Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi
usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah
keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke
bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hisprung?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hisprung?
1.3 TUJUAN
1.3.1
TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
Manfaat Teoritis
Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hisprung maka manfaat
pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan
perawat Hisprung.
1.4.5
a.
Manfaat Praktis
Bagi Pembaca
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hisprung atau megakolon kongenital adalah penyakit bawan kibat tisak
tercapainya pertumbuhan chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus pada
segmen usus bagian distl, terbanyak di rektosigmid. Sehingga tidak ad peristaltic pada
usus yang terkena dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi
obstruksi, dilatasi kolon bgian proksimal dan hipertropi dingding ototnya sehingga
terbentuk megakolon.
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari
namanya penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
kelumpuhan usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Hisprung merupakan keadan tidak ada atau sedikitnya saraf ganglion parasimpatis
pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada peristaltic pada area
yang terkena, usus mengallami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan distensi
dan obstruksi abdomen
1.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel Neural Crest ambrional yang berimigrasi
ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon.
Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon
sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134)
Sering terjadi pada anak dengan Down Syndrome.
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242).
2.5 Patofisiologi
dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian
Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).
2.6 Manifestasi Klinis
1. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja
seperti pita.
3. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4. Nyeri abdomen dan distensi.
5. Gangguan pertumbuhan.
(Suriadi, 2001 : 242)
1) Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
2) Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik
secara spontan maupun dengan edema.
3) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4) Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5) Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380
Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen
.
Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak anak
dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi
dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Pengobatan
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan
atau lebih.
Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan
antibiotik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MEGA KOLON
PADA KASUS HIRSPRUNG
3.1 Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
b.
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya
klien mengatasi masalah tersebut.
c.
Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
e.
Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f.
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g.
Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
h.
2. Pemeriksaan Fisik
a.
Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c.
Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e.
Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
Dx
Tujuan
Intrvensie
1.
Konstipasi
BAB lancar,
1. Bowel
berhubungan
dengan
management
dengan mekanik :
kriteria :
megakollon
Faeses lunak
terakhir
Anak tidak
Catat BAB
Monitor tanda
kesakitan saat
konstipasi
BAB.
- Anjurkan
keluarga untuk
Tindakan
operasi colostomi
mencatat warna,
jumlah, frekuensi
BAB.
-
Berikan
supositoria jika
perlu.
2. Bowel irrigation
-
Jelaskan tujuan
Check order
terapi.
-
Jelaskan
prosedur pada
orangtua pasien.
-
Berikan posisi
yang sesuai.
-
Berikan jelly
sebelum rektal
dimasukkan.
Monitor effect
dari irigasi.
3. Persiapan
preoperatif
-
Jelaskan
persiapan yang
harus dilakukan.
-
lakukan
pemeriksaan
laboratorium: darah
rutin, elektrolit,
AGD.
2.
transfusi darah
Cemas
Cemas keluarga
bila perlu.
1. Anxiety reduction
berhubungan
pasien tertangani
- jelaskan semua
dengan perubahan
dengan kriteria:
dalam status
dilakukan.
kesehatan anak
lebih tenang
- kaji pemahaman
orangtua terhadap
Ibu terlihat
Ibu dapat
ketegangan dan
kecemasan.
3.
Defisit
1. teaching: proses
pengetahuan
mengenai
penyakit
berhubungan
perawatan anak
- Kaji pengetahuan
dengan tidak
dengan kriteria:
pasien tentang
mengenal dengan
penyakit.
sumber informasi
menjelaskan
penyakit, prosedur
penyakit, prosedur
operasi
perawatan bersama
Mampu
mampu
Jelaskan tentang
menyebutkan
dengan dokter.
tindakan
- Informasikan
keperawatan yang
jadwal rencana
harus dilakukan.
operasi: waktu,
Mampu
menyebutkan cara
operasi, lama
perawatan.
operasi.
- Jelaskan kegiatan
praoperasi :
anestesi, diet,
pemeriksaan lab,
pemasangan infus,
tempat tunggu
keluarga.
-
Jelaskan
medikasi yang
diberikan sebelum
operasi: tujuan, efek
samping.
2. health education:
-
jelaskan
tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan.
-
Jelaskan
mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara
perawatan dengan
dokter.
-
Lakukan diskusi
dengan keluarga
pasien dengan
penyakit yang sama.
-
Jelaskan cara
perawatan post
4.
operatif.
- Kaji nafsu
dengan kriteria:
makan,
kebutuhan tubuh
lakukanpemeriksaan
berhubungan
intake adekuat.
abdomen,adanya
dengan penurunan
BB normal.
distensi,
absorbsi usus.
hipoperistaltik.
Diet seimbang,
normal: HB,
Albumin, GDR.
adalah masalah
yang paling penting
selama masa anakanak).
-
Sajikan makanan
Gangguan koping
Meknisme koping
sama.
- Kenalkan
keluarga
keluarga efektif,
keluarga untuk
berhubungan
dengan kriteria:
mengenal
dengan krisis
staf/perawat yang
situasional,
menunjukkan bisa
merawat
ancaman fungsi
menyesuaikan
peran, perubahan
dengan lingkungan
kegiatan rutin di RS
lingkungan.
rumah sakit.
yang mempengaruhi
anak.
Keluarga
Anggota
Gambarkan
keluarga aktif
- Anjurkan
bertanya.
keluarga untuk
menyesuaikan
dengan lingkungan
yang baru dan
asing.
- Informasikan
Kekurangan
Status hidrasi:
keluarga.
1. manajemen
Kriteria:
cairan
kehilangan volume
menunjukkan
menunjukkan
kelola catatan
intake dan output
monitor status
turgor kulit,
kelembaban
mukosa dbn.
-
timbang berat
Mampu
menjelaskan yang
hidrasi (membran
mukosa, nadi
adekuat, ortostatik
TD)
monitor hasil
dapat dilakukan
laboratorium yang
untuk mengatasi
menunjukkan
kehilangan cairan
retensi cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital
sign
monitor tandatanda kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi
terapi Intra vena
monitor status
nutrisi
berikan cairan
dan intake oral.
2. monitor cairan
-
terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-
monitor intake
dan output
monitor serum,
dan elektrolit
-
jaga keakurtan
pencatatan intake
dan output
-
administrasi
pemberian cairan
3. managemen
hipovolemi
-
monitor status
cairan termasuk
intake dan output
-
jaga kepatenan
monitor
kehilangan cairan
-
monitor hasil
laboratorium
-
hitung
kebutuhan cairan
-
administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
- observasi
indikasi dehidrasi
-
kelola
pemberian intake
oral
-
monitor tanda
hidration
Post Op.
No
1.
Dx
Intervesi
Nyeri akut
hasil
Level nyeri
1. Management nyeri
berhubungan
berkurang dengan
kriteria :
karakteristik, lokasi,
fisik
durasi, frekuensi,
anak tidak
rewel
presipitasi.
ekspresi wajah
- Observasi
rileks
ketidaknyamanan non
verbal
Tingkatkan istirahat
2 Teaching
-
Pertahankan
Perhatikan lokasi
nyeri.
3. Administrasi analgetik
-
Tentukan lokasi,
memberikan obat
-
Dokumentasikan
pemberian obat
2.
Resiko infeksi
Resiko infeksi
1. Infektion control
berhubungan
terkontrol dengan
- Terapkan
dengan prosedur
kriteria :
kewaspadaan universal
invasif
bebas dari
tanda-tanda infeksi
sesudah melakukan
tindakan keperawatan.
tanda vital
- Gunakan sarung
tindakan.
Berikan personal
monitor tanda-tanda
Batasi pengunjung
insisi operasi.
3. Ostomy care
-
program
-
Tingkatkan nutrisi
Monitor keefektifan
terapi.
5. Health education
o Ajarkan pada orang
tua tentang tanda-tanda
infeksi.
o Ajarkan cara
mencegah infeksi.
o Ajarkan cara
3.
Kekurangan
Status hidrasi:
Kriteria:
kehilangan volume
menunjukkan
menunjukkan
turgor kulit,
kelembaban
mukosa dbn.
-
perawatan colostomi
manajemen cairan
Mampu
menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
kehilangan cairan
administrasi terapi
Intra vena
monitor status nutrisi
berikan cairan dan
intake oral.
5. monitor cairan
-
terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-
output
-
elektrolit
-
jaga keakurtan
administrasi
pemberian cairan
6. managemen
hipovolemi
-
intra vena
-
monitor kehilangan
cairan
-
monitor hasil
laboratorium
-
hitung kebutuhan
cairan
-
administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
-
observasi indikasi
dehidrasi
-
kelola pemberian
intake oral
-
3.5 Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah.
benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak.
Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat
maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
4.2 SARAN
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi
usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah
keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke
bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hisprung?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hisprung?
1.3 TUJUAN
1.3.1
TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
1.4 Manfaat
1.4.1
Manfaat Teoritis
Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hisprung maka manfaat
pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan
perawat Hisprung.
1.4.5
a.
Manfaat Praktis
Bagi Pembaca
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hisprung atau megakolon kongenital adalah penyakit bawan kibat tisak
tercapainya pertumbuhan chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus pada
segmen usus bagian distl, terbanyak di rektosigmid. Sehingga tidak ad peristaltic pada
usus yang terkena dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi
obstruksi, dilatasi kolon bgian proksimal dan hipertropi dingding ototnya sehingga
terbentuk megakolon.
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari
namanya penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
kelumpuhan usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Hisprung merupakan keadan tidak ada atau sedikitnya saraf ganglion parasimpatis
pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada peristaltic pada area
yang terkena, usus mengallami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan distensi
dan obstruksi abdomen
1.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 :
138)
1.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setelah bayi lahir
1. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
2. Muntah berwarna hijau
3. Distensi abdomen, konstipasi.
4. Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja /
pengeluaran gas yang banyak.
Gejala pada anak yang lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.
1. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
2. Distensi abdomen bertambah
3. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
4. Terganggu tumbang karena sering diare.
5. Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
6. Perut besar dan membuncit.
2.5 Patofisiologi
2. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja
seperti pita.
3. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4. Nyeri abdomen dan distensi.
5. Gangguan pertumbuhan.
(Suriadi, 2001 : 242)
1) Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
2) Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik
secara spontan maupun dengan edema.
3) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4) Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5) Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380
Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen
.
Masa bayi dan anak-anak :
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh(Betz, 2002 : 197)
2.7 Komplikasi
A. Gawat pernapasan (akut)
B. Enterokolitis (akut)
C. Striktura ani (pasca bedah)
D. Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)
1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
1. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan
eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
2.9 Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
b) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling
sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana
mukosa aganglionik telah diubah.
Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a.
Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MEGA KOLON
PADA KASUS HIRSPRUNG
3.1 Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
b.
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya
klien mengatasi masalah tersebut.
c.
Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
e.
Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f.
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g.
Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
h.
2. Pemeriksaan Fisik
a.
Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c.
Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e.
Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
Dx
Konstipasi
Tujuan
BAB lancar,
Intrvensie
1. Bowel
berhubungan
dengan
management
dengan mekanik :
kriteria :
megakollon
Faeses lunak
terakhir
Anak tidak
Catat BAB
Monitor tanda
kesakitan saat
konstipasi
BAB.
- Anjurkan
keluarga untuk
Tindakan
operasi colostomi
mencatat warna,
jumlah, frekuensi
BAB.
-
Berikan
supositoria jika
perlu.
2. Bowel irrigation
-
Jelaskan tujuan
Check order
terapi.
-
Jelaskan
prosedur pada
orangtua pasien.
-
Berikan posisi
yang sesuai.
-
Berikan jelly
sebelum rektal
dimasukkan.
-
Monitor effect
dari irigasi.
3. Persiapan
preoperatif
-
Jelaskan
persiapan yang
harus dilakukan.
-
lakukan
pemeriksaan
laboratorium: darah
rutin, elektrolit,
AGD.
-
transfusi darah
bila perlu.
2.
Cemas
Cemas keluarga
1. Anxiety reduction
berhubungan
pasien tertangani
- jelaskan semua
dengan perubahan
dengan kriteria:
dalam status
dilakukan.
kesehatan anak
lebih tenang
- kaji pemahaman
orangtua terhadap
Ibu terlihat
Ibu dapat
3.
Defisit
1. teaching: proses
pengetahuan
mengenai
penyakit
berhubungan
perawatan anak
- Kaji pengetahuan
dengan tidak
dengan kriteria:
pasien tentang
mengenal dengan
penyakit.
sumber informasi
menjelaskan
penyakit, prosedur
penyakit, prosedur
operasi
perawatan bersama
Mampu
mampu
Jelaskan tentang
menyebutkan
dengan dokter.
tindakan
- Informasikan
keperawatan yang
jadwal rencana
harus dilakukan.
operasi: waktu,
Mampu
menyebutkan cara
operasi, lama
perawatan.
operasi.
- Jelaskan kegiatan
praoperasi :
anestesi, diet,
pemeriksaan lab,
pemasangan infus,
tempat tunggu
keluarga.
-
Jelaskan
medikasi yang
diberikan sebelum
operasi: tujuan, efek
samping.
2. health education:
jelaskan
tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan.
-
Jelaskan
mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara
perawatan dengan
dokter.
-
Lakukan diskusi
dengan keluarga
pasien dengan
penyakit yang sama.
-
Jelaskan cara
perawatan post
4.
operatif.
- Kaji nafsu
dengan kriteria:
makan,
kebutuhan tubuh
lakukanpemeriksaan
berhubungan
intake adekuat.
abdomen,adanya
dengan penurunan
BB normal.
distensi,
absorbsi usus.
hipoperistaltik.
Diet seimbang,
normal: HB,
Albumin, GDR.
Sajikan makanan
Gangguan koping
Meknisme koping
sama.
- Kenalkan
keluarga
keluarga efektif,
keluarga untuk
berhubungan
dengan kriteria:
mengenal
dengan krisis
staf/perawat yang
situasional,
menunjukkan bisa
merawat
ancaman fungsi
menyesuaikan
peran, perubahan
dengan lingkungan
kegiatan rutin di RS
lingkungan.
rumah sakit.
yang mempengaruhi
anak.
Keluarga
Anggota
Gambarkan
keluarga aktif
- Anjurkan
bertanya.
keluarga untuk
menyesuaikan
dengan lingkungan
yang baru dan
asing.
- Informasikan
tentang area di luar
unit yang
mungkinmereka
perlukan.
- Ciptakan kondisi
yang
mendukunguntuk
bertanya,
mengungkapkan
kekecewaan dan
perasaannya.
- Hadirkan
keluarga terdekat
dengan pasien.
- Jaga privasi,
awasi tanda-tanda
ketegangan
6.
Kekurangan
Status hidrasi:
keluarga.
1. manajemen
Kriteria:
cairan
kehilangan volume
menunjukkan
menunjukkan
kelola catatan
intake dan output
monitor status
turgor kulit,
kelembaban
mukosa dbn.
-
timbang berat
Mampu
menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
hidrasi (membran
mukosa, nadi
adekuat, ortostatik
TD)
monitor hasil
laboratorium yang
menunjukkan
kehilangan cairan
retensi cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital
sign
monitor tandatanda kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi
terapi Intra vena
monitor status
nutrisi
berikan cairan
dan intake oral.
2. monitor cairan
-
terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-
monitor intake
dan output
-
monitor serum,
dan elektrolit
jaga keakurtan
pencatatan intake
dan output
-
administrasi
pemberian cairan
3. managemen
hipovolemi
-
monitor status
cairan termasuk
intake dan output
-
jaga kepatenan
monitor
kehilangan cairan
-
monitor hasil
laboratorium
-
hitung
kebutuhan cairan
-
administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
- observasi
indikasi dehidrasi
-
kelola
pemberian intake
oral
-
monitor tanda
Post Op.
No
1.
Dx
Intervesi
Nyeri akut
hasil
Level nyeri
1. Management nyeri
berhubungan
berkurang dengan
kriteria :
karakteristik, lokasi,
fisik
durasi, frekuensi,
anak tidak
rewel
presipitasi.
ekspresi wajah
- Observasi
rileks
ketidaknyamanan non
verbal
Tingkatkan istirahat
2 Teaching
-
Pertahankan
Perhatikan lokasi
nyeri.
3. Administrasi analgetik
-
Tentukan lokasi,
memberikan obat
-
Dokumentasikan
pemberian obat
2.
Resiko infeksi
Resiko infeksi
1. Infektion control
berhubungan
terkontrol dengan
- Terapkan
dengan prosedur
kriteria :
kewaspadaan universal
invasif
bebas dari
tanda-tanda infeksi
sesudah melakukan
tindakan keperawatan.
tanda vital
- Gunakan sarung
tindakan.
-
Berikan personal
monitor tanda-tanda
Batasi pengunjung
insisi operasi.
3. Ostomy care
-
program
-
Tingkatkan nutrisi
Monitor keefektifan
terapi.
5. Health education
o Ajarkan pada orang
Kekurangan
Status hidrasi:
Kriteria:
kehilangan volume
menunjukkan
menunjukkan
turgor kulit,
kelembaban
mukosa dbn.
-
perawatan colostomi
manajemen cairan
Mampu
menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
kehilangan cairan
intake oral.
5. monitor cairan
-
terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-
output
-
elektrolit
-
jaga keakurtan
administrasi
pemberian cairan
6. managemen
hipovolemi
-
intra vena
-
monitor kehilangan
cairan
-
monitor hasil
laboratorium
hitung kebutuhan
cairan
-
administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
-
observasi indikasi
dehidrasi
-
kelola pemberian
intake oral
-
3.5 Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan
kolon
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih
(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi
usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah
keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke
bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hisprung?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hisprung?
1.3 TUJUAN
1.3.1
TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
Manfaat Teoritis
Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hisprung maka manfaat
pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan
perawat Hisprung.
1.4.5
a.
Manfaat Praktis
Bagi Pembaca
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hisprung atau megakolon kongenital adalah penyakit bawan kibat tisak
tercapainya pertumbuhan chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus pada
segmen usus bagian distl, terbanyak di rektosigmid. Sehingga tidak ad peristaltic pada
usus yang terkena dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi
obstruksi, dilatasi kolon bgian proksimal dan hipertropi dingding ototnya sehingga
terbentuk megakolon.
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari
namanya penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
kelumpuhan usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Hisprung merupakan keadan tidak ada atau sedikitnya saraf ganglion parasimpatis
pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada peristaltic pada area
yang terkena, usus mengallami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan distensi
dan obstruksi abdomen
1.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 :
138)
1.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setelah bayi lahir
1. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
2.5 Patofisiologi
1) Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
2) Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik
secara spontan maupun dengan edema.
3) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4) Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5) Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380
Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen
.
Masa bayi dan anak-anak :
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh(Betz, 2002 : 197)
2.7 Komplikasi
A. Gawat pernapasan (akut)
B. Enterokolitis (akut)
C. Striktura ani (pasca bedah)
D. Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)
1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
1. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan
eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
2.9 Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MEGA KOLON
PADA KASUS HIRSPRUNG
3.1 Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
b.
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya
klien mengatasi masalah tersebut.
c.
Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
e.
Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f.
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g.
Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
h.
2. Pemeriksaan Fisik
a.
Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c.
Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e.
Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan
Dx
Konstipasi
Tujuan
BAB lancar,
Intrvensie
1. Bowel
berhubungan
dengan
management
dengan mekanik :
kriteria :
megakollon
Faeses lunak
terakhir
Anak tidak
Catat BAB
Monitor tanda
kesakitan saat
konstipasi
BAB.
- Anjurkan
keluarga untuk
Tindakan
operasi colostomi
mencatat warna,
jumlah, frekuensi
BAB.
-
Berikan
supositoria jika
perlu.
2. Bowel irrigation
-
Jelaskan tujuan
Check order
terapi.
-
Jelaskan
prosedur pada
orangtua pasien.
-
Berikan posisi
yang sesuai.
-
Berikan jelly
sebelum rektal
dimasukkan.
-
Monitor effect
dari irigasi.
3. Persiapan
preoperatif
-
Jelaskan
persiapan yang
harus dilakukan.
-
lakukan
pemeriksaan
laboratorium: darah
rutin, elektrolit,
AGD.
-
transfusi darah
bila perlu.
2.
Cemas
Cemas keluarga
1. Anxiety reduction
berhubungan
pasien tertangani
- jelaskan semua
dengan perubahan
dengan kriteria:
dalam status
dilakukan.
kesehatan anak
lebih tenang
- kaji pemahaman
orangtua terhadap
Ibu terlihat
Ibu dapat
3.
Defisit
1. teaching: proses
pengetahuan
mengenai
penyakit
berhubungan
perawatan anak
- Kaji pengetahuan
dengan tidak
dengan kriteria:
pasien tentang
mengenal dengan
penyakit.
sumber informasi
menjelaskan
penyakit, prosedur
penyakit, prosedur
operasi
perawatan bersama
Mampu
mampu
Jelaskan tentang
menyebutkan
dengan dokter.
tindakan
- Informasikan
keperawatan yang
jadwal rencana
harus dilakukan.
operasi: waktu,
Mampu
menyebutkan cara
operasi, lama
perawatan.
operasi.
- Jelaskan kegiatan
praoperasi :
anestesi, diet,
pemeriksaan lab,
pemasangan infus,
tempat tunggu
keluarga.
-
Jelaskan
medikasi yang
diberikan sebelum
operasi: tujuan, efek
samping.
2. health education:
jelaskan
tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan.
-
Jelaskan
mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara
perawatan dengan
dokter.
-
Lakukan diskusi
dengan keluarga
pasien dengan
penyakit yang sama.
-
Jelaskan cara
perawatan post
4.
operatif.
- Kaji nafsu
dengan kriteria:
makan,
kebutuhan tubuh
lakukanpemeriksaan
berhubungan
intake adekuat.
abdomen,adanya
dengan penurunan
BB normal.
distensi,
absorbsi usus.
hipoperistaltik.
Diet seimbang,
normal: HB,
Albumin, GDR.
Sajikan makanan
Gangguan koping
Meknisme koping
sama.
- Kenalkan
keluarga
keluarga efektif,
keluarga untuk
berhubungan
dengan kriteria:
mengenal
dengan krisis
staf/perawat yang
situasional,
menunjukkan bisa
merawat
ancaman fungsi
menyesuaikan
peran, perubahan
dengan lingkungan
kegiatan rutin di RS
lingkungan.
rumah sakit.
yang mempengaruhi
anak.
Keluarga
Anggota
Gambarkan
keluarga aktif
- Anjurkan
bertanya.
keluarga untuk
menyesuaikan
dengan lingkungan
yang baru dan
asing.
- Informasikan
tentang area di luar
unit yang
mungkinmereka
perlukan.
- Ciptakan kondisi
yang
mendukunguntuk
bertanya,
mengungkapkan
kekecewaan dan
perasaannya.
- Hadirkan
keluarga terdekat
dengan pasien.
- Jaga privasi,
awasi tanda-tanda
ketegangan
6.
Kekurangan
Status hidrasi:
keluarga.
1. manajemen
Kriteria:
cairan
kehilangan volume
menunjukkan
menunjukkan
kelola catatan
intake dan output
monitor status
turgor kulit,
kelembaban
mukosa dbn.
-
timbang berat
Mampu
menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
hidrasi (membran
mukosa, nadi
adekuat, ortostatik
TD)
monitor hasil
laboratorium yang
menunjukkan
kehilangan cairan
retensi cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital
sign
monitor tandatanda kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi
terapi Intra vena
monitor status
nutrisi
berikan cairan
dan intake oral.
2. monitor cairan
-
terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-
monitor intake
dan output
-
monitor serum,
dan elektrolit
jaga keakurtan
pencatatan intake
dan output
-
administrasi
pemberian cairan
3. managemen
hipovolemi
-
monitor status
cairan termasuk
intake dan output
-
jaga kepatenan
monitor
kehilangan cairan
-
monitor hasil
laboratorium
-
hitung
kebutuhan cairan
-
administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
- observasi
indikasi dehidrasi
-
kelola
pemberian intake
oral
-
monitor tanda
Post Op.
No
1.
Dx
Intervesi
Nyeri akut
hasil
Level nyeri
1. Management nyeri
berhubungan
berkurang dengan
kriteria :
karakteristik, lokasi,
fisik
durasi, frekuensi,
anak tidak
rewel
presipitasi.
ekspresi wajah
- Observasi
rileks
ketidaknyamanan non
verbal
Tingkatkan istirahat
2 Teaching
-
Pertahankan
Perhatikan lokasi
nyeri.
3. Administrasi analgetik
-
Tentukan lokasi,
memberikan obat
-
Dokumentasikan
pemberian obat
2.
Resiko infeksi
Resiko infeksi
1. Infektion control
berhubungan
terkontrol dengan
- Terapkan
dengan prosedur
kriteria :
kewaspadaan universal
invasif
bebas dari
tanda-tanda infeksi
sesudah melakukan
tindakan keperawatan.
tanda vital
- Gunakan sarung
tindakan.
-
Berikan personal
monitor tanda-tanda
Batasi pengunjung
insisi operasi.
3. Ostomy care
-
program
-
Tingkatkan nutrisi
Monitor keefektifan
terapi.
5. Health education
o Ajarkan pada orang
Kekurangan
Status hidrasi:
Kriteria:
kehilangan volume
menunjukkan
menunjukkan
turgor kulit,
kelembaban
mukosa dbn.
-
perawatan colostomi
manajemen cairan
Mampu
menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
kehilangan cairan
intake oral.
5. monitor cairan
-
terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-
output
-
elektrolit
-
jaga keakurtan
administrasi
pemberian cairan
6. managemen
hipovolemi
-
intra vena
-
monitor kehilangan
cairan
-
monitor hasil
laboratorium
hitung kebutuhan
cairan
-
administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
-
observasi indikasi
dehidrasi
-
kelola pemberian
intake oral
-
3.5 Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan
kolon
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih
(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi
usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah
keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke
bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hisprung?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hisprung?
1.3 TUJUAN
1.3.1
TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
Manfaat Teoritis
Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hisprung maka manfaat
pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan
perawat Hisprung.
1.4.5
a.
Manfaat Praktis
Bagi Pembaca
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hisprung atau megakolon kongenital adalah penyakit bawan kibat tisak
tercapainya pertumbuhan chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus pada
segmen usus bagian distl, terbanyak di rektosigmid. Sehingga tidak ad peristaltic pada
usus yang terkena dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi
obstruksi, dilatasi kolon bgian proksimal dan hipertropi dingding ototnya sehingga
terbentuk megakolon.
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari
namanya penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
kelumpuhan usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Hisprung merupakan keadan tidak ada atau sedikitnya saraf ganglion parasimpatis
pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada peristaltic pada area
yang terkena, usus mengallami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan distensi
dan obstruksi abdomen
1.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 :
138)
1.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setelah bayi lahir
1. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
2.5 Patofisiologi
1) Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
2) Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik
secara spontan maupun dengan edema.
3) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4) Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5) Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380
Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen
.
Masa bayi dan anak-anak :
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh(Betz, 2002 : 197)
2.7 Komplikasi
A. Gawat pernapasan (akut)
B. Enterokolitis (akut)
C. Striktura ani (pasca bedah)
D. Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)
1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
1. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan
eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
2.9 Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik
di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MEGA KOLON
PADA KASUS HIRSPRUNG
3.1 Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
b.
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya
klien mengatasi masalah tersebut.
c.
Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
e.
Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f.
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g.
Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
h.
2. Pemeriksaan Fisik
a.
Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c.
Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e.
Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan
Dx
Konstipasi
Tujuan
BAB lancar,
Intrvensie
1. Bowel
berhubungan
dengan
management
dengan mekanik :
kriteria :
megakollon
Faeses lunak
terakhir
Anak tidak
Catat BAB
Monitor tanda
kesakitan saat
konstipasi
BAB.
- Anjurkan
keluarga untuk
Tindakan
operasi colostomi
mencatat warna,
jumlah, frekuensi
BAB.
-
Berikan
supositoria jika
perlu.
2. Bowel irrigation
-
Jelaskan tujuan
Check order
terapi.
-
Jelaskan
prosedur pada
orangtua pasien.
-
Berikan posisi
yang sesuai.
-
Berikan jelly
sebelum rektal
dimasukkan.
-
Monitor effect
dari irigasi.
3. Persiapan
preoperatif
-
Jelaskan
persiapan yang
harus dilakukan.
-
lakukan
pemeriksaan
laboratorium: darah
rutin, elektrolit,
AGD.
-
transfusi darah
bila perlu.
2.
Cemas
Cemas keluarga
1. Anxiety reduction
berhubungan
pasien tertangani
- jelaskan semua
dengan perubahan
dengan kriteria:
dalam status
dilakukan.
kesehatan anak
lebih tenang
- kaji pemahaman
orangtua terhadap
Ibu terlihat
Ibu dapat
3.
Defisit
1. teaching: proses
pengetahuan
mengenai
penyakit
berhubungan
perawatan anak
- Kaji pengetahuan
dengan tidak
dengan kriteria:
pasien tentang
mengenal dengan
penyakit.
sumber informasi
menjelaskan
penyakit, prosedur
penyakit, prosedur
operasi
perawatan bersama
Mampu
mampu
Jelaskan tentang
menyebutkan
dengan dokter.
tindakan
- Informasikan
keperawatan yang
jadwal rencana
harus dilakukan.
operasi: waktu,
Mampu
menyebutkan cara
operasi, lama
perawatan.
operasi.
- Jelaskan kegiatan
praoperasi :
anestesi, diet,
pemeriksaan lab,
pemasangan infus,
tempat tunggu
keluarga.
-
Jelaskan
medikasi yang
diberikan sebelum
operasi: tujuan, efek
samping.
2. health education:
jelaskan
tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan.
-
Jelaskan
mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara
perawatan dengan
dokter.
-
Lakukan diskusi
dengan keluarga
pasien dengan
penyakit yang sama.
-
Jelaskan cara
perawatan post
4.
operatif.
- Kaji nafsu
dengan kriteria:
makan,
kebutuhan tubuh
lakukanpemeriksaan
berhubungan
intake adekuat.
abdomen,adanya
dengan penurunan
BB normal.
distensi,
absorbsi usus.
hipoperistaltik.
Diet seimbang,
normal: HB,
Albumin, GDR.
Sajikan makanan
Gangguan koping
Meknisme koping
sama.
- Kenalkan
keluarga
keluarga efektif,
keluarga untuk
berhubungan
dengan kriteria:
mengenal
dengan krisis
staf/perawat yang
situasional,
menunjukkan bisa
merawat
ancaman fungsi
menyesuaikan
peran, perubahan
dengan lingkungan
kegiatan rutin di RS
lingkungan.
rumah sakit.
yang mempengaruhi
anak.
Keluarga
Anggota
Gambarkan
keluarga aktif
- Anjurkan
bertanya.
keluarga untuk
menyesuaikan
dengan lingkungan
yang baru dan
asing.
- Informasikan
tentang area di luar
unit yang
mungkinmereka
perlukan.
- Ciptakan kondisi
yang
mendukunguntuk
bertanya,
mengungkapkan
kekecewaan dan
perasaannya.
- Hadirkan
keluarga terdekat
dengan pasien.
- Jaga privasi,
awasi tanda-tanda
ketegangan
6.
Kekurangan
Status hidrasi:
keluarga.
1. manajemen
Kriteria:
cairan
kehilangan volume
menunjukkan
menunjukkan
kelola catatan
intake dan output
monitor status
turgor kulit,
kelembaban
mukosa dbn.
-
timbang berat
Mampu
menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
hidrasi (membran
mukosa, nadi
adekuat, ortostatik
TD)
monitor hasil
laboratorium yang
menunjukkan
kehilangan cairan
retensi cairan
monitor keadaan
hemodinamik
monitor vital
sign
monitor tandatanda kelebihan atau
kekurangan volume
cairan
administrasi
terapi Intra vena
monitor status
nutrisi
berikan cairan
dan intake oral.
2. monitor cairan
-
terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-
monitor intake
dan output
-
monitor serum,
dan elektrolit
jaga keakurtan
pencatatan intake
dan output
-
administrasi
pemberian cairan
3. managemen
hipovolemi
-
monitor status
cairan termasuk
intake dan output
-
jaga kepatenan
monitor
kehilangan cairan
-
monitor hasil
laboratorium
-
hitung
kebutuhan cairan
-
administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
- observasi
indikasi dehidrasi
-
kelola
pemberian intake
oral
-
monitor tanda
Post Op.
No
1.
Dx
Intervesi
Nyeri akut
hasil
Level nyeri
1. Management nyeri
berhubungan
berkurang dengan
kriteria :
karakteristik, lokasi,
fisik
durasi, frekuensi,
anak tidak
rewel
presipitasi.
ekspresi wajah
- Observasi
rileks
ketidaknyamanan non
verbal
Tingkatkan istirahat
2 Teaching
-
Pertahankan
Perhatikan lokasi
nyeri.
3. Administrasi analgetik
-
Tentukan lokasi,
memberikan obat
-
Dokumentasikan
pemberian obat
2.
Resiko infeksi
Resiko infeksi
1. Infektion control
berhubungan
terkontrol dengan
- Terapkan
dengan prosedur
kriteria :
kewaspadaan universal
invasif
bebas dari
tanda-tanda infeksi
sesudah melakukan
tindakan keperawatan.
tanda vital
- Gunakan sarung
tindakan.
-
Berikan personal
monitor tanda-tanda
Batasi pengunjung
insisi operasi.
3. Ostomy care
-
program
-
Tingkatkan nutrisi
Monitor keefektifan
terapi.
5. Health education
o Ajarkan pada orang
Kekurangan
Status hidrasi:
Kriteria:
kehilangan volume
menunjukkan
menunjukkan
turgor kulit,
kelembaban
mukosa dbn.
-
perawatan colostomi
manajemen cairan
Mampu
menjelaskan yang
dapat dilakukan
untuk mengatasi
kehilangan cairan
intake oral.
5. monitor cairan
-
terjadinya
ketidakseimbangan
cairan
-
output
-
elektrolit
-
jaga keakurtan
administrasi
pemberian cairan
6. managemen
hipovolemi
-
intra vena
-
monitor kehilangan
cairan
-
monitor hasil
laboratorium
hitung kebutuhan
cairan
-
administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
-
observasi indikasi
dehidrasi
-
kelola pemberian
intake oral
-
3.5 Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan
kolon
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih
(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.