskan semua

dengan perubahan

dengan kriteria:

prosedur yang akan

dalam status

dilakukan.

kesehatan anak

lebih tenang

- kaji pemahaman

orangtua terhadap

Ibu terlihat
Ibu dapat

bertoleransi dengan kondisi anak,


keadaan anak.

tindakan yang akan


dilakukan pada
anak.
- anjurkan orang
tua untuk berada
dekat dengan anak.
- bantu pasien
mengungkapkan
ketegangan dan
kecemasan.

3.

Defisit

Orang tua tahu

1. teaching: proses

pengetahuan

mengenai

penyakit

berhubungan

perawatan anak

- Kaji pengetahuan

dengan tidak

dengan kriteria:

pasien tentang

mengenal dengan

penyakit.

sumber informasi

menjelaskan

penyakit, prosedur

penyakit, prosedur

operasi

tindakan dan cara

perawatan bersama

Mampu

mampu

Jelaskan tentang

menyebutkan

dengan dokter.

tindakan

- Informasikan

keperawatan yang

jadwal rencana

harus dilakukan.

operasi: waktu,

tanggal, dan tempat

Mampu

menyebutkan cara

operasi, lama

perawatan.

operasi.
- Jelaskan kegiatan
praoperasi :
anestesi, diet,
pemeriksaan lab,
pemasangan infus,
tempat tunggu
keluarga.
-

Jelaskan

medikasi yang
diberikan sebelum
operasi: tujuan, efek
samping.
2. health education:

jelaskan

tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan.
-

Jelaskan

mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara
perawatan dengan
dokter.
-

Lakukan diskusi

dengan keluarga
pasien dengan
penyakit yang sama.
-

Jelaskan cara

perawatan post
4.

Ketidakseimbangan Status nutrisi baik,

operatif.
- Kaji nafsu

nutrisi kurang dari

dengan kriteria:

makan,

kebutuhan tubuh

lakukanpemeriksaan

berhubungan

intake adekuat.

abdomen,adanya

dengan penurunan

BB normal.

distensi,

absorbsi usus.

Nilai lab darah

hipoperistaltik.

Diet seimbang,

normal: HB,

Ukur intake dan

Albumin, GDR.

output, berikan per


oral / cairan
intravenasesuai
program (hidrasi
adalah masalah
yang paling penting

selama masa anakanak).


-

Sajikan makanan

favorit anak, dan


berikan sedikit tapi
sering.
-

Atur anak pada

posisi yang nyaman


(fowler)
- Timbang BB tiap
haripada skala yang
5.

Gangguan koping

Meknisme koping

sama.
- Kenalkan

keluarga

keluarga efektif,

keluarga untuk

berhubungan

dengan kriteria:

mengenal

dengan krisis

staf/perawat yang

situasional,

menunjukkan bisa

merawat

ancaman fungsi

menyesuaikan

peran, perubahan

dengan lingkungan

kegiatan rutin di RS

lingkungan.

rumah sakit.

yang mempengaruhi

anak.

Keluarga

Anggota

Gambarkan

keluarga aktif

- Anjurkan

bertanya.

keluarga untuk
menyesuaikan
dengan lingkungan
yang baru dan
asing.
- Informasikan
tentang area di luar
unit yang

mungkinmereka
perlukan.
- Ciptakan kondisi
yang
mendukunguntuk
bertanya,
mengungkapkan
kekecewaan dan
perasaannya.
- Hadirkan
keluarga terdekat
dengan pasien.
- Jaga privasi,
awasi tanda-tanda
ketegangan
6.

Kekurangan

Status hidrasi:

keluarga.
1. manajemen

volume cairan b.d

Kriteria:

cairan

kehilangan volume

caian secara aktif

urine output normal badan tiap hari


-

menunjukkan
menunjukkan

TD, nadi dan suhu


dbn
-

kelola catatan
intake dan output
monitor status

turgor kulit,

kelembaban
mukosa dbn.
-

timbang berat

Mampu

menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi

hidrasi (membran
mukosa, nadi
adekuat, ortostatik
TD)
monitor hasil
laboratorium yang
menunjukkan

kehilangan cairan

retensi cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital
sign
monitor tandatanda kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi
terapi Intra vena
monitor status
nutrisi
berikan cairan
dan intake oral.
2. monitor cairan
-

kaji jumlah dan

jenis intake cairan


dan kebiasaan
eliminasi
-

kaji faktor resiko

terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-

monitor intake

dan output
-

monitor serum,

dan elektrolit

jaga keakurtan

pencatatan intake
dan output
-

administrasi

pemberian cairan
3. managemen
hipovolemi
-

monitor status

cairan termasuk
intake dan output
-

jaga kepatenan

terpi intra vena


-

monitor

kehilangan cairan
-

monitor hasil

laboratorium
-

hitung

kebutuhan cairan
-

administrasi

pemberian cairan
hipotonik/isotonik
- observasi
indikasi dehidrasi
-

kelola

pemberian intake
oral
-

monitor tanda

dan gejala over


hidration

Post Op.
No
1.

Dx

Tujuan dan Kriteria

Intervesi

Nyeri akut

hasil
Level nyeri

1. Management nyeri

berhubungan

berkurang dengan

- Kaji nyeri meliputi

dengan agen injuri

kriteria :

karakteristik, lokasi,

fisik

durasi, frekuensi,

anak tidak

rewel

kualitas, dan faktor

presipitasi.

ekspresi wajah

dan sikap tubuh

- Observasi

rileks

ketidaknyamanan non

verbal

tanda vital dbn

- Berikan posisi yang


nyaman
- Anjurkan ortu untuk
memberikan pelukan
agar anak merasa
nyaman dan tenang.
-

Tingkatkan istirahat

2 Teaching
-

Jelaskan pada ortu

tentang proses terjadinya


nyeri
-

Pertahankan

imobilisasi bagian yang


sakit
- Evaluasi keluhan nyeri
atau ketidaknyamanan
-

Perhatikan lokasi

nyeri.

3. Administrasi analgetik
-

Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas dan


derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
-

Cek program medis

tentang jenis obat, dosis


dan frekuensi pemberian
-

Ikuti 5 benar sebelum

memberikan obat
-

Cek riwayat alergi

Monitor tanda vital

sebelum dan sesudah


pemberian obat
-

Dokumentasikan

pemberian obat
2.

Resiko infeksi

Resiko infeksi

1. Infektion control

berhubungan

terkontrol dengan

- Terapkan

dengan prosedur

kriteria :

kewaspadaan universal

invasif

cuci tangan sebelum dan

bebas dari

tanda-tanda infeksi

sesudah melakukan

tindakan keperawatan.

tanda vital

dalam batas normal

- Gunakan sarung

tangan setiap melakukan

hasil lab dbn

tindakan.
-

Berikan personal

hygiene yang baik.


2. Proteksi infeksi
-

monitor tanda-tanda

infeksi lokal maupun


sistemik.
-

Monitor hasil lab:

wbc, granulosit dan hasi


lab yang lain.
-

Batasi pengunjung

Inspeksi kondisi luka

insisi operasi.
3. Ostomy care
-

bantu dan ajarkan

keluarga pasien untuk


melakukan perawatan
kolostomi
-

Monitor insisi stoma.

Pantau dan dampinggi

keluarga saat merawat


kolostomi
- Irigasi stoma sesuai
indikasi.
- Monitor produk stoma
- Ganti kantong
kolostomi setiap kotor.
4. Medikasi terapi
-

Beri antibiotik sesuai

program
-

Tingkatkan nutrisi

Monitor keefektifan

terapi.
5. Health education
o Ajarkan pada orang

tua tentang tanda-tanda


infeksi.
o Ajarkan cara
mencegah infeksi.
o Ajarkan cara
3.

Kekurangan

Status hidrasi:

volume cairan b.d

Kriteria:

kehilangan volume

caian secara aktif

urine output normal


-

menunjukkan
menunjukkan

TD, nadi dan suhu


dbn
-

timbang berat badan


tiap hari
kelola catatan intake
dan output
monitor status hidrasi
(membran mukosa, nadi

turgor kulit,

kelembaban
mukosa dbn.
-

perawatan colostomi
manajemen cairan

Mampu

menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
kehilangan cairan

adekuat, ortostatik TD)


monitor hasil
laboratorium yang
menunjukkan retensi
cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital sign
monitor tanda-tanda
kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi terapi
Intra vena
monitor status nutrisi
berikan cairan dan

intake oral.
5. monitor cairan
-

kaji jumlah dan jenis

intake cairan dan


kebiasaan eliminasi
-

kaji faktor resiko

terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-

monitor intake dan

output
-

monitor serum, dan

elektrolit
-

jaga keakurtan

pencatatan intake dan


output
-

administrasi

pemberian cairan
6. managemen
hipovolemi
-

monitor status cairan

termasuk intake dan


output
-

jaga kepatenan terpi

intra vena
-

monitor kehilangan

cairan
-

monitor hasil

laboratorium

hitung kebutuhan

cairan
-

administrasi

pemberian cairan
hipotonik/isotonik
-

observasi indikasi

dehidrasi
-

kelola pemberian

intake oral
-

monitor tanda dan

gejala over hidration


3.4 Implementaasi

3.5 Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan
kolon

BAB IV
PENUTUP
4.1

KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah.

Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan


perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air
besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara
yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang
benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak.
Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat
maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
4.2 SARAN

Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui


tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih
(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.

Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^.


Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 .
Jakarta : FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulapius FKUI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi
usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah

keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke
bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hisprung?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hisprung?
1.3 TUJUAN
1.3.1

TUJUAN UMUM

Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah


kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
1.3.2

TUJUAN KHUSUS

1. Mendeskripsikan pengertian Hisprung.


2. Mendeskripsikan jenis-jenis Hisprung.
3. Mendeskripsikan penyebab Hisprung.
4. Mendeskripsikan asuhan keperawatan Hisprung.
1.4 Manfaat
1.4.1

Manfaat Teoritis

Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hisprung maka manfaat
pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan
perawat Hisprung.

1.4.5
a.

Manfaat Praktis

Bagi Pembaca

Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham


akan perawatan Hisprung.
b. Bagi Penulis
Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan memahami
secara spesifik tentang Hisprung.

BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hisprung atau megakolon kongenital adalah penyakit bawan kibat tisak
tercapainya pertumbuhan chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus pada
segmen usus bagian distl, terbanyak di rektosigmid. Sehingga tidak ad peristaltic pada

usus yang terkena dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi
obstruksi, dilatasi kolon bgian proksimal dan hipertropi dingding ototnya sehingga
terbentuk megakolon.
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari
namanya penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
kelumpuhan usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Hisprung merupakan keadan tidak ada atau sedikitnya saraf ganglion parasimpatis
pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada peristaltic pada area
yang terkena, usus mengallami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan distensi
dan obstruksi abdomen
1.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 :
138)
1.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setelah bayi lahir
1. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)

2. Muntah berwarna hijau


3. Distensi abdomen, konstipasi.
4. Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja /
pengeluaran gas yang banyak.
Gejala pada anak yang lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.
1. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
2. Distensi abdomen bertambah
3. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
4. Terganggu tumbang karena sering diare.
5. Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
6. Perut besar dan membuncit.

2.4 Etiologi Hisprung


Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel Neural Crest ambrional yang berimigrasi
ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon.
Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon
sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134)
Sering terjadi pada anak dengan Down Syndrome.
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242).

2.5 Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer


dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter
rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal
yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily &
Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik
dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian
Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).
2.6 Manifestasi Klinis
1. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja
seperti pita.
3. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4. Nyeri abdomen dan distensi.
5. Gangguan pertumbuhan.
(Suriadi, 2001 : 242)

1) Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
2) Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik
secara spontan maupun dengan edema.
3) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4) Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5) Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380
Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen
.
Masa bayi dan anak-anak :
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh(Betz, 2002 : 197)
2.7 Komplikasi
A. Gawat pernapasan (akut)
B. Enterokolitis (akut)
C. Striktura ani (pasca bedah)
D. Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)

1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
1. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan
eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
2.9 Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :

a) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk


melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
b) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling
sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana
mukosa aganglionik telah diubah.
Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a.

Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak

secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c.

Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.


Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak anak
dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi
dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Pengobatan
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan
atau lebih.

Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan


antibiotik.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MEGA KOLON
PADA KASUS HIRSPRUNG
3.1 Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan

diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
b.

Riwayat kesehatan sekarang

Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya
klien mengatasi masalah tersebut.
c.

Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan


dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d.

Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.

e.

Riwayat psikologis

Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f.

Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g.

Riwayat social

Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
h.

Riwayat tumbuh kembang

Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.


i.

Riwayat kebiasaan sehari-hari


Meliputi kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

2. Pemeriksaan Fisik
a.

Sistem integument

Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c.

Sistem kardiovaskuler

Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e.

Sistem Gastrointestinal

Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan

3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan


kolostomi.

3.3 Intervensi Keperawatan


Pre operasi
No
1.

Dx
Konstipasi

Tujuan
BAB lancar,

Intrvensie
1. Bowel

berhubungan

dengan

management

dengan mekanik :

kriteria :

megakollon

Faeses lunak

terakhir

Anak tidak

Catat BAB
Monitor tanda

kesakitan saat

konstipasi

BAB.

- Anjurkan

keluarga untuk

Tindakan

operasi colostomi

mencatat warna,
jumlah, frekuensi
BAB.
-

Berikan

supositoria jika
perlu.

2. Bowel irrigation
-

Jelaskan tujuan

dari irigasi rektum.


-

Check order

terapi.
-

Jelaskan

prosedur pada
orangtua pasien.
-

Berikan posisi

yang sesuai.
-

Cek suhu cairan

sesuai suhu tubuh.


-

Berikan jelly

sebelum rektal
dimasukkan.
-

Monitor effect

dari irigasi.
3. Persiapan
preoperatif
-

Jelaskan

persiapan yang
harus dilakukan.
-

lakukan

pemeriksaan
laboratorium: darah
rutin, elektrolit,
AGD.
-

transfusi darah

bila perlu.

2.

Cemas

Cemas keluarga

1. Anxiety reduction

berhubungan

pasien tertangani

- jelaskan semua

dengan perubahan

dengan kriteria:

prosedur yang akan

dalam status

dilakukan.

kesehatan anak

lebih tenang

- kaji pemahaman

orangtua terhadap

Ibu terlihat
Ibu dapat

bertoleransi dengan kondisi anak,


keadaan anak.

tindakan yang akan


dilakukan pada
anak.
- anjurkan orang
tua untuk berada
dekat dengan anak.
- bantu pasien
mengungkapkan
ketegangan dan
kecemasan.

3.

Defisit

Orang tua tahu

1. teaching: proses

pengetahuan

mengenai

penyakit

berhubungan

perawatan anak

- Kaji pengetahuan

dengan tidak

dengan kriteria:

pasien tentang

mengenal dengan

penyakit.

sumber informasi

menjelaskan

penyakit, prosedur

penyakit, prosedur

operasi

tindakan dan cara

perawatan bersama

Mampu

mampu

Jelaskan tentang

menyebutkan

dengan dokter.

tindakan

- Informasikan

keperawatan yang

jadwal rencana

harus dilakukan.

operasi: waktu,

tanggal, dan tempat

Mampu

menyebutkan cara

operasi, lama

perawatan.

operasi.
- Jelaskan kegiatan
praoperasi :
anestesi, diet,
pemeriksaan lab,
pemasangan infus,
tempat tunggu
keluarga.
-

Jelaskan

medikasi yang
diberikan sebelum
operasi: tujuan, efek
samping.
2. health education:

jelaskan

tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan.
-

Jelaskan

mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara
perawatan dengan
dokter.
-

Lakukan diskusi

dengan keluarga
pasien dengan
penyakit yang sama.
-

Jelaskan cara

perawatan post
4.

Ketidakseimbangan Status nutrisi baik,

operatif.
- Kaji nafsu

nutrisi kurang dari

dengan kriteria:

makan,

kebutuhan tubuh

lakukanpemeriksaan

berhubungan

intake adekuat.

abdomen,adanya

dengan penurunan

BB normal.

distensi,

absorbsi usus.

Nilai lab darah

hipoperistaltik.

Diet seimbang,

normal: HB,

Ukur intake dan

Albumin, GDR.

output, berikan per


oral / cairan
intravenasesuai
program (hidrasi
adalah masalah
yang paling penting

selama masa anakanak).


-

Sajikan makanan

favorit anak, dan


berikan sedikit tapi
sering.
-

Atur anak pada

posisi yang nyaman


(fowler)
- Timbang BB tiap
haripada skala yang
5.

Gangguan koping

Meknisme koping

sama.
- Kenalkan

keluarga

keluarga efektif,

keluarga untuk

berhubungan

dengan kriteria:

mengenal

dengan krisis

staf/perawat yang

situasional,

menunjukkan bisa

merawat

ancaman fungsi

menyesuaikan

peran, perubahan

dengan lingkungan

kegiatan rutin di RS

lingkungan.

rumah sakit.

yang mempengaruhi

anak.

Keluarga

Anggota

Gambarkan

keluarga aktif

- Anjurkan

bertanya.

keluarga untuk
menyesuaikan
dengan lingkungan
yang baru dan
asing.
- Informasikan
tentang area di luar
unit yang

mungkinmereka
perlukan.
- Ciptakan kondisi
yang
mendukunguntuk
bertanya,
mengungkapkan
kekecewaan dan
perasaannya.
- Hadirkan
keluarga terdekat
dengan pasien.
- Jaga privasi,
awasi tanda-tanda
ketegangan
6.

Kekurangan

Status hidrasi:

keluarga.
1. manajemen

volume cairan b.d

Kriteria:

cairan

kehilangan volume

caian secara aktif

urine output normal badan tiap hari


-

menunjukkan
menunjukkan

TD, nadi dan suhu


dbn
-

kelola catatan
intake dan output
monitor status

turgor kulit,

kelembaban
mukosa dbn.
-

timbang berat

Mampu

menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi

hidrasi (membran
mukosa, nadi
adekuat, ortostatik
TD)
monitor hasil
laboratorium yang
menunjukkan

kehilangan cairan

retensi cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital
sign
monitor tandatanda kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi
terapi Intra vena
monitor status
nutrisi
berikan cairan
dan intake oral.
2. monitor cairan
-

kaji jumlah dan

jenis intake cairan


dan kebiasaan
eliminasi
-

kaji faktor resiko

terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-

monitor intake

dan output
-

monitor serum,

dan elektrolit

jaga keakurtan

pencatatan intake
dan output
-

administrasi

pemberian cairan
3. managemen
hipovolemi
-

monitor status

cairan termasuk
intake dan output
-

jaga kepatenan

terpi intra vena


-

monitor

kehilangan cairan
-

monitor hasil

laboratorium
-

hitung

kebutuhan cairan
-

administrasi

pemberian cairan
hipotonik/isotonik
- observasi
indikasi dehidrasi
-

kelola

pemberian intake
oral
-

monitor tanda

dan gejala over


hidration

Post Op.
No
1.

Dx

Tujuan dan Kriteria

Intervesi

Nyeri akut

hasil
Level nyeri

1. Management nyeri

berhubungan

berkurang dengan

- Kaji nyeri meliputi

dengan agen injuri

kriteria :

karakteristik, lokasi,

fisik

durasi, frekuensi,

anak tidak

rewel

kualitas, dan faktor

presipitasi.

ekspresi wajah

dan sikap tubuh

- Observasi

rileks

ketidaknyamanan non

verbal

tanda vital dbn

- Berikan posisi yang


nyaman
- Anjurkan ortu untuk
memberikan pelukan
agar anak merasa
nyaman dan tenang.
-

Tingkatkan istirahat

2 Teaching
-

Jelaskan pada ortu

tentang proses terjadinya


nyeri
-

Pertahankan

imobilisasi bagian yang


sakit
- Evaluasi keluhan nyeri
atau ketidaknyamanan
-

Perhatikan lokasi

nyeri.

3. Administrasi analgetik
-

Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas dan


derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
-

Cek program medis

tentang jenis obat, dosis


dan frekuensi pemberian
-

Ikuti 5 benar sebelum

memberikan obat
-

Cek riwayat alergi

Monitor tanda vital

sebelum dan sesudah


pemberian obat
-

Dokumentasikan

pemberian obat
2.

Resiko infeksi

Resiko infeksi

1. Infektion control

berhubungan

terkontrol dengan

- Terapkan

dengan prosedur

kriteria :

kewaspadaan universal

invasif

cuci tangan sebelum dan

bebas dari

tanda-tanda infeksi

sesudah melakukan

tindakan keperawatan.

tanda vital

dalam batas normal

- Gunakan sarung

tangan setiap melakukan

hasil lab dbn

tindakan.
-

Berikan personal

hygiene yang baik.


2. Proteksi infeksi
-

monitor tanda-tanda

infeksi lokal maupun


sistemik.
-

Monitor hasil lab:

wbc, granulosit dan hasi


lab yang lain.
-

Batasi pengunjung

Inspeksi kondisi luka

insisi operasi.
3. Ostomy care
-

bantu dan ajarkan

keluarga pasien untuk


melakukan perawatan
kolostomi
-

Monitor insisi stoma.

Pantau dan dampinggi

keluarga saat merawat


kolostomi
- Irigasi stoma sesuai
indikasi.
- Monitor produk stoma
- Ganti kantong
kolostomi setiap kotor.
4. Medikasi terapi
-

Beri antibiotik sesuai

program
-

Tingkatkan nutrisi

Monitor keefektifan

terapi.
5. Health education
o Ajarkan pada orang

tua tentang tanda-tanda


infeksi.
o Ajarkan cara
mencegah infeksi.
o Ajarkan cara
3.

Kekurangan

Status hidrasi:

volume cairan b.d

Kriteria:

kehilangan volume

caian secara aktif

urine output normal


-

menunjukkan
menunjukkan

TD, nadi dan suhu


dbn
-

timbang berat badan


tiap hari
kelola catatan intake
dan output
monitor status hidrasi
(membran mukosa, nadi

turgor kulit,

kelembaban
mukosa dbn.
-

perawatan colostomi
manajemen cairan

Mampu

menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
kehilangan cairan

adekuat, ortostatik TD)


monitor hasil
laboratorium yang
menunjukkan retensi
cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital sign
monitor tanda-tanda
kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi terapi
Intra vena
monitor status nutrisi
berikan cairan dan

intake oral.
5. monitor cairan
-

kaji jumlah dan jenis

intake cairan dan


kebiasaan eliminasi
-

kaji faktor resiko

terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-

monitor intake dan

output
-

monitor serum, dan

elektrolit
-

jaga keakurtan

pencatatan intake dan


output
-

administrasi

pemberian cairan
6. managemen
hipovolemi
-

monitor status cairan

termasuk intake dan


output
-

jaga kepatenan terpi

intra vena
-

monitor kehilangan

cairan
-

monitor hasil

laboratorium

hitung kebutuhan

cairan
-

administrasi

pemberian cairan
hipotonik/isotonik
-

observasi indikasi

dehidrasi
-

kelola pemberian

intake oral
-

monitor tanda dan

gejala over hidration


3.4 Implementaasi

3.5 Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan
kolon

BAB IV
PENUTUP
4.1

KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah.

Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan


perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air
besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara
yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang
benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak.
Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat
maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
4.2 SARAN

Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui


tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih
(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.

Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^.


Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 .
Jakarta : FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulapius FKUI

You might also like