You are on page 1of 21

Infeksi Saluran Kemih

Krissi Stiffensa
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
102010125
leaveurmailhere@gmail.com
_____________________________________________________________________
Pendahuluan
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan tumbuh dan berkembang
biaknya kuman dalam saluran kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.
Secara anatomi, ISK dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi
saluran kemih bagian bawah. ISK bagian atas mencakup semua infeksi yang
menyerang ginjal, sedangkan ISK bagian bawah mencakup semua infeksi yang
menyerang uretra, kandung kemih dan prostat.
Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau
mikroorganisme lainnya. Dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan dengan
membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada pasien dengan
simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 10 5/ml urin.
Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki-laki, pada wanita
dapat terjadi pada semua umur, sedangkan pada laki-laki di bawah umur 50 tahun
jarang terjadi.
Pada masa kehamilan, terjadi perubahan mekanis dan hormonal yang
meningkatkan risiko keadaan yang membuat urin tertahan di saluran kencing. Selain
itu adanya peningkatan hormon progesterone pada kehamilan akan menambah besar
dan berat rahim serta mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing.
Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan
awal trimester tiga yang merupakan faktor yang memudahkan terjangkitnya ISK pada
kehamilan. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan kebersihan daerah
sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit dipantau pada perempuan hamil
akan mempermudah ISK.
Escherecia coli merupakan bakteri penyebab ISK pada kehamilan yang
ditemukan pada 80-90% kasus. Bakteri ini dapat berasal dari flora usus yang keluar
sewaktu buang air besar, dan jika bakteri berkembang biak akan menjalar ke saluran
kencing dan naik ke kandung kemih dan ginjal, inilah yang menyebabkan ISK.

Biasanya proses ISK tanpa gejala dan tanda yang spesifik, namun apabila
kandung kemih telah terinfeksi maka mulai timbul gejala seperti nyeri di bawah perut
dan susah kencing atau keluar hanya sedikit. Keadan yang sangat serius apabila telah
terjadi infeksi pada ginjal (pielonefritis), ini sering dijumpai pada usia kehamilan 20
28 minggu, ditandai dengan gejala demam, lemah, mengigil, nyeri pinggang, mual
dan muntah.
Anamnesis1,2
Berikut ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan dalam anamnesis pasien yang
diduga menderita infeksi saluran kemih.

Identitas pasien

Keluhan utama.

Keluhan utama pasien : nyeri saat berkemih sejak 5 hari yang lalu
Keluhan tambahan : demam, sering berkemih tapi hanya sedikit-sedikit

dan urin berwarna keruh


Riwayat penyakit sekarang

- Bagaimana pola berkemih pasien? Tujuannya untuk mendeteksi


faktor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan
jumlah)
- Adakah disuria?
- Adakah urgensi?
- Adakah bau urine yang menyengat?
- Bagaimana volume urine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
- Adakah nyeri suprapubik? Nyeri suprapubik menunjukkan adanya infeksi
pada saluran kemih bagian bawah.
- Adakah nyeri panggul atau pinggang? Nyeri panggul atau pinggang
biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
- Adakah peningkatan suhu tubuh? Peningkatan suhu tubuh biasanya terjadi
pada infeksi saluran kemih bagian atas.

Riwayat kesehatan :
- Adakah riwayat infeksi saluran kemih?
- Adakah riwayat pernah menderita batu ginjal?
- Adakah riwayat penyakit diabetes melitus, jantung?

Riwayat penyakit dahulu


2

Riwayat obat

Riwayat keluarga

Pemeriksaan
A. Fisik3
Pemeriksaan Ginjal
-

Palpasi
Pada keadaan normal ginjal tidak teraba pada pemeriksaan palpasi.

Adanya pembesaran ginjal ini merupakan hal yang penting dalam menentukan
diagnosis. Pemeriksaan dilakukan pada kedua ginjal, yaitu ginjal kiri dan
ginjal kanan.
Pada pemeriksaan ginjal kiri, pemeriksa harus berdiri di sebelah kiri
pasien. Pemeriksa meletakkan tangan kanan pada bagian bawah tubuh pasien
sejajar dengan iga ke-12, dengan ujung jari menyentuh sudut kostovertebra,
dan angkat telapak tangan tadi ke atas untuk menggeser ginjal kiri ke arah
anterior. Pemeriksa meletakkan telapak tangan kirinya pada kuadran kiri atas,
lateral dan paralel dengan rektus abdominis, dan mintalah pasien untuk
menarik nafas dalam. Pada saat puncak respirasi, pemeriksa menekan dalam
dan kuat dengan tangan kiri ke arah kuadran kiri atas, tepat di bawah tepi
kosta, dan usahakan untuk menangkap ginjal kiri diantara kedua tangannya.
Kemudian minta pasien untuk mengeluarkan nafas dan perlahan-lahan
lepaskan tekanan tangan kiri, rasakan pergerakan ginjal kiri ke tempatnya
semula, Bila ginjal tersebut teraba, uraikan bagaimana ukuran, bentuk, dan
adakah rasa nyeri.
Pada pemeriksaan ginjal kanan, pemeriksa harus pindah ke sebelah
kanan pasien. Dan prosedur pemeriksaan berjalan seperti di atas, ginjal kanan
normal mungkin teraba pada pasien yang kurus dan pada wanita yang sangat
relaks. Kadang-kadang ginjal kanan terletak lebih anterior, dan harus
dibedakan dari liver, dimana tepi liver teraba lebih runcing, sedangkan tepi
bawah ginjal teraba lebih bulat.
Sebab-sebab pembesaran ginjal misalnya hidronefrosis, kista, dan
tumor ginjal. Sedangkan pembesaran ginjal bilateral mungkin disebabkan oleh
penyakit ginjal polikistik (polycystic kidney diseases). Adanya masa pada sisi

kiri, mungkin disebabkan karena splenomegali hebat atau pembesaran ginjal


kiri.
-

Perkusi
Untuk menemukan rasa nyeri pada ginjal dapat dilakukan pemeriksaan

perkusi dengan kepalan tangan, selain dengan cara palpasi diatas. Pemeriksa
meletakkan tangan kirinya pada daerah kostovertebral belakang, lalu pukul
dengan permukaan ulnar tinju dengan tangan kanannya. Gunakan tenaga yang
cukup untuk menimbulkan persepsi tapi tanpa menimbulkan rasa nyeri pada
pasien normal.
Rasa nyeri yang ditimbulkan dengan pemeriksa ini dapat disebabkan
oleh pielonefritis, tapi juda dapat disebabkan hanya karena nyeri otot.
Pemeriksaan Kandung Kemih
Kandung kemih biasanya tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik
abdomen, orang normal, baru bila kandung kemih membesar sampai diatas
simpisis pubis, barulah dapat teraba. Pada palpasi puncak kandung kemih yang
membesar terasa licin dan bulat, carilah tanda-tanda nyeri. Pada pemeriksaan
perkusi, carilah daerah pekak (dullness) dan sampai berapa tinggi diatas
simpisis pubis.
B. Penunjang4
-

Urinalisis

Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya


ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih.

Gambar 1. Leukosuria
Sumber : www.google.co.id

Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment


air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

Bakteriologis

Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram.
Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak

emersi.
Biakan bakteri
Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan
bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell :
Wanita, simtomatik
>102 organisme coliform/ml urin plus piuria, atau
> 105 organisme pathogen apapun/ml urin, atau
Adanya pertumbuhan organisme patogen apapun pada urin yang
diambil dengan cara aspirasi suprapubik
Laki-laki, simtomatik
>103 organisme patogen/ml urin
Pasien asimtomatik
> 105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin berurutan.

Gambar 2. Biakan bakteri


Sumber : www.google.co.id

Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate.
Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococcus, mereduksi
nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini
dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7%
dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi
5

bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh
enterococcus dan acinetobacter.
-

Tes Plat-Celup (Dip-Slide)


Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya
dilapisi perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau
dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke
dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan
pengeraman semalaman pada suhu 37 C. Penentuan jumlah kuman/ml
dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng
perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan
kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan
10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan,
murah dan cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat
diketahui.

Gambar 4. Plat celup


Sumber : www.google.co.id

Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya


Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya
batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.
Dapat berupa pielografi intravena (IVP), ultrasonografi dan CT-scanning.

Working Diagnosis5
-

Infeksi Saluran Kemih

Diagnosa ISK ditegakkan dengan menemukan bakteriuria. Untuk mendeteksi


bakteriuria diperlukan pemeriksaan bakteriologik yang secara konvensional dilakukan
dengan metode biakan dan ditemukannya jumlah kuman >l00,000 colony forming
unit /ml urine. Metode biakan ini tidak selalu dapat dilakukan laboratorium sederhana,
karena tidak semua laboratorium mempunyai kemampuan untuk pembiakan itu, yang
biayanya cukup tinggi dan membutuhkan waktu yang lama. Yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan mikroskopik pewarnaan secara Gram, dengan ditemukannya
kuman batang Gram-negatif. Namun cara ini membutuhkan keahlian khusus. Selain
itu dapat dilakukan dengan hitung jumlah lekosit dalam urin untuk membantu
diagnosis bakteriuria yang infektif. Bahan pemeriksaan adalah urine arus-tengah pagi
hari, urine diambil sebelum subyek minum sesuatu untuk menghindarkan efek
pengenceran. Kepada subyek dijelaskan mengenai cara-cara menampung dan
mengirim sampel urine yang dibutuhkan yaitu: sebelum berkemih genitalia eksterna
dibersihkan dahulu dengan air sabun kemudian dibilas dengan air. Air kemih awal
dibiarkan terbuang dan yang di tengah-tengah ditampung sebanyak 20 ml di dalam
tempat steril yang telah disediakan. Subyek juga diminta untuk menjaga agar tempat
tampung urine tidak menyentuh paha, genitalia atau pakaian, dan tidak memegang
bagian dalam dari tempat tampung. Sampel urine setelah diperoleh, dimasukkan ke
dalam kantong plastik berisi potongan-potongan es dan segera dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa.
Differential Diagnosis
1. Urolitiasis5
Prevalensi batu ginjal pada laki-laki kira-kira dua kali lebih banyak
daripada perempuan; pada laki-laki sekitar 12% dan pada perempuan 6% dan
semakin meningkat di Amerika Serikat. Batu kalsium oksalat dan batu kalsium
fosfat kira-kira 80% dari semua jenis batu, batu asam urat dan struvit masingmasing 5-10%, batu sistin 2%. Rekurensi dari batu oksalat 50% dalam 5-10
tahun, rekurensi dari batu sistin, asam urat, dan sistin lebih tinggi tanpa
pengobatan.
Urolitiasis merupakan pembentukan batu saluran kemih atau keadaan
yang dihubungkan dengan adanya batu di saluran kemih. Bila batu terdapat
pada ginjal dan pelvis renalis disebut nefrolitiasis. Bila batu terdapat pada
ureter disebut ureterolitiasis. Bila batu terdapat pada kandung kemih disebut

sistolitiasis. Bila batu terdapat di uretra umumnya merupakan batu yang


berasal dari ureter atau kandung kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi
terbawa ke uretra dan menyangkut di uretra pars prostatika. Batu pada saluran
kemih harus dievaluasi dan ditangani dengan baik karena kemudahan
terjadinya rekurensi dan komplikasi yang membahayakan.
2. Uretritis6
A. Uretritis Akut
a. Penyebab
Asending infeksi atau sebaliknya oleh karena prostate mengalami
infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita kaum pria.
b. Tanda dan Gejala

Mukosa merah udematus

Terdapat cairan eksudat yang purulent

Ada ulserasi pada uretra

Mikroskopis : terlihat infiltrasi leukosit sel sel plasma dan sel sel
limfosit

Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis G.O yaitu
morning sickness

Pada oria : pembuluh darah kapiler, kelenjar uretra tersumbat oleh


kelompok pus

Pada wanita : jarang diketemukan uretritis akut, kecuali bila pasien


menderita.

c. Tindakan Pengobatan

Pemberian antibiotika

Bila

terjadi

striktuka,

lakukan

dilatasi

uretra

dengan

menggunakan bougil
d. Komplikasi

Mungkin prostatitis

Periuretral abses yang dapat sembuh, kemudian meninbulkan


striktura atau urine fistula

B. Uretritis Kronis
a. Penyebab

Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut

Prostatitis kronis

Striktura uretra

b. Tanda dan Gejala

Mukosa terlihat granuler dan merah

Mikroskopis : infiltrasi dari leukosit, sel plasma, sedikit sel leukosit,


fibroblast bertambah

Getah uretra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum bak pertama

Uretra iritasi, vesikal iritasi, prostatitis, cystitis.

c. Prognosa
Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung
kemih, ureter, ginjal.
d. Tindakan Pengobatan

Chemoterapi dan antibiotika

Cari penyebabnya

Berikanlah banyak minum

e. Komplikasi
Radang dapat menjalar ke prostate.
C. Uretritis Gonokokus
Penyebabnya adalah Neisseria Gonorhoeoe (gonokokus). Tanda dan
gejalanya sama dengan tanda dan gejala pada uretritis akut, karena uretritis ini
adalah bagian dari uretritis akut.
Komplikasinya dapat menjadi infeksi yang menyebar ke proksimal uretra
menyebabkan peningkatan frekuensi kencing, gonokokus dapat menebus mukosa
uretra yang utuh, mengakibatkan terjadi infeksi submukosa yang meluas ke
korpus spongiosum, infeksi yang menyebabkan kerusakan kelenjar peri uretra
akan menyebabkan terjadinya fibrosis yang dalam beberapa tahun kemudian
mengakibatkan striktura uretra.

D. Uretritis Non Gonokokus (Non Spesifik)


Uretritis non gonokokus (sinonim dengan uretritis non spesifik) merupakan
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang paling sering diketemukan.
Pada pria, lender uretra yang mukopurulen dan disuria terjadi dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu setelah melakukan hubungan kelamin dengan wanita yang
terinfeksi. Lendir mengandung sel nanah tetapi gonokokus tidak dapat di deteksi
secara mikroskopis atau kultur.
Infeksi hamper selalu didapat selama hubungan seksual. Gonokokus
membelah diri pada mukosa yang utuh dari uretra anterior dan setelah itu menginvasi
kelenjar peri uretral, dengan akibat terjadinya bakteremia dan keterlibatan limfatik.
Etiologi7
Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah ini:
a.

Enterobacteriaceae
Adalah kuman yang hidup diusus besar manusia dan hewan, tanah, air
dan dapat pula ditemukan pada komposisi material. Sebagian kuman enterik
ini tidak menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah) bila kuman tetap
berada di dalarn usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan dimana terjadi
perubahan pada host atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang
lain, banyak diantara kuman ini mampu menimbulkan penyakit pada tiap
jaringan tubuh manusia. Organisme-organisme di dalam famili ini pada
kenyataannya mempunyai peranan penting di dalam infeksi nosokomial
misalnya sebagai penyebab infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, dan
infeksi lainnya. Kuman berikut merupakan dari golongan enterobacteriaceae
yang sering menyebabkan ISK : Escherichia coli, Klebsiella pneumonia,
Enterobacter aerogenes, Proteus mirabilis

b.

Pseudomonas aeruginosa
Kuman ini sering dihubungkan dengan penyakit pada manusia
organisme ini dapat merupakan penyebab 10-20% infeksi nosokomial. Sering
diisolasi dari penderita yang neoplastik, luka dan luka bakar yang berrat.
Kuman ini juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pemapasan bagian
bawah, saluran kemih, mata dan lain-lainnya.

c.

Acinetobacter

10

Acinetobacter calroaceticus adalah spesies bakteri gram-negatif aerob


yang tersebar luas ditanah dan air dan kadang-kadang dapat dibiakkan dari
kulit, selaput mukosa dan sekresi.
d.

Enterococcus
Terdapat sedikitnya 12 spesies enterococcus. Enterococcus faecalis
merupakan

yang

paling

sering

dan

menyebabkan

85-90%

infeksi

enterococcus. Enterococcus adalah yang paling sering menyebabkan infeksi


nosokomial, terutama pada unit perawatan intensif, dan hanya pada
pengobatan dengan sefalosporin dan antibiotika lainnya dimana mereka
bersifat resisten. Enterococcus ditularkan dari satu pasien ke pasien lainnya
terutama melalui tangan perawat kesehatan yang beberapa diantara mereka
mungkin pembawa enterokokus pencernaannya. Enterococcus kadang-kadang
ditularkan melalui melalui alat-alat kedokteran. Pada pasien tempat yang
paling sering terkena infeksi adalah saluran kemih, luka tusuk dan saluran
empedu dan darah.
e.

Staphylococcus saprophyticus
Staphylococcus ssecara khas tidak berpigmen, resisten terhadap
novobiosin, dan nonhemolitik ; bakteri ini menyebabkan infeksi saluran kemih
pada wanita muda. Spesies yang menyebabkan infeksi saluran kemih adalah
Staphylococcus saprophyticus.

Faktor Resiko4,8
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:
- Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek dibandingkan
pria sehingga lebih mudah terkena infeksi saluran kemih.
- Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan usia yang
lebih muda.
- Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena penaruh hormonal ketika
kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal dibandingkan
sebelum kehamilan.
- Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa menopause lebih rentan
terkena karena selaput mukosa yang tergantung pada esterogen yang dapat
berfungsi sebagai pelindung.

11

Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang asam dapat menjadi
antibakteri alami tetapi apabila terjadi gangguan dapat menyebabkan
menurunnya pertahanan terhadap kontaminasi bakteri.

Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau


menggunakan kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi.
Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor risiko

tertentu, namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan kemungkinan
faktor risiko seperti :
- Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih
- Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying)
- Konstipasi
- Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih
sehingga terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.
- Kekebalan tubuh yang rendah
Klasifikasi4,8
Menurut lokasi infeksi :
a.

ISK Bawah
Infeksi saluran kencing bagian bawah (urethritis, cystitis). Ditandai
dengan pyuria, seringkali dengan disuria, urgensi atau frekuensi.
Bakteriuria atau pyuria berkorelasi baik dengan adanya infeksi.

b.

ISK Atas
Infeksi saluran kencing bagian atas (pyelonephritis) adalah infeksi
pada parenkim ginjal. Keluhan-keluhannya adalah demam dan nyeri
pinggang, maupun simptom-simptom infeksi saluran kencing bagian
bawah.
ISK Atas terbagi 2, yaitu : Pielonefritis akut (PNA) adalah proses
inflamasi ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Gejalanya meliputi :
demam mengigil (39,5 - 40,5oC), sakit pinggang, sering didahului oleh
gejala sistitis, dan Pielonefritis kronik (PNK) akibat lanjutan infeksi bakteri
berkepanjagan atau infeksi semasa kecil. Obstruksi saluran kemih dan
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
dengan

pembentukan

jaringan

12

ikat

parenkim

ginjal.

Bakteriuria

asimptomatik kronik pada oarang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak


pernah menyebabkan pembentukan pembentukan jaringan ikat parenkim
ginjal.
Menurut gejala:
a.

Bakteriuria asimptomatis ( tanpa disertai gejala )

b.

Bakteriuria simptomatis ( disertai gejala )

Menurut komplikasi:
a.

ISK sederhana ( tanpa faktor predisposisi )


ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomik maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial
kandung kemih.

b.

ISK berkomplikasi ( disertai faktor perdisposisi )


Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila
terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflux vesiko

uretral, obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung


kencing menetap dan prostatitis.
-

Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.

Gangguan daya tahan tubuh

Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti Proteus sp


yang memproduksi urease.

Epidemiologi8
ISK terbagi dalam kelompok nosokomial dan kelompok masyarakat dimana
gejalanya dapat berupa asimptomatik maupun simptomatik. Penggunaan kateter
adalah penyebab terbanyak ISK nosokomial. ISK dapat mengenai laki-laki maupun
perempuan. Pada bayi laki-laki lebih sering terjadi dibanding perempuan. Pada anak
dan remaja, perempuan lebih sering terjadi dibanding laki-laki. Pada dewasa,
perempuan lebih sering terjadi dibanding laki-laki. Pada penderita diatas 60 tahun
13

dijumpai lebih banyak laki-laki dibanding perempuan terutama jika disertai kelainan
struktur maupun fungsi.
Studi epidemiologi menunjukkan adanya bakteriuria yang bermakna (10 5
organisme/ml urine) pada 1%-4% gadis pelajar, 5%-10% pada perempuan usia subur
dan sekitar 10% perempuan yang usianya lebih dari 60 tahun. Hanya sedikit dari
kasus ini yang memperlihatkan gejala-gejala klinis infeksi saluran kemih. Penelitian
jangka panjang yang dilakukan pada gadis usia sekolah menyatakan bahwa gadis
yang pernah mengalami bakteriuria bermakna akan lebih mudah terkena infeksi
saluran kemih berulang pada dewasanya, biasanya tidak lama setelah menikah atau
selama kehamilan pertama. Infeksi pada laki-laki jarang ditemukan dan bila terjadi
biasanya disebabkan oleh obstruksi.
Patofisiologi9,10
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : endogen yaitu kontak
langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending), hematogen, limfogen, dan eksogen
( akibat pemakaian kateter). Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan
hematogen.

Secara asending yaitu:


-

Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor


anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek
daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor
tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.

Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.

Secara hematogen yaitu:


Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

14

Gambar 5. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih


Sumber: www.google.com

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan


kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.

Mobilitas menurun

Nutrisi yang sering kurang baik

Sistem imunitas yang menurun

Adanya hambatan pada saluran urin

Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan


distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal
sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke seluruh traktus
urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya
obstruksi aliran kemih proksimal yang menGakibtakan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefrosis. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang
sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.

15

Manifestasi Klinis8
Pada wanita, ISK yang bergejala dan baru diketahui untuk pertama kali, untuk
keperluan pengobatannya antara lain harus ditentukan ada infeksi. Pada populasi
banyak, secara praktis dan cepat hanya perlu pemeriksaan urinalisis, yaitu mengetahui
adanya piuria dan bukan dengan kultur atau pemeriksaan kepekaan, oleh karena anti
mikroba masih peka terhadap Escherichia coli atau Staphylococcus saprophyticus.
Kecuali pada pasien-pasien yang mendapat infeksi waktu dirawat di rumah-sakit,
antara lain akibat kateterisasi saluran kemih bagian bawah, uropati obstruktif dan
gagal ginjal. Pada umumnya sifat dari kuman yang sama, sudah berbeda sehingga
tidak lagi peka terhadap semua obat. Sebagian kecil dari wanita dengan disuria akut
yang berulang, kultur urin negatif. Hal tersebut terdapat pada sistitis interstitialis,
uretritis oleh karena Nesseria gonokokus atau Klamidia trakomalis.
Pada ISK bagian atas perlu pemeriksaan kultur. Menurut gejala, tanda dan
kelainan urinnya, dapat disebabkan oleh pielonefritis akut, pielonefritis sub akut,
I.S.K. bagian bawah yaitu sistitis dan atau uretritis, uretritis Klamidia atau gonokokus,
vaginitis, sistitis interstisial dan bukan infeksi. Pada wanita muda yang seksual aktif,
penyebab primer dari ISK adalah Eschericia coli dan sekunder oleh Stafilokokus
saprophyticus. Pada pria berumur lebih dari 50 tahun yang sering mengalami
kateterisasi saluran kemih. Gejala klinis ISK dapat bervariasi dan tumpang tindih.
Berikut adalah contoh gejala yang biasa terjadi pada ISK.
ISK bagian bawah
Cystitis dan uretritis
- Disuria
- Poliuria / sering berkemih
- Mendesak bila mau berkemih
- Ketidaknyamanan pada supra pubis
- Air kemih keruh, banyak eritrosit
Prostatitis
-

Demam

Menggigil

16

Sakit pinggang bawah

Rasa nyeri pada perineum

Mendesak bila mau berkemih

Disuria

Prostat nyeri

Keluar lendir dari urethra

ISK bagian atas


Pielonefritis
- Mendadak demam
- Menggigil
- Sakit di daerah costovertebral
- Leukositosis
- Banyak urin eritosit dalam urin

Gambar 6. Penilaian klinik gangguan berkemih

17

Gambar 7. Penilaian klinik pada infeksi saluran kemih

Penatalaksanaan11
a.

b.

Non Farmakologis

Banyak minum air putih bila fungsi ginjal baik

Higiene genitalia eksterna

Farmakologis
Tabel 1. Antimikroba pada ISK bawah
Antimikroba
Trimetoprim

Dosis
2x160/800

Sulfametoksazol
Trimetoprim

mg
2x100 mg
2x100-250

Siprofloksasin

Lama Terapi
3 hari
3 hari
3 hari

Levofloksasin
Sefiksim
Sefpodoksim proksetil

mg
2x 250 mg
1x400 mg
2x100 mg

Nitrofurantoin makrosilat

4x50 mg

7 hari

2x100 mg

7 hari

2x500 mg

7 hari

Nitrofurantoin monohidrat
makrokristal
Amiksisilin/Klavulanat
Tabel 2. Obat parenteral pada ISK atas

18

3 hari
3 hari
3 hari

Antimikroba
Sefepim
Siprofloksasin
Levofloksasin
Ofloksasin
Gentamisin ( +
ampisilin )
Ampisilin (+

Dosis
1 gram
400 mg
500 mg
400 mg
3-5 mg/kgBB
1 mg/kgBB

gentamisin)
Tikarsilin - klavulanat
Piperasilin - tazobaktam
Imipenem - silastatin

Interval
12 jam
12 jam
24 jam
12 jam
24 jam
8 jam

1-2 gram

6 jam

3,2 gram
3,375 gram
250-500 mg

8 jam
2-8 jam
6-8 jam

Komplikasi12
a.

Batu saluran kemih

b.

Obstruksi saluran Kemih

c.

Sepsis

d.

Gangguan fungsi ginjal

e.

Infeksi kuman yang multiresisten

Pencegahan12
a.

Bagi wanita, setelah buang air kencing membasuh dari depan ke belakang
untuk mencegah masuknya bakteri dari anus ke dalam uretra.

b.

Segera buang air kecil apabila bila kandung kemih sudah terasa penuh.

c.

Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak
menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis.

d.

Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar
tidak lembab.

Prognosis12
a.

Bila segera diobati umumnya baik

b.

Dapat terjadi gagal ginjal

c.

Pada sistitis hampir selalu reinfeksi

d.

Pada infeksi saluran kemih atas lebih banyak terjadi relaps

19

Kesimpulan
Berdasarkan kasus yang dibahas, dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih paling sering disebabkan oleh
Escherichia coli dan cenderung mengenai perempuan dibandingkan pria. Hal ini
disebabkan urethra wanita lebih pendek dibanding pria sehingga lebih mudah
terinfeksi.
Pada masa kehamilan, terjadi perubahan mekanis dan hormonal yang
meningkatkan risiko keadaan yang membuat urin tertahan di saluran kencing. Selain
itu adanya peningkatan hormon progesterone pada kehamilan akan menambah besar
dan berat rahim serta mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing.
Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan awal
trimester tiga yang merupakan faktor yang memudahkan terjangkitnya ISK pada
kehamilan.
Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kombinasi
ampisilin dengan aminoglikosida yang sudah umum diberikan pada kehamilan dengan
pielonefritis.
Berdasarkan kasus tersebut diketahui bahwa perempuan tersebut mengalami infeksi
saluran kemih. Hipotesis diterima.

Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC ; 2003.h.98-9.
2. Akunjee N, Akunjee M. Panduan menghadapi bagi mahasiswa tingkat akhir.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.h.11.
3. Sutandar W, Nah YK. Buku panduan ketrampilan medik skill lab: pemeriksaan
urologi patologis. Jakarta: FK ukrida; 2012.h.26-8.
4. Sukandar E. Buku ajar: ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5. Jakarta: Internal
publishing; 2009.h.1008-14.

20

5. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi Ke-2. Jakarta: Perpustakaan Nasional


Republik Indonesia; 2003.h.62-65.
6. Makalah urethritis. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/92048088/ASKEPURETRITIS-2010#download tanggal 21-10-2012
7. Sjasuhidrajat R. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004.h.756-63.
8. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga;
2006.h.166-7.
9. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit volume
2. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006.h.918-24.
10. Cotran, Rennke H, Kumar V. Buku ajar patologi. Edisi ke-7. Jakarta: EGC;
2007.h.591-3.
11. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.50
12. Sukandar E. Nefrologi klinik. Edisi 3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII)
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD; 2006.h.26-93.

21

You might also like